Anda di halaman 1dari 19

DAYA HAMBAT OBAT KUMUR TERHADAP PEMBENTUKAN BIOFILM PADA

PERMUKAAN GIGI

Kelompok Besar 2 (A4-A6)

1. Abdul Robby Farhan 1506668946


2. Ana Mardlianah 1506669160
3. Aldriyety Merdiasy 1506690321
4. Alya Hanifah 1506723742
5. Awi Rexi Ginting 1506724291
6. Destri Shofura 1506669021
7. Dwi Retno Anggraeny 1506669066
8. Faiz Abdurrahman 1506669053
9. Gyachienta Nuriftitie 1506669164
10. Kartika Devy Pragitara 1506725206
11. Nadhifa Putri 1506669141
12. Morina Leony Himra 1506669103
13. Nadine Khalissya P 1506668984
14. Preticia 1506723465
15. Rigita Ayu Dyah P 1506668990
16. Shovy Suha 1506669015
17. Siti Nur Fajriyah 1506669116
18. Triana Marchellina 1506669122
BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang

Di dalam rongga mulut, permukaan gigi, regio supra dan sub gingiva merupakan salah satu
tempat pembentukan dental plaque dan merupakan miniatur biofilm, yang juga merupakan
fenomena kehidupan komunitas mikroorganisme di alam bebas.

Biofilm adalah mikroorganisme yang melekat (adheren) pada lingkungan biotik maupun abiotik.
Di pihak lain, sel bakteri atau jamur yang tidak menjadi bagian dari suatu komunitas biofilm,
disebut mikroorganisme planktonik.

Di dalam mulut yang dicermati sebagai habitat biofilm, adalah permukaan gigi
(supra/subgingiva, interdental), dental prosthetic appliances, oral mucous membranes, dan
dental unit water lines). Biofilm merupakan agent pemicu penyakit periodontal, karies dan
infeksi endodontik. Perilaku mikroorganisme planktonik di dalam saliva cendrung berprilaku
sebagai komensal, berbeda dengan biofilm yang dapat berpotensi sebagai patogen, sehingga
perlu di kontrol.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembentukan biofilm pada
permukaan gigi adalah dengan menyikat gigi, menggunakan dental floss, dan obat kumur atau
dapat juga kombinasi antara ketiganya.

2. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:

1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh obat kumur terhadap bakteri pembentukan koloni bakteri di dalam
mulut
2. Tujuan Khusus
- Membandingkan pengaruh obat kumur terhadap pembentukan koloni bakteri di
supragingiva dan interdental.
- Membandingkan pengaruh obat kumur A (listerin), obat kumur B (minosep), dan
kontrol (menyikat gigi) terhadap pembentukan plak dalam mulut.
3. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari ini yaitu dapat menambah wawasan mengenai perbedaan
efektivitas obat kumur 1 (merk Listerin) dan obat kumur 2 (merk minosep) dalam mencegah
pembentukan biofilm pada permukaan gigi. Sehingga kita dapat memilih obat kumur yang tepat
dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
Studi Literatur

Kandungan obat kumur dan pengaruhnya terhadap bakteri


2.1.1. Minosep mengandung:
Chlorehexidine
Chlorehexidine berperan sebagai bakterisidal (membunuh bakteri) pada konsentrasi tinggi dan
bersifat irreversible dengan cara melisis bakteri. Pada konsentrasi rendah berperan sebagai
bakteriostatik (menghambat perkembang biakan bakteri). Bakteri gram positif lebih sensitive
terhadap chlorhexidine dibandingkan dengan bakteri gram negative. S mutan khususnya lebih
sensitive. Mekanisme kerja Chlorhexidin terhadap bakteri Streptococcus mutans adalah mampu
mengendapkan protein asam sitoplasmik bakteri Streptococcus mutans sehingga menyebabkan
perubahan permeabilitas selaput sel bakteri yang akhirnya menyebabkan kebocoran membran
sel dari berbagai arah.
Efek samping Chlorhexidin adalah munculnya noda berupa warna kuning atau coklat pada
gigi, tepi restorasi, dan lidah. Rasa tidak enak juga dapat muncul akibat dari interaksi antara
Chlorhexidin dengan bahan-bahan tertentu dalam makanan. Rasa yang timbul adalah rasa pahit
dan seakan tumpul (tidak sensitive membedakan rasa) selama beberapa menit sampai beberapa
jam setelah berkumur sesuai dengan tingkat sensitifitas mukosa mulut masing-masing individu.
Efek samping ini hanya bersifat temporer, dan tidak membahayakan. Jika pemakaian
dihentikan efeknya akan berangsur-angsur menghilang. Efek ini baru akan timbul bila
dilakukan pemakaian rutin dan dalam jangka panjang lebih dari 2 tahun atau bila pemakaian
tidak mengikuti aturan yang benar.
Dosis yang biasa diberikan: 0.2% larutan, mouthwash 2x sehari.

2.1.2. Listerine mengandung:

1. Essential Oil
Essential oil yang dapat digunakan sebagai antibacterial adalah cinnamon, tea tree,
manuka, eucalyptus, Leptospermum morrisonii, grapefruit, menthol dan thymol. Essential
oil bekerja dengan cara melisis bakteri. Menthol memberikan rasa segar pada mulut.

2. Alkohol
Alkohol bersifat merusak membran sel bakteri dengan masuk ke dalam sel bakteri dan
menyerang protein di dalamnya. Akibatnya, proses metabolisme di dalam sel bakteri
menjadi terganggu sehingga pertumbuhannya terhambat sehingga terjadi denaturasi
protein pada bakteri dan mengakibatkan denaturasi protein (pengubahan struktur protein I
sehingga menjadi tidak aktif).
Efek samping alkohol adalah memberikan noda pada gigi, gigi tiruan, restorasi, gangguan
indra perasa, rasa ngilu pada akar gigi ulkus atau luka pada mulut.

Referensi:
Faverskov, Edwina Kidd. Dental Caries, The Disease and It’s Clinical Management.2nd ed.

Edwina Kidd. Essential of Dental Caries. 3rd ed.


BAB III
Metode Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil dari dua daerah pada gigi yaitu:

1. Daerah interdental
2. Daerah sulkus

Dengan pada masing-masing diberikan atmosfer:

1. Aerob
2. Anaerob

2. Alat & Bahan

 Dua jenis obat kumur (Listerine dan Minosep)


 Eppendorf tube (microcentrifuge)
 Paper point steril dan dental floss
 Phosphat Buffer Saline (PBS; pH 7,2) yang sudah disiapkan (1 mL) di dalam
microcentrifuge.
 Pipet dan tip-tip (kuning, 200 µL; biru, 1000 µL)
 Timbangan
 Petri dish, medium agar perbenihan bakteri, sengklelit, lampu spiritus
 Sentrifuge
 Jar dan gas pack
 Inkubator dengan suhu 37oC
 Lampu Spiritus
 Sengkelit

3. Cara
a) Dalam praktikum ini subjek dibagi menjadi 3 kelompok yaitu mahasiswa yang
menggunakan obat kumur 1 (listerine), mahasiswa yang menggunakan obat kumur 2
(minosep) dan kontrol (hanya menggosok gigi).
b) Sebelum praktikum yang menjadi subjek sebelum praktikum sudah menggosok gigi dan
menggunakan obat kumur, kemudian tidak makan hingga praktikum selesai.
c) Kemudian pada masing-masing subjek dilakukan pengambilan plak, yang pertama pada
daerah sulkus menggunakan paper point sedangkan pada daerah interdental
menggunakan dental floss.

d) Masukkan paper point dan benang dental floss yang telah digunting yang mengandung
plak ke dalam microsentrifuge yang telah diisi PBS (phosphate buffer saline)
e) Lakukan penimbangan untuk menentukan berat dental plaque
f) Sentrifugasi selama 1 menit (1000 rpm). Buang supernatant ke tempat sampah yang
disediakan, dan masukkan PBS steril (1000 µL), dan lakukan homogenisasi (gunakan
vortex atau pipetting) terhadap endapan (pellet), agar terbentuk suspensi bakteri.

g) Nyalakan api lampu spiritus, dan dekatkan microsentrifuge ke dekat api. Siapkan 2 petri
disk yang telah diisi medium Brain Heart Infusion (BHI)-agar. Perhatikan: Jika medium
agar masih tampak lembab/basah, masukkan ke dalam lemari pengeram (inkubator,
37oC, selama ± 5 menit). Petri disk sebelumnya telah dibagi menjadi 3 bagian menjadi
kontrol, obat kumur 1 dan obat kumur 2 serta dari mana plak diambil dan perlakuan
apakah aerob atau anaerob.
h) Selanjutnya, ambil suspensi bakteri (5 µL) dari microsentrifuge, dan tuangkan ke atas
medium-agar (gunakan pipet dan tip pipet kuning). Sebarkan supensi bakteri secara
merata ke seluruh permukaan BHI-agar (gunakan sengkelit yang telah dipanaskan pada
api lampu spiritus, diamkan beberapa detik sebelum digunakan untuk menyebarkan
bakteri). Sebarkan sesuai dengan daerah yang sudah kita bagi pada petri disk.
i) Untuk kondisi anaerob, petri disk dimasukkan ke dalam jar yang di dalamnya telah
terdapat gas pack.

j) Masukan biakan BHI-agar ke dalam inkubator untuk dieramkan pada suhu 37 oC, selama
24 jam.
k) Ambil petri disk dari incubator, kemudian lakukan penghitungan jumlah koloni
menggunakan aplikasi penghitung koloni atau menggunakan cara manual.
l) Analisis data yang didapat.
BAB IV
Hasil

Jumlah bakteri yang berkoloni (CFU)

Sub-Aerob Sub-Anaerob Inter-Aerob Inter-Anaerob


A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD
Kontrol 397.83 18.18 750.00 366.00 152.94 54.79 1161.76 612.74 41.99 2.17 77.59 37.73 65.32 65.20 25.86 22.75
Listerine 47.39 0.00 21.92 23.72 56.87 37.50 35.62 11.76 30.08 2.28 232.01 125.38 140.35 4.56 211.84 105.29
Minosep 13.87 4.67 7.14 4.76 18.50 0.00 10.71 9.29 7.55 0.00 48.98 26.37 32.70 0.00 8.16 17.02

Sub-Aerob Sub-Anaerob Inter-Aerob Inter-Anaerob Sub-Aerob Sub-Anaerob Inter-Aerob Inter-Anaerob


A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD A4 A5 A6 SD
Kontrol 397.83 18. 750. 36.0 152.94 54.79 16.76 612.74 41.9 2.17 7.59 37. 3 65.32 65.20 25.86 2.75 Kontrol 397.83 18.18 750.00 366.00 152.94 54.79 1161.76 612.74 41.99 2.17 77.59 37.73 65.32 65.20 25.86 22.75
Listerine 47.39 0. 21.92 23.72 56.87 37.50 35.62 1.76 30. 8 2.8 23.01 125.38 140.35 4.56 21.84 105.29 Listerine 47.39 0.00 21.92 23.72 56.87 37.50 35.62 11.76 30.08 2.28 232.01 125.38 140.35 4.56 211.84 105.29
Minosep 13.87 4.67 7.14 4.76 18.50 0. 10.71 9.2 7.5 0. 48.9 26.37 32.70 0. 8.16 17.02 Minosep 13.87 4.67 7.14 4.76 18.50 0.00 10.71 9.29 7.55 0.00 48.98 26.37 32.70 0.00 8.16 17.02

Keterangan:
SD: Standar deviasi
BAB V
Pembahasan

Efek Obat Kumur terhadap Bakteri Oral Aerob

Perlakuan Obat Kumur 1 Obat Kumur 2 Kontrol


(Listerine) (Minosep)
Lokasi Plak Sub Plak Plak Sub Plak Plak Sub Plak
Gingiva Interdental Gingiva Interdental Gingiva Interdental
Mean ± 23,10 ± 88,12 ± 8,56 ± 18,84 ± 388,67 ± 40,58 ±
Standar 23,72 125,38 4,76 26,37 366,00 37,73
Deviasi
(SD)

Jumlah rata-rata koloni bakteri aerob yang terdapat pada plak subgingiva dan interdental
dengan perlakuan obat kumur 1 (Listerine) berturut-turut adalah sebanyak 23,10 (SD=23,72) dan
88,12 (SD=125,38). Jumlah rata-rata koloni bakteri yang terdapat pada plak subgingiva dan
interdental dengan perlakuan obat kumur 2 (Minosep) berturut-turut adalah sebanyak 8,56
(SD=4,76) dan 18,84 (SD=26,37), sedangkan jumlah rata-rata koloni bakteri yang terdapat pada
plak subgingiva dan interdental dengan perlakuan sikat gigi (kontrol) berturut-turut adalah
sebanyak 388,67 (SD=366) dan 40,58 (SD=37,73).

Efek Obat Kumur terhadap Bakteri Oral Anaerob

Perlakuan Obat Kumur 1 Obat Kumur 2 Kontrol


(Listerine) (Minosep)
Lokasi Plak Sub Plak Plak Sub Plak Plak Sub Plak
Gingiva Interdental Gingiva Interdental Gingiva Interdental
Mean ± 43,33 ± 118,92 ± 9,74 ± 13,62 ± 456,50 ± 52,13 ±
Standar 11,76 105,29 9,29 17,02 612,74 22,75
Deviasi
(SD)

Jumlah rata-rata koloni bakteri anaerob yang terdapat pada plak subgingiva dan
interdental dengan perlakuan obat kumur 1 (Listerine) berturut-turut adalah sebanyak 43,33
(SD=11,76) dan 118,92 (SD=105,29). Jumlah rata-rata koloni bakteri yang terdapat pada plak
subgingiva dan interdental dengan perlakuan obat kumur 2 (Minosep) berturut-turut adalah
sebanyak 9,74 (SD=9,29) dan 13,62 (SD=17,02), sedangkan jumlah rata-rata koloni bakteri
yang terdapat pada plak subgingiva dan interdental dengan perlakuan sikat gigi (kontrol)
berturut-turut adalah sebanyak 456,50 (SD=612,74) dan 52,13 (SD=22,75).

Grafik Perbandingan Rata-Rata Jumlah Bakteri Aerob dan Anaerob terhadap Semua
Perlakuan
500 456.5
Rata-rata Jumlah Bakteri (CFU)

450
388.67
400
350
300
250
200
150 118.92
88.12
100
43.33 40.58 52.13
50 23.1 8.56 9.74 18.84 13.62
0
Aerob-Subgingiva Anaerob-Subgingiva Aerob-Interdental Anaerob-Interdental

Lokasi Perlakuan

Listerin Minosep Kontrol

Dibandingkan dengan kontrol, kedua obat kumur efektif menghambat pertumbuhan bakteri oral,
yang diisolasi dari Sp g dan ID, baik yang ditumbuhkan secara aerob maupun secara anaerob (p<
0.05).
Subgingiva Aerob

Perlakuan p-value
Listerine 0,421
Minosep
Kontrol 0,159
Listerine
Kontrol 0,148
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva tidak
terdapat perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,421, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,159). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,148)

Interdental Aerob

Perlakuan p-value
Listerine 0,441
Minosep
Kontrol 0,564
Listerine
Kontrol 0,459
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva tidak
terdapat perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,441, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,564). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,459)

Subgingiva Anaerob

Perlakuan p-value
Listerine 0,018
Minosep
Kontrol 0,363
Listerine
Kontrol 0,334
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva terdapat
perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,018, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,363). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,334)

Interdental Anaerob
Perlakuan p-value
Listerine 0,162
Minosep
Kontrol 0,343
Listerine
Kontrol 0,079
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva tidak
terdapat perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,162, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,343). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,079)
BAB VI
Kesimpulan

Semua perlakuan baik perlakuan obat kumur listerine, obat kumur minosep, dan kontrol dengan
sikat gigi pada subgingival dan interdental menunjukkan hasil berupa tidak ada perbedaan
bermakna pada jumlah bakteri anaerob dan aerob, kecuali pada perlakuan dengan obat kumur
listerine dan minosep terhadap subgingival ada perbedaan bermakna pada jumlah pada bakteri
anaerob.

Anda mungkin juga menyukai