PERMUKAAN GIGI
1. Latar Belakang
Di dalam rongga mulut, permukaan gigi, regio supra dan sub gingiva merupakan salah satu
tempat pembentukan dental plaque dan merupakan miniatur biofilm, yang juga merupakan
fenomena kehidupan komunitas mikroorganisme di alam bebas.
Biofilm adalah mikroorganisme yang melekat (adheren) pada lingkungan biotik maupun abiotik.
Di pihak lain, sel bakteri atau jamur yang tidak menjadi bagian dari suatu komunitas biofilm,
disebut mikroorganisme planktonik.
Di dalam mulut yang dicermati sebagai habitat biofilm, adalah permukaan gigi
(supra/subgingiva, interdental), dental prosthetic appliances, oral mucous membranes, dan
dental unit water lines). Biofilm merupakan agent pemicu penyakit periodontal, karies dan
infeksi endodontik. Perilaku mikroorganisme planktonik di dalam saliva cendrung berprilaku
sebagai komensal, berbeda dengan biofilm yang dapat berpotensi sebagai patogen, sehingga
perlu di kontrol.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembentukan biofilm pada
permukaan gigi adalah dengan menyikat gigi, menggunakan dental floss, dan obat kumur atau
dapat juga kombinasi antara ketiganya.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh obat kumur terhadap bakteri pembentukan koloni bakteri di dalam
mulut
2. Tujuan Khusus
- Membandingkan pengaruh obat kumur terhadap pembentukan koloni bakteri di
supragingiva dan interdental.
- Membandingkan pengaruh obat kumur A (listerin), obat kumur B (minosep), dan
kontrol (menyikat gigi) terhadap pembentukan plak dalam mulut.
3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari ini yaitu dapat menambah wawasan mengenai perbedaan
efektivitas obat kumur 1 (merk Listerin) dan obat kumur 2 (merk minosep) dalam mencegah
pembentukan biofilm pada permukaan gigi. Sehingga kita dapat memilih obat kumur yang tepat
dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
Studi Literatur
1. Essential Oil
Essential oil yang dapat digunakan sebagai antibacterial adalah cinnamon, tea tree,
manuka, eucalyptus, Leptospermum morrisonii, grapefruit, menthol dan thymol. Essential
oil bekerja dengan cara melisis bakteri. Menthol memberikan rasa segar pada mulut.
2. Alkohol
Alkohol bersifat merusak membran sel bakteri dengan masuk ke dalam sel bakteri dan
menyerang protein di dalamnya. Akibatnya, proses metabolisme di dalam sel bakteri
menjadi terganggu sehingga pertumbuhannya terhambat sehingga terjadi denaturasi
protein pada bakteri dan mengakibatkan denaturasi protein (pengubahan struktur protein I
sehingga menjadi tidak aktif).
Efek samping alkohol adalah memberikan noda pada gigi, gigi tiruan, restorasi, gangguan
indra perasa, rasa ngilu pada akar gigi ulkus atau luka pada mulut.
Referensi:
Faverskov, Edwina Kidd. Dental Caries, The Disease and It’s Clinical Management.2nd ed.
1. Pengambilan Sampel
1. Daerah interdental
2. Daerah sulkus
1. Aerob
2. Anaerob
3. Cara
a) Dalam praktikum ini subjek dibagi menjadi 3 kelompok yaitu mahasiswa yang
menggunakan obat kumur 1 (listerine), mahasiswa yang menggunakan obat kumur 2
(minosep) dan kontrol (hanya menggosok gigi).
b) Sebelum praktikum yang menjadi subjek sebelum praktikum sudah menggosok gigi dan
menggunakan obat kumur, kemudian tidak makan hingga praktikum selesai.
c) Kemudian pada masing-masing subjek dilakukan pengambilan plak, yang pertama pada
daerah sulkus menggunakan paper point sedangkan pada daerah interdental
menggunakan dental floss.
d) Masukkan paper point dan benang dental floss yang telah digunting yang mengandung
plak ke dalam microsentrifuge yang telah diisi PBS (phosphate buffer saline)
e) Lakukan penimbangan untuk menentukan berat dental plaque
f) Sentrifugasi selama 1 menit (1000 rpm). Buang supernatant ke tempat sampah yang
disediakan, dan masukkan PBS steril (1000 µL), dan lakukan homogenisasi (gunakan
vortex atau pipetting) terhadap endapan (pellet), agar terbentuk suspensi bakteri.
g) Nyalakan api lampu spiritus, dan dekatkan microsentrifuge ke dekat api. Siapkan 2 petri
disk yang telah diisi medium Brain Heart Infusion (BHI)-agar. Perhatikan: Jika medium
agar masih tampak lembab/basah, masukkan ke dalam lemari pengeram (inkubator,
37oC, selama ± 5 menit). Petri disk sebelumnya telah dibagi menjadi 3 bagian menjadi
kontrol, obat kumur 1 dan obat kumur 2 serta dari mana plak diambil dan perlakuan
apakah aerob atau anaerob.
h) Selanjutnya, ambil suspensi bakteri (5 µL) dari microsentrifuge, dan tuangkan ke atas
medium-agar (gunakan pipet dan tip pipet kuning). Sebarkan supensi bakteri secara
merata ke seluruh permukaan BHI-agar (gunakan sengkelit yang telah dipanaskan pada
api lampu spiritus, diamkan beberapa detik sebelum digunakan untuk menyebarkan
bakteri). Sebarkan sesuai dengan daerah yang sudah kita bagi pada petri disk.
i) Untuk kondisi anaerob, petri disk dimasukkan ke dalam jar yang di dalamnya telah
terdapat gas pack.
j) Masukan biakan BHI-agar ke dalam inkubator untuk dieramkan pada suhu 37 oC, selama
24 jam.
k) Ambil petri disk dari incubator, kemudian lakukan penghitungan jumlah koloni
menggunakan aplikasi penghitung koloni atau menggunakan cara manual.
l) Analisis data yang didapat.
BAB IV
Hasil
Keterangan:
SD: Standar deviasi
BAB V
Pembahasan
Jumlah rata-rata koloni bakteri aerob yang terdapat pada plak subgingiva dan interdental
dengan perlakuan obat kumur 1 (Listerine) berturut-turut adalah sebanyak 23,10 (SD=23,72) dan
88,12 (SD=125,38). Jumlah rata-rata koloni bakteri yang terdapat pada plak subgingiva dan
interdental dengan perlakuan obat kumur 2 (Minosep) berturut-turut adalah sebanyak 8,56
(SD=4,76) dan 18,84 (SD=26,37), sedangkan jumlah rata-rata koloni bakteri yang terdapat pada
plak subgingiva dan interdental dengan perlakuan sikat gigi (kontrol) berturut-turut adalah
sebanyak 388,67 (SD=366) dan 40,58 (SD=37,73).
Jumlah rata-rata koloni bakteri anaerob yang terdapat pada plak subgingiva dan
interdental dengan perlakuan obat kumur 1 (Listerine) berturut-turut adalah sebanyak 43,33
(SD=11,76) dan 118,92 (SD=105,29). Jumlah rata-rata koloni bakteri yang terdapat pada plak
subgingiva dan interdental dengan perlakuan obat kumur 2 (Minosep) berturut-turut adalah
sebanyak 9,74 (SD=9,29) dan 13,62 (SD=17,02), sedangkan jumlah rata-rata koloni bakteri
yang terdapat pada plak subgingiva dan interdental dengan perlakuan sikat gigi (kontrol)
berturut-turut adalah sebanyak 456,50 (SD=612,74) dan 52,13 (SD=22,75).
Grafik Perbandingan Rata-Rata Jumlah Bakteri Aerob dan Anaerob terhadap Semua
Perlakuan
500 456.5
Rata-rata Jumlah Bakteri (CFU)
450
388.67
400
350
300
250
200
150 118.92
88.12
100
43.33 40.58 52.13
50 23.1 8.56 9.74 18.84 13.62
0
Aerob-Subgingiva Anaerob-Subgingiva Aerob-Interdental Anaerob-Interdental
Lokasi Perlakuan
Dibandingkan dengan kontrol, kedua obat kumur efektif menghambat pertumbuhan bakteri oral,
yang diisolasi dari Sp g dan ID, baik yang ditumbuhkan secara aerob maupun secara anaerob (p<
0.05).
Subgingiva Aerob
Perlakuan p-value
Listerine 0,421
Minosep
Kontrol 0,159
Listerine
Kontrol 0,148
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva tidak
terdapat perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,421, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,159). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,148)
Interdental Aerob
Perlakuan p-value
Listerine 0,441
Minosep
Kontrol 0,564
Listerine
Kontrol 0,459
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva tidak
terdapat perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,441, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,564). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,459)
Subgingiva Anaerob
Perlakuan p-value
Listerine 0,018
Minosep
Kontrol 0,363
Listerine
Kontrol 0,334
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva terdapat
perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,018, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,363). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,334)
Interdental Anaerob
Perlakuan p-value
Listerine 0,162
Minosep
Kontrol 0,343
Listerine
Kontrol 0,079
Minosep
Pada hasil uji T-test, perlakuan obat kumur listerine dan minosep pada lokasi subgingiva tidak
terdapat perbedaan bermakna pada jumlah bakteri aerob dengan hasil p-value 0,162, sedangkan
perlakukan obat kumur listerin dan hanya dengan sikat gigi juga tidak ada perbedaan bermakna
pada jumlah bakteri aerob (p-value= 0,343). Pada perlakukan minosep dan sikat gigi
menghasilkan hasil tidak berbedaan bermakna juga pada jumlah bakteri aerob (p-value=0,079)
BAB VI
Kesimpulan
Semua perlakuan baik perlakuan obat kumur listerine, obat kumur minosep, dan kontrol dengan
sikat gigi pada subgingival dan interdental menunjukkan hasil berupa tidak ada perbedaan
bermakna pada jumlah bakteri anaerob dan aerob, kecuali pada perlakuan dengan obat kumur
listerine dan minosep terhadap subgingival ada perbedaan bermakna pada jumlah pada bakteri
anaerob.