Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK REMAJA

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Yulianto, S.Ke., M.pd.,MPH

DI SUSUN

Sheli Hermila

P031914472021

POLTEKKES KEMENKES RIAU

PRODI DIII KEPERAWATAN DILUAR KAMPUS UTAMA

TA 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa.
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.
Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak
dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan
secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung
mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung
bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah
dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan
gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-
masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya, disebutkan
bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7 miliar. Sebanyak 1,2
miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun. Adapun
900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang. Negara Indonesia sendiri,
hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia
merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah
remaja terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk
(BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja
adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri,
dan masalah yang timbul bisa teratasi.
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a) Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b) Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
c) Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
d)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Remaja


Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-
tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).
1.2 Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan
jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para
remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya.
Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,
idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari
Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak)
dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

1.3 Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas
dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau
ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis
identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi
dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi
peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam
kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
b. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan
cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti
penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan
ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan
bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka
sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan
dari kelompok.
1) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain
di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu
dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas
pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan
periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan
bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang
menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif
pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari
berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
2) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas
peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang
matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa.
Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah
geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
3) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa
remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang
pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan
emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu
dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat
untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka
masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu
diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman,
ketegangan, dan kebimbangan.
c. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri
periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan
perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja;
memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan,
seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya
dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari
dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat
rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau
inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau
serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
d. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral
dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan
orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan
peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari
observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa
tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
e. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah
yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam
kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep
keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat
menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
f. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang
mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi
baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari
kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami
tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam
sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya
dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa
kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan
kekuatan dan kekuasaan.
3) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik,
dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri.
Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
4) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini
lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa
kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang
sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba
kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling
memberikan dukungan satu sama lain.
1.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock,
2001) antara lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita. Tugas perkembangan pada masa remaja
menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya,
hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan
untuk menguasai tugastugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi
mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan
pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar
bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan
menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan
masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya,
pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang
relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi
delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu
para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan
fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep
mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya.
Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari
cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa
yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi
anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan
didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk
mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan
menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir
masa kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru
dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan
teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya. Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian,
usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun,
kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak
remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang
diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang
dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki
hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja
memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja
memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak
ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka
secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih
harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang
diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual
yang berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan
perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain
hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan
1.5 Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval,
1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
1. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.

1.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaj


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
1.7 Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan
Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau
buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku
anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini
hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan
sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk
memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau
bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-
hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman
berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya
kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang
diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa
kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan
dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan.
Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh,
canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya,
karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan
bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-
tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani
melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja
adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka
sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan
untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan
yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual,
tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini
sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para
remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton
film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma
masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Gambaran Kasus


Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB pada keluarga Bp. R
(38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari Ibu R (30 tahun), An. H (14 tahun), An. F
(12 tahun), An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan terakhir Bp. R adalah SMP.
Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC (pembawa acara) di acara-acara
pernikahan. Alamat tinggal sekarang ini di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bp. R merupakan keluarga extended family
(keluarga luas/besar) yang terdiri dari keluarga inti dan orang tua dari Bp.R yaitu Nenek. R.
Diamana keluarga Bp. R merupakan keluarga yang didalamnya masih terdapat hubungan
darah, perkawinan dan saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing, karena didalam satu rumah di keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup
bersama, segala kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R mengatakan
bersuku Betawi. Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit
dibelikan obat warung terlebih dahulu untuk pertolongan pertamanya. Ibu. R mengatakan
keluarga beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu
dan bepuasa. Di keluarga Bp. R pencari nafkah utama adalah Bp. R yang bekerja sebagai
buruh, selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai pembawa acara/MC di acara-acara
pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada dirumah. Ibu. R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Ibu. R mengatakan tidak
memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata.
An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan dirinya stress maka dia akan main keluar dengan
teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau
rental PS dan menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-
temannya hingga malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan keluarga dengan remaja yaitu:
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab remaja mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan Ibu. R
mengatakan bahwa An. H adalah anak pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya.
Terutama saat memasuki usia remja An. H sudah jarang berkumpul dengan keluarga, jika
berada dirumah An. H banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya. An. H mengatakan
jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh
sesuatu, misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk
menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenanrnya Bp. R baik, tetapi memang agak keras
untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan bahwa An. H sulit diatur semenjak
memasuki SMP. An. H mengtakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya sebagai remaja., karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja.
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan orang
tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan. Terdapat 2
jendela yang kurang lebih yang berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk.
Namun, jendela yang selalu terlihat terbuka ini jarang dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak
ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H
mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman
dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain
ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ibu. R mengatakan
bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Namun, An. H mengatakan
lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua
atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara
kepada anaknya. Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang
apa saja tugas setiap anggota keluarga. Ibu. R mengatakan urusan anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibuya. An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu. R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu. R
mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar anakya di rumah.
Ibu. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka
dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang pendiam dan jarang
menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan degan
baik. Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota yang sakit, maka yang sakit akan
langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik. Keluarga Ibu. R juga sering
memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi
obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An.
H yang sudah memasuki masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba
merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan
rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekoah maupun teman di
sekitar rumahnya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-
teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).

3.2 Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Bp. R
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pendidikan Terakhir : SMP
4. Usia : 38 tahun
5. Pekerjaan : Buruh
6. Alamat : RT 02 RW Kelurahan Cisalak Pasar Kec.
Cimanggis
7. Komposisi Keluarga :
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan
Kelamin dg KK
1 Ibu R Perempuan Istri 30 thn SMP
2 An. H Laki-laki Anak 1 14 thn SMP kls 2
3 An. F Perempuan Anak 2 12 thn SD kls 6
4 An. L Perempuan Anak 3 9 thn SD kls 3
5 Nenek R Perempuan Ibu 61 thn SD

Genogram :

Nenek
R
61 thn

Bp. R Ibu R
38 thn 30 thn

An. H An. F An. L


14 thn 11 thn 9 thn
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Remaja / Pasien

: Cerai

: Tinggal dalam satu rumah

8. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. R termasusk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/besar). Keluarga Bp. R (38 thn) terdiri dari Bp. R, Ibu R, ketiga anaknya dan
ibu dari Bp. R yaitu nenek R (61 thn).
9. Suku Bangsa :
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu R juga berasal dari
Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari di rumah
adalah Bahasa Indonesia dalam percakapan. Ibu R mengatakan keluarganya tidak
memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status kesehatan keluarga yang
diajarkan turun-temurun.
10. Agama :
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan
keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu dan puasa dilakukan. Menurut keluarga Bp.
R, agama berperan penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal
kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga uga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sedang sakit tersebut.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di keuarga Bp. R pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R yang
bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 – 2.500.000 setiap bulan.
Selain itu Bp. R juga masih aktif menjadi pembawa acara/MC di acara-acara
pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada di rumah. Ibu R sehari-hari
membuka warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di
rumahnya dengan penghasilan perhari 50.000-an. Keperluan keluarga sehari-hari
adalah untuk makan dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R saat ini
memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya bekerja.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga,
hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan
dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang jarang
dilakukan., hanya jika ada waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu R juga
mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak rumahnya
berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di rumah Ibu R mengatakan
keluarganya dapat menikmatihiburan melalui TV dan radio yang tersedia di
rumahnya. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat dirinya stress
maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil
mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan
motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga
malam hari.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


13. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan
anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H untuk memilih apa
yang ingin dilakukan. An. H mengatakan tanggung jawabnya adalah belajar
dan membantu orang tua, itupun jarang dilakukan atas kemauannya sendiri.
An. H sudah memiliki cita-cita, yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi
hanya sebatas harapan dan tidak tahu bagaimana mencapai tujuannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu R saat ini sudah berlangsung selama 15 tahu,
anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat ini, Ibu R dan
Bp. R mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya dengan
memenuhi segala kebutuhan mereka.
14. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan jarang
berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H
sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. H
banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan
jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan
kalau menyuruh sesuatu misalnya belajar, Bp. R sering marah-marah
sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ibu R mengatakan sebenarnya
Bp. R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu R
juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP.
An. H mengatakan tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai
remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja.
15. Riwayat Keluarga Inti :
Bp. R dan Ibu R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya lahir
setahun kemudian. Ibu R dan Bp. R baru memutuskan memakai kontrasepsi
setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi yang dipih adalah pil KB.
16. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga Bp.
R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada pola makan atau jenis
makanan yang dibatasi.

c. Lingkungan
17. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi
menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan
yang paling belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan
oleh Bp. R dan Ibu R, sedangkan 2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak
dan Nenek R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu R. Lantai rumah terbuat dari
kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan
samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang
dibersihkan. Warna dinding rumah adalah putih yang kondisinya cukup bersih.
Kondisi rumah tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah yang
sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo)
sehingga airnya tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari
mulai gelap pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.

Denah Rumah

Kamar Dapur
Mandi

T
Ruang Ruang e
Tudur Keluarga r 10 m
a
s
Ruang Ruang Warung

Tidur Tamu

Teras

7m

18. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :


Bp. R jarang berkumpul dengan tentangga karen akesibukannya, namun Ibu
R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan rumah. Ibu R sendiri
tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus warung yang
ada di rumah. Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi kanan rumah Bp. R
yaitu rumah saudaranya dan sebelah kiri adalah rumah tetangganya, di belakang
rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan
harmonis.
19. Mobilitas Geografis Keluarga :
Saat ini keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang
selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp.R sendiri sudah tinggal di
rumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp. R adalah anak tunggal dari kedua
orang tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut ditinggali keluarga Bp.
R dan ibunya. Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya,
kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R.
20. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Bp. R selalu menekankan pada Ibu R supaya mengikuti acara yang
diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya.
Apabila ada waktu luang Ibu R mengajak anaknya bermain ke tetangga.
Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan
yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
di daerah setempat RT 02. An. H mengatakan sudah jarang (suka membolos)
dalam mengikuti pengajian. Bp. R sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa
acara/MC di acara-acara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/RW. Ibu R
juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan rumahnya. Saudara
Ibu R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu R, setiap hari selalu bertemu. An. H
berteman dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip
dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan
menggunakan motor.
21. Sistem Pendukung Keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang menyelesaikan
dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan orang tua, karena dengan
orang tua tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai
pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang
memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang idup
saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana
kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang sakit menurut Ibu
R sangat membantu keluarga.
d. Struktur Keluarga
22. Pola Komunikasi Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya menekankan
keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu R mendiskusikan bersama
Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tu. Waktu yang biasanya
digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan
bersama dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang
tua ataupun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
23. Struktur Kekuatan Keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala keluarga,
tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu R punya pendapat sendiri dan
membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga
dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu R juga berinisiatif
sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan
tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.
24. Struktur Peran :
 Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk
kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
 Ibu R
Ibu R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya.
Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka usaha
warung di rumah.
 An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya.
Ibu R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu
R mengatakan tidak pernah membantu aktivitas belajar anaknya di rumah.
 An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu R yang pada tahun ini akan memasuki
SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak dari An. L.
 An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu R juga berperan sebagai adik dari kedua
orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.
 Nenek R
Sebagai ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An. H, An. F dan
An. L.
Ibu R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa
saja tugas setiap anggota keluarga.
25. Nilai dan Norma Keluarga :
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma budaya. Penerimaan keluarga
terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima
kehadiran perawat.

e. Fungsi keluarga
26. Fungsi Efektif :
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling
terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang
pendiam dan jarang menyampaikan pendapat.
27. Fungsi Sosialisasi :
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik.
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Bp. R
tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut.
28. Fungsi Perawatan Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka
yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotek. Keluarga
Ibu R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah
sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja.
Bp. R mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok
hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya biasanya
Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya.
f. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa
remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-
temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H
juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di
lingkungannya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran
dengan teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat
wanita (pacar).
30. Stressor Jangka Panjang :
Ibu R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang semakin mahal,
terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. F akan lulus dari SD dan akan
memasuki SMP.
31. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari
masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap
masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan meminta bantuan dari orang tua
dan tetangga yang terdekat.
32. Strategi Koping yang Digunakan :
Ibu R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada
Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada.
33. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak ada.

g. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke rumahnya
adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian
keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka
juga berharap akan banyak mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai
macam jenis penyakit dan cara perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
1 Bp. R
130/90 86 21 36,7 68 172
(38 tahun)
Keluhan/RPS Tidak memiliki keluhan fisik
Riwayat Bp. R mengatakan
penyakit
dahulu
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 10x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak
ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama 0
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (Kg) (cm)
2 Ibu. R
110/70 82 19 36,8 48 154
(30 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
3 An. H
120/80 88 20 36,5 51 156
(14 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama 0
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (Kg) (cm)
4 An. F
110/80 91 21 36,8 36 139
(12 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
5 An. L
110/70 92 22 36,9 31 134
(9 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama 0
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (Kg) (cm)
6 Nenek. R
140/90 90 23 37 52 155
(61 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.

Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik :


Bp. R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada pemerikasaan
fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak
ada riwayat penyakit keturunan.
Ibu R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada pemerikasaan
fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak
ada riwayat penyakit keturunan.
An. H
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak
meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
An. F
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak
meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
An. L
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh kurus, tidak meiliki
keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
Nenek R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak meiliki keluhan fisik,
penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
3.3 Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. R mengatakan dirumahnya keluarga mengenal performa peran
tidak ada peraturan yang jelas masalah tentang remaja An. H
tentang apa saja tugas setiap tugas dan fungsi keluarga Bp. R
anggota keluarga. perkembangan
- An. H mengatakan tidak keluarga dengan
mengetahui tugas anak remaja.
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
- An. H mengatakan sebelumnya
tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai tugas
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
- Ibu. R mengatakan urusan
anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya

DO :
- An. H marupakan anak pertama
dalam keluarga.
- An. H berusia 14 tahun, berada
pada masa remaja awal.
- Dirumahnya tidak ada yang
mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada remaja
(An. H)
2. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. R mengatakan urusan keluarga mengenal koping keluarga
anaknya lebih banyak masalah tentang Bp.R
diserahkan kepada ibunya pentingnya
- Ibu. R mengatakan An. H lebih komunikasi efektif
suka menghabiskan waktunya antara orang tua
didalam kamar dari pada dan remaja.
berkumpul dengan keluarga
- Ibu. R mengatakan Bp. R
memang agak keras untuk
mendidik anak-anaknya
- An. H mengakui tidak pernah
menceritakan masalah yang
dihadapinya pada orang tua
- An. H mengatakan kadang
percakapan dengan orang tua
akan berakhir dengan
ketegangan
- An. H mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya
debandingkan kepada orang tua
ataupun keluarganya yang lain.

DO :
- Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara
kepada anaknya.
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d ketidak mampuan
keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan
anak remaja.
2. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.

3. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga


mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan
remaja.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat

4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui
penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai jenjang
merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan kesehatan keluarga
yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan
oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta

Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

ners.unair.ac.id/materikuliah/askep%20remaja%20new.pdf

Anda mungkin juga menyukai