NIM : 14334084
Soal
gelap
Penicilin merupakan salah satu antibiotic yang apabila di reaksikan bengan Larutan RL
(Ringer Laktat) akan terbentuk suatu senyawa kompleks antara penicillin dengan larutan
ringer sehingga dapat terjadi proses pengendapan. Hal ini membuat Penicillin menjadi tidak
aktif karena eddapan yang dihasilkan. Untuk itu Penicillin sebaiknya tidak dicampur
bersamaan dengan hidrokortison taua dalan hal ini larutan ringer laktat.
Karbenisilin sebaiknya tidak dicampur dengan Gentamisin, karena jika dberikan bersama
karbenisilin akan dapat menghambat kerja gentamisin. Hal ini membuat Gentamisin menjadi
tidak aktif selain itu kabenisilin akan rusak. Oleh karena itu sebaiknya kedua obat tersebut
tidak dicampur secara bersamaan.
Rifampisindapat berinteraksi dengan Isoniazid (INH) pada proses pencampuran. Bila
digerus bersamaan,maka menurunkan aktifitas INH hal ini dikarenakan sifat rifampisin yang
higroskopis. Efek yang ditimbulakan adalah INH mengalami penurunan aktifitas. Oleh karena
itu pemberian obatnya harus dipisah, dan tidak digerus bersama pada saat pembuatan.
Amfoterisin jika dicampur dengan Larutan garam fisiologis/ larutan Ringer maka akan
terbentuknya suatu senyawa kompleks antara amfoterisin dengan larutan ringer. Hal ini dapat
menyebabkan proses pengendapan. Amfoterisin akan mengendap dalam larutan garam
fisiologis/larutan Ringer. Oleh karena itu Amfoterisin tidak dicampur bersamaan dengan
cairan infus.
Fenitoin dapat bereaksi dengan Larutan dextrose 5 % diluar tubuh. Jika diberikan bersama
maka akan terjadinya interaksi antara fenitoin dengan larutan dextrose 5 % . hal ini
menyebabkan Fenitoin akan mengendap dalam larutan dextrose 5%, sehingga Fenitoin tidak
dicampur bersamaan dengan cairan infus.
Diazepam akan mengendap apabila di berikan bersamaan dengan Cairan Infus hal ini
terjadi diluar tubuh manusia. Sebaiknya Diazepam diberikan secara terpisah dengan cairan
infus. Karena endapan yang diazepam dalam cairan infus tidak akan memberikan efek
farmakologis.
Aspirin dapat berinteraksi dengan Natrium bikarbonat di lingkungan terbuka. H2O yang
terdapat dalam udara memungkinan terjadinya hidrolisis Aspirin. Cahaya mataharipun
berperan dalam hidrolisis aspirin. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemakaian wadah ampul
yang berwarna gelap untuk menghindari terjadinya hidrolisis.
Phenitoin-Na bereaksi dengan Infus diluar tubuh manusia. Terjadinya interaksi antara
phenitoin-Na dengan infus apabila diberikan secara bersamaan. Hal ini
menyebabkanPhenitoin-Na akan mengendap dalam larutan infus. Karena hal tersebut
Phenitoin-Na tidak dicampur bersama cairan infus.
Oksitertrasiklin-HCl dapat berinteraksi dengan MgS04. Terjadi interaksi antara
oksitetrasiklin-HCl dengan MgSO4 dengan terbentuknya ikatan komplek tak larut.
Oksitetrasiklin-Ca. Sebaiknya Oksitertrasiklin- HCl tidak di campur bersama MgSO4 saat
pemberian.
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012
Abstrak
Usia geriatri merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah-masalah yang terkait dengan
penggunaan obat, salah satunya adalah kejadian interaksi obat-obat. Dalam penelitian ini dilakukan
studi untuk mengetahui interaksi potensial obat-obat. Data diproses melalui www.drugs.comdatabase.
Evaluasi ini memaparkan prevalensi dan mengklasifikasikan jenis interaksi potensial berdasarkan level
interaksi dan spesialisasi medik. Dari total 29.839 resep dari tujuh apotek di kota Bandung diperoleh
334 lembar resep geriatri (1,12%). Dari resep geriatri tersebut, tedapat 4 lembar resep (1,20%) dengan
jumlah 1 R/ yang artinya pada resep ini tidak berpotensi untuk terjadi interaksi. Sedangkan jumlah R/
pada lembar resep yang mengandung lebih dari 1 R/ adalah 1.136 dengan rata-rata jumlah R/ pada
setiap lembar resep adalah 3,40. Sebanyak 131 lembar resep terdapat interaksi potensial obat-obat
sebesar 39,22%. Total interaksi potensial yang terjadi adalah 210 interaksi. Interaksi potensial
moderate adalah sebanyak 187 (89,05%) sedangkan severe sebanyak 23 (10,95%). Kejadian potensi
interaksi moderate dan severe pada kelompok spesialisasi medik umum adalah sebanyak 85,00%,
penyakit dalam 8,40%, kardiologi 2,30%, THT 2,30%, syaraf 0,76% dan gigi 0,76%.
96
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012
97
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012
penelitian ini yang dianalisis hanya level adalah 3,40. Hanya terdapat 4 lembar resep
interaksi yaitu moderate dan severe. Level (1,20%) yang terdiri dari 1 R/.
interaksi ini kemudian juga diklasifikasikan Usia rata-rata pasien geriatrik pada
berdasarkan spesialisasi medik. resepresep yang diteliti adalah 68 tahun.
Interaksi severe adalah interaksi yang Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 44,78%
memiliki potensi yang berbahaya dan serius pasien laki-laki dan 55,22% pasien
pada pasien, memiliki insiden yang rendah perempuan.
dengan akibat yang dapat merugikan pasien Sebanyak 131 (39,22%) lembar resep
dengan dokumentasi terbatas. Interaksi mengandung potensi interaksi obat-obat,
moderate adalah interaksi yang memiliki artinya pasien geriatrik hampir 40,00%
interaksi dengan signifikansi klinis yang lebih berpotensi mendapatkan resep yang
rendah dibandingkan dengan interaksi severe mengandung potensi interaksi obat-obat.
tetapi juga dapat menimbulkan kerugian pada Hal ini tentunya menjadi kewajiban
pasien dengan dokumentasi yang kurang baik tenaga kesehatan untuk mewaspadai
sedangkan interaksi minor adalah interaksi serta memberikan perhatian lebih
yang memiliki signifikansi klinis yang terhadap potensi interaksi yang mungkin
rendah, interaksi ini resikonya terbatas pada terjadi.
pasien itu sendiri.10
Klasifikasi interaksi dibagi menjadi
dua kelompok yaitu interaksi moderate
Hasil dan severe. Total interaksi potensial
yang terjadi adalah 210 interaksi.
Interaksi potensial moderate adalah
Dari total 29.839 resep yang masuk, terdapat
sebanyak 187 (89,05%) sedangkan
334 (1.12%) lembar resep pasien geriatrik
severe sebanyak 23 (10,95%). Hasil
yang masuk dalam kriteria inklusi penelitian.
analisis DDIs ini dapat dilihat pada
Dari resep yang masuk kriteria inklusi ini
Tabel 1.
ratarata jumlah R/ pada setiap lembar resep
Tabel 1 Identifikasi DDIs di tujuh apotek terpilih di Kota Bandung
No ApotekLembar Resep Jumlah R/ Lembar DDIs
Total Geriatri Resep /R Resep Moderate Sev
Geriatri Geriatri ere
hanya 1 DDIs
/R
1 A 4827 26 0 74 9 16 0
2 B 3144 19 0 53 2 1 2
3 C 4652 8 0 19 0 0 0
4 D 1183 44 0 223 28 63 3
5 E 799 9 3 25 4 13 2
7 G 4655 47 1 149 16 17 0
98
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012
80
Prosentase Resep DDI's
70
60
50
40
30
20
10
0
Umum Penyakit Dalam Jantung THT Syaraf Gigi
potensial terbanyak terjadi pada kelompok Jumlah rata-rata R/ pada setiap lembar resep Spesialisasi
Medik Gambar 1 DDIs pada setiap spesialisasi medik
dalam penelitian ini adalah 3,40 yang sehingga dapat mencegah terjadinya
artinya termasuk dalam kelompok interaksi obat-obat potensial dan pada
polifarmasi minor. Polifarmasi minor akhirnya meningkatkan kualitas hidup
mengandung 2–4 obat dalam setiap pasien.
lembar resep.11 Potensi interaksi pada Kasus DDIs paling banyak terjadi
setiap lembar adalah sebesar 39,00%. pada peresepan dokter umum. Hal ini
Angka potensi interaksi ini termasuk dapat terjadi karena jumlah lembar
tinggi. Pada sebuah studi di Yunani, resep yang masuk dalam kriteria inklusi
angka kejadian interaksi potensial yang terbanyak adalah lembar resep
adalah sebesar 18,50%.12 Dari total dari peresepan dokter umum yaitu
resep yang dianalisis interaksinya, yang sebesar 74,55%. Selain itu, jenis obat
termasuk kelompok moderate adalah yang digunakan pada dokter umum
sebanyak 187 (89,05%) sedangkan biasanya lebih beragam, sehingga
severe sebanyak 23 (10,95%). Hal ini penggunaan kombinasi dari obat-obat
menunjukkan bahwa potensi interaksi tersebut tidak mudah untuk
moderate lebih sering terjadi pada teridentifikasi.
kelompok usia geriatri dan menuntut
Penyakit pada usia lanjut sering terjadi
kewaspadaan dari apoteker dan dokter
pada banyak organ sehingga pemberian obat
untuk mencegah atau meminimalisasi
sering terjadi polifarmasi. Diantara demikian
kejadian tersebut untuk meningkatkan
banyak obat yang ditelan pasti terjadi
kualitas pengobatan pasien. Studi dari 7
interaksi obat yang sebagian dapat bersifat
apotek ini menggambarkan hal yang
serius dan sering menyebabkan meningkatnya
terjadi di pelayanan kesehatan, ada
jumlah pasien rawat di rumah sakit bahkan
baiknya untuk melengkapi apotek
kematian. Interaksi obat pada kelompok usia
dengan software interaction checkers
99
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012
geriatri terjadi pada profil farmakokinetik dan timbul dari terapi obat mereka. Praktek
farmakodinamik. Pada usia lanjut perubahan farmasi klinis juga dapat memastikan bahwa
terjadi pada saluran cerna yang diduga kejadian efek samping obat dapat
mengubah absorbsi obat, misalnya diminimalkan dengan menghindari obat
meningkatnya pH lambung, menurunnya dengan potensi efek samping pada kelompok-
aliran darah ke usus akibat penurunan curah kelompok pasien yang rentan mengalaminya.
jantung dan perubahan waktu pengosongan Dengan demikian, apoteker memiliki peran
lambung dan gerak saluran cerna.13 besar untuk bermain dalam kaitannya dalam
Interaksi farmakodinamik pada usia lanjut pencegahan, deteksi dan pelaporan kejadian
dapat menyebabkan respons reseptor obat dan efek samping obat.14
target organ berubah, sehingga sensitivitas Secara umum, interaksi obat harus
terhadap efek obat menjadi lain. Ini dihindari karena kemungkinan hasil yang
menyebabkan kadang dosis harus disesuaikan buruk atau tidak terduga. Beberapa interaksi
dan sering harus dikurangi. obat bahkan dapat berbahaya bagi pasien.
Interaksi obat dianggap penting secara Misalnya, jika pasien memiliki tekanan darah
klinik apabila berakibat meningkatkan tinggi. Pasien bisa mengalami reaksi yang
toksisitas atau justru menurunkan efek terapi tidak diinginkan jika mengambil dekongestan
dari obat-obat tersebut. Interaksi antara obat- hidung. Namun, interaksi obat juga dapat
obat dapat dikurangi atau diperkecil dengan sengaja dimanfaatkan, misalnya
kemungkinannya dengan cara menghindari pemberian probenesid dengan penisilin
penggunaan polifarmasi yang tidak sebelum produksi massal penisilin. Hal
dibutuhkan. tersebut berguna untuk mengurangi jumlah
penisilin yang dibutuhkan.15
Apoteker mempunyai tanggung jawab
untuk memastikan bahwa obat-obatan yang Interaksi walaupun harus diwaspadai
dikonsumsi oleh pasien bekerja dengan aman karena efeknya yang tidak dikehendaki
dan efektif, sangat penting untuk menyadari tetapi ada beberapa interaksi yang
faktor-faktor paling umum yang dapat menguntungkan dengan mekanisme
mengubah efektivitas obat, salah satunya yang sudah diketahui. Keterbatasan studi
adalah terjadinya interaksi obat. Selain obat- ini adalah hanya dilakukan pada 7
obatan yang teridentifikasi dalam resep yang apotek terpilih dengan jumlah sampel
diteliti dalam penelitian ini, banyak zat yang yang kecil. Selanjutnya dapat dilakukan
berinteraksi tidak dianggap obat oleh pasien studi pada farmasi komunitas dengan
seperti obat-obat yang dibeli oleh pasien sampel yang lebih besar agar hasil
untuk pengobatan sendiri (swamedikasi) penelitian akan dapat lebih
termasuk sediaan obat-obat tradisional. menggambarkan kondisi yang terjadi di
Termasuk jenis interaksi lainnya yaitu lapangan dengan lebih baik. Walaupun
interaksi obat dengan makanan dan hasil demikian, penelitian ini sudah
laboratorium. menunjukkan fenomena yang terjadi
pada kondisi peresepan yang sebenarnya
Peran apoteker dalam pengelolaan interaksi
terutama di Kota Bandung.
obat bersama dokter (penulis resep) memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa pasien
sadar akan adanya risiko efek samping dan Simpulan
penanganannya. Dengan pengetahuan yang
rinci tentang pengobatan, seorang apoteker
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
memiliki kemampuan untuk menghubungkan
pasien di Kota Bandung berisiko
gejala yang tak terduga yang dialami oleh
mendapatkan interaksi potensial obat-
pasien untuk efek samping yang mungkin
obat (DDIs) sebesar 39,00% pada setiap
100
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 3, September 2012
lembar resep yang didapatkan. DDIs 8. Sitar DS. Aging issues in drug disposition
paling banyak terjadi pada peresepan and efficacy. Proc West Pharmacology
dokter umum yaitu sebesar 85,50%. and Social, 2007, 50: 16–20.
Suatu sistem harus dibangun untuk 9. Drug Interactions Checker. Cherner
meminimalisasi kejadian tersebut Multum, Inc, Denver, CO.
terutama untuk kategori pasien khusus http://www.drugs. com/. Diakses 10
seperti kelompok usia geriatri. Dokter Januari 2012.
sebaiknya menyadari bahwa DDIs
10. Hansten PD, Horn JR. Drug interactions
potensial berbahaya dan apoteker dapat
and updates. 7th ed. WA Aplied
berkontribusi dalam deteksi dan
Therapeutics Inc: Vancouver. 2009.
pencegahan untuk keselamatan pasien.
11. Reamer LB, Massey EB, Simpson TW,
Simpson KN. Polypharmacy: misleading,
but manageable. Clinical Intervensions in
Daftar Pustaka Aging, 2008, 3(2): 383–389.
12. Chatsisvili A, Sapounidis I, Pavlidou G,
1. Merle L, Laroche ML, Dantoine T, Zoumpouridou E, Karakousis VA,
Charmes JP. Predicting and preventing Spanakis M, et al. Potential drug-drug
adverse drug reaction in the very old. interactions in prescriptions dispensed in
Drugs and Aging, 2005, 22(5): 375–392. community pharmacies in Greece.
2. Zhou X. Herb-drug interactions with Pharmacy World Science, 2010, 32(2):
Danshen: a review on the role of 187–193.
cytochrome P450 enzymes. Journal of 13. Bustami, ZS. Obat untuk kaum lansia.
Drug Interaction and Drug Metabolism, edisi kedua. Penerbit ITB: Bandung.
2012, 27(1): 9–18. 2001.
3. Frazier SC. Health outcomes and 14. Palanisamy S, Arul Kumaran KS,
polypharmacy in individuals: an Rajasekaran A. A study on assessment,
integrated literature review. Journal of monitoring, documentation and reporting
Gerontological Nursing, 2005, 31(9): 4. of adverse drug reactions at a multi-
4. Bjerrum L, Andersen M, Petersen G, specialty tertiary care teaching hospital in
Kragstrup J. Exposure to Potential Drug South India. International Journal
Interactions in Primary Health Care. Pharmacy Technology Research, 2009,
Scandinavian Journal Primary Health 4(3): 1519–1522.
Care, 2003, 21: 153–158. 15. Kamus Kesehatan. Definisi Interaksi
5. Ansari, JA. Drug interaction and Obat.
pharmacist. Journal of Young Pharmacist, http://kamuskesehatan.com/arti/interaksio
2010, 2(3): 326–331. bat/. Diakses pada 29 Januari 2012.
6. Sundborn LT. Women and men report
different behaviours in and reasons for
medication non-adherence: a nationwide
Swedish survey. Journal of Pharmacy
Practice, 2012, 10(4): 207-221.
7. Hines LE, Murphy JE. Potentially
harmful drug-drug interactions in the
elderly: a review. American Journal of
Geriatric Pharmacotherapy, 2011, 9(6): 1.
101