I. Konsep Dasar
A. Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Smeltzer & Bare, 2002).
Gagal ginjal kronis adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengerjakan fungsinya dimana
ginjal sudah tidak mampu membuang produk sisa, mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit (termasuk keseimbangan asam dan basa), serta tidak mampu mengendalikan
tekanan darah (Barbara C Long, 1996).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001)
Katagori Tahapan GGK :
1. Penurunan faal ginjal (LFG = 40 –75%)
Tanpa keluhan, faal ekskresi dan regulasi masih dapat dipertahankan
2. Insufisiensi ginjal (LFG = 20 – 50%)
Keluhan yang berhubungan dengan azotemia, anemia, hiperurikemia.
3. Sindrom acute on CRF (oliguri, overhidrasi, edema perifer, asidosis, hiperkalemia,
anemia, hipertensi)
4. Gagal ginjal (LFG = 5 – 25%)
Gambaran klinis dan lab makin nyata : peningkatan kadar ureum kreatinin serum,
anemia
5. Terminal/end state (LFG = <5%)
Sindrom azotemia
B. Etiologi
1. Pre Renal
Terjadi gangguan aliran darah ke ginjal sehingga ginjal mengalami iskemia yang dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan ginjal, hal ini antara lain disebabkan oleh :
1
a) Hipovolemia :
1) Kehilangan darah/plasma,Kehilangan cairan: gastro intestinal tack(GIT),
2) Redistribusi intraekstravaskuler : hipoalbumin, peritonitis hipoalbumin,
respirasi distress syndrome, kerusakan otot yang luas
2
C. Patoflow
3
D. Tanda dan Gejala
1. Kelainan hemapoetik
a) Anemia
b) Hemolisis SDM (uremik) dan eritropoetin menurun
c) Purpura/diastesis hemoragik (trombositopenia)
2. Gastrointestinal
a) Mual, muntah, anoreksia
b) Konstipasi
c) Perdarahan GIT
3. Integumen
a) Warna kulit abu-abu mengkilat
b) Kulit kering bersisik
c) Pruritus
d) Ekimosis
e) Kuku tipis dan rapuh
f) Rambut tipis dan kasar
4. Kelainan kardiovaskuler
a) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron)
4
7. Muskuloskeletal
a) Nyeri tulang
b) Fraktur patologik
c) Osteodistropi ginjal
d) Kelemahan otot dan kram
8. Endokrin
a) Gangguan toleransi glukosa
b) Gangguan metabolism lemak
c) Gangguan metabolisme vitamin D
9. Reproduksi
a) Infertil
b) Penurunan libido
c) Impotensi
d) Gangguan menstruasi, gangguan ovulasi, amenorea
E. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Urine :
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau anuria.
b) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat/ urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, forfirin
c) Berat Jenis : < 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)
d) Osmolalitas : < 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan rasio
e) urine/serum sering 1:1
f) Kliren kreatinin : mungkin agak menurun
g) Natrium : > 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
h) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus jika SDM dan fragmen juga ada
i) PH, Kekeruhan, Glukosa, Keton, SDP dan SDM
2. Darah :
a) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
(kreatinin plasma normal 0,7 sampai 1,5 mg per 100 ml.
b) Hitung darah lengkap: Ht menurun adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8
g/dl.
5
c) SDM: waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin.
d) Analisa Gas Darah: pH: penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi
karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia
atau hasil akhir katabolisme protein. PCO2 menurun
e) Natrium serum: rendah
f) Kalium: meningkat
g) Magnesium/fosfat: meningkat
h) Kalsium: menurun
i) Protein khususnya albumin: menurun
3. Radiologi :
a) USG : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
b) Retrograde pyelografi : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan uretra.
c) Renal arteriografi : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
d) Kelainan ekstravaskuler, massa.
e) Sistouretrogram: Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter,
retensi.
f) Renal biopsy : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
g) Nefroskopi: Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, adanya batu, hematuria.
h) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan: dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a) Memperlambat progresifitas:
1) pengendalian tek.darah
2) diet rendah protein, rendah fosfat
3) mengendalikan proteinuri&hiperlipidemi
4) obati ISK dengan antibiotik non-nefrotoksik
5) Obati asidosis metabolik dg NaHCO3 tab/I.v.
6) Obati hiperuricemia / kel.sendi dg.diet&obat
b) Mencegah kerusakan lebih lanjut :
1) Hindari nefrotoksik:OAINS, aminoglikosid, kombinasi
2) sefalosporin dengan Furosemid.
6
3) Hindari gangguan elektrolit.
4) Hindari dehidrasi, hipovolemia, antihipertensi yang terlalu kuat diuretik
berlebihan, pantang air & garam terlalu ketat, keseimbangan cairan yang
baik.
5) Hindari kateterisasi urine yg tidak perlu.
6) Obati decomp.cordis agar cardiac output membaik.
c) Mengurangi gejala uremia :
1) Diet rendah protein(GFR 5-10% 40-50g/h; GFR 4-5% protein 20-30 g/h;
kalori harus > 2500 kal/hari
2) Asam amino esensial
3) Gatal (pruritus) : Diet TKRP
4) Kel.gastro intestinal : kadang membaik dg diet TKRP, memperbaiki
asidosis dengan NaHCO3, obat anti muntah. Perbaiki asidosis dengan
NaHCO3, obat anti muntah.
5) Neuromuskuler : vit.B1, B6, B12 dosis tinggi, diazepam
6) Anemia: preparat Fe.asam folat, hormon anabolik untuk menstimulasi
eritropoetin
7) Osteodistrofi renal: koreksi asidosis, obat pengikat fosfat, suple-mentasi
kalsium, vitamin D3.
d) Bila terapi konservatif gagal : dialisis/transplantasi.
2. Hemodialisa
a) Dialisis Peritoneal
Adalah bentuk terapi gagal ginjal akut atau kronik dimana cairan dialisat
dimasukan kedalam rongga abdomen, menggunakan peritoneum sebagai
membrane semi permeable antara dialisat dan darah yang terdapat dalam
pembuluh darah abdomen cairan dapat dimasukan lewat pertukaran secara
manual atau menggunakan mesin. Tipe Dialis Peritoneal(DP) meliputi:
1) DP intermitten
2) DP mandiri berkesinambungan (DPMB)
3) DP Dialirkan berkesinambungan (DPDB)
4) DP Nokturnal
b) Hemodialisis (HD)
3. Transplantasi Ginjal
7
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:
1. Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic, kata bolisme dan masukan
diit berlebih
4. Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, pendarahan
gasstrointestinal akibat iritasi
5. Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme
vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
8
II.
9
K : meningkat
CL : ......
Jumlah urin menurun
EKG yang khas: gelombang T tinggi, interval PR memanjang.
Adanya muntah
Karakteristik muntah
Porsi makan yang dihabiskan
BB sebelum sakit dan saat ini
Konjungtiva anemis
HB turun
Suhu normal
CRT normal atau meningkat
Edema
Tanda-tanda vital
Tipe pernafasan kusmaul
Hasil AGD
Perubahan status mental: mengantuk, koma
Kulit tampak kering keabu-abuan
edema
Perdarahan..............
Hematemesis
Melena
PT : .....
APTT : .....
HB : ......
Ca serum : ......
Ekspresi wajah tegang
Pasien banyak bertanya
Ekspresi wajah tampak bingung
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1
Perubahan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih, retensi cairan dan natrium
10
Data Subyektif :
Pasien mengeluh tidak BAK
Pasien mengeluh urin yang keluar sedikit
Pasien mengeluh rasa tidak nyaman di perut bagian bawah karena tidak bisa BAK
Data Obyektif :
TD meningkat
Nadi meningkat
RR meningkat
Distensi vena jugularis
Pemasukan lebih besar daripada pengeluaran
Oliguria: volume urin kurang dari 400 ml/24 jam
Anuria: urin tidak ada
Warna urin keruh
BJ urin kurang dari 1,015
Edema periorbital
Edema pada area yang tergantung yaitu kaki, tangan, area lumbosakral
Tujuan : Perubahan kelebihan volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan bengkak pada kaki berkurang/ hilang
Pasien mengatakan sesak napas berkurang/ hilang
Mata tidak cekung
Membran mukosa lembab
Bibir lembab
Muntah tidak ada
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Produksi urin bertambah
Warna urine tidak pekat
Turgor kulit elastis
Diuresis 0.5-1 cc/kgbb/jam
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
CL...........
Creatinin
11
Ureum
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi keadaan umum pasien
2. Kaji status cairan: adanya edema, distensi vena jugularis, edema periorbital.
3. Ukur tanda tanda vital
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Batasi intake cairan
6. Ukur dan monitor balance cairan
7. Berikan penkes pentingnya pembatasan cairan dan konsumsi garam berlebihan
8. Libatkan keluarga untuk aktif dalam pembatasan cairan pasien
9. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium: BUN, ureum,Kreatinin, natrium dan kreatinin
urine
10. Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit serum
Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia berhubungan dengan penurunnya fungsi
pengaturan elektrolit di ginjal
Data Subyektif :
Pasien mengatakan badan terasa lemas, dada berdebar-debar
Data Obyektif :
Kesadaran CM s/d penurunan kesadaran
Kelemahan otot
Diare
Parestesia wajah, lidah kaki, tangan
Nadi: ireguler
Nafas pendek
Na:
K : meningkat
CL
Jumlah urin menurun
EKG yang khas: gelombang T tinggi, interval PR memanjang.
Tujuan : Gangguan keseimbangan elektrolit teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu yang telah ditetapkan
12
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan badan tidak lemas
Pasien mengatakan dada tidak berdebar-debar
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak kelemahan otot
Diare tidak ada
Parestesia wajah, lidah kaki, tanganberkurang
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi keadaan umum pasien
2. Kaji adannya tanda-tanda hiperkalemia: nafas pendek, berdebar debar, lemas,
parestesia, kelemahan otot, diare.
3. Ukur tanda tanda vital
4. Batasi intake makanan tinggi kalium seperti pisang, kacang-kacangan, buah persik,
kentang, salmon, tomat, semangka
5. Monitor EKG
6. Beri penkes tentang tanda-tanda hiperkalemia: nafas pendek, berdebar debar, lemas,
parestesia, kelemahan otot, diare.
7. Berikan penkes pada pasien dan keluarga pentingnya diet rendah kalium
8. Libatkan keluarga untuk segera melapor keperawat jika ada tanda-tanda hiperkalemia
9. Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit serum
10. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan (deuretik, bicarbonat)
Diagnosa Keperawatan 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang
menetap, pembatasan asupan diet
Data Subyektif :
Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
Data Obyektif :
Adanya muntah
Karakteristik muntah
Porsi makan yang dihabiskan
BB sebelum sakit dan saat ini
13
Tujuan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan sesuai waktu yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan mual berkurang
Pasien mengatakan napsu makan meningkat
Muntah berkurang
Porsi makan habis ½-1 porsi
Nyeri epigastrium berkurang
BB normal
HB dalam nilai normal
Albumin normal
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji pola makan pasien sebelum dan sesudah sakit
2. Observasi KU pasien
3. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
4. Timbang BB perhari
5. Beri penkes pentingnya pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal
6. Libatkan pasien dan keluarga dalam pemberian makan porsi kecil tapi sering
7. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk diet pasien
Diagnosa Keperawatan 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
Data Subyektif :
Pasien mengatakan lemas dan Pasien mengeluh sesak terutama jika beraktifitas
Data Obyektif :
Keadaan umum lemah
Konjungtiva anemis
HB turun
Tujuan : Intoleransi aktifitas tidak teratasi selelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
waktu yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan lemas berkurang
Pasien mengatakan tidak mudah lelah
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Konjungtiva tidak anemis
14
15
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi keadaan umum pasien
2. Auskultasi bunyi jantung
3. Kaji adanya tanda-tanda sesak, edema, dan distensi vena jugularis
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Kaji adanya keluhan nyeri dada meliputi lokasi, penjalaran, intensitas
6. Evaluasi nadi perifer, CRT, kelembaban kulit
7. Berikan penkes pentingnya istirahat, pencegahan terhadap valsava manouver
8. Libatkan keluarga untuk memotivasi pasien tentang pentingnya istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen
9. Kolaborasi dengan dokter :
a.Pemeriksaan elektrolit (Na, K, Mg, Ca)
b. Pemberian oksigen
Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan keseimbangan asam basa berhubungan dengan penumpukan sampah metabolik,
kerusakan ginjal sebagai mekanisme buffer
Data Subyektif :
Pasien mengatakan sesak nafas, sakit kepala, mual, muntah
Data Obyektif :
KU
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Tipe pernafasan kusmaul
Hasil AGD
Hasil elektrolit
Tujuan : Gangguan keseimbangan asam basa teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan sesak nafas,
Pasien mengatakan sakit kepala
Pasien mengatakan mual, dan muntah
Tanda-tanda vital :
Na 135-145 mmol/L
K 3.5-4.5 mmol/L
16
17
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi ku dan tingkat kesadaran
2. Observasi tanda tanda vital
3. Observasi adannya perubahan perilaku pasien
4. Pasang pengaman tempat tidur, jauhkan benda2 yang membahayakan
5. Berikan penkes pentingnya segera melapor perawat jika ada keluhan pusing dan
pandangan kabur
6. Libatkan keluarga untuk memantau adannya perubahan status mental pasien seperti:
pasien cenderung mengantuk
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antikonvulsan jika muncul kejang
Diagnosa Keperawatan 8
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gannguan status metabolic, pruritas,
edema
Data Subyektif :
Pasien mengatakan kulit terasa gatal
Data Obyektif :
Kulit tampak kering keabu-abuan
edema
Tujuan : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan gatal pada kulit berkurang
Edema tidak ada
Luka pada kulit tidak ada
Intervensi Keperawatan :
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskulerekimosis.
2. Pantau intake & output cairan, hidrasi kulit dan membrane mukosa.
3. Jaga kulit tetap kering dan bersih.
4. Ubah posisi tidur tiap 2 jam sekali,beri bantalan pada penonjolan tulang.
5. Beri perawatan kulit, batasi sabun, olesi lotion.
6. Pertahankan linen kering dan kencang.
7. Ajarkan menggunakan kompres lembab dan dingin pada area pruritas
8. Libatkan keluarga untuk menjaga kelembaban kulit dan membantu kompres lembab
dan dingin
18
Diagnosa Keperawatan 9
Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan faktor pembekuan skunder kerusakan
ginjal dalam memproduksi vit D
Data Subyektif :
Pasien mengatakan gusi mudah berdarah
Data Obyektif :
Keadaan Umum …………..
Kesadaran : ……….
Tanda-tanda vital ..........
Perdarahan..............
Hematemesis
Melena
PT : .....
APTT : .....
HB : ......
Ca serum : ......
Tujuan : Resiko perdarahan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu
yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan gusi tidak mudah berdarah
Keadaan umum baik
Kesadaran compos mentis
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Perdarahan tidak ada
Hematemesis tidak ada
Melena tidak ada
PT/ APTT dalam batas normal
Hb dalam batas normal
Ca serum dalam batas normal
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan seperti: hematemesis, melena, purpura, ekimosis
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan
19
4. Libatkan pasien dan keluarga untuk segera melapor perawat jika ada tanda-tanda
perdarahan
5. Kolaborasi dengan dokter: untuk pemberian tranfusi
6. pemberian obat-obat anti perdarahan
Diagnosa Keperawatan 10
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Data Subyektif :
Pasien menanyakan kondisi penyakitnya
Data Obyektif :
Ekspresi wajah tegang
Tanda- tanda vital
Tujuan : Cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah
ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien menyatakan pemahaman tentang kondisi penyakitnya
Ekspresi wajah rileks
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
2. Anjurkan dan beri kesempatan pasien dalam mengungkapkan kecemasannya
3. Dengarkan permasalahan pasien dengan penuh perhatian
4. Libatkan keluarga dalam menggali pasien untuk mengungkapkan kecemasannya
5. Batasi pengunjung
6. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
7. Kolaborasi dengan dokter dalam menjelaskan kondisi penyakit pasien
8. Jelaskan kepada pasien/ keluarga tentang pentingnya membatasi pengunjung
Diagnosa Keperawatan 11
Kurang pengetahuan tentang perawatan, kondisi, prognosis, tindakan berhubungan dengan
kurangnya informasi/ salah interpretasi dan krisis situasi
Data Subyektif :
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya dan perawatan yang
harus dijalani
Data Obyektif :
Pasien banyak bertanya
Ekspresi wajah tampak bingung
20
Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu
yang telah ditetapkan
Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan pemahaman tentang penyakit yang dialaminya dan perawatan
yang harus dijalani
Pasien tidak banyak bertanya
Ekspresi wajah tampak tenang
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan
3. Beri penkes pada pasien dan keluarga mengenai penyebab gagal ginjal,
konsekuensinya, dan penanganannya penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal
ginjal, pembatasan cairan diet dengan gagal ginjal
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan
akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan tentang pnyakit dan
penatalaksanaannnya
C. Implementasi
Setelah intervensi keperawatan disusun, selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan
dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tindakan keperawatan
harus mendetail agar semua tenaga keperawatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan pelayanan
kepada pasien dan dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang dipercayai dibawah
pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat. Pada tahap implementasi ini merupakan
aplikasi secara konkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah: Suatu pendekatan proses keperawatan. Bandung:
Yayasan IAPK Pajajaran.
Price, S. A., Wilson, L. M. (1995). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B.G. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
22