Anda di halaman 1dari 36

SEDIMENTASI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dengan melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat :
 Menjelaskan prinsip dasar sedimentasi.
 Mempelajari laju sedimentasi dengan parameter-parameter yang
mempengaruhinya.

II. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Baskom
- Ayakan
- Spatula
- Gelas kimia
- Neraca teknik
- Gelas ukur plastik
- Labu semprot
- Stopwatch
- Alat sedimentasi

b. Bahan
- Air
- Kapur halus (CaCO3)
- Zat flokulan : lead (II) tryhidrate acetate (Pb(CH3COOH)2.3H2O)
III. DASAR TEORI
Sedimentasi adalah pemisahan padatan padatan dari cairan
menggunakan menggunakan pengendapan pengendapan secara
gravitasi dimana aliran pada kondisi yang relatif tenang akan
membuat padatan mengendap akibat gaya gravitasi. Jika
prasedimentasi ditujukan untuk mengendapkan  partikel diskrit (pasir,
kerikil kecil dll), maka sedimentasi ditujukan untuk menyisihkan
suspended solid (partikel tersuspensi) dan sebagian kecil dissolved
solid (partikel terlarut). Namun demikian, sebelum disisihkan, partikel-
partikel ini diproses sehingga  partikel yang ukurannya kecil dan sukar
mengendap menjadi bergabung satu dengan lainnya lewat proses
flokulasi. Proses flokulasi menghasilkan partikel gabungan yang
cukup berat untuk mengendap di bak sedimentasi. Suspensi padat ini,
atau partikel,  penting untuk dibuang dari air untuk beberapa alasan.
Beberapa alasan diantaranya meliputi : alasan keamanan dan
estetika, penyebaran penyakit, dan terakhir karena adanya  bahan
beracun yang ada sebagai partikel atau dapat diserap oleh partikel.
par tikel. Pada umumnya, sedimentasi digunakan pada pengolahan
air minum, air limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat
lanjutan.
Proses sedimentasi adalah proses separasi secara mekanis
yang memanfaatkan gaya grafitasi bumi. Sedimentasi dilakukan untuk
memisahkan partikel-partikel padat maupun cair dari suatu cairan
atau gas tertentu. Melalui proses sedimentasi ini, maka partikel-
partikel padat dapat diklasifikasikan menurut massa jenis dan ukuran
partikelnya. Dibandingkan dengan  proses filtrasi, maka proses
sedimentasi cenderung lebih ekonomis jika partikel-partikel penyusun
campuran tersebut memiliki perbedaan massa jenis yang besar,
ukuran partikel yang besar dan campuran tersedia dalam jumlah yang
sangat banyak.
Suspensi didalam suatu tabung pengendap dengan kedalaman
Ho dan dibiarkan mengendap dengan sendirinya dalampengaruh
gaya berat. Sesuai dengan laju pengendapannya, maka akan
trbentuk endapan didasar tabung pada zone D dan bersamaan
dengan itu terbentuk pula suatu lapisan – lapisan lain (zone A, B dan
C seperti terlihat pada gambar 1b).
Zone A adalah suatu lapisan dimana terdapat suatu cairan yang
paling jernih, sedangkan zone B adalah lapisan dimana terdapat
suspensi awal. Dibawah zone B terdapat zone C yang mengandung
partikel – partikel padat dengan komposisi lebih besar daripada
dizone B. Jika partikel padat pada suspensi sulit teraglomerasi, maka
zane A akan terlihat agak keruh sekeruh zone B sehingga batas antar
muka (interface) zane A dan zone B menjadi kabur dan sulit diamati.
Selama proses pengendapan berlangsung, kedalaman zone A
dan zone D bertambah, sedangkan zone C tetap dan zone B
berkurang (gambar 1c). Dengan makin bertambahnya zone D, maka
terjadi pula proses pemampatan (kompresi), dimana ruang-ruang
antar partkiel dibagian bawah zone D yang terisi oleh cairan seakan–
akan terperas keluar akibat tertekan oleh berat partikel-partikel
yangterus berjatuhan dari zone C.Proses pemampatan ini
mengakibatkan memadatnya endapan dibagian bawah   zone D.
Seterusnya setelah zone B makin menipis dan akhirya
menghilang, perlahan-lahan zone C juga akan ikut menghilang
sehingga akhirnya seluruh partikel – partikel padat berada di zone D
(gambar 1d). Setelah itu praktis hanya proses pemampatan saja yang
masih berlangsung. Proses pemampatan ini akan berhenti jika telah
terjadi kondisi kesetimbangan mekanik antara zat cair dengan
endapan. Dengan selesainya prose pemampatan ini, maka selesai
pula proses pengendapan (gambar 1e).
Laju sedimentasi partikel dapat diamati secara garfish dengan
menggambarkan setiap halaman interface zane A dan zone B pada
satuan waktu tertentu. Laju sedimentasi suatu suspensi tertentu
bergantung kepada  banyak faktor antara lain: Komposisi suspensi
Laju pembentukan endapan menurun dengan meningkatnya
komposisi tetapi penurunannya lebih lambat dari pada saat komposisi
meningkat.Semakin tinggi komposisi suspensi semakin rendah pula
laju turunnya garis padatan karena besarnya kecepatan ke atas
cairan yang dipindahkan.Berdasarkan komposisi dan sifat partikel
untuk berinteraksi dari suspensi yang akan mengendap tipe
sedimentasi dibedakan atas 4 type yaitu:
 Tipe 1: Klasifikasi tingkat 1
Menunjukkan pengendapan dari partikel bebas yang ada
dalam suspensi yang mempunyai komposisi kepadatan
rendah.partikel akan mengendapkan secara individu dan tidak
berinteraksi dengan partikel sekelilingnya.

 Tipe 2: Klasifikasi tingkat 2


Menunjukkan pengendapan dari partikel yang mempunyai
kecenderungan untuk berinteraksi atau dengan mengumpul
partikel sekelilingnya pada suspensi yang mempunyai kepadatan
rendah.Dengan penggumpalan,massa partikel bertambah besar
dan akan diendapkan dalam waktu yang lama.
 Tipe 3: Klasifikasi daerah pengendapan
Menunjukkan pengendapan yang mempunyai komposisi
tinggi dimana gaya interaksi antara partikel cenderung untuk
tetap dalam posisinya dan menyebabkan pengendapan partikel
secara merata sehingga terlihat suatu perbedaan yang jelas pada
lapisan permukaan cairan .
 Tipe 4: Daerah kompresi
Menunjukkan pengendapan partikel sedemikian rupa
sehingga bentuk suatu struktur yang kompak. Hal ini disebabkan
oleh massa partikel yang bertambah secara terus menerus
selama proses pengendapan berlangsung.

Perbandingan luas permukaan dengan kedalaman suspensi.


Semakin luas permukaan suatu suspensi maka kedalaman suspensi
tersebut semakin rendah maka proses pengendapannya pun akan
berlangsung semakin cepat.

Ukuran partikel. Semakin besar ukuran partikel maka proses


pengendapan akan semakin cepat dan sebaliknya semakin kecil
ukuran partikel maka proses pengendapan akan berlangsung 
lambat.

Adanya zat flokulan yang memicu menggumpalnya partikel-


partikel     menjadi partikel berukuran lebih besar. Dengan
penambahan flokulan akan banyak membantu pembentukan
gumpalan-gumpalan baru karena terdapat inti dari kelompok-
kelompok yang saling bersatu sehingga akan terbentuk endapan
yang lebih besar dan berat yang sangat mudah
dipisah.Penggabungan partikel dapat terjadi bilamana ada kontak
antara partikel tersebut.Pada flokulasi terjadi penambahan volume,
massa dan kohesi dari partikel-partikel.Ukuran partikel ini diubah
dengan cara:

 Difusi sempurna secara cepat dari koagulan dengan


pengadukan singkat.
 Pengadukan secara perlahan-lahan dan merata untuk
menambah muatan partikel-partikel koloid.
 Pemakaian produk sebagai agen flokulasi dengan mempercepat
reaksi.
 Pengadukan
 Pengadukan data menyebabkan penggabungan partikel melalui
kontak yang dihasilkan oleh gerakan cairan itu sendiri.Semakin
cepat pengadukan maka akn semakin lambat proses
pengendapan dan sebaliknya.Hal ini terjadi karena apabila
pengadukan cepat maka flok yang sudah terbentuk pecah lagi
atau flok belum terbntuk secara sempurna.

Aliran. Aliran berpengaruh terhadap komposisi cairan suspensi


yang tidak seragam. Peningkatan laju alir massa sebagai akibat
tingginya densitas padatan dalam lapisan sediment  sehingga 
proses pengendapan berlangsung lambat. Dan lain sebagainya.

Dalam percobaan ini dipelajari 4 faktor yang mempengaruhi  


kecepatan pengendapan suatu suspensi, yakni faktor ketinggian
suspensi, faktor komposisi suspensi, faktor penambahan zat
flokulan dan ukuran partikel.
Zat flokulan adalah zat yang memiliki sifat mampu membentuk
partikel – partikel menjadi suatu flok ( gabungan partikel – partikel
menjadi partikel berukuran lebih besar). Sehingga pengendapan
berlangsung relative lebih cepat.
Berikut adalah rumus sedimentasi :
Ln H – He  = – b . t + Ln Hc – He
Keterangan :
H         :   Ketinggian interface A – B pada saat t
He       :   Ketinggian akhir sediment\
Hc       :   Ketinggian kritis, yakni ketinggian interface A – D
t           :   Waktu proses sedimentasi
b          :    Konstanta pengendapan.

Partikel-partikel yang lebih berat dari flui da temapt partikel itu


tersuspensi dapat dikeluarkan di dalam kotak pengendap atau
tangki pengendap, dimana kecepatan  fluida itu cukup kecil dan
partikel itu mendapat waktu yang cukup untuk mengendap keluar
dari suspensi itu. Akan tetapi, piranti sederhana seperti itu terbatas
kegunaannya karena pemisahannya tidaklah tetap, disampaing itu
memerlukan tenaga kerja untuk menggeluarkan zat padat dari
dasar tangki.
Separator-separator industri hampir semuanya mempunyai
fasilitas untuk mengeluarkan zat padat yang mengendap,
pemisahan itu bisa sebagian atau bisa pula  hampir lengkap.
Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh
partikel dari zat cair dinamakan Klarifikator sedang pirranti yang
memisahkan zat padat menjadi 2 fraksi disebut Klasifikator, pada
kedua alat ini berlaku prinsip sedimentasi yang sama
Untuk klasifikasi atau pemisahan zat padat yang agak kasar
yang mempunyai kecepatan pengendapan cukup besar,
pemisahan dengan gravitasi pada kondisi pengendapan bebas
atau terganggu  biasanya cukup memuaskan. Untuk memisahkan
partikel halus yang diameternya  beberpaa mikrometer atau
kurang, kecepatan pengendapannya terlalu rendah dan agar
operasinya praktis partikel-partikel itu mesti di aglomerasikan atau
diflokulasikan sehingga menjadi partikel besar yang mempunyai
kecepatan pengendapan yang memadai.
Partikel yang terflokulasi mempunyai 2 karakeristik
pengendapan yang penting. Karakteristik yang pertama ialah
bahwa struktur flok itu sangat rumit. Agregasinya longgar dan
ikatan antara partikel-partikelnya lemah dan flok itu mengandung
air yang cukup banyak didalam strukturnya, yang ikut bersama flok
itu turun kebawah.

IV. PROSEDUR KERJA


a. Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian suspensi berbeda

 Menyiapkan peralatan yang akan digunakan


 Mengayak bubuk kapur ke dalam baskom bersih
 Menimbang bubuk kapur sebanyak 60 gr, 50 gr, dan 40 g
 Lalu dimasukkan pada masing – masing tabung A,B dan C.
Pada masing – masing tabung yg telah terisi kapur di
tambahkan air bersih sebanyak 1200ml, 1000 ml, dan 800
ml
 Tabung ditutup kemudian dihomogenkan dengan cara
dikocok secara bersaman seanyak 20 kali.
 Dipasang tabung pada alat, catat ketinggian suspensi. Lalu
di aktifkan stopwatch setiap selang 2 menit dicatat
ketinggian endapannya.
 Pencatatan dihentikan setelah dicapai ketinggian endapan
yang konstan.

b. Variasi ketinggian suspensi sama dengan konsentrasi berbeda

 Menyiapkan peralatan yang akan digunakan


 Tambahkan air pada masing – masing tabung B dan C
hingga ketinggian setiap tabung sama dengan A. Tabung
ditutup kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok
secara bersaman sebanyak 20 kali.
 Dipasang tabung pada alat, catat ketinggian suspensi. Lalu
di aktifkan stopwatch setiap selang 2 menit dicatat
ketinggian endapannya.
 Pencatatan dihentikan setelah dicapai ketinggian endapan
yang konstan.

c. Variasi konsentrasi sama, ketinggian suspensi sama, dengan


penambahan zat flokulan berbeda.

 Menyiapkan peralatan yang akan digunakan


 Mengayak bubuk kapur ke dalam baskom bersih
 Menimbang bubuk kapur sebanyak 10 gr dan 20 gr lalu
dimasukkan pada masing – masing tabung B dan C
kemudian di tambahkan air sebanyak tabung sama dengan
A
 Pada masing – masing tabung di tambahkan zat flokulan
sebanyak 0,075 gr, 0,125 gr, dan 0,225 gr.
 Tabung ditutup kemudian dihomogenkan dengan cara
dikocok secara bersaman sebanyak 20 kali.
 Dipasang tabung pada alat, catat ketinggian suspensi. Lalu
di aktifkan stopwatch setiap selang 1 menit dicatat
ketinggian endapannya.
 Pencatatan dihentikan setelah dicapai ketinggian endapan
yang konstan.

V. DATA PENGAMATAN
a. Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian
suspensi berbeda
WAKTU TINGGI (mm)
(menit) I II III
0 59.8 50 39
3 54.4 44.7 33.4
6 47.9 38.6 27
9 42.6 33 21.9
12 36.7 26.8 16.8
15 31.4 22 12
18 26.5 17 8.8
21 21.4 10.4 7.8
24 17.2 9.7 7.1
27 13.4 9 6.6
30 12.3 8.5 6.2
33 11.5 8 5.9
36 10.9 7.7 5.6
39 10.3 7.3 5.3
42 9.8 7 5.1
45 9.4 6.7 5
48 9 6.5 4.9
51 8.7 6.4 4.9
54 8.3 6.3 4.9
57 8.1 6.3 4.9
60 7.8 6.3 4.9
63 7.5 6.3 4.9
66 7.5 6.3 4.9
69 7.5 6.3 4.9

b. Variasi ketinggian suspensi sama dengan konsentrasi berbeda


WAKTU TINGGI (mm)
(menit) I II III
0 59.5 59.5 59.5
3 55.8 55 53.8
6 51.2 49.5 47
9 46.8 43.5 40
12 42 38 33
15 37 32 27
18 32.5 26 20
21 27.8 21.8 13.5
24 23 15 7.5
27 18.5 10.3 6.9
30 14.5 9.5 6.4
33 12.3 8.9 6
36 11.5 8.4 5.7
39 10.9 8 5.5
42 10.4 7.6 5.2
45 9.9 7.3 5
48 9.5 7 4.9
51 9.1 6.7 4.8
54 8.8 6.5 4.8
57 8.4 6.4 4.8
60 8.1 6.3 4.8
63 7.8 6.2 4.8
66 7.5 6.2 4.8
69 7.5 6.2 4.8
72 7.3 6.2 4.8
75 7.2 6.2 4.8
78 7.2 6.2 4.8
81 7.2 6.2 4.8

c. Variasi konsentrasi sama, ketinggian suspensi sama, dengan


penambahan zat flokulan berbeda.

WAKTU TINGGI (mm)


(menit) I II III
0 59.7 59.7 59.7
1 34.8 36.5 34.5
2 23.8 25 23.5
3 20.4 21.3 20
4 18.4 19.1 18
5 17 17.5 16.5
6 16 16.4 15.4
7 15.3 15.5 14.5
8 14.9 14.9 13.9
9 14.4 14.4 13.4
10 14 13.9 13
11 13.8 13.5 12.6
12 13.5 13.3 12.4
13 13.3 13 12.1
14 13.1 12.8 11.8
15 13 12.6 11.7
16 12.9 12.5 11.5
17 12.8 12.4 11.4
18 12.7 12.2 11.4
19 12.6 12.1 11.3
20 12.5 12 11.2
21 12.5 12 11.2
22 12.4 11.9 11
23 12.4 11.7 11
24 12.3 11.6 11
25 12.2 11.5 11
26 12.1 11.5 11
27 12 11.5 11
28 12 11.5 11
29 12 11.5 11

VI. GRAFIK DAN PERHITUNGAN


a. Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian suspensi berbeda
1. T vs H1
70

60

50

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

TABUNG I
t H-He Ln (H-He)
27 (13.4-7.5) 1.774952351

30 (12.3-7.5) 1.568615918

33 (11.5-7.5) 1.386294361

36 (10.9-7.5) 1.223775432

39 (10.3-7.5) 1.029619417

42 (9.8-7.5) 0.832909123

45 (9.4-7.5) 0.641853886

48 (9.0-7.5) 0.405465108

51 (8.7-7.5) 0.182321557

2. T vs H2
60

50

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

TABUNG II
t H-He Ln (H-He)
21 (10.4-6.3) 1.410986974

24 (9.7-6.3) 1.223775432

27 (9-6.3) 0.993251773

30 (8.5-6.3) 0.78845736

33 (8-6.3) 0.530628251

36 (7.7-6.3) 0.336472237

39 (7.3-6.3) 0

3. T vs H3
45

40

35

30

25

20

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

TABUNG III
t H-He Ln (H-He)
18 (8.8-4.9) 1.360976553

21 (7.8-4.9) 1.064710737

24 (7.1-4.9) 0.78845736

27 (6.6-4.9) 0.530628251

30 (6.2-4.9) 0.262364264

33 (5.9-4.9) 0

b. Variasi ketinggian suspensi sama dengan konsentrasi berbeda


1. T vs H1
70

60

50

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

TABUNG I
t H-He Ln (H-He)
30 (14.5-7.2) 1.987874348

33 (12.3-7.2) 1.62924054

36 (11.5-7.2) 1.458615023

39 (10.9-7.2) 1.30833282

42 (10.4-7.2) 1.16315081

45 (9.9-7.2) 0.993251773

48 (9.5-7.2) 0.832909123

51 (9.1-7.2) 0.641853886

54 (8.8-7.2) 0.470003629

57 (8.4-7.2) 0.182321557

2. T vs H2
70

60

50

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

TABUNG II
t H-He Ln (H-He)
27 (10.3-6.2) 1.41098697

30 (9.5-6.2) 1.19392247

33 (8.9-6.2) 0.99325177

36 (8.4-6.2) 0.78845736

39 (8.0-6.2) 0.58778666

42 (7.6-6.2) 0.33647224

45 (7.3-6.2) 0.09531018

3. T vs H3
70

60

50

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

TABUNG III
t H-He Ln (H-He)
24 (7.5-4.8) 0.99325177

27 (6.9-4.8) 0.74193734

30 (6.4-4.8) 0.47000363

33 (6.0-4.8) 0.18232156

c. Variasi konsentrasi sama, ketinggian suspensi sama, dengan


penambahan zat flokulan berbeda.

1. T vs H1
70

60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35

TABUNG I
T H-He Ln (H-He)
2 (23.8-12.0) 2.468099531

3 (20.4-12.0) 2.128231706

4 (18.4-12.0) 1.85629799

5 (17-12.0) 1.609437912

6 (16-12.0) 1.386294361

7 (15.3-12.0) 1.193922468

8 (14.9-12.0) 1.064710737

9 (14.4-12.0) 0.875468737

10 (14-12.0) 0.693147181

11 (13.8-12.0) 0.587786665

12 (13.5-12.0) 0.405465108

13 (13.3-12.0) 0.262364264

14 (13.1-12.0) 0.09531018
15 (13.0-12.0) 0

2. T vs H2

70

60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35

TABUNG II
T H-He Ln (H-He)
2 (25-11.5) 2.602689685

3 (21.3-11.5) 2.282382386

4 (19.1-11.5) 2.028148247

5 (17.5-11.5) 1.791759469

6 (16.4-11.5) 1.589235205

7 (15.5-11.5) 1.386294361

8 (14.9-11.5) 1.223775432

9 (14.4-11.5) 1.064710737

10 (13.9-11.5) 0.875468737
11 (13.5-11.5) 0.693147181

12 (13.3-11.5) 0.587786665

13 (13.0-11.5) 0.405465108

14 (12.8-11.5) 0.262364264

15 (12.6-11.5) 0.09531018

16 (12.5-11.5) 0

3. T vs H3

70

60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35

TABUNG III
T H-He Ln (H-He)
2 (23.5-11.0) 2.525728644

3 (20.0-11.0) 2.197224577

4 (18.0-11.0) 1.945910149

5 (16.5-11.0) 1.704748092
6 (15.4-11.0) 1.481604541

7 (14.5-11.0) 1.252762968

8 (13.9-11.0) 1.064710737

9 (13.4-11.0) 0.875468737

10 (13.0-11.0) 0.693147181

11 (12.6-11.0) 0.470003629

12 (12.4-11.0) 0.336472237

13 (12.1-11.0) 0.09531018

Grafik waktu (t) terhadap ln(H-He) serta perhitungan

a. Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian suspensi


berbeda
1. T vs H1
2
1.8
f(x) = − 0.07 x + 3.55
1.6 R² = 1
1.4
1.2
1
0.8 Linear ()

0.6
0.4
0.2
0
25 30 35 40 45 50 55

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.0652x + 3.5487 sehingga


b= -0.0652

Intc= ln(Hc-He) = 3.5487

Ln(Hc-He) = 3.5487
Hc-He = e3.5487 = 34,7
Jadi, Hc = 34.7 + 7.5
= 42.2 mm

2. T vs H2
1.6

1.4 f(x) = − 0.08 x + 3.07


R² = 0.99
1.2

0.8
Linear ()
0.6

0.4

0.2

0
20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.077x + 3.0656 sehingga


b= -0.077

Intc= ln(Hc-He) = 3.0656

Ln(Hc-He) = 3.0656
Hc-He = e3.0656 = 21,4
Jadi, Hc = 21.4 + 6.3
= 27.7 mm

3. T vs H3
1.6

1.4
f(x) = − 0.09 x + 2.97
1.2 R² = 1

0.8
Linear ()
0.6

0.4

0.2

0
16 18 20 22 24 26 28 30 32 34

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.0902x + 2,9677 sehingga


b= -0.0902

Intc= ln(Hc-He) = 2,9677

Ln(Hc-He) = 2,9677
Hc-He = e2,9677 = 52.8
Jadi, Hc = 52.8 + 4.9
= 57.7 mm

b. Variasi ketinggian suspensi sama dengan konsentrasi berbeda


1. T vs H2
2.5

2
f(x) = − 0.06 x + 3.71
R² = 0.99
1.5

Linear ()
1

0.5

0
25 30 35 40 45 50 55 60

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.0607x + 3.707 sehingga


b= -0.0607

Intc= ln(Hc-He) = 3.707

Ln(Hc-He) = 3.707
Hc-He = e3.707 = 84.2
Jadi, Hc = 84.2 + 7.2
= 91.5 mm

2. T vs H2
1.6

1.4
f(x) = − 0.07 x + 3.37
R² = 1
1.2

0.8
Linear ()
0.6

0.4

0.2

0
26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.0722x + 3.3726 sehingga


b= -0.0722

Intc= ln(Hc-He) = 3.3726

Ln(Hc-He) = 3.3726
Hc-He = e3.3726 = 68.6
Jadi, Hc = 68.2 + 6.2
= 74.4 mm

3. T vs H2
1.2

1
f(x) = − 0.09 x + 3.17
R² = 1
0.8

0.6
Linear ()
0.4

0.2

0
22 24 26 28 30 32 34

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.0902x + 3.1664 sehingga


b= -0.0902

Intc= ln(Hc-He) = 3.1664

Ln(Hc-He) = 3.1664
Hc-He = e3.1664 = 60.1
Jadi, Hc = 60.1 + 4.8
= 64.9 mm

C. Variasi konsentrasi sama, ketinggian suspensi sama,


dengan penambahan zat flokulan berbeda.
1.T vs H2
3

2.5

f(x) = − 0.18 x + 2.59


2 R² = 0.98

1.5
Linear ()
1

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.1822x + 2.5935 sehingga


b= -0.1822

Intc= ln(Hc-He) = 2.5935

Ln(Hc-He) = 2.5935
Hc-He = e2.5935 = 40.7
Jadi, Hc = 40.7 + 12
= 52.7 mm

2. T vs H2
3

2.5
f(x) = − 0.18 x + 2.75
R² = 0.99
2

1.5
Linear ()
1

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.1802x + 2.7476 sehingga


b= -0.1802

Intc= ln(Hc-He) = 2.7476

Ln(Hc-He) = 2.7476
Hc-He = e2.7476 = 45.4
Jadi, Hc = 45.4 + 11.5
= 56.9 mm

3.T vs H2
3

2.5
f(x) = − 0.21 x + 2.82
R² = 0.99
2

1.5
Linear ()
1

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14

Dari grafik diperoleh persamaan y = -0.2129x + 2.8167 sehingga


b= -0.2129

Intc= ln(Hc-He) = 2.8167

Ln(Hc-He) = 2.8167
Hc-He = e 2.8167 = 47.6
Jadi, Hc = 47.6 + 11
= 58.6 mm

VII PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita melakukan pemisahan padat dan
cair yaitu sedimentasi dengan menggunakan bahan Kapur halus dan
Air. Sedimentasi yang dilakukan ada 3 cara yaitu dengan melakukan
pengukuran: a) Konsentrasi sama dengan ketinggian suspensi
berbeda, b) Konsentrasi berbeda dengan ketinggian suspensi yang
sama, dan c) konsentrasi sama, ketinggian suspensi sama dengan
flokulan yang berbeda. Ketiga pengukuran tersebut masing-masing
bertujuan untuk melihat pengaruh yang terjadi pengendapan dengan
dilihat dalam berbagai waktu. Pada percobaan pertama,maka
dilakukan penimbangan kapur masing masing tabung berbeda tetapi
mempunyai konsentrasi sama yaitu 60gr, 50gr dan 40gr dengan
ketinggian air masing-masing 1200ml, 1000ml dan 800ml. Maka
tampak kelihatan bahwa ketinggian suspensi berbeda. Dengan
dikocok bersamaan sebanyak 20 kali lalu dihitung endapannya,
sebelum dihitung waktunya dan setelah dihitung waktunya (interval
waktu 3 menit).
Pada percobaan kedua, maka dilakukan penambahan air pada
tabung 2 dan 3, dengan menyeimbangkan yang sama pada tabung 1.
Maka dapat dilihat bahwa ketinggian sama dengan konsentrasi akan
berbeda dengan penambahan air. (dilakukan sama dengan percobaan
pertama).
Percobaan ketiga yaitu dengan menambahkan kapur pada
tabung 2 dan 3 untuk menyamakan konsentrasi dan tinggi pada
tabung. Setelah itu ditambahkan flokulan dengan berbeda, dengan
masing-masing sebanyak 0,075gr, 0,125gr dan 0,225gr. (dilakukan
sama dengan percobaan pertama dan kedua)tetapi dengan kecepatan
berbeda waktu (interval 1 menit).
Setelah itu pada saat mendapatkan data percobaan maka
dibuat grafik waktu (t) terhadap ketinggian (h) pada masing-masing
tabung. Dengan itu maka dapat diketahui bahwa He merupakan
ketinggian akhir sediment. Setelah itu menentukan Hc yaitu ketinggian
kritis dari garis singgung yang dibuat dalam grafik. Seletah itu akan
menentukan ln(H-He) setelah menentukan hasilnya maka dibuatkan
grafik dengan waktu (t) terhadap ln(H-He) dengan itu maka dapat
dihitung hasil intercept dan diketahui nilai Hc atau ketinggian kritis.
Pada hasil nilai Hc yang telah ditemukan maka ada perbedaan
sedikit pada grafik. Dengan itu dapat dikatakan bahwa ada kesalahan
yang dilakukan mungkin pada saat pembuatan garis singgung dan
menentukan nilai Hc atau pada saat pengocokan yang tidak sama
maupun konsentrasi yang tidak sesuai.

IX KESIMPULAN
 Dari praktikum yang di lakukan dapat diperoleh nilai Hc
a. Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian suspensi berbeda
Tabung 1 = 42.2 mm
Tabung 2 = 27.7 mm
Tabung 3 = 57.7 mm

b. Variasi ketinggian suspensi sama dengan konsentrasi berbeda


Tabung 1 = 91.5 mm
Tabung 2 = 74.4 mm
Tabung 3 = 64.9 mm

c. Variasi konsentrasi sama, ketinggian suspensi sama, dengan


penambahan berbeda
Tabung 1 = 52.7 mm
Tabung 2 = 56.9 mm
Tabung 3 = 58.6 mm
 Hc pada penentuan nilai dan Hc pada penentuan grafik berbeda hal itu
terjadi karena salah dalam melakukan garis singgung.

X DAFTAR PUSTAKA

o Warren L, Mc Cabe; Operasi Teknik Kimia (Terjemahan jilid 2),


penerbit Erlangga, 1987
o Job Sheet Praktikum Laboratorium Satuan Operasi I

XI LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai