KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera kepala menurut
Batticaca (2008) antara lain :
1) Deficit neurologis
2) Infeksi sistemik (pneumonia, septikemia)
3) Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak)
4) Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang pada sendi-sendi yang
menunjang berat badan)
5) Epidural hematoma (EDH) adalah berkumpulnya darah di dalam
ruang epidural di antara tengkorak dan dura meter. Keadaan ini sering
di akibatkan karena terjadi fraktur tulang tengkorak yang
menyebabkan arteri meningeal tengah terputus atau rusak
(laserasi) dimana arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak
daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal dan terjadi
hemoragik sehingga menyebabkan penekanan pada otak.
I. PEMERKSAAN PENUNJANG
a) CT-Scan : CT-Scan berguna untuk mendiagnosis dan memantau
lesi intrakranial atau mengevaluasi dan menentukan luasnya cedera
neurologis. Radiogram dilakukan dengan komputer setiap interval 1
derajat dalam suatu busur sebesar 180 derajat. CT-Scan telah dapat
menggantikan echoensefalogrofi dan memiliki kemampuan diagnostic
yang jauh lengkap.
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Digunakan sama seperti CT-Scan
dengan atau tanpa kontras radioaktif.
c) Cerebral Angiography : Menunjukkan anomali sirkulasi cerebral,
seperti perubahan pada jaringan otak sekunder menjadi uedem,
perdarahan dan trauma.Serial Elektroensefalografi (EEG) : Dapat melihat
perkembangan gelombang yang patologis.
d) SinarX-Ray : Mendeteksi perubahan struktur tulang.
e) Brain system Auditory Evoked Response (BAER) : Mengoreksi batas
fungsi korteks dan otak kecil.
f) Possitron Emission Tomography (PET) : Mendeteksi perubahan
aktifitas metabolisme otak
J. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksanaan di rumah sakit menurut Padila (2012), adalah:
a. Berikan infuse dengan cairan non osmotik (kecuali dextrose
oleh karena dexstrose cepat dimetabolisme menjadi H2O+CO2
sehingga dapat menimbulkan edema serebri)
b. Diberikan analgesia atau antimuntah secara intravena
2. Non-Medis
Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45 derajat tanpa bantal kepala,
dan posisi netral, karena dengan posisi tersebut dari kaki dapat
meningkatkan dan memperlancar aliran balik vena kepala sehingga
mengurangi kongesti cerebrum dan mencegah penekanan pada syaraf
medula spinalis yang menambah TIK.
Jika didapatkan pasien dengan kriteria seperti di atas, lakukan head trunk
up dengan menaikkan kepala pasien sebesar 20 derjat, pasang infus dan lakukan
restriksi cairan 2 sampai 2,5 liter untuk orang dewasa. Jika keadaan pasien
memburuk, segera rujuk ke fasilitas kesehatan dengan CT Scan.
M. MASALAH KEPERAWATAN
a) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan imobilisasi
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera traumatis
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
a) Breathing
otot bantu napas, frekuensi nadi tekanan dan irama nadi, suara
b) Blood
c) Brain
d) Bladder
hematuri,nocturi).
e) Bowel
4) Pemeriksaan fisik
Aspek neurologis yang di kaji adalah : tingkat kesadaran,
biasanya GCS <15, disorentasi orang, tempat dan waktu, perubahan nilai
tanda – tanda vital, kaku kuduk, hemiparese
g) RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit/jaringan
a. Gejala dan tanda
Kerusakan jaringan dan / lapisan kulit
Nyeri
Pendarahan
Kemerahan
b. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam
diharapkan pasien tidak menunjukkan peningkatan tekanan
intrakranial.
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Mencegah cedera
Intervensi :
a) Kaji perubahan pasien dalam merespon stimulus
b) Monitor tekanan intrakranial dan respon neurologis
c) Monitor adanya nyeri kepala
d) Monitor tanda-tanda vital
2. Pola napas tidak efekti berhubungan dengan cedera kepala
a. Tanda dan gejala
Pola nafas abnormal
Penggunaan otot bantu pernapasan
Ventilasi semenit menurun
Tekanan ekspirasi menurun
b. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3
jam diharapkan pola napas efektif.
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
c. Intervensi :
a) Pertahankan jalan nafas yang paten
b) Monitor respirasi dan status oksigen
c) Monitor tanda-tanda vital meliputi tekanan darah,
respiratory rate, nadi, suhu.
d) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera traumatis
a. Tanda dan gejala
Tekanan darah meningkat
Pola nafas berubah
Tampak meringis
Berfokus pada diri sendiri
b. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3
jam diharapkan nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
c. Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Coronado, V.G.,Xu., Basavaraju, S.V., Mc Guire, L.C., Wald,M.M., Faul M.D., et al.
(2017). Surveillance for traumatic brain injury-related deaths United States
1997-2007. MMWR, 60 (5), 1-36
Dharma, K.K. 2017. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Febriyanti, dkk.2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. e-Jurnal Keperawatan (e- Kp) Vol 5 No 1
Fransiska Batticaca B, 2018. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Salemba medika, Jakarta
Hidayat, A.A. 2018. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2018. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2018. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2019. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2018. Konsensus
Nasional Penanganan Cedera Kepala dan Cedera Spinal. Perdossi, jakarta
Rendy,Clevo dan Margareth. 2016. Asuhan Keperawatan Medikasi Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika, Yogyakarta
Sartono dan Sudiharto, 2010. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Suport.
CV. Agung Seto, Jakarta