Bencana Alam
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Dalam hal korban jiwa, gempa pagi hari yang "membangunkan" warga Yogyakarta dan
sekitarnya itu menewaskan lebih dari 5.700 orang, melukai puluhan ribu orang dan
menghancurkan ratusan ribu rumah. Karena masih tergolong pagi hari, gempa ini membuat
banyak orang terperangkap di dalam rumah khususnya anak-anak dan orang tua. Tak heran
jika mayoritas korban merupakan orang yang berusia lanjut dan anak-anak yang
kemungkinan tidak sempat menyelamatkan diri ketika gempa belangsung. Berdasarkan
informasi data terbaru yang diterima dari Yogyakarta Media Center pada tanggal 7 Juni 2006,
jumlah korban mencapai 5.716 orang tewas dan 37.927 orang luka-luka.
2. Tsunami 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam, Nias, Asia Selatan, Asia
Tenggara dan Afrika. Korban lebih 200.000 orang (150.000 orang di Aceh dan Nias).
Ketinggian tsunami mencapai 35 meter karena gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5
SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak
sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai
gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia
(Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan
Thailand.
Menurut Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jumlah korban tewas akibat
badai tsunami di 13 negara mencapai 127.672 orang. Namun jumlah korban tewas di Asia
Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui,
diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban
tewas tambahan berada di Indonesia. Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Kementerian Sosial RI (11/1/2005)
adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami
diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia,
115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka- luka sebanyak 124.057 orang,
diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera Utara
Dan nyaris setiap tahun juga bencana ini selalu menelan korban jiwa, harta dan benda
penduduk yang bermukim di wilayah ini. Menurut ahli Geologi Universitas Gajah Mada
(UGM) Jogjakarta, Dwikorita Karnawati, secara alami kondisi wilayah di Karangkobar
memang tak memungkinkan untuk dijadikan sebagai wilayah pemukiman.
Kondisi topografinya yang berbukit-bukit dan tekstur tanahnya yang tak kokoh menjadikan
daerah ini mudah sekali terkena bencana longsor.
"Kondisi geologis wilayah ini memiliki tanah yang rapuh. Tanahnya disisipi bebatuan dan
bidang-bidang yang memotong ikatan antara tanah dan batuan. Bila hujan tiba, lapisan
tanahnya pasti rentan meluncur atau longsor," tutur Rektor UGM ini saat mengunjungi lokasi
bencana longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang, Kerangkobar, Sabtu 13 Desember 2014.
Kondisi itu menurutnya diprediksi hampir menyeluruh ke sejumlah desa yang tersebar di
kawasan Karangkobar. Kendati belum dapat dipastikan secara menyeluruh, namun merujuk
ke peta geologi kawasan tersebut banyak titik lain yang memiliki kondisi serupa.
"Melihat ke kondisi medan dan peta geologi, bisa saja terjadi di tempat lain. Sebab hampir
seluruh kawasan ini memiliki tekstur lapisan tanah serupa. Cuma memang situasional, hanya
akan muncul ketika hujan tiba," kata Dwikorita.
Angin puting beliung menerjang ratusan rumah di Pemalang, Jawa Tengah. Akibatnya sekitar
100-an rumah rusak dan belasan warga luka hingga mendapatkan perawatan di rumah sakit
setempat.
Angin puting beliung tersebut menerjang 4 desa di Kecamatan Pemalang yakni Desa
Bojongnangka, Desa Tambakrejo, Kelurahan Kebondalem dan Kelurahan Bojongbata.
Namun tidak ada korban jiwa dari peristiwa yang terjadi sore hari.
Kepala BPBD Kabupaten Pemalang, Wismo saat dihubungi detikcom, menjelaskan bencana
alam angin puting beliung ini terjadi di empat desa yakni di Desa Bojongnangka, Desa
Tambakrejo, Kelurahan Kebondalem dan Kelurahan Bojongbata, di Kecamatan Pemalang.
"Bencana angin puting beliung ini terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Untuk warga yang
terdampak angin puting beliung terdapat 14 warga dan sudah dilakukan penanganan medis di
rumah sakit (RSUD Ashari)," kata Wismo pada detikcom Minggu (31/12) .
Banjir bandang yang terjadi tepatnya di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat
inidisebabkan karena kerusakan yang terjadi di hutan wasior sehingga ketika hujan secara
terusmenerus mengguyur kota tersebut mengakibatkan terjadinya luapan pada sungai batang
Salai.Walhi memperkirakan sekitar 30 –40% hutan di kawasan tersebut mengalami alih
fungsisehingga memicu terjadinya luapan pada sungai- sungai akibat tidak terserapnya
dengan baik air hujan ke dalam tanah. Aktivitas penebangan pohon sejak tahun 1990- an
dinilai menjadi penyebab utama kerusakan hutan yang berakibat pada terjadinya banjir
bandang.Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur
termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah
sakit, jembatan dan juga beberapa gereja.Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang
terjadimembawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu terjadi di lima kecamatan, yakni Woyla, Meureubo,
Sama Tiga, Johan Pahlawan, dan Arongan Lambalek.
Penyebabnya, kata Sutopo, masyarakat membersihkan lahan dengan cara membakar sisa
tanaman. "Akibatnya api menyebar ke lahan lain," kata Sutopo melalui keterangan tertulis,
Selasa (25/07).
Sutopo menuturkan, karhutla tersebut mulai muncul sejak Selasa pekan lalu. Hingga kini
sejumlah lahan gambut dan mineral masih terbakar.
BNPB memprediksi, karhutla berpotensi membesar seiring puncak musim kemarau pada
Agustus dan September. "Ancaman karhutla dan kekeringan akan meningkat," tutur Sutopo.
Sementara itu, dalam catatan Global Forest Watch Fires selama 17 hingga 24 Juli, Sumba
Timur merupakan kabupaten dengan jumlah titik api terbesar, diikuti Aceh Barat, Nagan
Raya, dan Aceh Singkil.
Pada peta pantauan Global Forest Watch Fires, Aceh tertutup warna merah karena memiliki
kerentanan karhutla sangat besar.