Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak..Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah “Kesehatan & Keselamatan Kerja
di Pelabuhan” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Kesehatan Pelayaran.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena


kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf. Demikian yang
dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….!

DAFTAR ISI ……………………………………………………….!

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………….!

1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………….!


1.2 TUJUAN …………………………………………………………!

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….!

BAB III PENUTU ………………………………………………………….!

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….!

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Seiring perkembangannya teknologi dan semakin pesatnya perkembangan dunia pelayaran

maka banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasa transportasi darat, transportasi

udara, dan terutama menggunakan transportasi laut. Berdasarkan fakta di atas maka aktivitas

di pelabuhan semakin meningkat seperti bongkar muat barang dari kapal ke dermaga

(stevedoring), bongkar muat barang dari dermaga ke kapal (cargodoring), atau perpindahan

barang dari dermaga pelabuhan ke gudang (receiving atau delivey) .Keselamatan kerja

merupakan salah satu faktor yang mutlak harus dipenuhi agar tenaga kerja dapat bekerja

dengan aman dan maksimal sesuai dengan tugas tenaga kerja, dengan sikap yang hati-hati

dan tidak ceroboh dalam bertindak akan membuat pihak lain tidak mengalami kekhawatiran.

Tetapi banyak tenaga kerja yang bekerja hanya sekedar memenuhi kewajiban sesuai

tanggung jawabnya, tanpa memiliki kepedulian terhadap keselamatan orang lain, lingkungan

sekitar, dan bahkan diri sendiri.

Masalah yang paling menonjol adalah tingkat penggunaan alat keselamatan kerja yang belum

terlaksana secara optimal pada saat kegiatan bongkar muat di Pelabuhan

1.2 TUJUAN

Guna memberikan edukasi kepada permbaca dan perkerja umum khususnya pada pekerja di

sector pelabuhan dalam menerapkan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)

3
BAB II PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1.    Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur.
2.    Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
3.    Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
4.    Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
5.    Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6.    Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada kondisi-
kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja
yang disediakan oleh perusahaan.
7.    Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari para pekerja, tetapi
menyangkut berbagai unsur dan pihak.

B.Contoh Kasus Yang Ada Di Pelabuhan

Kegiatan Operasional pelabuhan salah satunya adalah kegiatan bongkar muat barang dalam
kegiatan ini peran yang sangat penting dalam kegiatan ini adalah sumber daya manusianya salah
satunya adalah Tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Kegiatan yang dilakukan oleh TKBM
adalah pekerjaan angkat-angkut. Pekerjaan di bidang angkat angkut merupakan salah satu dari
sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan atau terpajan
penyakit akibat kerja.Seperti kita ketahui bahwa jenis pekerjaan angkat dan angkut merupakan
salah satu aktivitas fisik tertua dari kegiatan manusia sehari-hari. pekerjaan bongkar muat
merupakan pekerjaan fisik yang berat, faktor-faktor lain seperti kondisi kerja dan lingkungan
kerja yang tidak ergonomis juga memberikan beban tambahan kepada para pekerja. Masalah-

4
masalah tersebut di atas apabila tidak dikendalikan dengan baik, akan dapat memberikan stres
kepada pekerja yang melampaui batas kemampuannya, pada akhirnya dapat menyebabkan
gangguan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan para pekerja. Pekerjaan angkat-angkut di
pelabuhan merupakan pekerjaan manual handling dan lifting. Pengangkatan benda secara manual
atau dalam ilmu ergonomi dikenal sebagai Manual Material Handling(MMH) adalah gerakan
pemindahan benda oleh manusia yang menggunakan tenaga manusia sendiri (penanganan
manual). Ciri-ciri dari material yang dipindahkan adalah memiliki berat kurang dari 40 kg,
material dapat dijangkau oleh tangan serta mudah digenggam oleh tangan. Kegiatan manual
material handling yang sering dilakukan antara lain adalah kegiatan pengangkatan benda (lifting
task), kegiatan pengantaran benda (carriying task), Kegiatan mendorong benda (pushing task),
Kegiatan menarik benda (pulling task). Pekerjaan manual handling seperti angkat angkut ini
sangatlah mengandalkan manusia tenaga utama

Berdasarkan data Jamsostek kasus kecelakaan tahun 2014 sebanyak 105.383 kasus, adapun
hingga Maret 2015, BPJS ketenagakerjaan mencatat ada 38 kasus JKKRTW 9.Dari data ILO
Jumlah kasus kecelakaan kerja di indonesia tahun 2014 terjadi sebanyak 24.910/Tahun dan
jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun 2014 sebanyak 40.696/Tahun.(8, 9) Kecelakaan kerja
yang melibatkan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 berjumlah 1.238 terdiri
dari: Meninggal sebanyak 20 orang, cacat sebagian sebanyak 15 orang, cacat fungsi sebanyak 22
orang, tanpa cacat/sembuh sebanyak 679 orang, sementara tidak mampu bekerja sebanyak 502
orang.(10) Menurut Suma’mur penyebab kecelakaan kerja secara umum adalah karena adanya
kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman dari pekerja. Khusus mengenai unsafe
action ( tindakan tidak aman) ini sangat erat kaitannya dengan factor manusia atau terjadi karena
kesalahan manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patrick sherry, 80-90% penyebab
kecelakaan kerja berkaitan dengan human error atau factor perilaku pekerja.MenurutHasil Riset
NCS(National Safety Council) US menyebutkan Penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya
unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. (11)

C.      Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja


Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari
adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal
yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja,
pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.
a.    Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan
keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang
kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang
ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan
untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak
boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.
Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko
kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka
faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan
b.    Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu
longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan
yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya.

5
Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin
di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
c.    Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung
diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi
sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan
merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak
menyediakan alat pelindung diri tersebut.
d.   Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam suatu
ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak
mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan
banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan,
tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet
Saksono, 1988: 104-111).

Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif pencegahan
selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a.     Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi yang
berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri,
monitoring perlatan dan sebagainya.
b.    Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c.     Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan beracun
atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.
d.    Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e.     Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno dan
Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1.Lebih dari separoh pekerja yaitu sebanyak 46 orang atau 52,9% diantaranya pernah
mengalami Kecelakaan Kerja. Dan jenis kecelakaan kerja terbanyak ada pada adalah Luka akibat
terkena/tertimpa sling sebanyak 9 orang (10,6%) dan terjatuh dari tangga kapal sebanyak 9 orang
(10,6%)

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pekerja dengan kecelakaan kerja pada
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang bagian stevedoring.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap pekerja dengan kecelakaan kerja pada
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang bagian stevedoring

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan pekerja dengan kecelakaan kerja pada
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang bagian stevedoring

5. Tidakterdapat hubungan yang bermakna antara beban kerjadengan kecelakaan kerja pada
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Bayur Padang bagian stevedoring

3.1 Saran

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil saran bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

7
DAFTAR PUSTAKA

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional

Lisa Herdiana. Pelabuhan2012 16 mei 2017. Available from:


http://lisaherdiana.blogspot.co.id/2012/04/pelabuhan.html.

ILO. Data Kecelakaan Kerja Tahun 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2013

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PEKERJA DAN BEBAN KERJA


DENGANKECELAKAAN KERJADI KOPERASI TENAGA KERJA BONGKAR MUAT
PELABUHAN TELUK BAYUR PADANG TAHUN 2017 Oleh : ANNISA AKILA No. BP.
1311211100 Pembimbing I : Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si Pembimbing II : Drs.
Zudarmi M.Si FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2017

Anda mungkin juga menyukai