C. Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Sehingga dengan adanya
kompetensi guru diharapkan dalam menjalankan tugasnya yaitu sebagai pendidik yang
membantu anak didik dalam mengembangkan pribadinya, memperluas pengetahuannya
dan menlatih keterampilannya dalam berbagai bidang dapat dilaksanakan secara baik dan
efektif.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980), ada tiga dimensi
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, yaitunya sebagai berikut:
1. Kemampuan Profesional
a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar
keilmuan dari bahan pelajaran tersebut.
b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.
2. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntunan kerja dan
lingkungan sekitar.
3. Kemampuan personala yang mencakup:
a. Penampilan sikap positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki
guru
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagi panutan dan teladan bagi para
siswanya.
Organisasi profesi adalah suatu wadah untuk menyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi. Contoh organisasi guru yaitunya sebagai berikut:
1) Misi politis/ideologis
2) Misi persatuan/organisatoris
3) Misi profesi
4) Misi kesejahteraan
b. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP didirikan atas anjuran pejabat-pejabat pada Departemen Pendidikan
Nasional. MGMP bertujuan untuk meningkatkan mutu atau profesionalisasi dari
guru dalam kelompoknya masing-masing.
c. ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia)
ISPI mempunyai divisi-divisi, antara lain:
1) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
2) Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN)
3) Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI)
Sanksi Pelanggaran Kode Etik yaitunya “Barang siapa yang melanggar kode
etik, maka ia akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, dan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi”.
Kode etik guru Indonesia pertama kali ditetapkan dalam Kongres ke XIII di
Jakarta tahun 1973 dan disempurnakan dalam kongres PGRI ke XVI tahun 1989 di
Jakarta. Kode etik guru itu didasrkan pada pancasila dan UUD yang mana isinya adalah
sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing para peserta didik untuk membentuk manusia
seutuhnya yang berjiwa pancasila
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar-mengajar
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitar
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesi
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana penunjang dan pengabdian
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
REFERENSI
1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Abatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya.
2. http://kresinda.blogspot.com/2013/09/guru-sebagai-profesi.html diakses pada 18
september 2014.
3. http://tommi-pradana.blogspot.com/2013/03/guru-sebagai-profesi.html diakses pada 18
September 2014