Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan limpahannya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Issue dan Trend dalam
Penelitian Keperawatan Komunitas" yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita untuk mempelajari pengetahuan tentang teori keperawatan komunitas.
Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf dan mohon pemakluman
bilamana isi makalah ini kurang lengkap dan ada tulisan-tulisan yang kurang tepat. Oleh karena
itu kami meminta kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan ini kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi
makalah ini sehingga memberikan manfaat kepada kita sakalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... . ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................................... 1
C. Manfaat........................................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang
disebut dengan Sistem Kesehatan. Pada intinya sistem kesehatan merupakan seluruh
aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan
memelihara kesehatan.
Sistem kesehatan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, sistem kesehatan tidak hanya mencakup “health care” atau
pelayanan kesehatan, tetapi meliputi pengembangan pembiayaan dan mekasnisme risk
pooling sehingga dapat melindungi masyarakat dari beban keuangan dan beban ekonomi
karena penyakit. Dimensi lain menyangkut peningkatan kepuasan konsumen dan
memberikan informasi dan pilihan, juga merupakan bagian penting dari sistem kesehatan.
Sistem kesehatan juga harus mampu memberikan manfaat kepada masyarakat
dengan disitribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus pada
“tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu didistribusikan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sistem kesehatan melakukan setidaknya empat
fungsi yang meliputi pembiayaan, pemberian pelayanan, produksi sumber daya dan
pembimbingan.
B. Rumusan Masalah
a. Trend dan Issue Keperawatan komunitas
1) Apa Pengertian pembangunan kesehatan?
2) Tujuan pembangunan kesehatan?
3) Pengertian Keperawatan Kesehatan Masyarakat?
4) Apa saja Tingkat Pelayanan Kesehatan?
5) Apa saja Lembaga Pelayanan Kesehatan itu?
6) Apa saja Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan?
7) Apa maksud dari Pelayanan Keperawatan Dalam
Pelayanan Kesehatan?
8) Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Praktik
Keperawatan Komunitas?
b. Masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia
1) Apa Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010?
2) Terdiri dari apa saja Sistem Kesehatan Nasional itu?
3) faktor penting apa yang mesti diperhatikan dalam pembiayaan
kesehatan?
4) Apa yang melandasi Beberapa Pemikiran tentang pembiayaan
kesehatan?
5) Apa Alasan terbentuknya Reformasi Kesehatan?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Dapat memahami keperawatan kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Trend dan Issue Keperawatan komunitas
1) Dapat menjelaskan pengertian pembangunan kesehatan
2) Dapat menjelaskan tujuan pembangunan kesehatan
3) Dapat menjelaskan apa saja lembaga-lembaga yang bergerak dalam
pelayanan kesehatan
4) Dapat menjelaskan tentang keperawatan kesehatan masyarakat
5) Dapat menjelaskan apa saja lingkup sistem pelayanan kesehatan
6) Dapat menjelaskan maksud dari Pelayanan Keperawatan Dalam
Pelayanan Kesehatan
7) Dapat menjelaskan Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Praktik
Keperawatan Komunitas
b. Masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia
1) Dapat menjelaskan Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010
2) Dapat menjelaskan Sistem Kesehatan Nasional
3) Dapat menjelaskan faktor –faktor dalam pembiayaan kesehatan
4) Dapat menjelaskan beberapa pemikiran tentang pembiayaan
kesehatan
5) Dapat menjelaskan maksud dari Pelayanan Keperawatan Dalam
Pelayanan Kesehatan
6) Dapat menjelaskan tentang reformasi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang.
c. Pembiayaan Kesehatan
Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan,
terdapat beberapa faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti
diperhatikan. Pertama, besaran (kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang
disediakan pemerintah maupun sumbangan sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas
dan efisiensi penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran yang ada.
Di Negara kita, proporsi anggaran pembangunan kesehatan tidak pernah mencapai
angka dua digit dibanding dengan total APBN/APBD. Padahal, Badan Kesehatan
Dunia (WHO) jauh-jauh hari telah menstandarkan anggaran pembangunan kesehatan
suatu Negara pada kisaran minimal 5% dari GDP (Gross Domestic
Product/Pendapatan Domestik Bruto). Pada tahun 2003, pertemuan para
Bupati/Walikota se-Indonesia di Blitar telah juga menyepakati komitmen besarnya
anggaran pembangunan kesehatan di daerah-daerah sebesar 15% dari APBD.
Kenyataannya, Indonesia hanya mampu mematok anggaran kesehatan sebesar 2,4%
dari GDP, atau sekitar 2,2-2,5% dari APBN.
Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa
alasan. Berbagai hal bias dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya
kesadaran pemerintah untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sector
prioritas, juga karena kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di
negeri yang sedang mengalami transisi demokrasi ini. Ironisnya, kelemahan ini
bukannya tertutupi dengan penggunaan anggaran yang efektif dan efisien. Beberapa
tahun yang lalu, lembaga transparansi internasional mengumumkan tiga besar intansi
pemerintah Indonesia yang paling korup. Nomor satu adalah departemen agama,
selanjutnya departemen kesehatan dan terakhir adalah departemen pendidikan.
Temuan ini semakin menguatkan dugaan adanya tindak “mafia” anggaran
pembangunan kesehatan pada berbagai instansi kesehatahn di seantero negeri ini.
Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme – seperti juga dialami di intansi lainnya – tetap
berurat akar dengan subur di departemen kesehatan. Akibatnya, banyak kita jumpai
penyelenggaraan program-program kesehatan yang hanya dilakukan secara asal-
asalan dan tidak tepat fungsi. Relatif ketatnya birokrasi di lingkungan departemen
kesehatan dan instansi turunannya, dapat disangka sebagai biang sulitnya mengejar
transparansi dan akuntabilitas anggaran di wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam
pembahasan fungsionalisasi anggaran kesehatan menjadi sangat minim, jika tak mau
disebut tidak ada sama sekali.
Pada sisi lain, untuk skala Negara sedang berkembang, Indonesia yang masih
berkutat memerangi penyakit-penyakit infeksi tropik akibat masih buruknya
pengelolaan lingkungan, seharusnya menempatkan prioritas pembangunan kesehatan
pada aspek promotif dan preventif, bukan semata di bidang kuratif dan rehabilitatif
saja. Sebagai catatan, rasio anggaran antara promotif dan preventif dengan kuratif-
rehabilitatif selama ini berkisar pada 1:3, suatu perbandingan yang tidak cukup
investatif untuk bangsa sedang berkembang seperti Indonesia. Akibatnya, sejumlah
program kesehatan di negeri ini masih berputar-putar pada upaya bagaimana
mengobati orang yang sakit saja, bukannya mencari akar permasalahan yang menjadi
penyebab mereka jatuh sakit kemudian meneyelesaikannya.
d. Beberapa Pemikiran
Pertanyaan yang mengemuka ialah model kebijakan kesehatan seperti apa yang
layak diterapkan di negeri kita, sistem pembiayaan yang bagaimana yang cocok
dengan kehidupan masyarakat kita. Depkes sebagai pengemban pertama tanggung
jawab konstitusi kita ternyata dalam banyak kasus terbukti tak dapat/ tak mau berbuat
banyak. Anggaran kesehatan yang teramat minim, terlepas basis argumentasinya
seperti apa; setidaknya menjadi isyarat akan kenyataan teguh, bahwa memang hal-hal
yang berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak selalu dianggap sepele.
Hal ini didukung pula oleh sifat apatis sebagian besar rakyat kita, dalam
mengkritisi kebijakan kesehatan. Pun itu diperparah dengan belum transparannya
penggunaan anggaran, dan dana yang ada lebih dialokasikan pada pos-pos yang
bukan menjadi kebutuhan mendesak masyarakat, sebagai contoh; beberapa
puskesmas di Indonesia memiliki fasilitas mobil ambulans yang lengkap namun di
puskesmas tersebut, tenaga medis yang ada hanya sebatas paramedis, tanpa tenaga
dokter, sarjana kesehatan masyarakat dan tenaga medis lainnya, jadi proses
pemenuhan dan penyediaan kebutuhan masyarakat akan kesehatan tidak berbasis
pada analisa kebutuhan tetapi lebih sebagai resultan dari tarik-menarik kepentingan
politik nasional maupun lokal.
Dalam lokus kajian spesifik, membengkaknya biaya kesehatan ternyata secara
langsung atau tidak juga disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan perguruan
tinggi atau sekolah-sekolah yang berlatar belakang kesehatan. Indonesia menjadi
contoh dari mahalnya biaya yang harus ditanggung oleh para peserta didik dari
fakultas kedokteran, akademi maupun sekolah tenaga kesehatan lainnya. Hal ini
sangat kontras jika kita bandingkan dengan kasus negara tetangga seperti Singapura
atau Malaysia; dimana negara bertanggung jawab mengucurkan dana besar bagi
institusi pendidikan. Dominasi Negara berlebih-lebihan dalam banyak hal termasuk
mewajibkan pegawai negeri sipil, polisi atau militer untuk masuk hanya pada
perusahaan asuransi tertentu yang dikelola oleh negara membuka peluang terjadinya
praktek korupsi. Model itu sudah selayaknya ditinjau ulang.
e. Reformasi Kesehatan
Reformasi bidang kesehatan bukan lagi bahasa yang baru. Hanya saja agendanya
perlu dipertegas kembali sebagai landasan pembangunan selanjutnya. Jika
disederhanakan, agenda reformasi kesehatan akan lebih mengedepankan partisipasi
masyarakat dalam menyusun dan menyelenggarakan aspek kesehatannya dengan
sesedikit mungkin intervensi pemerintah. Pemberdayaan masyarakat menjadi tolok
ukur keberhasilan dan pemihakan terhadap kaum miskin menjadi syarat penerimaan
universalitasnya. Gunawan Setiadi, seorang dokter dan master bidang kesehatan,
mengungkapkan beberapa alasan mengapa masyarakat dapat menyelenggarakan
kesehatannya, dan lebih baik dari pemerintah, antara lain:
1. Komitmen masyarakat lebih besar dibandingkan pegawai yang digaji
2. Masyarakat lebih paham masalahnya sendiri
3. Masyarakat dapat memecahkan masalah, sedangkan kalangan profesional/
pemerintah sekadar memberikan pelayanan
4. Masyarakat lebih fleksibel dan kreatif
5. Masyarakat mampu memberikan pelayanan yang lebih murah
6. Standar perilaku ditegakkan lebih efektif oleh masyarakat dibandingkan birokrat
atau profesional kesehatan.
Pandangan-pandangan di atas menjadi cukup beralasan muncul dengan melihat
kecenderungan rendahnya etos kerja birokrat dan profesional kesehatan selama ini.
Sudah saatnya penyelenggaraan kesehatan diprakarsai oleh masyarakat sendiri,
sehingga pemaknaan atas hidup sehat menjadi sebuah budaya baru, di mana di
dalamnya terbangun kepercayaan, penghargaan atas hak hidup dan menyuburnya
norma-norma kemanusiaan lainnya. Model penyelenggaraan kesehatan berbasis
pemberdayaan (empowerment) harus disusun secara rasional dengan sedapat
mungkin melibatkan semua stakeholder terkait. Jadi, prioritas pembangunan
kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk masyarakat miskin – mereka yang
jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas haknya selama ini. Untuk itu,
sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan perlu dipertajam dengan jalan
antara lain :
1. Pertama, meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin. Misalnya program pemberantasan penyakit
menular, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.
2. Kedua, meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, ruang rawat
inap kelas III di rumah sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional rumah
sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik eksploitasi dan ‘pemalakan’
pasien miskin atas nama biaya perawatan.
3. Ketiga, mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya. Contohnya adalah pengadaan
alat kedokteran canggih, program kesehatan olahraga dan lain sebagainya.
4. Keempat, mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan
yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat baik
dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial
serta harapan berumur panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut Winslow menetapkan
suatu syarat yang sangat penting, yaitu harus ada pengertian, bantuan dan partisipasi
masyarakat secara teratur dan terus menerus.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Pelayanan kesehatan berupa
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemauan.
B. Saran
Perawat dapat memilih diri dan menggunakan berbagai metode, materi dan media untuk
mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Kunci untuk memenuhi kebutuhan
individu, keluarga dan masyarakat yang merangkul gagasan bahwa pendidikan kesehatan
adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/82512997/MAKALAH-Trend-Issue-Keperawatan-Komunitas