Disusun oleh:
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai Praktik Kerja Lapangan
Pada Program Studi Teknologi Laboratorium Medik D4 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
Telah diseminarkan dan disetujui sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi
nilai Praktik Kerja Lapangan pada Program Studi Teknologi Laboratorium Medik
D4 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Pada tanggal...............
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universutas Muhammadiyah Purwokwerto
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas petunjuk, rahmat dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
“Laporan Praktik Kerja Lapangan Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto periode
30 November sampai 26 Desember 2020”. Penulisan laporan praktik kerja lapangan
ini disusun guna memperoleh gelar sarjana Terapan Kesehatan (S. Tr. Kes) pada
Program Studi Teknologi Laboratorium Medik D4 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung keberhasilan penyusunan laporan praktek kerja lapangan kepada:
1. Dr. Ns Hj Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep. selaku Dekan Ilmu Kesehatan
UniversitasMuhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan ijin
melaksanakan praktek kerja lapangan.
2. Retno Sulistiyowati, S.Tr.A.K M.Kes. selaku ketua Program Studi Teknologi
Laboratorium Medik D4 yang telah memberikan informasi dan bimbingan
terkait pelaksanaan praktek kerja lapangan.
3. Kitri Wuryati,Amd. AK selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
bimbingan selama praktik kerja lapangan dan penyusunan laporan PKL.
4. Arif Mulyanto, S.Si, M. Si selaku dosen pembimbing PKL memberikan
bimbingan selama penyusunan laporan PKL.
5. Seluruh Staf Rumah sakit Wijaya Kusuma yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama praktik kerja lapangan.
6. Teman-teman angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
7. Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu, Semoga laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Purwokerto, Desember 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
3.8.6. Malaria.......................................................................................................32
4.1. Hasil.................................................................................................................35
4.2. Pembahasan......................................................................................................36
5.1. Kesimpulan......................................................................................................40
5.2. Saran.................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................42
LAMPIRAN...............................................................................................................43
DAFTAR SINGKATAN
µl : Mikroliter
g : Gram
Hb : Hemoglobin
TBC : Tuberculosis
C : Celcius
mL : mililiter
m3 : meter kubik
RBC : Red Blood Cell
HGB : Hemoglobin
HCT : Hematokrit
PLT : Platelet
DAFTAR LAMPIRAN
2.3.2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan prajurit dan masyarakat umum.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang profesional.
c. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan medis dan penunjang sesuai
standar akreditasi Rumah Sakit.
d. Menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit yang terintegrasi, efektif,
efisien, transparan dan akuntabel.
a. Fungsi Pokok
Membantu kepala Rumah Sakit dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan
laboratorium.
b. Tugas pokok
1. Menentukan jenis pemeriksaan yang dilakukan.
2. Menentukan jenis dan jumlah komponen laboratorium.
3. Menganalisa dan menginterpretasi hasil laboratorium serta melakukan
diagnose laboratorium.
4. Memberi informasi dan rekomendasi medan pengolahan laboratorium yang
menyangkut teknik pemeriksaan laboratorium.
5. Melaksanakan pembinaan bagi staf dan pelksan teknik laboratorium.
c. Tugas Tambahan
1. Membuat apj Non Kapitasi ke BPJS
2. Membantu pelayanan diruang skretaris
3. Bertanggung jawab pada barang inventaris diruang laboratorium
4. Menerima tugas lain dari pemimpin
7. Poliklinik THT
Poliklinik THT adalah layanan diagnosa dan terapi berbagai gangguan dan
penyakit organ-organ telinga, hidung , dan tenggorokan yang ditangani oleh
dokter spesialis THT`
8. Poliklinik Obsgyn
Poliklonik Obsgyn adalah poliklinik kandungan dan kebidanan yang berfikus
pada penanganan kehamilan pada seorang ibu hingga proses persalinan
termasuk juga penyakit yang berhubungan kandungan atau kebidanan.
9. Poliklinik Paru
Poliklinik Paru merupakan pelayana masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehata paru yang ditangani oleh dokter spesialis paru. Pelayanan
yang ditangani seperti pengobatan TBC paru, saluran pernafasan dan
gangguan paru-paru lainnya.
10. Poliklinik Mata
Poliklinik Mata merupakan klinik yang memberikan pemeriksaan, perawatan,
serta diagnosis yang berhubungan penyakit mata dan gangguan penglihatan
yang ditangani oleh dokter spesialis mata.
11. Poliklinik Psikiatri
Poliklinik Psikiatri adalah poliklinik yang melayani pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan konsultasi berbagai penyakit yang berhubungan
dengan kejiwaan termasuk farmako terapi, Psikoterapi, Psikatri anak dan
remaja.
12. Poliklinik Bedah Urologi
Poliklinik Bedah Urologi merupakan klinik pemeriksaan dan konsultasi
untuk gangguan kesehatan yang berhubungan saluran kencing.
13. Poliklinik Gigi & Mulut
Poliklinik Gigi dan Mulut merupakan klinik yang melayani pasien dengan
permasalahan gigi, baik untuk anak maupun dewasa yang ditunjang oleh
dokter spesialis gigi.
14. Fisiotherapy/Rehab Medik
Fisiotherapy adalah pelayanan terapi untuk mengembalikan gerakan dan
fungsi, ketika seseorang mengalami cedera, terkena penyakit atau mengalami
disabilitas.
4.1.Hasil
4.2.Pembahasan
Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk
membedakan diagnosis, mengkonfi rmasi diagnosis, menilai status klinik pasien,
mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak
diinginkan. Nilai kritis suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang
mengindikasikan kelainan/gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan
perhatian atau tindakan. Nilai abnormal suatu hasil pemeriksaan tidak selalu
bermakna secara klinik. Sebaliknya, nilai dalam rentang normal dapat dianggap
tidak normal pada kondisi klinik tertentu. Sebagai contoh hasil pemeriksaan
serum kreatinin pada pasien usia lanjut (lansia) tidak menunjukkan fungsi ginjal
yang sebenarnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan nilai rujukan sesuai kondisi
khusus pasien (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
4.2.1. Pemeriksaan Hematologi
Beberapa uji hematologi yang lazim dipakai ialah uji kadar
hemoglobin (Hb); jumlah eritrosit, leukosit, trombosit; nilai
hematokrit (Hm), dan menentukan indeks eritrosit. Indeks eritrosit
terdiri dari MCV (Mean Cell Volume), MCH (Mean Cell
Hemoglobin) dan MCHC (Mean Cell Hemoglobin Concentration).
Nilainya diperoleh dari perhitungan eritrosit, hemoglobin maupun
hematokrit. Penentuan nilai ini penting dalam menetapkan kelainan
anemia secara morfologis. Nilai parameter hematologi dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, ras, faktor nutrisi dan
lingkungan, ketinggian, alat dan metode tes yang dipakai (Esa et al,
2006).
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia
karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan,
peningkatan asupan cairan dan kehamilan. Peningkatan nilai Hb dapat
terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-
paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di
daerah dataran tinggi. Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang
mengalami perdarahan dan luka bakar. Konsentrasi Hb dapat
digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap
terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan
dengan anemia (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, 2011).
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia,
penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus
sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia)
misalnya, sitostatika dan antiretroviral. Sel darah merah meningkat
pada polisitemia vera, polisitemia sekunder diare/dehidrasi, olahraga
berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi (Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
Nilai krisis leukositosis adalah 30.000/mm3. Lekositosis hingga
50.000/mm3 mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone
marrow). Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm 3) dapat
disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah
menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun
tidak dapat dikatakan infeksi. Biasanya terjadi akibat peningkatan 1
tipe saja (neutrofil). Bila tidak ditemukan anemia dapat digunakan
untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia. Perlu diwaspadai
terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid),
nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain
leukositosis. Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air
dingin dapat meningkatkan jumlah sel darah putih. Leukopenia,
adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab leukopenia
antara lain, (1) Infeksi virus, hiperplenism, leukemia, (2) obat
(antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi), (3) Anemia
aplastik/pernisiosa, (4) Multipel myeloma. Konsentrasi leukosit
mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya sedikit, jumlah
tertinggi adalah pada sore hari (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan, 2011).
Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan
oleh infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan
gangguan myeloproliferatif. Neutropenia yaitu penurunan persentase
neutrofil, dapat disebabkan oleh penurunan produksi neutrofil,
peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi (Direktorat Jendral
Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
Monositosis adalah peningkatan jumlah sel monosit dalam
darah, hal ini berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasit
tertentu serta kolagen, kerusakan jantung dan hematologi. Sedangkan
monositopenia merupakan penurunan jumlah sel monosit dalam darah
biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi mengindikasikan
stres, penggunaan obat glukokortikoid, myelotoksik, dan
imunosupresan (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, 2011).
Limfositosis adalah peningkatan jumlah sel lomfosit dalam
darah, hel terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan gangguan
hormonal. Sedangkan limfopenia merupakan penurunan jumlah sel
limfosit dalam darah yang dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka
bakar dan trauma (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, 2011).
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi,
polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis
reumatoid. Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan
pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia
syndrome. Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam
valproat dapat menyebabkan trombositopenia. Penurunan trombosit
di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam jangka
waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.
Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis. Aspirin
dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet dari pada jumlah
platelet (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
2011).
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena
berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan
banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30%
menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok. Nilai Hct biasanya
sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik. Pada
pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih
kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik
terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah
merah terlihat normal (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, 2011).
4.2.2. Pemeriksaan Kimia Klinik
a. Pemeriksaan Gula Darah
Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa
(nilai puasa > 120 mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka
bulan), stress akut, feokromasitoma, penyakit hati kronik, defi siensi
kalium, penyakit yang kronik, dan sepsis. Kadar gula darah menurun
(hipoglikemia) dapat disebabkan oleh kadar insulin yang berlebihan
atau penyakit Addison. Obat-obat golongan kortikosteroid dan
anestetik dapat meningkatkan kadar gula darah menjadi lebih dari 200
mg/dL. Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140
mg/dL, perlu dicurigai adanya diabetes mellitus. Dengan
menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya glukosa pada
urin membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal pasien
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
b. Pemeriksaan Asam Urat
Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya
sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat
meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai
(gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau
ekresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Produksi yang
berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan, terjadi
turnover purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia
adalah alkohol, leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma,
hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, stress,
keracunan timbal, dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi : Stress, menyebabkan kadar asam urat
dalam serum meningkat Kontras radiologi menyebabkan kadar asam
urat dalam serum menurun dan kadar dalam urine meningkat (Syukri,
2007).
c. Pemeriksaan Kolesterol Total
Kolesterol dalam badan berada dalam keseimbangan yang
dinamis antara yang disintesa dengan yang dimetabolisasikan.
Makanan yang mengandung kolesterol antara lain goreng-gorengan,
daging, otak, jeroan, (usus, hati, ginjal, paru, jantung,) kuning telor,
sea food, kacang-kacangan, selain berasal dari makanan, kolesterol
juga diproduksi oleh tubuh kita sendiri. Beberapa yang
mempengaruhi kadar kolesterol adalah usia dan jenis kelamin,
keturunan, merokok, kegemukan, olahraga, kontrasepsi hormonal dan
diabetes mellitus. (Ujiani, 2015).
d. Pemeriksaan Trigliserida
Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap
sirosis alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis bilier,
obstruksi bilier, trombosis cerebral, gagal ginjal kronis, DM, Sindrom
Down’s, hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik, hiperlipoproteinemia
(tipe I, II, III, IV, dan V), penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III,
VI), gout, penyakit iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfi ria
akut yang sering kambuh, sindrom sesak nafas, talasemia mayor,
hepatitis viral dan sindrom Werners. Kolestiramin, kortikosteroid,
estrogen, etanol, diet karbohidrat, mikonazol, kontrasepsi oral dan
spironolakton dapat meningkatkan trigliserida. Penurunan trigliserida
dapat terjadi pada obstruksi paru kronis, hiperparatiroidism,
hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit parenkim hati,
malabsorbsi dan malnutrisi. Vitamin C, asparagin, klofi brat dan
heparin dapat menurunkan konsentrasi serum trigliserida (Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
e. Pemeriksaan SGPT
Peningkatan kadar SGPT dapat terjadi pada penyakit
hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan hepatitis. Banyak obat
dapat meningkatkan kadar SGPT. Nilai peningkatan yang signifi kan
adalah dua kali lipat dari nilai normal. Nilai juga meningkat pada
keadaan: obesitas, preeklamsi berat, acute lymphoblastic leukemia
(ALL) (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
2011).
f. Pemeriksaan SGOT
Peningkatan kadar SGOT dapat terjadi pada penyakit hati,
pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut,
luka bakar parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya, isoniazid,
eritromisin, kontrasepsi oral. Penurunan kadar SGOT dapat terjadi
pada pasien asidosis dengan diabetes mellitus. Obat-obat yang
meningkatkan serum transaminase seperti Asetominofen, Co-
amoksiklav, HMGCoA reductase inhibitors, INH, Antiinfl amasi
nonsteroid, Fenitoin, dan Valproat (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
g. Pemeriksaan Ureum
Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan tubuh
apabila menumpuk di dalam tubuh. Meningkatnya ureum dalam darah
dapat menandakan adanya masalah pada ginjal. Peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dapat di sebabkan oleh prerenal (dekompensasi
jantung, dehidrasi yang berlebihan, peningkatan katabolisme protein
dan diet tinggi protein), penyebab renal (glomerulonephritis akut,
nefritis kronis, penyakit ginjal polikistik, dan nekrosis tubular ) dan
penyebab postrenal (semua jenis obstruksi pada saluran kemih, seperti
batu ginjal, kelenjar prostat yang membesar dan tumor) (Loho et al,
2016).
h. Pemeriksaan Kreatinin
Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi
ginjal baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis,
penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi akut.
Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi,
malnutrisi atau penurunan masa otot akibat penuaan. Obat-obat
seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat
mempengaruhi nilai kreatinin pada pengukuran laboratorium
walaupun tidak berarti ada gangguan fungsi ginjal (Direktorat Jendral
Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
i. Pemeriksaan Total Protein
Pemeriksaan protein total merupakan pemeriksaan dengaan
sampel daraah unttuk memeriksa jumlah protein albumin dan
globulin. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui daan
identifikasi penyakit yang menyebabkaan gangguan pada prroduksi
protein. Gaangguan prroduksi protein dapat disebabkan karena
kekurangan gizi, penyakit ginjal, penyakit hati dan gagal jantung
(Sunita, 2001).
j. Pemeriksaan Bilirubin Total
Kadar bilirubin yang tinggi dapat mengindikasikan peningkatan
laju kerusakan sel darah merah. Bilirubin indirek artinya bilirubin
yang harus berikatan dengan albumin agar darah bisa masuk ke dalam
hati. Sedangkan bilirubin direk adalah bilirubin yang tidak perlu
bantuan ikatan dengan protein (Widoyono, 2002).
k. Pemeriksaan Total Lipid
Pemeriksaan profil lipid atau penetapan kadar lipid lipoprotein
biasanya di hubungkan dengan resiko penyakit vaskuler yang
mencangkup penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak
dan perifer (Sunita, 2001).
l. Pemeriksaan Elektrolit
Pemeriksaan elektrolit atau tes kalium dilakukan untuk
mengukur tingkat kalium dalam darah. Kalium merupakan zat
elektrolit yang penting untuk fungsi otot dan saraf. Pemeriksaan
elektrolit biasa digunakan untuk memantau atau mendiagnosis
kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi,
dan penyakit jantung (Maansjoer, 2008).
m. Pemeriksaan Urinalisa
Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan
kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi oleh status
hidrasi pasien dan konsentrasi urin. Berat jenis meningkat pada
diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras,
manitol, dekstran, diuretik. Nilai berat jenis menurun dengan
meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal
memekatkan urin) dan preginjal azotemia (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa
eksogen dan endogen, dan pH. Warna merah coklat menunjukkan
urin mengandung hemoglobin, myoglobin, pigmen empedu, darah
atau pewarna. Dapat juga karena pemakaian klorpromazin,
haloperidol, rifampisin, doksorubisin, fenitoin, ibuprofen. Warna
merah coklat dapat berarti urin bersifat asam (karena metronidazol)
atau alkali (karena laksatif, metildopa). Warna kuning merah (pink)
menunjukkan adanya sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik
fenolftalein, ibuprofen, fenitoin, klorokuin. Warna biru-hijau
menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, bakteri Pseudomonas,
pigmen empedu, amitriptilin. Warna hitam menunjukkan adanya,
alkaptouria. Warna gelap menunjukkan porfi ria, malignant
melanoma (sangat jarang). Urin yang keruh merupakan tanda adanya
urat, fosfat atau sel darah putih (pyuria), polymorphonuclear (PMNs),
bakteriuria, obat kontras radiografi. Urin yang berbusa mengandung
protein atau asam empedu. Kuning kecoklatan menunjukkan
primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, dan urobilin (Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
pH alkalin disebabkan adanya organisme pengurai yang
memproduksi protease seperti proteus, Klebsiella atau E. coli, ginjal
tubular asidosis akibat terapi amfoterisin, penyakit ginjal kronik, dan
intoksikasi salisilat. pH asam disebabkan karena emfi sema pulmona,
diare, dehidrasi, kelaparan (starvation), dan asidosis diabetik (Loho et
al, 2016).
Hasil positif palsu dapat terjadi pada pemakaian obat berikut
penisilin dosis tinggi, klorpromazin, tolbutamid, golongan sulfa.
Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali.
Protein dalam urin dapat: (i) normal, menunjukkan peningkatan
permeabilitas glomerular atau gangguan tubular ginjal, atau (ii)
abnormal, disebabkan multiple myeloma dan protein Bence-Jones
(Loho et al, 2016).
Keton dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang
tidak terkontrol, dan pecandu alkohol. Dapat terjadi juga pada
gangguan kondisi metabolik seperti diabetes mellitus, ginjal,
glikosuria, dan peningkatan kondisi metabolik seperti hipertiroidism,
demam, kehamilan, menyusui, malnutrisi, serta diet kaya lemak
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2011).
Pada pemeriksaan sedimen urine jika ditemukan sel silinder
maka menunjukkan terjadi acute tubular nekrosis. peningkatan nilai
eritrosit menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis, obstruksiginjal,
penyakit mikroemboli, atau proteinuria. Peningkatan nilai leukosit
menunjukkan adanya penyakit ginjal dengan inflamasi. Adanya
bakteri dengan jumlah > 105/mL menunjukkan adanya infeksi saluran
kemih. Adanya kristal menunjukkan peningkatan asam urat dan asam
amino (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
2011).
4.2.3. Pemeriksaan Imunoserologi
a. Pemeriksaan HCG
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) merupakan suatu
hormon yang dihasil-kan oleh jaringan plasenta yang masih muda
dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat
proliferasi yang ab-normal dari jaringan epitel korion seperti
molahidatidosa atau suatu khorio karsinoma. Kehamilan akan
ditandai dengan meningkat-nya kadar HCG dalam urin pada
trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Pemeriksaan
HCG dengan metode immunokromatografi merupakan cara yang
paling efektif untuk mendeteksi kehamilan dini.Perumusan
masalahnya adanya sekresi HCG dalam urin dapat digunakan untuk
de-teksi kehamilan dini. Metode imunokromatografi sebagai salah
satu test diagnostik untuk deteksi HCG dalam sampel urin secara
in vitro (Harti et al, 2013).
b. Pemeriksaan NS1
NS1 adalah protein yang dimiliki oleh virus dengue. Protein ini
dapat ditemukan dalam darah selama seseorang terinfeksi virus
dengue. Tes demam berdarah NS1 dapat mengetahui keberadaan
protein NS1 yang sudah mulai terdeteksi sejak demam di hari kedua
(Bakta, 2007).
c. Pemeriksaan Antigen Dengue (DHF)
Seseorang yang mengalami demam dengue umumnya akan
menggigil yang diikuti dengan demam yang berakhir 2-3 hari
kemudian. Pada anak-anak berusia kurang dari 15 tahun akan muncul
ruam di kulit yang disebut eritema dan wajah kemerahan. Bila pada
hari ke 3-4 demam ada manifestasi perdarahan, maka demam dengue
berlanjut menjadi demam berdarah dengue. Tes ini digunkan untuk
mendeteksi antigen virus dengue di dalam darah ketika demam sudah
berlangsung lebih dari 3 hari (Mansjoer, 2008).
d. Pemeriksaan Rapid Covid 19
Rapid test yang banyak beredar saat ini adalah metode untuk
mendeteksi antibody, yaitu IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh
untuk melawan virus corona. Bila antibody ini terdeteksi di dalam
tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau
dimasuki oleh virus corona (Bakta, 2007).
e. Pemeriksaan HIV
Seseorang yang terinfeksi mungkin tidak memiliki antibodi di
dalam darahnya (misalnya di awal infeksi) tetapi orang tersebut pasti
memiliki antigen HIV (protein) di darah. Tes antigen HIV ini biasa
dilakukan untuk mengidentifikasi orang yang sudah terinveksi HIV,
sehingga pengobatan dan pencegahan terhadap penularan virus ke
orang lain atau ke janin yang dikandung oleh ibu hamil dapat
dilakukan secepat mungkin (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan, 2011).
f. Pemeriksaan Sifilis
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual yang
kompleks, progresif dengan banyak stadium disebabkan oleh infeksi
bakteri spirochete Treponema pallidum. Penyebaran sifilis terutama
disebabkan oleh hubungan seksual, kontak lansung dengan lesi yang
terinfeksi. Treponema pallidum masuk dengan cepat melalui
membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet, kemudian kedalam
kelenjar getah bening, masuk aliran darah, kemudian menyebar ke
seluruh organ tubuh. Bergerak masuk keruang intersisial jaringan
dengan cara gerakan cork-screw. Beberapa jam setelah terpapar
terjadi infeksi sistemik meskipun gejala klinis dan serologi belum
kelihatan. Ada banyak pemeriksaan untuk mendiagnosis sifilis secara
langsung dan tidak langsung. Belum ada uji tunggal yang optimal.
Metode diagnostik langsung termasuk pemeriksaan mikroskop dan
amplifikasi asam nukleat dengan polymerase chain reaction (PCR)
(Efrida & Elvinawaty, 2014).
g. Pemeriksaan HBsAg
HBs-Ag merupakan antigen permukaan hepatitis B yang
ditemukan pada 4-12 minggu setelah infeksi. Hasil positif
menunjukkan hepatitis B akut (infeksi akut dan kronik). HBe-Ag
ditemukan setelah 4-12 minggu setelah terinfeksi. Hasil yang positif
menunjukkan tahapan aktif akut (sangat infeksius). HBc-Ag (antibodi
inti hepatitis B) ditemukan setelah 6 – 14 minggu terinfeksi. Hasil
yang positif menujukkan infeksi yang sudah lampau. Merupakan
penanda jangka panjang. HBeAb antibodi ditemukan 8-16 minggu
sesudah terinfeksi, menunjukkan perbaikan infeksi akut. Hasil positif
antibodi HBs-Ab terhadap antigen permukaan hepatitis B, terjadi
setelah 2-10 bulan infeksi. Menunjukkan pasien sebelumnya telah
terinfeksi /terpapar hepatitis B tetapi tidak ditemukan pada tipe
hepatitis yang lain. Merupakan indikator perbaikan klinik, juga dapat
ditemui pada individu yang telah berhasil diimunisasi dengan vaksin
hepatitis B (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, 2011).
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
Ujiani, S., 2015. Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Kadar
Kolesterol Penderita Obesitas Rsud Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal
Kesehatan. 4(1) : 44.
Adrian, K., 2019. Jangan Lupa Ibu Hamil Perlu Menjalani Tes Darah. [Online]
Available at : https://www.alodokter.com/jangan-lupa-ibu-hamil-perlu-
menjalani-tes-darah&hl=id-ID [Accessed 8 August 2019].
Noya, A.B.I., 2017. Memahami Fungsi Hemoglobin Dan Kadar Normalnya Dalam
Tubuh. [Online] Available at : https://www.alodokter.com/memahami-fungsi
hemoglobin-dan-kadar-normalnya-dalam-tubuh&hl=id-ID [Accessed 8 August
2019].
Widoyono, 2002. Patologi Klinik. Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
A B C
D E F
G H I
J K L
M N O
P Q R
S T
U V
W
Y Z
AA BB
DD
CC
EE FF
GG HH II
JJ KK LL
MM NN OO
PP
QQ RR
SS TT UU
Keterangan :
13 11
4.830.000 4.200.000
6.500 9.101
411.000 230.000
49 45
59 55
5 3
30 28
Lampiran 4. Pemeriksaan Kimia Klinik