Anda di halaman 1dari 13

Peneumonia pada Anak

Ellon Julian Emus Akasian


102016194
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax :
(021) 563-1731

Abstrak
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda – benda asing.
Pneumonia juga merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang sering di dapatkan di praktek dokter ataupun rumah sakit dan juga sering menyebabkan
kematian terbesar terutama pada anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan
pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan,oleh karena itu pengobatan pada
penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak. Menurut anatomis pneumonia
pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia)

Kata kunci : pneumonia, tatalaksana

Abstrack

Pneumonia is a pulmonary parenchymal inflammatory process in which there is consolidation


and alveoli filling by exudates caused by bacteria, viruses, and foreign objects. Pneumonia is
also one of the diseases that attack the lower respiratory tract that often get in the practice of
doctors or hospitals and also often cause the greatest death, especially in children and toddlers
almost all over the world. It is estimated that pneumonia occurs in infants less than 2 months,
therefore treatment in patients with pneumonia can reduce child mortality. According to the
anatomical pneumonia in children are divided into 3 namely lobaris pneumonia, lobularis
pneumonia (bronchopneumonia)

Keywords: pneumonia, management

Pendahuluan
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana alveolus yang bertanggung jawab
menyerap oksigen dari atmosfer terinflamasi dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga
disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya,
seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol, namun penyebab yang paling sering
ialah serangan bakteria Streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus.

Sebelum penemuan dari antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua orang-orang yang telah
mengembangkan pneumonia sesudah itu meninggal karna infeksi. Saat ini di dunia penyakit
pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan
satu penyakit serius yang sudah banyak menyebabkan kematian pada manusia diperkirakan
setiap tahun ada kematian akibat dari penyakit ini dan tidak hanya pada anak-anak saja.

Diagnosis pneumonia secara klinis umumnya mudah ditegakkan. Tanda dan gejalanya sangat
khas yakni bila ditemukan demam, batuk berdahak (sputum yang produktif) atau nyeri dada.
Diagnosis lebih meyakinkan bila didapatkan infiltrat pada pemeriksaan foto rontgen paru dan
penemuan mikroba penyebabnya.2

Anamnesis
Dari scenario diketahui bahwa :
- Pasien perempuan berusia 2 tahun sesak napas sejak 2 hari yang lalu
- Ada batuk pilek
- Dahak berwarna kuning
- Pernapasan cuping hidung (+)
- Retraksi intercostal dan subcostal (+)
- Pasien rewel dan napsu makan menurun
Pemeriksaan Fisik

- Kesadaran kompos mentis


- Anak tampak sakit & rewel
- Sianosis (-)
- BB : 12 Kg
- TTV : napas 55x/mnit, nadi 110, suhu 39℃
- Inspeksi : ada retraksi
- Auskultasi : terdapat bunyi ronki basal halus dari kedua lapang paru

Pemeriksaan penunjang

1. Gambaran CT-scan
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan "air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kavitas.

Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.1

Gambar 1 : USG pada penderita pneumonia

2. Pemeriksaan mikrobiologis

Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan, kecuali pada
pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen pemeriksaan ini berasal dari usap tenggorok, secret
nasofring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru . Spesimen dari saluran
napas atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena tingginya prevalens
kolonisasi bakteri.

Kultur sputum umumnya memerlukan kurang lebih dua sampai tiga hari, jadi sebagian besar
dari sputum digunakan untuk konfirmasi antibiotika yang sudah diberikan dan sensitif terhadap
infeksi itu. Setiap bakteri yang teridentifikasi kemudian di uji untuk melihat antibiotik mana
yang paling efektif.4,5

3. Pemeriksaan darah

Pada pneumonia virus atau mikoplasma, umunya leukosit normal atau sedikit meningkat, tidak
lebih dari 20.000/mm3 dengan predominan limfosit. Pada pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan sel polimorfonuklear khususnya
granulosit.

Leukositosis hebat (30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan pneumonia bakteri. Adanya


leukopenia (<5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk, kadang-kadang terdapat anemia
ringan dan peningkatan LED. Namun, secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap
dan LED tidak dapat membedakan infeksi virus dan bakteri secara pasti.3

Working diagnosis
Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Pneumonia
dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah.

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis pneumonia dapat di klasifikasi menjadi :


 pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia),
 pneumonial nosokomial (hospital-acquired pneumonia /nosocomial pneumonia)
 pneumonia aspirasi,
 pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab adalah
- pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita
alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
- Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia.
- Pneumonia virus
- Pneumonia jamur yang selalunya merupakan infeksi sekunder. Predileksi teruutma pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).6

3. Berdasarkan predileksi infeksi


- Pneumonia lobaris
Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus
misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.

- Bronkopneumonia
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh
bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus

Different diagnosis
1. Bronchitis (peradangan pada bronchi)
Inflamasi pada saluran napas besar trakea – bronkus biasanya disertai ISNA, penyebanya
biasanya karena merokok atau bisa karena virus (Influenza A danB, RSV dan
Adhenovirus) kalau penyebabnya bakteri bisa karna (B. pertussis, H. influenza dan M.
pneumonia).4,6
Gejala klinis :
 Demam (37-39 ℃)

 Diawali dengan gejala ISNA (3-4 hari), batuk kering dan nyeri dada
 Dalam beberapa hari batuk menjadi produktif
 Dalam 5-10 hari sekresi berkurang maka batuk akan hilang
Pemeeriksaan fisik :
 Ronki basah kasar/halus
 Suara napas kasar
 Wheezing

Komplikasi :

 Otitis
 Sinusitis
 Pneumonia
Terapi :
 Simtomatik (self limiting disease)
 Antibiotic atas indikasi
 Humidifikasi

2. Bronkiolitis
Infeksi saluran respiratoribagian bawah yang di sebabkan oleh virus, sering terjadi pada
anak dibawah 2 tahun dan paling banyak pada usia 6 bulan dan bersifat akut.6
Gejala klinis :
 ISPA
 Demam +/-
 Distress pernapasan batuk, mengi, dispneu, takipneu, napas cuping hidung
retraksi dan rewel
Pemeriksaan fisik :
 Ronki (+) mengi (+)
Terapi :
 Bronkodilator
 Antivirus
 Antibiotic
 kortikosteroid

3. tuberculosis paru
penyakit saluran napas yang disebabkan oleh mycrobacterium yang berkembang biak
didalam tubuh dimana terdapat banyak aliran darah dan oksigen, saat bakteri menginfeksi
paru, TB akan aktif dan menyebar dengan mudah ke orang lain.
Gejala klinis :
 Berat badan turun tanpa alasan yang jelas
 Anoreksia
 Demam lama dan berulang
 Pembesaran kelenjar limfe
 Batuk lama >30 hari
 Diare presisten

Terapi
 INH (isonicotinylhydrazide)
5-5 mg/KgBB/hari (maksimum 300 mg/hari), 1x/hari, selama 9-12 bulan
 Rifampisin
10-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg/hari), 1x/hari, selama 6-9 bulan
 Pirazinamid (PZA)
15-40 mg/kgBB/hari (maksimum 2 gram/hari), 2x/hari, selama 2 bulan

Etiologi
Pneumonia bukanlah penyakit tunggal penyebabnya bisa bermacam – macam dan diketahui ada
4 sumber infeksi utamanya,yaitu:
1. Pneumonia oleh bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Orang – orang dengan gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah orang yang paling beresiko. Sebenarnya bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum adalah Streptococcos pneumonia sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau
malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

2. Pneumonia oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin


banyaka virus yang berhasil diidentifikasi, antara lain RSV, Adhenovirus, CMV dan
Influezae Meski virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas
terutama pada balita, gangguan ini bisa memicu pneumonia.

3. Pneumonia oleh jamur

Penyebab pneumonia ini termasuk dalam golongan Pneumocystitis Carinii Pneumonia


(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur. Dimana bakeri ini menyebabkan infeksi
serius yang mengakibatkan penumpukan cairan pada paru. Jamur ini hidup bebas di
udara bebas, orang yang terpapar jamur ini tidak akan sakit bila daya tahan atau system
imunnya kuat namun tidak pada orang dengan immunodefisiensi

Patofisiologi
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan sehingga kuman
patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agenmikroba yang menyebabkan
pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme
patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) infeksi aerosol yang infeksius, dan (3)
penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius
adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara
hematogenlebih jarang terjadi.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan
oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah kemudian dari jaringan paru infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah.6
Epidemologi

Pada pasien anak di Amerika Serikat, pneumonia merupakan penyebab rawat inap dengan
insidensi rawat inap 15,7 per 10.000 anak per tahun. Insidensi paling tinggi pada grup anak di
bawah 2 tahun yaitu insidensi rawat inap 62,2 per 10.000 anak per tahun. Insidensinya
memuncak pada saat musim gugur dan musim dingin.8

Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, period


prevalence atau prevalensi periode seluruh pneumonia di Indonesia secara nasional adalah 1,8%
dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%. Prevalensi periode paling tinggi pada kelompok
umur 1-4 tahun dan meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun dan kelompok umur yang lebih
tua.7

Manifestasi klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.

Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih, sianosis
Tatalaksana

Medika mentosa

1. Antibiotik

Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian


antibiotic diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumonia dan H. influenza. Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur.
Untuk umur dibawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida.
Untuk usia > 3 bulan pilihan utama adalah ampisilin dipadu dengan kloramfenikol.
Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik adalah golongan
sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 – 10 hari.

Bila diduga penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat segera diberikan.
Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin.
Lama pengobatan untuk Stafilokokus adalah 3 – 4 minggu.

2. Tatalaksana rawat inap


Penatalaksanaan bergantung pada usia anak dan keadaan klinis (klinis-beratnya
pneumonia). Berikut indikasi rawat inap pada kasus pneumonia :
1. Pneumonia sedang atau pneumonia berat
2. Usia anak < 3 bulan
3. Dehidrasi
4. Muntah-muntah
5. Sianosis
6. Kejang, letargis atau tidak sadar
7. Tidak dapat minum obat
8. Tidak berespon dengan pengobatan rawat jalan

Penanganan yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Pemberian oksigen (O2 ) bila saturasi oksigen <92% (terutama pneumonia berat/sangat
berat)
2. Antipiretik/ penurun panas. Penurun panas yang biasa diberikan adalah paracetamol
dan ibuprofen.
3. Pemberian antibiotik. Pada pneumonia sedang-berat antibiotik diberikan melalui
infus. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman di setiap rumah sakit.
4. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Pada pneumonia ringan dan
anak bisa minum, cairan dapat diberikan melalui oral (minum) dan pada pneumonia
sedang sampai berat atau anak susah minum atau diperlukan antibiotik infus maka di
perlukan untuk pemasangan infuse.9

3. Non-medikamentosa
pasien akan di suruh diet, terapi diet yang diterapkan untuk pasien pneumonia memiliki
beberapa syarat. Beberapa syarat diet pneumonia yang harus dijalani di antaranya yaitu
 pemenuhan energy yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kg BBI
(berat badan ideal).
 Selain itu juga ditambah dengan faktor stress 20 %.
 Kemudian syarat lain adalah pemenuhan protein 15% dari kebutuhan energy total.
Disamping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok seperti energy, protein, lemak
dan karbohidrat.
 Pasien pneumonia juga harus memenuhi kebutuhan vitamin serta mineralnya.
 Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan
menangis karena akan merangsang refleks batuk.
 Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar
udara yang terkontaminasi seperti asap polusi.

Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,


pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta. Empiema torasis
merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri, curiga ke arah ini apabila
terdapat demam persisten meskipun sedang diberikan antibiotik dan ditemukan tanda klinis dan
gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan pada satu atau kedua sisi lapang paru.
Dilaporkan juga mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat,
kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak
berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakankeadaan yang fatal, maka dianjurkan
untukmelakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG (ekokardiografi) dan
pemeriksaan enzim jantung.9

Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan terlambat ditangani
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

Kesimpulan
Pneumonia merupakan infeksi akut pada saluran pernapasan bagian bawah dimana sering terjadi
pada anak-anak terutama balita namun tidak sedikit juga angka kejadian yang terjadi pada orang
dewasa. Pneumoni sendiri merupakan gangguan pada paru yang harusnya mensirkulasi udara
untuk tubuh terhambat kerjana karna adanya cairan dalam rongga paru akibat infeksi dari bakteri,
virus ataupun trauma benda tajam dimana diperlukan penanganan yang benar dan adekuat agar
pasien dapat sembuh dengan baik

Daftar pustaka
1. Staff ilmu kesehatan anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan FKUI.
2. Bickley LS, Buku saku pemeriksaan fsik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-8. Indonesia
: Penerbitan Buku Kedokteran ; 2012.
3. Cornelissen CN, Fisher BD, Harvey RA . Lippincott’s illustrated reviews:microbiology. 3
rd ed. Baltimore : Lippincott William and Wilkins ; 2013
4. Daffner RH, Hartman MS, Clinical radiology the essentials. 4 th ed. Baltimore :
Lippincott Williams and Wilkins ; 2013
5. Longmore M, Wilkonson IB, Baldwin A, Wallin E. Oxford handbook of clinical
medicine . 9 th ed. Oxford. Oxford University Press ; 2014
6. Taufik A. Tinjauan pustaka pneumonia; jakarta. 2010
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013. Lap Nas 2013. 2013
8. Jain S, Williams DJ, Arnold SR, Ampofo K, Bramley AM, Reed C, et al. Community-
Acquired Pneumonia Requiring Hospitalization among U.S. Children. N Engl J Med. 2015
9. Asih , Retno, Landia, dan Makmuri. 2006. Pneumonia. Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan
Anak FK Unair.

Anda mungkin juga menyukai