Anda di halaman 1dari 12

Dasar-Dasar Matematika Ekonomi

Didalam Matematika Ekonomi ini, akan dijelaskan mengenai kasus-kasus teknik


diferensial khas matematis seperti Matriks, Kalkulus, Diferensial, Integral, Persamaan
Diferensial, Persamaan Diferens dan lain-lain. Adapun manfaat dari materi ini agar
memahami bagaimana manfaat yang didapat yaitu dapat memahami berbagai rumus,
metode, cara matematika yang akan diterapkan dan diimplemenatasikan dalam persoalan
persoalan yang berhubungan dengan ekonomi untuk alat penyelesaiannya.

Pengertian Matematika
Kata "matematika" berasal dari kata (mathema) dalam bahasa Yunani yang diartikan
sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga‚ (mathematikas) yang diartikan
sebagai "suka belajar".

Pengertian matematika sangat sulit didefinsikan.


• Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan aritmatika atau ilmu hitung
• Aritmatika atau ilmu hitung didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan
yang bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, - 2, ..., dst,
melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.
Matematika ekonomi pada dasarnya adalah suatu analisa ekonomi yang menggunakan
simbol dan memanfaatkan teori matematika dalam perumusan dan pemecahan masalah.
Matematika ekonomi dapat diterapkan di berbagai ilmu seperti, mikro, makro, metode
kuantitatif, keuangan, serta ilmu-ilmu lain yang membutuhkan alat analisis dalam
penyelesaiannya.

Penerapan matematika ekonomi dan bisnis akan memberikan manfaat besar dalam
penyelesaian masalah ekonomi baik untuk ruang mikro dan makro. Matematika
ekonomi akan membantu menunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara melalui
pemecahan masalah ekonomi dan bisnis melalui model matematika, terutama penerapan
atau penggunaan fungsi linear.

Penitingnya Mempelajari Matematika Ekonomi dan Bisnis


• Ilmu ekonomi dan bisnis merupakan ilmu semi eksakta.
• Dalam ekonomi memerlukan analisis.
• Analisis bisa berupa kualitatif atau kuantitatif.
• Analisis kuantitatif menggunakan perhitungan matematika.
• Matematika ekonomi merupakan dasar analisis ekonomi.
• Seluruh kegiatan ekonomi dan bisnis berkaitan dengan matematika.
Adapun beberapa manfaat dari Matematika Ekonomi dan Bisnis, antara lain:
• Mengerti teori-teori matematika yang berkaitan dengan ekonomi
• Dapat menggunakan teori matematika dalam permasalahan ekonomi
• Dapat menghitung Analisis kelayakan bisnis
• Membuat ramalan bisnis
• Membuat laporan bisnis

Cakupan Materi
Adapun materi Matematika Ekonomi dan Bisnis mempelajari:
1. Barisan Deret
2. Fungsi Linear dan Penerapannya
3. Fungsi Non-Linear dan Penerapannya
4. Keseimbangan Pasar, Pajak dan Subsidi
5. Fungsi konsumsi, tabungan, dan pendapatan nasional
6. Fungsi kuadrat, penggunaan fungsi kuadrat dalam ekonomi
7. Diferensial, kaidah-kaidah diferensial
8. Derivative dari derivative, penggunaan diferensial dalam ekonomi
9. Diferensial fungsi majemuk, diferensial parsial, derivative dari derivative parsial
10. Optimasi bersyarat
11. Utilitas marginal parsial dan keseimbangan konsumsi
12. Matrik

MODEL MATEMATIKA

Model matematika merupakan suatu persamaan yang disusun menjelaskan model


tersebut. Ini merupakan contoh model matematika ekonomi yang menggambarkan
hubungan tingkat konsumsi (C) dengan pendapatan (Y) secara linier : C = a + bY

1. Variabel
“C” dan “Y” disebut dengan variabel. Variabel merupakan sesuatu yang besarannya
dapat berubah-ubah, yaitu sesuatu yang nilainya bisa berbeda-beda. Variabel yang
sering digunakan dalam persamaan matematika ekonomi antara lain adalah harga,
keuntungan, konsumsi, investasi, ekspor dan lain-lain. Karena nilainya yang bisa
berubah-ubah, maka disimbolkan dengan huruf bukan dengan angka. P untuk harga
(price), R untuk keuntungan (reveneu) dan C untuk biaya (cost). Model ekonomi
yang baik memberikan nilai- nilai solusi untuk setiap variabelnya. Misal tingkat
harga pada keseimbangan pasar serta tingat produksi untuk memberikan keuntungan
maksimal.
a. Variabel Endogen
Variabel endogen merupakan variabel yang nilai solusinya ditentukan dari model.
Pada contoh sebelumnya, yang merupakan variabel endogen adalah konsumsi
(C). Karena tingkat konsumsi ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan
melalui model dengan parameter a dan b.
b. Variabel Eksogen
Variabel eksogen merupakan variabel yang nilai solusinya dipengaruhi oleh
kekuatan lain di luar model. Pada contoh sebelumnya, yang merupakan variabel
eksogen adalah pendapatan (Y), karena pendapatan tidak dipengaruhi oleh
konsumsi tetapi dipengaruhi oleh tingkat produksi dan harga input serta output.

2. Parameter
Parameter merupakan konstanta yang menunjukkan pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen. Parameter dapat berdiri sendiri yang disebut intersep,
dapat pula bergabung dengan variabel eksogen yang disebut koefisien.

3. Persamaan dan Pertidaksamaan


Persamaan merupakan pernyataan bahwa dua lambang adalah sama. Persamaan
biasa disimbolkan dengan tanda 'sama dengan' (=). Pertidaksamaan biasa
disimbolkan dengan 'kurang dari' (<) atau lebih dari (>).
a. Persamaan Definisi
Merupakan suatu bentuk persamaan di antara dua pernyataan yang mempunyai
arti yang sama. Misal, penerimaan total adalah perkalian antara harga per unit
dengan jumlah barang yang terjual. Maka persamaannya adalah TR = P . Q

b. Persamaan Perilaku
Merupakan persamaan yang menunjukkan bahwa perubahan perilaku suatu
variabel sebagai akibat dari perubahan variabel lainnya yang berhubungan. Misal,
perubahan biaya total sebuah perusahaan sebagai akibat dari perubahan jumlah
produksi. maka persamaannya adalah : TC = 100 + 25Q atau TC= 150 + Q

c. Kondisi Keseimbangan
Merupakan suatu persamaan yang menggambarkan prasyarat untuk mencapai
keseimbangan. Misal, kondisi keseimbangan pasar dan pendapatan nasional.
Qd = Qs dan S = I

DERET DAN BARISAN

Prinsip-prinsip deret dan baris banyak diterapkan untuk menelaah perilaku bisnis
dan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Prinsip deret hitung banyak
diterapkan dalam menganalisis perilaku perkembangan. Sedangkan prinsip deret ukur,
bersama-sama dengan konsep logaritma, sering digunakan untuk menganalisis perilaku
pertumbukan.
Barisan adalah suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut suatu urutan tertentu.
Bilangan-bilangan yang tersusun tersebut disebut suku. Perubahan di antara sukusuku
berurutan ditentukan oleh ketambahan bilangan tertentu atau suatu kelipatan bilangan
tertentu. Jika barisan yang suku berurutannya mempunyai tambahan bilangan yang tetap,
maka barisan ini disebut barisan aritmetika.
a. 2, 5, 8, 11, 14, ………ditambah 3 dari suku di depannya
b. 100, 95, 90, 85, 80, …dikurangi 5 dari suku di depannya
Jika barisan yang suku berurutannya mempunyai kelipatan bilangan tetap, maka disebut
barisan geometri. Misal:
1) 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, ………. dikalikan 2 dari suku di depannya
2) 80, 40, 20, 10, 5, 2½, ………… dikalikan ½ dari suku di depannya

Deret adalah penjumlahan dari anggota-anggota suatu barisan. Pada umumnya deret dan
barisan dibedakan menjadi dua macam, yaitu Barisan/Deret Hitung (deret aritmatika),
dan barisan/Deret Ukur (deret geometri). Baris dan deret itu selalu berpasangan,
sehingga banyak orang menggangapnya suatu kesatuan/ menjadi "deret" (baris dan
deret). Maka kedepannya anggap saja (diasumsikan) deret dan barisan itu sama (satu
paket).

Baris / Deret Hitung (Deret Aritmatika)


Baris Hitung (Baris Aritmatika) adalah baris yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
penjumlahan terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku
dari deret hitung dinamakan pembeda, yaitu selisih antara nilai-nilai dua suku yang
berurutan. Contoh :
1) 1, 4, 7, 10, 13, 16 (pembeda = 3)
2) 90, 80, 70, 60, 50, 40 (pembeda = -10)
Dua hal yang penting untuk diketahui atau dihitung dalam setiap persoalan baris/deret,
baik baris/deret hitung maupun deret ukur, adalah besarnya nilai pada suatu suku
tertentu dan jumlah nilai deret tersebut sampai dengan suku yang bersangkutan.

Sehingga, ada dua rumus yang digunakan dalam baris/deret hitung :


1. Mencari nilai suku ke n dari baris hitung Sn = a + (n – 1) b; dimana : a = suku
pertama b = pembeda n = indeks suku
Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret hitung dapat dihitung melalui
sebuah rumus. Untuk membentuk rumus yang dimaksud perhatikan Contoh berikut.
Hitung nilai suku ke 101 dari deret hitung 3, 5, 7, 9, 11, … adalah….
Diketahui : a = 3 | b = 2 | n = 101 Ditanya : Sn?
Jawab : S101 = a + (n – 1) b
S101 = 3 + (101 – 1) 2
S101 = 3 + 100 2
S101 = 3 + 200
S101 = 203

2. Mencari jumlah nilai dari semua suku pada barisan hitung (mencari deret) Jumlah
sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu tak lain adalah jumlah nilai suku-
sukunya, sejak suku pertama (S1, atau a) sampai dengan ke-n (Sn) yang
bersangkutan.
Dn = ½ n (2a + (n – 1) b); dimana a = suku pertama b = pembeda n = indeks suku
Contoh:
Berapa jumlah semua suku s/d suku yang ke 25 dari deret 3, 5, 7, 9, 11, …
Diketahui : a = 3 | b = 2 | n = 25 Ditanya : D25 ?
Jawab : Dn = 1/2 n (2a + (n – 1) b)
D25 = 1/2 25 (2.3 + (25 – 1) 2)
D25 = 12,5 (6 + (24) 2)
D25 = 12,5 (6 + 48)
D25 = 12,5 54
D25 = 675

Baris/Deret Ukur (Baris/Deret Geometri)


Baris Ukur (Baris Geometri) adalah baris yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
perkalian terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku
baris ukur dinamakan pengganda, yaitu merupakan hasil bagi nilai suku terhadap nilai
suku didepannya. Ada dua rumus yang digunakan dalam baris ukur:
1. Mencari Suku ke-n dari baris Ukur
Sn = a. p(n – 1)
a = suku pertama p = pengganda n = indeks suku
Contoh:
Berapa nilai suku yang ke 6 dari deret 2, 4, 8, 16, 32, …
Diketahui : a = 2 | p = 2 | n = 6 Ditanya : S6?
Jawab : S6 = a. p(n – 1)
S6 = 2. 2(6 – 1)
S6 = 2. 25
S6 = 2. 32/
S6 = 64

2. Mencari jumlah sampai dengan n suku (mencari deret)


Dn = a(1-p)n/1-p
Berapa jumlah semua suku yang ke 5 dari 2, 4, 8, 16, 32, …
Diketahui : a = 2 | p = 2 | n =5 Ditanya : D5?
n
Jawab : D5 = a(1-p) /1-p
D5 = 2(1-2)5/1-2
D5 = 62
Sebagaimana akan dapat dijumpai dalam bagian atau bab-bab selanjutnya dalam
postingan ini, prinsip-prinsip baris dan deret banyak diterapkan untuk menelaah
perilaku bisnis dan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Prisip
deret hitung banyak diterapkan dalam menganalisis perilaku perkembangan.
Sedangkan prinsip deret ukur, bersama-sama dengan konsep logaritma, sering
digunakan untuk menganalisis perilaku pertumbuhan.

Penggunaan Deret dalam Ekonomi


Dalam bidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan
dalam kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila
perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan nilai-
nilai suku sebuah deret hitung atau deret ukur, maka teori deret yang bersangkutan
relevan ditetapkan untuk menganalisisnya.
1. Model perkembangan usaha
Jika perkembangan variable-variable tertentu dalam kegiatan usaha. Misalnya
produksi, biaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau penanaman modal.
Berpola seperti deret hitung, maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunakan
untuk menganalisis perkembangan variable tersebut. Berpola seperti deret hitung
maksudnya disini ialah bahwa variable yang bersangkutan bertambah secara konstan
dari satu periode ke periode berikutnya. Contoh soal:
Besarnya penerimaan PT. ABC dari hasil penjualan barangnya Rp 720 juta pada
tahun ke lima dan Rp 980 juta pada tahun ketujuh. Apabila perkembangan
penerimaan penjualan tersebut berpola seperti deret hitung, berapa perkembangan
penrimaannya per tahun? Berapa besar penerimaan pada tahun pertama dan pada
tahun keberapa penerimaannya sebesar Rp 460 juta?
Diketahui : S5 = 720.000.000 | S7 = 980.000.000
Ditanya : b, a, n dari Sn = 460.000.000?
Jawab : Sn = a + (n – 1) b
720 = a + (5-1) b
980 = a + (7-1) b
720 = a + 4b
980 = a + (6b) –
-260 = -2b 130 = b
720 = a + (5 – 1) b
720 = a + 4 x 130
720 = a + 520 a = 720 – 520 a = 200
460 = 200 + (n – 1) 130
460 = 200 + 130n – 130
460 = 70 + 130n n =
(460-70): 130
n = 390:130 n=3
2. Deret untuk bunga majemuk
Model deret untuk bunga majemuk (bunga berbunga) yaitu deret ukur khususnya
bagi hutang piutang. Hal ini berlaku bagi dunia perbankan atau siapa saja yang
melakukan transaksi hutang piutang dengan model ini dan transaksi ini biasa disebut
kredit. Sacara sistematis dirumuskan : Fn = P (1 + i) n
P = jumlah sekarang; i = tingkat bunga pertahun; n = jumlah tahun
Rumus diatas mengandung anggapan tersirat bahwa bunga diperhitungkan/
dibayarkan satu kali dalam satu tahun. Apabila bunga diperhitungkan atau
dibayarkan lebih dari satu kali (missal m kali, masing-masing i/m pertermin) dalam
satu tahun maka jumlah dimasa depan menjadi:
Fn = P (1 + i/m) nm
m = frekuensi pembayaran bunga dalam satu tahun
Suku (1 + i) dan (1 + i/m) dalam dunia bisnis dinamakan “factor bunga majemuk”
(compounding interest factor) yaitu suatu bilangan yang lebih besar dari satu
bilangan yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah dimasa yang akan datang dari
suatu jumlah sekarang.
Dari rumus diatas dengan manipulasi matematis dapat dihitung nilai sekarang apabila
yang diketahui jumlahnya dimasa datang. Nilai sekarang (Present Value) dari suatu
jumlah uang tertentu dimasa datang adalah:
P = 1/(1+i)n atau P = 1(1+i/m)mn
suku 1/(1+i)n atau 1/(1+i/m)mn dinamakan “factor diskon to” (discount factor) yaitu
suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat dipakai untuk menghitung nilai
sekarang dari suatu jumlah dimasa datang.

PERTEMUAN KE- 3
POKOK BAHASAN SISTEM BILANGAN

1. SISTEM BILANGAN
Dalam matematika mumi terdapat pembagian bilangan nyata dan bilangan khayal.
Perbedaan utama dari bilangan nyata dan khayal adalah bahwa bilangan nyata
mempunyai sifat pembedaan yang jelas antara positif dan negatif sementara bilangan
khayal tidak jelas sifatnya, misalnya akar dari suatu bilangan negatif. Dalam matematika
ekonomi dan bisnis, hanya bilangan nyata yang digunakan. Skema bilangan bisa
digambarkan sebagai berikut :

1. Bilangan Real dan Bilangan Khayal :


• Bilangan Real/nyata adalah bagian dari bilangan Positif dan Negatif.
Contoh: 2 ; -2 ; 1,2 ; - 1,2
• Bilangan khayal/Imajiner yaitu bilangan yang berupa akar pangkat dari suatu
bilangan, Contoh: -4 = 2
2. Bilangan Rasional dan Irrasional
- Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat diubah menjadi pecahan biasa
(a/b) dan apabila bilangan ini diubah ke pecahan desimal, maka angkanya akan
berhenti di suatu bilangan tertentu.

Apabila tidak berhenti, maka akan membentuk pola pengulangan. Contohnya:

- Bilangan Irasional adalah hasil bagi antara dua bilangan, berupa pecahan
dengan desimal terbatas dan tidak berulang, termasuk bilangan n =3,14... dan e
=2,718...
Contoh:
3. Bilangan Bulat dan Bilangan Pecahan
Bilangan Bulat adalah hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya bulat, termasuk
0 (nol). Bilangan bulat dapat dibagi rnenjadi tiga,yaitu:
1) Bilangan bulat positif {1,2,3,4,5,6,7, ... }
2) Nol, bukan positif atau negatif {0}
3) Bilangan bulatnegatif {... , -7,-6,-5,-4,-3,-2,-1}
Bilangan bulat dinotasikan dengan B yang bila diurut kan adalah B ={... ,-3,-2,-
1,0,1,2,3,... }•
Bilangan Pecahan adalah hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya pecahan
dengan desimal terbatas atau desimal berulang.
Selain itu, ada beberapa jenis bilangan yang termasuk bilangan bulat, yaitu :
1. Bilangan Asli, yaitu semua bilangan positif tidak termasuk nol. Contoh:
A = {1,2,3,4,5, ... }
2. Bilangan Cacah, yaitu semua bilangan bulat positif atau nol. Contoh: C =
{0,1,2,3,4,5,6, ... }
3. Bilangan Prima, yaitu bilangan yang habis dibagi oleh bilangan satu dan dirinya
sendiri (mempunyai 2 faktor). Contoh: P = {2,3,5,7,11,13,.. .}
4. Bilangan Komposit, yaitu bilangan yang habis dibagi lebih dari dua faktor.
Contoh: K = {4,6,8, . . .}

4. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT


1. Sifat Komutatif
a. Sifat komutatif pada Penjumlahan
Bentuk umum dari sifat komutatif pada penjumlahan yaitu a + b = b + a.
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Sifat ini hanya berlaku pada
operasi penjumlahan dan perkalian.
Contoh:
5 + 7 = 12
7 + 5 = 12 Jadi, 5 + 7 = 7 + 5
b. Sifat komutatif pada Perkalian
Bentuk urnurn dari sifat kornutatif pada perkalian yaitu axb=bxa.
Untuk penjelasannya perhatikan contoh berikut ini :
Contoh: 5 x 7 = 35
7 X 5 = 35 Jadi, 5 x 7 = 7 x 5
2. Sifat Asosiatif
Sifat Asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini juga hanya berlaku
pada operasi penjumlahan dan perkalian.
a. Sifat Asosiatif pada Penjumlahan
Bentuk umum dari sifat asosiatif pada operasi penjumlahan
(a + b) + c = a + ( b + c)
Contoh : (5 + 3) + 4 = 8 + 4 = 12
5 + (3 + 4) = 5 + 7 = 12; Jadi, (5 + 3) + 4 = 5 + (3 + 4).
b. Sifat Asosiatif Pada Perkalian
Bentuk umum dari sifat asosiatif pada operasi perkalian (axb)xc=ax(bxc).
Contoh: (5 X 3) X 4 = 15 X 4 = 60
5 X (3 X 4) = 5 X 12 = 60; Jadi, (5 x 3) x 4 = 5 x (3 x 4)
3. Sifat Distributif
Sifat distributif disebut juga sifat penyebaran.
a. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan Bentuk umum dari sifat
distributif penjumlahan adalah : ax ( b + c) = (ax b) + (ax c ).
Contoh : 6 X ( 4 + 5 ) = 6 X 9 = 54
( 6 X 4 ) + ( 6 X 5 ) = 24 + 30 = 54
Jadi, 6 x ( 4 + 5 ) = ( 6 x 4 ) + ( 6 x 5 )
b. Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan Bentuk urnurn dari sifat
distributif penjurnlahan adalah : ax(b - c) =(axb) - (axc) Contoh:
7 X ( 9 - 6) = 7 X 3 = 21
( 7 X 9 ) - ( 7 X 6 ) = 63 - 42 = 21; Jadi, 7 x ( 9 - 6 ) = ( 7 x 9 ) - ( 7 x 6 )

5. MENGGUNAKAN SIFAT-SIFAT PENGERJAAN HITUNG


Operasi Hitung Perkalian jika salah satu bilangannya rnerupakan bilangan yang
cukup besar, salah satu cara mempermudah pengerjaanya dengan menggunakan
sifat distributif. Contoh : 9 X 456 = 9 X ( 400 + 50 + 6 )
= ( 9 X 400 ) + ( 9 X 50 ) + ( 9 X 6 )
= 3600 + 450 + 54 = 4104

6. OPERASI TANDA
Untuk (+) = bilangan positif dan (-) = bilangan negatif, berlaku ketentuan :
1. (+) x (+) = (+) atau (+) : (+) = (+)
2. (+) x (-) = (-) atau (+) : (-) = (-)
3. (-) x (+) = (-) atau (-) : (+) = (-)
4. (-) x (-) = (+) atau (-) : (-) = (+)
5. Jika operasi x/: dan +/- terjadi secara bersarnaan, rnaka dahulukan pengerjaan
operasi x/:, barn kernudian operasi +/- dirnulai dari urutan bilangan yang
terdepan.

OPERASI PECAHAN
1. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Murni dan Campuran
Untuk menjumlahkan dan mengurangkan pecahan terlebih dahulu menyamakan
penyebutnya. Penyebut yang sama sebaiknya merupakan KPK dari penyebut-
penyebut pecahan yang akan dijumlahkan atau dikurangkan. Contoh soal :
Penyelesaian: 

2. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal


Pecahan desimal dapat dijumlahkan/dikurangkan dengan cara menyusun ke bawah.
Perhatikan bahwa koma desimal terletak pada satu garis vertikal.
Contoh soal : Hitunglah ! 1) 47,157 + 57,25 + 35,383 = .. 2) 375,042 - 99,19 = ...

Penyelesaian:

3. Perkalian Pecahan Murni dan Campuran


Hasil kali pecahan dapat diperoleh dengan cara rnengalikan pernbilang dengan
pernbilang dan penyebut dengan penyebut. Jika dalarn perkalian pecahan terdapat
pecahan carnpuran, rnaka pecahan carnpuran terlebih dahulu dinyatakan dalarn
bentuk pecahan biasa. Contoh soal :

4. Pembagian Pecahan Murni dan Campuran


Hasil bagi pecahan dapat diperoleh dengan cara rnengalikan dengan kebalikan dari
pecahan itu. Contoh soal :
5. Perkalian Pecahan Desimal
Contoh soal: 1) 6,758 X 10 = .. . 2) 6,758 X 100 = .. .
Penyelesaian:
1) 6,758 X 10 = 67,58
Perhatikan bahwa perkalian dengan 10 dapat dilakukan dengan rnenggeser korna
desimal satu ternpat ke sebelah kanan dari letak sernula  6,758 X 100 = 675,8
Perkalian dengan 100 dapat dilakukan dengan rnenggeser korna desirnal dua
ternpat ke sebelah kanan dari letak sernula.

6. Pembagian Pecahan Desimal


Contoh soal : 1) 268,7: 10 = .. .. 2) 268,7: 100 = .. .
Jawab : 1) 268,7: 10 = 26,87
Membagi dengan 10 dapat dilakukan dengan rnenggeser korna
desimal satu ternpat ke sebelah kiri dari tempat semula.
2) 268,7 : 100 = 2,687
Membagi dengan 100 dapat dilakukan dengan rnenggeser korna
desimal dua tempat ke sebelah kiri dari tempat semula.

PERSAMAAN MATEMATIKA
1. PersamaanLinear
a. Konsep Dasar Persamaan linear adalah suatu persamaan dengan satu variabel (satu
peubah) yang memiliki pangkat bulat positif dan pangkat tertinggi variabelnya
satu.
Bentuk umum persamaan linear adalah 𝑎𝑥+𝑏=0 Dalam menyelesaiakn persamaan
linear dapat dilakukan dengan memisahkan variabel dan konstantadengan
konstanta pada ruas yang berbeda. Contoh soal Tentukan himpunan penyelesaian
persamaan berikut ini : 5𝑥 − 2 = 3𝑥 + 10
Penyelesaian : 5𝑥 − 2 = 3𝑥 + 10
5𝑥 − 3𝑥 = 2+10
2𝑥 = 12; 𝑥 = 12/2 ; 𝑥=6
Mengubah masalah ke dalam matematika berbentuk persamaan linear satu
variabel. Untuk menerjemahkan kalimat cerita kedalam kalimat matematika atau
model matematika diperlukan langkah-langkah untuk menyusun kalimat
matematika atau model matematika. Berikut langkah-langkah menyusun Model
Matematika:
1) Buatlah sketsa atau diagram jika soal memerlukan.
2) Data yang ada dalam soal tersebut diterjemahkan dalam satu atau beberapa
persamaan atau pertidaksamaan linear satu variabel (Kalimat Matematika atau
Model Matematika).
Contoh :Sugi membeli 3 kg gula pasir. Dia membayar dengan selembar uang
dua puluh ribuan dan menerima uang kembalian sebesar Rp 3.500,00.
Nyatakanlah ke dalam matematika jika harga gula 𝑥 rupiah setiap kg. Misalkan
harga gula = 𝑥
3 kg × harga gula = 20.000−3.500
3𝑥=20.000−3.500 ; 3𝑥=16.500

2. Pertidaksamaan
a. Konsep dasar Pertidaksamaan adalah kalimat matematika terbuka yang memuat
ungkapan >, ≥, <, atau ≤. Pertidaksamaan muncul dari kasus-kasus sbb :
1) Tidak kurang dari 70 siswa gagal dalam Ujian Akhir Semester (UAS) MK
Matematika Ekonomi tahun ini. Pernyataan ini secara matematis ditulis sbb :
𝑥 ≥ 70 , x = Banyaknya siswa yang gagal UAS
2) Pada jalan tertentu tertulis rambu “ Beban maksimum 4 ton “. Pernyataan ini
dapat ditulis sbb : 𝑏 ≤ 4, 𝑏 = Beban
3) Steven mendapatkan nilai 66 dan 72 pada dua tes yang lalu. Jika ia ingin
mendapatkan nilai rata-rata paling sedikit 75, berapa nilai tes ketiga yang
harus ia peroleh ?.Persoalan ini dapat ditulis 66+72+x ≥ 75. Kalimat
matematika di atas yang menggunakan tanda-tanda <,>,≤ dan ≥dinamakan
pertidaksamaan. Simbol/Notasi Garis Bilangan sx > ax ≥ ax < ax ≤a
4) Notasi/Simbol > artinya “lebih dari” Simbol ≥ artinya “lebih dari atau sama
dengan” Simbol < artinya “kurang dari” Simbol ≤ artinya “kurang dari atau
sama dengan” Pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan pangkat satu.
Contoh : Selesaikan : 7x + 21 ≥14 7x + 21 –21 ≥14 –21 (tambahkan -21
pada kedua ruas) 7x ≥ -7 (bagilah kedua ruas dengan 7) x ≥ -1 dalam
bentuk garis bilangan
5) Sifat –sifat pertidaksamaan :
1) Sifat tak negatif : Untuk 𝑎∈𝑅 maka ≥ 0.
2) Sifat transitif : Untuk 𝑎,𝑏,𝑐 ∈ 𝑅 Jika 𝑎 < 𝑏 dan 𝑏 < 𝑐 maka 𝑎 < 𝑐;
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐;
3) Sifat penjumlahan : a ≤ x ≤ bx < a atau x ≥ bba-1
Untuk 𝑎,𝑏,𝑐 ∈ 𝑅 Jika 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑐 Jika 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏
+ 𝑐 Jika kedua ruas pertidaksamaan dijumlahkan dengan bilangan yang
sama tidak mengubah tanda ketidaksamaan
4) Sifat perkalian : Jika 𝑎 < 𝑏, 𝑐 > 0 maka 𝑎𝑐 < 𝑏𝑐 Jika 𝑎 > 𝑏, 𝑐 > 0 maka
𝑎𝑐 > 𝑏𝑐 Jika 𝑎 < 𝑏, 𝑐 < 0 maka 𝑎𝑐 < 𝑏𝑐 Jika kedua ruas dikalikan
bilangan riil positif tidak akan mengubah tanda keridaksamaan,
sedangkan jika dikalikan dengan bilangan negatif akan mengubah tanda
ketidaksmaan
5) Sifat kebalikan : Jika 𝑎 > 0 maka 1𝑎 > 0. Jika 𝑎 < 0 maka 1𝑎 < 0.
Suatu bilangan dan kebalikannya memilki tanda yang sama baik untuk
bilangan positif maupun negatif.

b. Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan


Dapat ditunjukkan pada garis bilangan seperti pada gambar berikut:
Contoh soal : Tunjukkan dengan garis bilangan, {x | x ≤ 4, x∈R}
Penyelesaian : Mengubah masalah ke dalam matematika berbentuk
pertidaksamaan linear satu variabel. Seperti halnya pada persamaan,
pertidaksamaanpun dapat dibuat kalimat matematika atau model matematika.
Untuk membuat kalimat matematika atau model matematika pada pertidaksamaan
sama seperti yang kita lakukan pada persamaan.
Untuk menerjemahkan kalimat cerita pada pertidaksamaan linear satu variabel ke
dalam Kalimat matematika atau model matematika diperlukan beberapa
penguasaan tentang pengertian istilah-istilah dan penulisannya dalam
pertidaksamaan linear satu variabel. Contoh :
Umur Aldi 5 tahun mendatang lebih dari 20 tahun. Nyatakanlah ke dalam
matematika, jika umur Aldo tahun. Penyelesaian : Misalkan umur Aldo = 5
tahun mendatang x lebih besar dari 20. Jadi, + 5 > 20
Dalam pertidaksamaan linear, jika terdapat kasus di mana kedua ruas dikali atau
bagi dengan bilangan negatif (-), maka tanda yang sebelumnya akan berubah
menjadi tanda sebaliknya. Sebagai contoh:
-3x + 2 < 20
= -3x < 18
= 3x > -18 (perhatikan pada bagian ini. Tanda < berubah menjadi > pada
waktu kedua ruas dikali dengan negatif (-)
= x > -6

)(

Anda mungkin juga menyukai