Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANTROPOLOGI GIZI

Nama : Ira Saphira Maulidha


NIM : 101911233028
Kelas : Gizi 3A

Di tengah pandemi Covid 19 yang ditengarai menimbulkan ancaman krisis pangan,


Kementerian Pertanian mendorong upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi rumah
tangga melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Menteri Pertanian Syahrul
Yasin Limpo mengatakan, pihaknya akan memberikan bantuan berupa sarana produksi
pertanian yang diharapkan mampu mendorong petani untuk berproduksi, termasuk
pemanfaatan pekarangan. Langkah ini mampu mendukung kehidupan keluarga petani di
tengah pandemi covid-19. Tentunya ini juga masuk ke family farming atau tanaman pada
lahan usaha dan pekarangan di sekitar rumah dan menyasar orang-orang yang memang
butuh. Misalnya petani miskin yang selama ini hidup di luar, kemudian kembali ke desa
dan ternyata terdampak covid.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi mengungkapkan melalui


kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L), tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan di
tingkat rumah tangga, namun dapat juga mengurangi pengeluaran bahkan meningkatkan
pendapatan rumah tangga jika dikelola secara maksimal. Diharapkan setiap rumah tangga
mampu memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan, serta pendapatannya. Ini
sangat strategis tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, tetapi
juga bisa meningkatkan pendapatan rumah tangga, terlebih pada kondisi pandemi saat ini.

Dalam kondisi seperti sekarang ini, pemanfaatan lahan pekarangan benar- benar
dirasakan manfaatnya. Menurutnya ketahanan pangan bukan saja tentang kecukupan bahan
pangan, namun juga menyangkut kemampuan memproduksi sendiri bahan pangan dengan
memanfaatkan sumber daya lokal. Konsumsi sayuran dari kebun sendiri relatif lebih aman
dan sekaligus menjadi solusi pemenuhan pangan skala rumah tangga, berbiaya murah dan
mudah dilakukan. Dalam berkebun sayuran organik ini harus memperhatikan beberapa hal
seperti media tanam yang digunakan serta pemberian kompos dan pupuk cair yang cukup,
yang bisa dibuat sendiri.

Berbagai tanaman yang bisa ditanam antara lain cabai, kangkung, bayam, sawi dan
tanaman jangka pendek lainnya, yang hanya butuh waktu sebulan untuk panen. Pertanian
organik ini juga tidak terlalu sulit yang bisa diusahakan sendiri tanpa mengeluarkan biaya
yang besar. Misalnya untuk kebutuhan pupuk bisa menggunakan kompos yang dibuat
sendiri. Berkebun di pekarangan bisa menjadi solusi pangan keluarga, apalagi dengan
susahnya memperoleh sayuran yang sehat dan terasa aman dalam konsumsinya. Dengan
menanam sendiri sayuran untuk konsumsi keluarga juga memberi rasa aman karena jelas
sumbernya dari kebun sendiri.

Pentingnya Urban Farming

Urban farming adalah sebuah konsep berkebun dengan memanfaatkan ruang yang


ada di rumah atau pemukiman. Di tengah pandemi covid-19 konsep ini semakin marak,
terutama bagi yang tinggal di kalangan perkotaan. Dengan melakukan aktivitas urban
farming, masyarakat mendapat ketersediaan sayuran sebagai sumber nutrisi sehat,
mengurangi impor sayuran, menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak
pemanasan global. Pemahaman yang lebih mendalam dan meluas mengenai urban
farming mengantarkan konsep ini tidak lagi sekadar gaya hidup kaum urban tapi
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan
lingkungan sekitar.

Di situasi krisis dan ditengah keterbatasan anggaran pemerintah, urban


farming tepat dikembangkan sebagai suatu bentuk jaminan sosial lokal. Model-model
pengembangan hidroponik dan akuaponik yang bahkan tidak membutuhkan tanah sebagai
media tanam, bisa dilakukan dengan menaman berbagai macam tanaman yang bisa menjadi
sumber-sumber ketahanan pangan (Mayasari: 2016). Ada banyak manfaat yang didapat dari
konsep kedaulatan pangan di antaranya mencukupi kebutuhan pangan, dalam hal ini
sayuran dari kebun sendiri, sehingga bisa menghemat pengeluaran dan terjamin kualitas
produksinya. Selain itu, membangun solidaritas sosial dengan masyarakat sekitar yang
membutuhkan untuk bersama-sama melalui krisis yang membayang di depan mata. Dan
tentunya jangka waktu ke depannya kalau ada kelebihan produksi bisa menjadi penghasilan
tambahan buat masyarakat.

Lalu bagaimana memulainya? Segala bentuk kegiatan diperlukan perencanaan. Begitu


pula dengan perencanaan aktivasi urban farming. Menurut Rahmad (2020) pegiat urban
farming dari Sekolah Tani Muda (Sekti Muda) Yogyakarta, bahwa kegiatan urban
farming tersebut dikelola secara berkelanjutan dan kolektif. Kunci dari berkelanjutan di sini
adalah menjaga kesuburan tanah. Ada dua cara menjaga kesuburan tanah, yaitu: pertama,
menjaga kesuburan tanah (menambahkan nutrisi pada tanah yang nutrisi sebelumnya telah
diambil oleh tanaman ketika masa pertumbuhan hingga panen). Kedua, menambahkan
media tertentu guna menjaga kesuburan tanah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Dalam kondisi seperti ini, tanaman yang ditanam tidak ditujukan untuk komersil tetapi
ditujukan untuk konsumsi keluarga atau masyarakat. Beberapa langkah atau strategi yang
perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam melakukan urban farming yang berkelanjutan,
yaitu:

1) Media tanam yang terdiri dari tanah, pupuk kendang, sekam, cocopit (agar gembur jika
tanah yang digunakan adalah tanah yang cenderung lempung) dengan perbandingan
2:1:1:1, kemudian di campur rata. Media tanam ini minimal memiliki ketebalan 10-15
cm.

2) Membuat media itu subur. Ada 3 indikator kesuburan tanah, yaitu: kesuburan fisik
(tanah terlihat gembur), kesuburan biologis (ada aktivitas mikroorganisme), dan
kesuburan kimiawi atau yang biasa kita kenal sebagai pupuk nitrogen, phospat, dll.

3) Memilih komoditas. Menanam berbacam komoditas dalam satu waktu agar dapat
dipanen secara bersamaan atau berdekatan. Pastikan benih yang digunakan cocok untuk
dataran rendah.

4) Memastikan dirawat secara optimal sampai panen dengan merawat kesuburan tanah.
Sedangkan berkaitan dengan media tanam, di situasi sekarang ini kurang cocok
menggunakan hidroponik karena hidroponik memerlukan pupuk mix AB yang itu akan
susah di dapat di kondisi lockdown seperti ini. Dianjurkan lebih ke pendakatan pertanian
alami. Ada beberapa jenis tanaman sayuran yang tidak perlu disemai atau langsung
ditaburkan yaitu seperti bayam, kangkong, kacang Panjang, buncis, dan timun. Pemupukan
dilakukan secara rutin 3 hari sekali, disini POC (Pupuk Organik Cair) yang terdiri dari
beberapa komponen, yaitu:

1) Nitrogen. Nitrogen ini berasal dari segala limbah yang mengandung banyak protein
(jeroan ikan, keong, atau lele).
2) Phosphat. Phosphat ini berasal dari cangkang telor, dan
3) Kalium. kalium ini verasal dari batang pisang. Adapun caranya dilakukan dengan model
fermentasi yaitu mempersiapkan bahan untuk nitrogen, phosphate, dan kalium tersebut
ditambah dengan gula jawa, dan air. Perbandingannya 1:1:1. Bahan-bahan tersebut dan
gula dipotong-potong kecil kemudian dicampur air dan dimasukkan ke dalam toples dan
ditutup diamkan selama 10-14 hari.

Di atas adalah cara untuk menjaga kesuburan kimiawi. Adapun cara untuk menjaga
kesuburan biologis adalah dengan mencampurkan POC dengan bonggol (bagian bawah)
pohon pisang atau akar (dapuran) bambu atau akar akar tanaman kemudian dimasukkan
kedalam larutan gula dengan ditambahi telor atau micin atau limbah2 rumah tangga. Semua
bahan dicampur dan kemudian disiramkan ke tanaman dengan perbandingan 1 liter air
ditambah 1 cc larutan tersebut. Penerapan seperti ini apabila konsisten maka pada saat
panen ke 2 dan 3 akan sangat bagus.

Apabila ingin menjaga kesuburan tanah maka dilakukan pergiliran jenis tanaman,
misalnya awal adalah kangkung atau bayam maka selanjutnya bisa sawi, perlu diperhatikan
juga bahwa ada tanaman-tanaman yang boros nutrisi dan tidak. Kangkung, bayam, dan
sawi adalah tanaman yang tidak boros nutrisi sehingga setelah menanam tanaman tersebut
bisa menanam timun atau pare atau yang lainnya. Tanaman jenis kacang-kacangan dapat
menjaga kesuburan tanah karena tanaman kacang-kacangan dapat mengikat nitrogen dari
udara. Sisa daun, batang, dan lainnya dari tanaman kacang-kacangan ini jika dimasukkan
ke dalam media tanam dapat menambah jumlah nutrisi.

Kesimpulan

Konsep pertanian keluarga yang memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan tidur
ini untuk menjaga ketahanan pangan imbas pandemi Covid-19. Membangun kemandirian
pangan di rumah memberikan berbagai manfaat yang esensial bagi keluarga di masa
pandemic Covid-19. Beberapa manfaat dari kegiatan membangun kemandirian pangan di
rumah diantaranya: menjaga kestabilan perekonomian keluarga, ketersediaan sumber
pangan yang higienis dari rumah, meningkatkan produktivitas aktivitas fisik di rumah,
mengurangi limbah di lingkungan dengan memanfaatkannnya sebagai alat dan media
tanam. Dengan hal semacam ini tentu akan menguatkan sesama masyarakat dalam
menghadapi kondisi pelemahan ekonomi yang berdampak pada sulitnya pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga akibat pandemi. Khususnya pada situasi yang
semakin sulit akhir-akhir ini. Apalagi pandemi covid-19 saat ini belum diketahui kapan
berakhirnya.

Referensi:

 Dwi Astuti, “Pangan Sebagai Gerakan Sosial”, dalam Basis No.05-06 Mei-Juni 2008.

 Kartika Mayasari, “Konsep Urban Farming sebagai Solusi Kota Hijau”,


dalam http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/artikel/639-konsep-
urban-farming-sebagai-solusi-kota-hijau

 http://bkp.pertanian.go.id/blog/post/pemanfaatan-pekarangan-cegah-krisis-pangan-di-
tengah-pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai