Ira Saphira Maulidha - Tugas Resume Dasar Komunikasi
Ira Saphira Maulidha - Tugas Resume Dasar Komunikasi
Dalam kondisi new normal saat ini ada norma baru yang perlu diperhatikan dalam
adaptasi kebiasaan baru yaitu mematuhi protokol kesehatan. Norma baru yaitu protokol
kesehatan (3M) meliputi: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Sosialisasi
penggunaan masker secara benar itu perlu diperkuat dan digencarkan kepada masyarakat.
Karena banyak dari sebagian masyarakat yang tidak tahu apakah tujuan dari penggunaan
masker,contoh lainnya yaitu banyak orang yang menggunakan masker dengan tidak benar,
banyak tokoh tokoh penting yang menggunakan masker di dagu. Selain itu, masyarakat pun
kurang memahami pentingnya mencuci tangan. Padahal saat ini hampir setiap tempat
memiliki fasilitas tempat mencuci tangan, seperti: minimarket atau tempat tempat lainnya.
Masalahnya walaupun sudah disediakan fasilitas tempat cuci tangan namun masyarakat
kurang menyadari pentingnya mencuci tangan. Lalu yang ketiga adalah menjaga jarak.
Masyarakat yang punya kebiasaan “ Cangkruk” seperti misalnya di warkop tanpa menjaga
jarak.
Untuk mengubah perilaku-perilaku masyarakat yang menyimpang tersebut perlu dilakukan
sosialisasi. Nah, sosialisasi itu merupakah salah satu proses pembelajaran dalam kehidupan
manusia. Sosialisasi itu tidak hanya sekedar penyampaian pesan. Sosialisasi itu sendiri
merupakan proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari
suatu masyarakat.
Agen sosialisasi yang paling besar pengaruhnya, diantarannya:
1. Keluarga; karena keluarga lah yang memberikan dasar-dasar kehidupan bagi anak-anak.
Nah pesan 3M yaitu: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak itu harus
diperkuat di keluarga.
2. Sekolah ; namun disaat pandemi seperti sekarang ini sekolah menjadi tertutup karena
tidak bisa melakukan aktvitas yang semestinya sehingga pembelajaran dilaksanakan
secar daring. Namun daring ini belum mempunyai kemampuan yang kuat untuk
merubah perilaku seseorang.
3. Teman sebaya;nah sat ini teman sebaya ini tidak bisa berhubungan langsung sehingga
dibantu oleh mass media.
4. Media massa; Media massa ini merupakan pengaruh yang cukup besar tapi tidak
langsung. Karena orang tidak akan menggunakan pesan yang ada di media itu langsung
diterima.
Cara memberikan sosialisasi
1. Tulisan.
2. Lisan
3. Contoh perilaku ini harus dimulai dari tokoh tokoh yang penting
Pembelajaran dalam kehidupan manusia ada 3 yaitu: sosialisasi, internalisasi, dan
enkulturasi. Sosialisasi itu baru menyampaikan dan menyediakan kebutuhan terjadinya
perilaku yang diharapkan, jadi yang disosialisasikan itu adalah norma. Kalau norma itu
sudah disosialisasikan dan kemudian ini telah diterima oleh individu dengan baik dan
diyakini kebenarannya serta diikuti pesan itu barulah itu disebut ter-internalisasi.
Internalisasi ini butuh waktu, oleh karena itu tidak mungkin terjadi internalisasi kalau
sosialisasi itu dilakukan dalam skala yang besar tanpa diikuti oleh skala-skala kecil.
Strategi perubahan perilaku meliputi:
a) Edukasi; merupakan standar teori perubahan perilaku yang paling umum. Tentu sudah
dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi-organisasi , namun mungkin education ini
belum massif sampai masuk ke skala-skala kecil seperti RT/RW.
b) Engineering/Rekayasa; rekayasa ini bisa rekayasa sosial maupun rekayasa fisik.
Misalnya tempat-tempat duduk saat ini dibatasi, lalu misalnya ada gerakana gerakan
untuk melakukan sesuatu seperti kampung tangguh yang ada di Surabaya. Namun hal
tersebut tidak ada gunanya kalau tidak ada enforment.
c) Enforcement; tentu enforcement ini harus diperkuat. Dalam kondisi darurat enforcement
harus kuat. Karena orang tidak mungkin berubah perilaku nya jika tidak ada
enforcement. Misalnya tidak memakai masker akan dikenakan denda.
d) Empowerment; ini yang paling baik sebenarnya kalau sudah memungkinkan, tapi ini
tergantung dari 2 hal yaitu kebutuhan dan juga potensi dari masyarakat itu sendiri.
Selama potensi nya belum ada maka empowerment itu mustahil untuk dilakukan.
Tujuan dari kontrol sosial itu adalah konformitas, supaya perilaku masyarakat sesuai
dengan norma, yang kedua yaitu solidaritas. Karena solidaritas inilah yang membuat
kehidupan manusia kuat sampai sekarang.Lalu tujuan yang terakhir adalah
berkelanjutan.Adanya kontrol sosial itu bisa untuk berkelanjutan dari satu kelompok ke
kelompok yang lain.
Kontrol Sosial itu ada 2 yaitu Inner Social Control ( tanggung jawab,moralitas, hati
nurani, disiplin diri,dll). Inner social control ini yang paling baik adalah menjadi self control
karena tanggung jawab,moralitas, hati nurani, disiplin diri ini yang paling kuat, kalau tidak
mampu maka outer social control yang berperan. Outer social control itu meliputi keluarga,
tetangga,teman, petugas kampong, atau petugas keamanan.
Dari sisi sanksi, ada dua macam sanksi social control yaitu: Informal yang berupa
tekanan halus dan tidak memaksa dan sanksi formal yang berupa aturan formal dan bersifat
memaksa. Tempat kontrol sosial itu meliputi : Keluarga, tempat tinggal, tempat kerja, dan
tempat fasilitas umum. Nah tempat-tempat kontrol sosial tersebut harus diperkuat sehingga
perilaku masyarakat menjadi lebih baik.
Narasumber 2: Dr. Rachmat Hargono,dr., M.S., M.PH
Stigma
a) Merupakan istilah dari bahasa Yunani untuk menyebutkan tanda yang ditorehkan pada
seseorang yang melakukan kejahatan atau pada budak sebagai identitas bahwa orang
tersebut termasuk kelompok tertentu yang mempunyai kedudukan rendah dimayasrakat
b) Emile Durkheim (1895) , seorang sosiologi Prancis mendalami stigma sebagai
fenomena sosial
c) Erving Goffman (1963) , menyatakan bahwa stigma sebagai suatu fenomena dimana
seseorang yang diberi atribut yang rendah (discredited) akan dikucilkan oleh
lingkungannya.
Stigma sosial
a) Merupakan presepsi, pikiran, pandangan atau atribut negatif dari seseorang atau
masyarakat kepada orang atau masyarakat yang lain.
b) Diciptakan masyarakat saat melihat sesuatu yang dianggap menyimpang dari norma
atau nilai yang berlaku
c) Berupa labeling atau stereotip yang menurunkan harga diri
d) Menimbulkan seprasi ( pemisahan ) dan diskriminasi
Timbulnya Stigma
a) Adanya pelabelan dan stereotip dari suatu perilaku atau karakteristik yang mempunyai
konotasi baik dan jelek dalam masyarakat. Konotasi baik atau jelek biasanya berkaitan
dengan norma dan sistem nilai pada suatu masyarakat.
b) Apabila individu atau kelompok mendapatkan label dan stereotip jelek, maka anggota
masyarakat lain yang mempunyai label dengan konotasi baik akan memperlakukan
berbeda kelompok dengan label jelek, dan biasanya perlakuan yang dimaksud bersifat
merendahkan.
c) Perbedaan ini kemudian memunculkan separation yaitu pemisahan antara “kita” dan
“mereka” yang berbeda
Penyebab Terjadinya Stigma Sosial
a) Kurang atau salah informasi
b) Ketakutan
c) Under-estimate ( kondisi fisik dengan prestasi)
d) Asosiasi (kejadian penyakit dengan perilaku tertentu)
e) Ketidaksesuaian dengan norma atau nilai yang berlaku
Mencegah Stigma
1. Informasi yang akurat sehingga tidak menimbulkan ketakutan tapi meningkatkan
kewaspadaan
2. Hindari mengkaitkan Covid- 19 dengan lokasi tertentu
3. Hindari mengkaitkan Covid-19 dengan karakteristik tertentu ( usia, jenis kelamin,
suku, dll)
4. Bahasa penyampaian ( Hindari terminologi yang merendahkan bagi penyandang
Covid-19)
Menanggulangi Stigma
1. Menyampaikan fakta yang akurat tentang Covid-19 dengan narasi dan bahasa yang
mudah dipahami. Apabila perlu memanfaatkan ‘influencer’ dan tokoh masyarakat
dalam menyampaikan fakta tentang Covid-19
2. Perkuat ‘success stories’ penyintas Covid-19
3. Perkuat modal sosial dan ketahanan sosial dalam masalah Covid-19
4. Perkuat rasa empati terhadap pengidap dan penyintas Covid-19 dengan memberikan
dukungan sosial
5. ‘counter’ informasi yang salah tentang Covid-19
Perilaku baru yang harus dilakukan masyarakat dikala pandemic saat ini adalah
perilaku/kebiasaan baru dalam penanggulangan ( pencegahan ) covid 19 yaitu 3M.
Perilaku itu banyak konsep/teori. Ketika kita ingin mengubah perilaku maka bisa diacu
dalam teori-teori berikut.
1. Batasan Konsep ( Teori Skinner )
Respons organisme terhadap stimulus (rangsangan), repons organisme terwujud dalam
bentuk: Tertutup ( apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati
dari luar/orang lain
Dimensi Perubahan Perilaku diantarannya meliputi:
1. Pengembanagn ( Development )
Dari belum ada menjadi ada ( terjadi perilaku sehat )
Sudah ada perilaku sehat kemudian ditingkatkan lagi
2. Pemeliharaan ( Maintain )
Perilaku sehat yang telah ada dipertahankan
3. Perubahan (Change )
Dari perilaku tidak sehat menjadi sehat
Terjadinya perubahan perilaku itu bisa berupa paksaan maupun kesadaran. Perbahan
perilaku karena paksaan merupakajn perilaku terjadi bukan karena pengetahuan dan
kesadaran, tapi karena paksaan ( tanpa kesadaran ). Pemaksaan bisa berupa pemaksaan
fisik maupun pemaksaan melalui peraturan-peraturan perundang-undangan ( Low
Enforcement ). Sedangkan perubahan perilaku karena kesadaran/ awareness didasari oleh
pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang dilakukan. Perubahan perilaku dalam hal
ini, melalui proses tau ( pengetahuan ), mau ( sikap ) sampai laku ( tindakan )
Teori Perubahan perilaku:
1. Teori fungsi Katz: Yaitu perbahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh
sebab itu stimulus./obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang ( subyek ).
Prinsip teori fungsi:
a) Perilaku merupakan fungsi instrumental ( memenuhi kebutuhan subyek )
b) Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan ( bila
hujan,panas )
c) Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek ( respons terhadap
gejala sosial )
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah/senang)
Perubahan perilaku berdasarkan Teori Katz:
a) Bahwa dalam merubah perilaku masyarakat harus didorong bahwa apa yang
harus atau akan dilakukan oleh mereka itu merupakan kebutuhan mereka
b) Oleh sebab itu dalam menyusun pesan kesehatan ( Covid-19 ) ditekankan bahwa
perilaku baru tersebut merupakan bagian/upaya untuk memenuhi kebutuhan
mereka, yakni terhindar dari Covid 19.
c) Masyarakat harus menggunakan masker, jaga jarak dsb karena memang masker,
jaga jarak dsb. Sebagai bagian dari kebutuhan untuk terhindar/tercegah dari
Covid 19.
2. Teori S-O-R:
a) Perubahan perilaku didasari oleh Stimulus Organisme Respons
b) Perubahan Perilaku akan terjadi dengan caa meningkatkan akan memperbanyak
rangsangan ( stimulus )
c) Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajarn ( learning
process).
d) Materi pembelajaran adalah merupakan stimulus.
e) Proses pembelajaran akan menghasilkan: Pengetahuan tentang pemahaman
hingga menimbulkan sikap dan kemauan untuk bertindak.
a) Who: siapa yang harus menyampaikan pesan itu ( bisa di tatanan sosial maupun
pemerintah,daerah atau di level masyarakat itu siapa )
b) Says what: pesan apa saja yang harus disampaikan ( pesan yang disampaikan yaitu
diberi pengetahuan tentang apa itu covid-19, cara penularan dan cara pencegahan
covid-19 itu sendiri)
c) To Whom: kepada siapa pesan-pesan tersebut disampaikan ( Tujuan/sasaran nya harus
jelas )
d) In Which Channel: menggunakan media apa saja ( media yang paling cocok untuk
menerapkan perilaku baru ini adalah media massa atau bahkan media sosial yang
dinilai lebih efektif )
e) To Whom: kepada siapa saja pesan tersebut disampaikan
Kota Palembang terpisah antara sebrang hulu dan hilir. Penyebaran Covid-19 di
Palembang semakin meningkat. Informasi terkini Sumatera Selatan akibat Covid-19 per
tanggal 12 September 2020 dari satgas Covid -19 Sumatera Selatan , secara nasional
mendekati no 10 , sedangkan presentase sembuh secara nasional berada ditingkat no 19.
Kasus penderita Covid-19 berdasarkan kelompok umur banyak terjadi pada usia
produktif terutama usia 20-44 tahun, dimana lebih dominan perempuan. Pada tanggal 12
September 2020, Kota Palembang menduduki tingkat pertama. Distribusi penyebaran Covid-
19 di Sumatera Selatan lebih banyak di pusat kota, sehingga menunjukkan bahwa mobilitas
penduduk lebih banyak berada di Palembang. Terlebih lagi, kota Palembang tidak hanya
merupakan kota industri , namun juga sebagai tempat persinggahan atau perlintasan
Sumatera..
Ada 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya Covid-19 di kota Palembang, salah
satunya yaitu perilaku dari masyarakat itu sendiri. Menurut Kemenkes 2018, perilaku
menyumbang sebesar 30 % sebagai faktor kausal yang merupakan penyeab dari sesuatu
terjadinya sesuatu yang mempengaruhi derajat kesehatan itu sendiri.
Adaptasi kebiasaan baru yang telah dilakukan oleh promosi kesehatan, khusunya di
Sumatera Selatan dalam upaya pencegahan Covid-19 :
Hasil survei yang telah dilakukan berdasarkan data terdapat miss atau kesenjangan.
Kegiatan survei ini dilakukan secara singkat sekali yang dimulai dari tanggal 1-14 September
2020. Kebanyakan yang mengisi kuisioner adalah masyarakat yang berpendidikan. Jika
dibandingkan dengan data pemerintah dengan suveri adalah :
1) Survei belum semua dari lapisan masyarakat (baru saja hanya dari kalangan
berpendidikan)
2) Faktanya masih banyak yang tidak social distancing
3) Faktanya tidak menggunakan masker
4) Banyak yang tidak mengoptimalkan fasilitas dari pemerintah
Melihat situasi masyarakat saat ini, yang dibutuhkan tidak hanya konsep atau teoritis
saja, tetapi juga harus memikirkan cara pendekatan ke masyarakat yang baik. Petugas
promosi kesehatan sudah menjalankan dengan baik namun kurang melibatkan masyarakat.