FEMINISME
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Anthonia Paula Hutri Mbulu
NIM : 134114019
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
Oleh
NIM: 134114019
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
Penulis
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Anthonia Paula Hutri Mbulu
NIM : 134114019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Citra
Perempuan Dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono: Kajian Kritik Sastra
Feminisme beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2017
Yang menyatakan,
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
-3 Idiots-
I know you’re tired, but you have to keep going. Remember where you
-Najwa Zebian-
-Tere Liye-
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing dan
yang berjudul “Citra Perempuan Dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
1. S.E Peni Adji, S.S, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah banyak
Paulus Ari Subagyo, M.Hum (selaku Dekan Fakultas Sastra), Alm. Drs.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kedua orangtua penulis, Bapak Michael Mbulu dan Ibu Anselma Egbertha
7. Kedua sahabat penulis, Roswita Elsa Supusepa dan Clara Amanda Lalo
8. Diana Marischa Yakomina Jago, S.S., yang selalu memberi nasihat dan
memotivasi penulis.
9. Seluruh teman-teman angkatan 2013 Rite, Jein, Anna, Esti, Atha, Andrea,
Icha, Elis, Apin, Kak Icha, Egha, There, Cici, Vero, Lia, Ketrin, Valen,
Edith, Siska, Niko, Beto, Rendra, Uchil, Tyar, Opki, Dandi, Galang, Ari,
dan Beni.
10. Seluruh staff dan karyawan perpustakaan Sanata Dharma yang telah
penulis.
skripsi ini, namun tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan penulis. Oleh
karena itu segala kritik, saran, dan masukan dapat disampaikan kepada penulis.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Mbulu, Anthonia Paula Hutri. 2017. Citra Perempuan Dalam Novel
Suti Karya Sapardi Djoko Damono : Kajian Kritik Sastra
Feminisme. Skripsi Strata Satu (S1). Yogyakarta : Sastra
Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini mengkaji citra perempuan dalam novel Suti karya Sapardi
Djoko Damono. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tokoh
dan penokohan serta mendeskripsikan gambaran citra perempuan yang meliputi
citra diri perempuan dan citra sosial perempuan dalam novel Suti. Pendekatan
struktural dibatasi pada aspek tokoh dan penokohan untuk menganalisis citra
tokoh. Pendekatan feminisme digunakan untuk menjelaskan citra perempuan
dalam novel Suti. Metode pengumpulan data yang dipakai studi pustaka. Metode
analisis data yang dipakai yaitu metode analisis isi. Metode penyajian hasil
analisis data yang dipakai yaitu metode deskripsi kualitatif.
Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kajian struktur dan citra
perempuan. Kajian struktural dibagi menjadi dua yaitu tokoh dan penokohan.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Suti dan Pak Sastro, sedangkan tokoh
tambahan adalah Bu Sastro, Parni, Tomblok, Sarno, Kunto, dan Dewo.
Citra perempuan dibagi menjadi dua yaitu citra diri perempuan yang
dilihat dari aspek fisik serta psikis, dan citra sosial perempuan dalam lingkungan
keluarga serta masyarakat. Citra diri perempuan dari aspek fisik adalah
perempuan yang mengalami kehamilan, melahirkan dan merawat anak. Citra diri
perempuan dari aspek psikis dibedakan menjadi perempuan kelas atas dan kelas
bawah. Perempuan kelas atas digambarkan bertanggung jawab terhadap urusan
rumah tangga dan menerima apa saja pelakuan lelaki (suami). Sementara
perempuan kelas bawah digambarkan mudah jatuh cinta dan mudah berselingkuh.
Citra sosial perempuan juga dibedakan menjadi perempuan kelas atas dan kelas
bawah. Perempuan kelas atas digambarkan secara ekonomi bergantung pada
suami, meskipun mereka mempunyai pengaruh dimasyarakat. Sementara
perempuan kelas bawah digambarkan memiliki kemandirian secara ekonomi
dengan bekerja menjadi pembantu RT, walaupun sebenarnya profesi ini
merupakan pengembangan dari pekerjaan domestik kerumahtanggaan.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa novel Suti juga bersifat
patriarki. Novel ini masih mempertahankan stereotipe antara perempuan dan laki-
laki secara patriarki.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The results of this study are divided into two. They are the structure and
image of women. The structural studies are divided into two figures and
characterizations. The main characters in this novel are Suti and Pak Sastro, while
additional characters are Bu Sastro, Parni, Tomblok, Sarno, Kunto, and Dewo.
Based on the analysis concluded that Suti novel is partiarchy. This novel
still maintains the sterotype between women and men in partiarchy.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
MOTTO…………………………………………………………………………vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN ......................................................................................................58
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang
dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan
pengamatannya atas kehidupan tersebut. Karya sastra memiliki dua aspek, yaitu
aspek bentuk dan aspek isi. Aspek bentuk adalah hal-hal yang menyangkut objek
atau isi karya sastra, yaitu pengalaman hidup manusia, seperti sosial budaya,
kesenian, cara berpikir suatu masyarakat, dan sebagainya. Aspek isi inilah
sebenarnya yang paling hakiki, sebab bahasa hanya wadah atau medianya saja.
(Djojosuroto 2006:17)
Perempuan adalah sosok yang mempunyai dua sisi. Di satu pihak, perempuan
lain, ia dianggap lemah. Anehnya, kelemahan itu dijadikan alasan oleh laki-laki
tidak pernah dapat dengan tepat digambarkan oleh para penulis laki-laki,
Citra artinya rupa, gambaran, dapat berupa gambar yang dimiliki orang
banyak mengenai pribadi atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan
oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat dan merupakan dasar yang khas dalam karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
prosa dan puisi. Citra perempuan merupakan wujud gambaran mental spiritual dan
aspeknya yaitu aspek fisik dan psikis sebagai citra diri perempuan serta aspek
makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan, sementara laki-laki
dianggap sebagai makhluk yang kuat, rasional, jantan dan perkasa (Dagun,
1992:3). Citra demikian timbul karena adanya konsep gender yakni suatu sifat
yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan
sastra seperti dalam novel Suti. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji
citra perempuan untuk mengungkapkan citra yang terdapat dalam novel tersebut.
Novel Suti menggambarkan perempuan yang menerima saja perlakuan dari lelaki
karena perempuan tersebut mudah jatuh cinta. Novel ini menceritakan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kehidupan perempuan yang bernama Suti atau aslinya Sutini dalam menghadapi
mudah bergaul dan menyesuaikan diri. Di kehidupan desa (waktu itu tahun 1960-
dengan seorang duda, Suti tetap menjalani kehidupannya dan kadang-kadang lupa
bahwa ia sudah menikah. Hingga suatu hari muncul keluarga baru yang pindah ke
Solo dekat rumah Suti. Mereka adalah keluarga Sastro (mantan bangsawan), Suti
akhirnya memiliki perasaan suka kepada Kunto anak Pak Sastro. Namun setelah
Kunto pergi ke Yogyakarta untuk kuliah, Suti pun menaruh hati pada Pak Sastro.
Perasaan itu tidak bisa ia kendalikan hingga mereka larut dalam sebuah hubungan
yang tangguh Bu Sastro digambarkan sebagai sosok wanita yang kuat dan tabah
Kunto menjadi miliknya. Kenyataannya Suti akhirnya jatuh kepada Pak Sastro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dampak yang cukup mengejutkan dari hubungan Suti dan Pak Sastro adalah
kehamilan Suti.
Dalam novel Suti tokoh perempuan digambarkan mudah untuk jatuh cinta
dalam artian masih belum bisa mengontrol perasaan atau emosi batinnya. Tidak
yang terdapat dalam novel tesebut, dengan menggunakan kajian kritik sastra
1. Bagaimana tokoh dan penokohan dalam novel Suti karya Spardi Djoko
Damono?
2. Bagaimana citra perempuan yang terdapat dalam novel Suti karya Sapardi
Djoko Damono?
1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Suti karya Spardi Djoko
Damono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Mendeskripsikan citra perempuan yang terdapat dalam novel Suti karya Sapardi
Djoko Damono.
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penerapan teori kritik sastra
pengetahuan baru bagi pembaca mengenai studi analisis citra perempuan terhadap
novel Suti, serta untuk perkembangan ilmu khususnya sastra Indonesia dan dapat
citra perempuan.
melalui penelitian ini peneliti dapat memahami secara jelas tentang perwujudan
citra diri perempuan dan citra sosial perempuan dalam novel Suti. Disamping itu
dapat membantu pembaca untuk lebih memahami citra yang terungkap dalam
perempuan.
psikologi sastra. Hasil penelitian ini adalah (1) struktur pada novel Suti meliputi
tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat; (2) karakteristik
kejiwaan pada tokoh utama dalam novel Suti dapat dipahami melalui teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sigmund Freud (id, ego,dan superego) yang mampu dipengaruhi oleh faktor
dalam maupun faktor luar; (3) nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
gemar membaca dan peduli sosial; dan (4) novel Suti relevan sebagai materi
Penelitian lain tentang novel Suti dilakukan oleh Aditya (2017) yaitu
feminis, dalam novel Suti terdapat kesetaraan gender dan juga ketidakadilan
feminis sudah pernah dilakukan oleh Istanti (2012) dalam penelitiannya terhadap
dalam meraih prestasi sehingga melupakan untuk segera menikah. Wujud citra
Penelitian lain dilakukan oleh Indah (2013) terhadap novel Tanah Tabu
menggambarkan citra wanita dari segi psikis yaitu wanita sebagai seorang yang
cerdas dan pintar, wanita adalah seorang yang cinta ilmu, wanita ingin dicintai
yang sama dengan laki-laki dalam semua segi kehidupan, wanita bukan seorang
yang lemah yang bergantung pada laki-laki. Citra segi dari sosial adalah wanita
seorang istri, wanita sebagai seorang ibu merupakan kodrat dari seorang wanita,
wanita tidak mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki, hal ini
menunjukkan bahwa ada deskriminasi antara wanita dan laki-laki dalam dunia
pendidikan.
kajian sastra feminis sudah sering dilakukan. Penelitian terhadap novel Suti
menggunakan kritik sastra feminis juga sudah dilakukan oleh Rahman Aditya
(2017) yaitu, Perspektif Gender dalam novel Suti menggunakan Kritik sastra
feminis. Perbedaanya adalah dalam penelitian ini lebih tertuju pada pencitraan
perempuan yang dilihat dari aspek fisik, psikis, keluarga, dan sosial.
Dalam landasan teori ini dipaparkan teori struktural, teori feminis, dan
tersebut seperti tokoh, penokohan dan alur. Teori feminisme dipakai untuk
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
karya sastra secara otonom, karya sastra harus dimaknai dengan melepaskan
(Nurgiyantoro, 2007:37).
Dalam penelitian ini, hanya akan diteliti tokoh dan penokohan sebagai
unsur dalam keseluruhan struktur novel karena fokus penelitian ini hanya pada
citra pada tokoh perempuan. Oleh karena itu, berikut ini dipaparkan teori tokoh
dan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
terutama yang menyangkut jati diri. Adanya identitas jati diri itulah yang
menyebabkan tokoh yang satu berbeda dengan tokoht-tokoh lain. (Lukens, dalam
Nurgiyantoro, 2010:75) tokoh itu sendiri dapat dipahami sebagai seseorang (atau:
membedakannya dengan orang (sosok) lain. lewat kualifikasi mental dan fisik
tokoh cerita dapat tampil dengan bermacam perwatakan, dan selanjutnya dapat
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara
popular disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan
masalah dan juga sebagai penggerak alur. Tokoh penyebab terjadinya konflik
2009: 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
2007 : 165) juga menyatakan, tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan
dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dengan demikian, istilah
kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk
perjuangan dalam rangka mentrasformasikan sistem dan struktur yang tidak adil,
menuju ke sistem yang adil bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan kata lain,
hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial dalam arti tidak melulu
feminisme. Feminis menurut Ratna (2004: 182) berasal dari kata femme (woman),
kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu
dibedakan antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai
hakikat alamiah), masculine dan feminie (sebagai aspek perbedaan psikologis dan
kultural).
sebagai sebuah upaya perlawanan atas berbagai upaya kontrol laki-laki di atas.
penindasan dan eksploitasi tersebut. Salah satu alasan yang mendukung hal ini
Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa feminisme bukan monopoli kaum
diparalelkan begitu saja dengan istilah feminim sebab laki-laki yang feminis pun
ada dan dia tidak harus berperilaku kefeminiman. Akan tetapi, banyaknya feminis
pun alirannya dan di mana pun tempatnya muncul sebagai akibat dari adanya
berbeda dengan perempuan. Perbedaan itu tidak hanya terbatas pada kriteria
orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental (bayangan) visual yang
ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur dasar
Citra wanita ialah semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah
laku keseharian yang terekspresikan oleh wanita (Indonesia). Kata citra wanita
2000:45)
aspeknya yaitu aspek fisis dan psikis sebagai citra diri perempuan serta aspek
Citra wanita dibedakan menjadi dua yaitu citra diri wanita dan citra sosial
wanita. Berikut ini dijabarkan lebih lanjut mengenai citra diri wanita dan citra
sosial wanita.
Citra diri wanita merupakan dunia yang typis, yang khas dengan
segala macam tingkah lakunya. Citra diri wanita merupakan keadaan dan
pandangan wanita yang berasal dari dalam dirinya sendiri, yang meliputi aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
fisik dan aspek psikis (Sugihastuti 2000:112-113). Citra diri wanita terwujud
sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan sendiri atas
sosialnya.
mencapai taraf dewasa. Dalam aspek fisis ini, wanita mengalami hal-hal
yang khas, yang tidak dialami oleh pria, misalnya hanya wanita yang dapat
psikis wanita tidak dapat dipisahkan dari apa yang disebut feminitas.
Aspek psikis wanita saling berpengaruh dengan aspek fisik dan keduanya
untuk menjadi dewasa. Citra diri wanita tidak bisa lepas dari aspek psikis
dan fisik. Adanya perbedaan bentuk fisik antara wanita dan laki-laki
Citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat hubungannya dengan
norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok masyarakat, tempat
luas. Dalam keluarga, misanya wanita berperan sebagai istri, ibu dan sebagai
sosial, yaitu satu dengan lainnya saling berkaitan. Citra sosial wanita juga
merupakan masalah pengalaman diri, seperti dicitrakan dalam citra diri wanita dan
wanita dalam masyarakat atas pengalaman diri itulah maka wanita bersikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
termasuk ke dalam sikapnya terhadap laki-laki. Hal penting yang mengawali citra
Citra wanita dalam aspek sosial dibedakan menjadi dua, yaitu citra wanita
Sebagai wanita dewasa, seperti tercitrakan dari aspek fisik dan psikisnya,
salah satu peran yang menonjol daripadanya adalah peran wanita dalam
Selain peran dalam keluarga citra sosial wanita juga berperan dalam
dengan manusia lain itu dapat bersifat khusus maupun umum tergantung
mengambil bagian dalm keluarga sebagai ibu, kakak, adik, istri, sedangkan
dalam masyarakat wanita tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dari penjelasan diatas bahwa citra wanita terbangun dari berbagai aspek,
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data,
(ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan
citra diri perempuan dan citra sosial perempuan. Data yang akan dikumpulkan
diperoleh dari novel Suti yang terbit tahun 2015. Novel Suti merupakan novel
Judul : Suti
kemudian data dianalisis menggunakan metode analisis isi. Dalam ilmu sosial, isi
manusia. Tetapi dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan,
yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. (Ratna, 2012:48). Dalam
unsur yang terdapat dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono, untuk
hasil analisis data pemaknaan karya sastra yang disajikan secara deskriptif (Ratna,
Penelitian ini dibagi menjadi tiga bab. Sistematika penelitian ini dirinci sebagai
berikut:
dibagi menjadi delapan sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Bab II berisi deskripsi analisis tokoh dan penokohan analisis tokoh dan
penokohan dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. Bab III deskripsi citra
perempuan dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. Baba IV berupa
BAB II
2.1 Pengantar
Pada bab ini peneliti akan membahas struktur novel Suti yang akan
dibatasi pada tokoh dan penokohan. Analisis tokoh dan penokohan digunakan
Novel Suti. Sebagai tokoh utama protagonis, tokoh Suti merupakan tokoh yang
diutamakan ceritanya dan merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, serta
Tokoh Suti hadir dan mendominasi setiap bagian cerita dan peristiwa. Suti
atau yang bernama lengkap Sutini adalah perempuan desa yang tinggal di
pinggiran kota Solo, namun bukan penduduk asli kampung itu. Ia memiliki paras
yang cantik dan cukup menarik. Umurnya masih sekitar belasan tahun. Bisa
dikatakan ia adalah perempuan yang tidak bisa diam, selalu penuh semangat saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
adalah perempuan desa yang tidak peduli dengan perkataan orang lain. Dalam
Suti sempat bersekolah sampai SMP, tetapi setelah itu ibunya tidak
mampu membiayainya lagi. Melihat tingkah laku Suti dan takut menjadi
Sarno. Walaupun ia tahu hubungan gelap ibunya dengan Sarno, Suti tetap
menyayangi ibunya. Setiap kali mendengar candaan ibu dan suaminya, Suti selalu
“Dan tata cara antara mertua dan menantu itu biasanya berakhir
di kamar, dan Suti pura-pura tidak tahu, pura-pura tidak
mendengar. Malah kemudian lenyap meninggalkan rumah”
(Damono, 2015:75).
Karena tidak lagi bersekolah, Suti pun bekerja menjadi pembantu rumah
tangga di rumah Pak Sastro. Semenjak bekerja di rumah Pak Sastro, Suti sudah
dianggap seperti anak mereka. Suti jarang pulang ke rumahnya, kecuali jika
pekerjaannya di rumah Pak Sastro telah selesai. Semakin lama Suti berada di
rumah tersebut ia pun diam-diam mengagumi “prabu kresna” atau Pak Sastro.
Tetapi sebenarnya ia juga sudah jatuh hati pada Kunto, anak dari Pak Sastro.
Namun perasaannya hanya dipendam dalam hati karena Kunto juga tidak
Setelah Kunto pergi ke Jogja untuk berkuliah, dan Bu Sastro yang sering
pergi menjenguk iparnya yang sakit, Suti diberi kepercayaan untuk mengurus
rumah dan juga merawat Pak Sastro yang sakit. Beberapa hari menemani Pak
Sastro, Suti merasakan sesuatu dalam hati dan pikirannya yang membuatnya
semakin dekat dengan “Prabu Kresnonya” itu. Saat itu terjadilah hubungan antara
Suti dan Pak Sastro yang menyebabkan kehamilan Suti. Setelah kejadian tersebut
Suti dibawa pergi oleh ibunya ke Jakarta. Setelah sekian lamanya, Suti kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berhubungan lagi dengan Sarno. Suti akhirnya memilih pulang dan menetap lagi
di Solo.
periang, ia masih belum dewasa, dan menerima apa saja yang menimpanya.
Pikirannya masih terombang-ambing, oleh karena itu ia mudah jatuh cinta, hal itu
dibuktikan dengan hubungannya dengan Pak Sastro hingga memiliki anak. Selain
itu Suti juga selalu menerima semua perlakuan yang seharusnya tidak ia dapatkan
di usianya yang masih muda. Hal itu dibuktikan dengan Suti yang sudah
dinikahkan diusia yang masih belia. Setelah hubungan yang terjadi dengan Pak
Sastro, Suti tidak meminta pertanggungjawaban, tetapi memilih pergi dari desa
bersama ibunya.
Suti. Tokoh Pak Sastro menjadi tokoh antagonis, karena beroposisi dengan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
protagonis, secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik maupun batin
Pak Sastro adalah suami dari Bu Sastro yang bernama asli Sumardi,
sebelum mendapat gelar Sastro. Ia adalah keturunan priyayi, karena dulu ayahnya
adalah menjadi lurah kraton. Ia dikenal sebagai priyayi yang tampan dan
bersahabat. Ia adalah lulusan HIS, sekolah dasar Belanda. Ia bekerja sebagai juru
tulis di Jawatan Pekerjaan Umum. Pak Sastro berserta istrinya bergaul dengan
Pak Sastro cukup keras dalam mendidik kedua anak laki-lakinya. Namun
sayangnya ia kurang dekat dengan anaknya, karena ia sibuk bekerja. Di sisi lain
anaknya kurang menghargai Pak Sastro karena sifatnya yang suka bermain
perempuan. Pernah suatu hari Pak Sastro dipukuli oleh beberapa lelaki, sebab ia
telah bermain dengan istri orang. Tidak hanya dengan perempuan lain, bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pak Sastro juga menyimpan hati pada Suti. Di usianya yang semakin tua, Pak
menuruti nasehat dokter, sehingga kondisinya semakin memburuk. Pak Sastro pun
Dari penjelasan di atas tokoh Pak Sastro adalah pria yang tampan, seorang
perempuan pun mudah jatuh cinta kepadanya. Ia tetap saja bermain perempuan
istri orang, ia juga melampiaskan kebiasaanya tersebut kepada Suti. Hal itu
dibuktikan dengan Suti yang ikut ke Jakarta untuk menemani Pak Sastro. Lama-
kalamaan mereka berdua larut dalam hubungan yang lebih serius antara majikan
dan pembantu. Hal ini cukup mengejutkan pembaca karena Suti yang ia sudah
anggap sebagai anak perempuan, justru hamil anak dari Pak Sastro.
Tokoh tambahan merupakan tokoh yang lebih sedikit muncul dalam cerita
dan tidak terlalu dipentingkan. Kehadirannya hanya jika ada ketekaitannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh tambahan biasanya
177). Berdasarkan analisis, tokoh tambahan dalam novel Suti ini adalah Parni, Bu
Parni adalah ibu dari Suti. Sejak pindah dan membeli rumah di kota Solo
ia hanya tinggal berdua yaitu dengan Suti. Ia sudah menjadi janda karena ditinggal
oleh suaminya. Sampai saat itu tidak ada yang tahu siapa ayah dari Suti. Parni
adalah sosok perempuan yang mudah bergaul dengan siapa pun sehingga ia
memenuhi kebutuhan hidupnya bersama Suti. Biasanya saat pergi mencari kerja
dia menitipkan Suti kepada tetangganya dan sepulang kerja ia selalu membawa
Ia sangat menyayangi Suti, dan menerima Suti dalam keadaan apa pun.
dengan seorang duda bernama Sarno. Ia takut anaknya yang suka bergunjing
tersebut akan menjadi perawan tua. Tetapi niatnya menikahkan Suti dengan Sarno
mempunyai tujuan lain, yaitu agar ia bisa bersama Sarno, karena ia mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
hubungan gelap dengan Sarno yang adalah anak mantunya. Kehidupan kota
anaknya tersebut. Malam itu setelah terjadi perdebatan di rumahnya, beberapa hari
kemudian Parni diam-diam membawa Suti pergi dari desa dan tinggal di Jakarta.
Kepergian mereka tidak diketahui sama sekali oleh tetangga. Di sana mereka
bekerja srabutan untuk bertahan hidup. Ketika Suti memilih untuk pulang ke Solo,
Parni pergi ke Kalimantan bersama laki-laki entah siapa untuk mencari kehidupan
baru.
“Tetangga itu juga bilang bahwa kemarin pagi Suti dan ibunya
tampak diantar Sarno dengan becak” (Damono, 2015:162).
Bu Sastro alias Marwati adalah istri dari Pak Sastro yang juga sama-sama
keluarganya pindah ke pinggiran Solo untuk mencari tempat tinggal yang lebih
nyaman. Semenjak pindah di Solo, Bu Sastro merasa lebih baik, meskipun hanya
memakai senter dan lampu teplok di malam hari. Ia cukup bersahabat dan mudah
berbaur dengan tetangga sekitar. Bu Sastro dikenal baik karena tidak memandang
orang dari status. Bu Sastro juga mempercayai apa yang terjadi di kampung itu
semua atas kehendak Mbah Parmin yang dipercayai sebagai Kiai keramat.
Melihat Suti yang tidak bersekolah dan ulet dalam urusan dapur, Bu Sastro
bukan lagi pembantu rumah tangga, tapi ia sudah menganggap Suti seperti
anaknya sendiri. Bu Sastro sangat menyayangi Suti, karena ia tidak memiliki anak
perempuan. Bu Sastro memiliki dua anak laki-laki, ia sangat dekat dengan kedua
cukup sabar dan pura-pura tidak tahu dengan kelakuan suaminya tersebut. Bahkan
saat mengetahui Suti mempunyai hubungan dengan suaminya, ia tetap saja diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sedikitpun.
saudara iparnya. Bahkan saat suaminya sedang sakit ia malah meminta Suti yang
merawat dan menemani Pak Sastro. Namun kepergian Suti cukup membuat Bu
Sastro kaget dan merasa terpukul. Setelah anaknya Kunto menikah, Bu Sastro
kembali ke Solo bersama Dewo. Di sana ia dipertemukan lagi dengan Suti dan
Nur (anak dari hubungan Suti dan Pak Sastro). Ia merasa sangat bahagia karena
memiliki sifat yang tenang dan penyayang. Ia percaya bahwa semua yang terjadi
sudah dikehendaki Mbah Parmin. Hal itu dibuktikan dengan sikapnya yang tetap
Bahkan saat ia melihat kedekatan suaminya dengan Suti, ia tetap diam dan
mengijinkan Suti merawat dan menemani suaminya yang sakit pada saat itu. Bu
Tomblok alias Pariyem adalah sahabat Suti sejak kecil. Dari kecil
dengan para tetangga pun cukup akrab karena ia dikenal suka mengabarkan
sesuatu atau bergosipyang diterima baik oleh para warga yang tidak memiliki
sehingga berita tersebut tersebar luas. Tomblok sangat cepat mengetahui kabar
terbaru di desanya. Tomblok dan Suti biasa bergunjing saat mencuci pakaian
ataupun menimba air di sumur. Ia cukup tahu semua masalah yang menimpa Suti,
temasuk hubungan gelap Ibu Suti dengan Sarno. Sebagai sahabat, Tomblok sangat
menyayangi Suti dan selalu mendengar keluh kesah Suti. Setelah Suti pergi ke
rumah bu Sastro menggantikan Suti. Tomblok cukup banyak tau cerita tentang
keluarga Den Sastro. Semakin hari Tomblok semakin merasa nyaman bekerja di
cukup penting. Ketika Suti pergi dari kampung tersebut Tomblok tidak ikut-ikutan
hidupnya sama dengan Suti, masih memiliki pemikiran yang belum dewasa,
sahabat baik Suti, ia selalu mendukung dan menasehat apapun yang dilakukan
Suti. Tomblok juga diajak bekerja di rumah Bu Sastro karena waktu itu Suti harus
mengurus rumah sehingga ia makin dekat dan cukup tahu tentang keluarga Sastro.
Kunto adalah anak sulung dari Pak Sastro dan Bu Sastro. Ia dikenal
sebagai anak yang penurut serta disayang banyak guru di sekolah. Setelah tamat
Yogyakarta. Ia ke sana diantar oleh ibunya dan juga Suti. Setelah lulus kuliah
Kunto mendapatkan pekerjaan dan juga mendapat calon istri. Ia anak penurut dan
tenang, serta tidak pernah mau mencampuri urusan orang lain. ia lebih memilih
ayahnya selingkuh. Namun Kunto hanya bisa diam dan menahan perasaanya
Suti di rumahnya, Kunto mulai menyimpan rasa suka pada Suti, namun ia lebih
memilih menganggap Suti sebagai adiknya, karena Suti juga adalah istri orang. Ia
pun tidak terlalu mementingkan wanita, bisa dibilang ia memiliki rasa tidak peka
bernama Sarah, dan akhirnya menikah di Surabaya. Berat bagi Kunto untuk
yang pikirannya dewasa dan tidak suka mencari masalah. Kunto adalah tipe lelaki
yang tidak begitu mementingkan/ memberi perhatian pada wanita. Tapi saat
Suti adalah istri orang. Walaupun telah menikah, jauh dalam hatinya masih
mengingat Suti.
cukup tampan, namun tidak dengan tingkah lakunya. Dewo dikenal sebagai anak
yang sering tahan kelas, bukan karena bodoh tetapi karena selalu membantah
guru. Tidak hanya di sekolah, di rumah pun ia sering bertengkar dengan ayahnya.
Dewo juga bergaul dengan berandalan desa yang tidak bersekolah, itulah yang
semua itu, akhirnya ia pun berbicara soal ayahnya kepada ibunya. Kali ini tidak
Pada akhirnya setelah Kunto menikah, Dewo memilih bekerja di Solo sekaligus
ingin menemani ibunya, karena kakaknya Kunto tinggal dan bekerja di Surabaya.
tokoh yang digambarkan sebagai tokoh yang berani melawan. Ia cukup keras
menyayangi ibunya dan merasa bersalah atas perbuatan ayahnya kepada ibunya.
Sarno adalah suami dari Suti. Ia adalah seorang duda. Sarno menikahi Suti
memilki anak. Sarno adalah pekerja srabutan. Ia pekerja keras dan apapun
pekerjaan itu ia lakukan dengan semangat. Namun karena sering bekerja diluar ia
jarang memilki waktu dengan Suti, bahkan ia sering mendengar kabar miring
tentang istrinya. Namun dibiarkanya saja, pikirnya karena Suti kesepian ditinggal
suami.
Lama kelamaan Sarno pun menjalin hubungan dengan Parni yaitu ibu dari
Suti. Hal itu terjadi karena mereka berdua sama-sama kesepian. Sarno kesepian
ditinggal Suti bekerja di rumah Pak Sastro. Namun hubungannya dengan Parni
hanya untuk kesenangan belaka, pada akhirnya Parni meninggalkan Sarno saat
apapun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Di sisi lain ia adalah lelaki
yang tidak banyak omong, dan hanya diam mendengar kabar istrinya Suti berbuat
hal buruk.
2.3 Rangkuman
tokoh dan penokohan. Tokoh-tokoh dalam novel Suti adalah Suti, Tomblok, Parni,
Sarno, Pak Sastro, Bu Sastro, Kunto, dan Dewo. Dalam tokoh dan penokohan,
menjadi dewasa. Diusianya yang masih muda ia dikawinkan dengan seorang duda
bernama Sarno. Sarno mengawini Suti semata-mata karena ingin memiliki anak,
menjalin hubungan dengan Parni, namun Suti lebih memilih untuk tidak
bagian dari keluarga itu. Ia tidak lagi dianggap pembantu,tapi sudah diangkat
menjadi anak oleh Bu Sastro. Di usianya yang masih muda Suti memiiki rasa suka
pada lelaki yang ditunjukan pada Kunto. Tidak hanya Kunto, sejak awal Suti juga
sudah mengagumi Pak Sastro. Hingga ia mengalami hubungan serius dengan Pak
Sastro dan memiliki anak. Parni ibu Suti tidak pernah mempermasalahkan sifat
anaknya itu. Ia sangat sayang pada Suti, dan juga sudah mempercayai keluarga
Sastro untuk merawat Suti. Saat mengetahui Suti hamil, Parni membawa Suti
pergi dari Desa Tungkal dan tinggal di Jakarta sambil bekerja. Parni tidak kembali
Tomblok adalah sahabat Suti dari kecil dan di sebut-sebut sebagai burung
penyebar berita. Ia juga bekerja membantu keluarga Sastro saat Suti sedang
sebagai wanita yang kuat dan tangguh. Ia tidak sama sekali tidak pernah
masih merasa bersalah karena belum bisa memberikan anak perempuan. Tokoh
Kunto dan Dewo juga diceritakan sebagai anak lelaki yang patuh hanya dengan
ibu mereka. Kedua lelaki ini yang selalu menguatkan Bu Sastro sekaligus siap
melindungi.
cukup berat, apalagi pada tokoh perempuan. Tokoh perempuan yang diceritakan
adalah perempuan yang mudah jatuh cinta, perempuan yang tidak begitu
dari mereka menyadari serta saling menerima satu sama lain dan hidup bersama
lagi.
Dari analisis tokoh dan penokohan di atas terlihat adanya citra dan peran
perempuan yang sangat kuat pada novel Suti. Citra tersebut akan dijelaskan pada
bab III. Pada bab III akan dideskripsikan citra perempun yang meliputi aspek
BAB III
3.1 Pengantar
Dalam bab III akan dibahas mengenai gambaran citra perempuan terhadap
tokoh perempuan yang terdapat dalam novel Suti. Gambaran citra perempuan ini
meliputi citra diri wanita dan citra sosial wanita. Citra diri wanita dibagi menjadi
citra fisik dan psikis. Citra sosial wanita dibagi menjadi citra wanita dalam
dipaparkan citra diri wanita dari aspek fisis dan aspek psikis.
dalam fisik wanita dewasa. Aspek fisis wanita dewasa ini terkongkretkan dari ciri-
ciri fisk wanita dewasa, misalnya pecahnya selaput darah, melahirkan dan
perempuan cantik, dan cukup untuk menarik banyak orang. Namun, aspek fisik
perempuan yang dapat hamil, melahirkan, dan menyusui. Tokoh Suti diceritakan
memiliki seorang anak perempuan. Namun itu bukan hasil hubungannya dengan
dibawa pergi ibunya ke Jakarta untuk tinggal beberapa bulan di sana sekaligus
menjauh dari tetangga mereka. Di sana Suti dan ibunya bekerja srabutan untuk
Suti akhirnya kembali ke Solo bersama Nur (anak dari hasil hubungannya dengan
kapan Suti melahirkan, dan bagaimana ia merawat anaknya Nur, tetapi dengan
adanya anak tersebut membuktikan bahwa Suti pernah hamil, melahirkan, dan
menyusui anak. Beberapa tokoh perempuan lainnya seperti Parni dan Bu Sastro
juga dicitrakan bahwa mereka telah memiliki anak. Tidak diceritakan kapan
mereka membuktikan bahwa tokoh Parni dan Bu Sastro pernah hamil, melahirkan,
menyusui serta merawat anak mereka. Sedangkan tokoh Tomblok memang belum
Wanita sebagai makhluk individu, selain terbentuk dari aspek fisis, juga
terbangun oleh aspek psikis. Ditinjau dari aspek pisiknya wanita juga mahkluk
Tokoh Suti dilihat dari aspek psikis adalah perempuan yang memiliki
perasaan untuk merasakan keadaan dalam dirinya ataupun di luar dirinya yaitu
merasakan gejolak dalam hatinya. Setelah menikah dengan Sarno Suti tidak begitu
banyak menaruh harapan pada Sarno karena ia tahu hubungan Sarno dengan
ibunya. Bisa dikatakan Suti ingin bercerai namun ia memikirkan ibunya. Karena
diusianya yang masih muda (masih labil) Suti memiliki perasaan suka kepada
laki-laki lain. Ia menaruh hati pada Kunto anak dari Pak Sastro. Namun
perasaanya seolah-olah digantung oleh Kunto, sehingga Suti pun jatuh hati
kepada Pak Sastro. Selain itu semenjak tahu dirinya sedang mengadung Suti
menghadapinya dengan tenang. Ia pergi dari desa dan bertahan hidup di Jakarta
siapapun melainkan pergi untuk sementara waktu, dan kembali lagi membawa
memiliki sifat yang cukup tangguh. Perempuan yang tidak memandang rendah
orang lain ini digambarkan sebagai sosok yang kuat dan sabar. Sabar menghadapi
Pak Sastro melakukan hal tersebut untuk mendapatkan anak perempuan. Bahkan
tidak tahu dan hanya bisa dia. Ia tetap menyuruh Suti untuk merawat dan
menemani Pak Sastro saat suaminya sakit. Ia membiarkan Suti menemani Pak
Sastro karena sudah menganggap seperti ankanya sendiri dan ia menyayangi Suti.
Bahkan setelah kepulangan Suti ke Solo bersama seorang anak Bu Sastro merasa
bahagia dan menganggap anak tersebut adalah cucunya. Hal ini dapat dilihat
Selain tokoh Suti dan Bu Sastro, ada tokoh lain yaitu Parni. Parni adalah
ibu Suti. Sejak ditinggalkan oleh suaminya Parni mencari kerja apapun untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Ia sosok yang kuat bekerja dan tidak begitu
mengharapkan lelaki untuk memberi nafkah. Parni sering digunjing atau digosip
oleh warga desa salah satunya karena ia tidak memiliki suami saat membawa Suti
ke desa. Selain itu juga Parni yang berselingkuh dengan mantunya Sarno yang
semacam itu karena sudah terbiasa dengan kehidupan kota yang keras. Ia
menganggap hal tersebut hal biasa dan untuk menghilangkan rasa kesepiannya.
Parni juga tidak begitu mengkhawatirkan Suti semenjak anak tersebut bekerja di
keluarga Sastro. Waktu itu saat mengetahui Suti hamil, mereka sempat bertengkar
dan akhirnya ia membawa Suti pergi dari kampung agar semunya teratasi.
Tokoh lain yang juga berperan dalam cerita di novel Suti yaitu Tomblok.
Dari aspek pskis Tomblok digambarkan sebagai seorang sahabat yang sangat
cerewet apalagi dalam urusan bergosip. Meskipun suka bergosip ia tetap yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menjaga nama baik Suti. Sejak kecil ia selalu bersama dengan Suti dan biasanya
aktivitas mereka berakhir dengan membicarakan suatu hal yang sedang terjadi di
desa mereka. Saat ia mulai bekerja di rumah Bu Sastro, ia sama sekali tidak
berpikir akan menggantikan posisi Suti. Tidak pernah ada sedikit rasa iri kepada
Suti. Rasa sayangnya kepada Suti tidak pernah berubah, saat Suti pergi dari desa
dan kembali lagi ke desa, Tomblok selalu menerimanya dengan senang hati
perempuan terbangun dari aspek fisik dan aspek psikis. Dalam aspek fisik
yang mengalami kehamilan tidak harus mereka yang sudah cukup umur, buktinya
hamil. Dalam aspek psikis perempuan kelas atas dicitrakan sabar dalam hal
menghadapi kelakuan suami yang kuat berselingkuh, kuat sebagai seorang istri
dan untuk anak-anak mereka, untuk perempuan kelas bawah dicitrakan mudah
untuk jatuh cinta dengan orang lain dan juga malas tahu dengan gunjingan (gosip)
Citra wanita dalam aspek sosial disederhanakan ke dalam dua peran, yaitu
peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran ialah
bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku
pekerjaan rumah tangga yang dianggap sebagai tetek bengek, menjadi tanggung
yang cukup aktif mengurus pekerjaan dalam rumah tangganya. Bu Sastro sangat
suka memasak, apalagi memasak dengan bara kayu. Selain memasak ia juga harus
mengurus pekarangan rumah yang cukup luas. Ia juga berperan sebagai seorang
ibu yang harus mampu mendidik kedua anak lelakinya. Dalam hal mendidik Bu
Sastro memang kewalahan mengatasi anaknya yang bontot karena keras kepala,
tetapi pelan-pelan hal itu bisa teratasi. Sebagai seorang istri Bu Sastro selalu
mereka pindah ke desa yang belum tersedia listrik tersebut, ia tidak menyesal
justru malah menemukan rumah yang sebenarnya. Ia bisa mengurus teplok dan
lampu senter untuk penerangan di malam hari. Bahkan ketika Pak Sastro sedang
sakit, ia tidak bisa menemani Pak Sastro katanya tidak bisa meninggalkan rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tokoh lain yang memiliki peranan dalam keluarga yaitu Parni. Parni
mudah mendapatkan pekerjaan. Saat Suti masih kecil Parni menitipkannya saja
untuk mendapatkan uang. Melihat anaknya yang bertumbuh semakin pintar dan
suka bicara aneh-aneh, Parni memilih untuk menikahkan Suti dengan Sarno.
Walaupun Sarno sudah bekerja dan bisa menafkahi mereka, Parni tetap saja
bekerja untuk menafkahi Suti. Ia tidak begitu tergantung pada Sarno. Pernyataan
kerjakan mulai dari memasak hingga mencuci karena memang itu pekerjaan yang
sering dilakukannya.
2000:142)
dikenal karena kebaikannya yang tidak pernah memikirkan kasta atau kekayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang selama ini ditakuti oleh warga desa. Dengan keberaniaanya yang besar ia
membela warga desa yang selama ini takut dengan Bu Mayor (janda tentara yang
tidak disukai warga), apalagi dengan anjing Bu Mayor yang suka menakuti warga
desa. Bu Sastro juga dianggap teladan warga desa karena Ia merawat kuburan
Mbah Parmin (kiai keramat dan dipercaya oleh warga desa). Berkat dirinya yang
selalu merawat kuburan Mbah Parmin, akhirnya banyak orang-orang yang mau
para warga ikut mempercayai bahwa Mbah Parmin cukup berpengaruh pada
Suti juga mengambil peran dalam lingkungan sosial atau masyarakat yaitu
Walaupun hanya bekerja sebagai rumah tangga yang memang wajib dilakukan
hanya seorang pembantu, tapi sudah dianggap anak oleh Bu Sastro. Walaupun
hanyalah anak angkat, Bu Sastro merasa telah memilih anak perempuan. Selain itu
dengan keberadaan Suti di rumah itu, Bu Sastro merasa anaknya Kunto sudah
mulai menunjukan perasaan kepada perempuan. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
dikenal sebagai perempuan yang suka menyebarkan kabar burung atau bergosip.
Berita baru apapun itu akan cepat diketahui oleh Tomblok. Tomblok
menafsirkan jauh dari apa yang Tomblok katakana. Apalagi semenjak ia bekerja
keluarga itu atau hal lainnya akan di dipercaya oleh mereka. Ia juga bercerita
bahwa Mbah Parmin dan Bu Sastro mempunyai hubungan, mendengar itu warga
aspek sosial dilihat dari peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam
kebutuhan ekonomi keluarga. Mereka dapat bekerja sendiri dan tidak bergantung
pada lelaki (suami) untuk dinafkahi. Sedangkan perempuan kelas atas bergantung
berani membela warga desa yang selama ini dianggap remeh oleh Bu Mayor,
setelah kejadian itu Bu Mayor tidak pernah lagi muncul. Sedangkan perempuan
pembantu rumah tangga, yang ternyata itu adalah perluasan dari pekerjaan
domestik rumah tangga dalam artian pekerjaan umum yang memang harus
3.4 Rangkuman
Pada bab III ini telah dianalisis citra perempuan yang terdapat dalam novel
Suti. Citra perempuan yang dianalisis pada bab ini meliputi, citra diri perempuan
Citra diri perempuan tersebut akan di analisis aspek fisik dan psikis. Dari
aspek fisik perempuan ini tidak dilihat dari segi bentuk wajah atapun bentuk tubuh
menyusui. Dari aspek fisik ini tokoh Suti digambarkan sebagai perempuan muda
yang memiliki anak bukan dari suaminya, melainkan hubungannya dengan laki-
laki lain (Pak Sastro). Walaupun tidak diceritakan secara detail kapan Suti hamil
dan melahirkan, tetapi dengan adanya anak yang bernama Nur itu jelas
Dari aspek pskis ini keempat tokoh perempuan yaitu Suti, Bu Sastro, Parni dan
masalah. Tokoh Bu Sastro adalah perempuan yang kuat, sabar. Tokoh Suti
digambarkan sebagai perempuan yang malas tahu dan cuek dengan perkataan
orang lain, serta mudah jatuh cinta sama seperti ibunya. Sedangkan Tomblok
digambarkan sebagai perempuan yang memiiliki sifat sedikit sama dengan Suti,
hanya saja ia tidak begitu sibuk dengan urusan percintaan. Dengan sikap cuek,
malas tahu dan memiliki pikiran dewasa, keempat tokoh perempuan ini berusaha
Citra sosial wanita dibagi menjadi citra perempuan dalam keluarga dan
masyarakat. Citra sosial dalam keluarga dilihat dari bagaimana perempuan itu
berperan dalam keluarganya baik urusan rumah tangga, hingga mengurus anak.
Tokoh perempuan yang dilihat dalam aspek keluarga ini digambarkan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
perempuan yang dapat mengurus urusan rumah tangga, yang bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini menunjukan bahwa pada waktu itu
kebutuhan ekonomi serta tidak begitu tergantung pada laki-laki untuk memberi
nafkah.
itu citra perempuan dalam masyarakat dilihat dari bagaimanakah peran perempuan
tersebut bagi orang lain. Semua tokoh perempuan ini cukup berperan dalam
masyarakat, namun hanya ada beberapa yang dapat membangun hubungan dengan
orang lain dan berpengaruh, serta berguna bagi orang lain. Hal tersebut
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada bab II telah dibahas mengenai tokoh dan penokohan dalam novel
Suti. Tokoh dalam novel ini dibagi menjadi tiga yaitu tokoh protagonis, tokoh
antagonis, dan tokoh tambahan. Tokoh utama protagonis adalah Suti. Tokoh
utama antagonis adalah Pak Sastro. Ketigannya menjadi tokoh utama karena
sering muncul dan menjadi penggerak alur. Tokoh Suti menjadi tokoh protagonis
karena ia adalah tokoh yang paling banyak diceritakan, ia juga merupakan tokoh
bergaul, suka bergunjing, dan malas tahu. Hal ini dibuktikan dengan sikapnya
yang tidak peduli dengan omongan orang lain tentang dirinya. Selain itu ia mudah
jatuh cinta, sehingga ia pun bimbang dengan perasaanya. Tokoh Pak Sastro
digambarkan sebagai tokoh yang berparas tampan dan baik. Walaupun suka
Tokoh tambahan dalam novel Suti merupakan tokoh yang lebih sedikit
muncul dalam cerita dan tidak terlalu dipentingkan. Kehadirannya hanya jika ada
Tokoh tambahan dalam novel ini diantaranya adalah Bu Sastro, Parni, Tomblok,
Sarno, Dewo dan Kunto. Tokoh Bu Sastro digambarkan sebagai tokoh yang kuat
dan sabar dalam mempertahankan rumah tangganya dengan Pak Sastro. tokoh
Parni digambarkan sebagai tokoh yang malas tahu, namun yang rajin bekerja dan
tidak bergantung pada lelaki. Tokoh Tomblok digambarkan sebagai tokoh yang
yang suka bergunjing, rajin bekerja, dan ia juga menyayangi Suti. Tokoh Sarno
memilih diam dan lebih baik bekerja. Tokoh Kunto digambarkan sebagai tokoh
yang penurut dan bersikap dingin kepada perempuan, namun kehadiran Suti
membuatnya berubah. Tokoh Dewo digambarkan sebagai tokoh yang keras kepala
dan bandel, namun akhirnya ia berubah menjadi lebih dewasa dan paling
menyayangi ibunnya.
Pada bab III dijelaskan mengenai citra perempuan yang terdapat pada
novel Suti. Citra perempuan dalam novel ini meliputi citra diri wanita dan citra
sosial wanita. Citra wanita tersebut mengungkap citraan perempuan yang terdapat
dalam novel Suti. Citra perempuan diri perempuan meliputi aspek fisik dan psikis,
sedangkan citra sosial perempuan meliputi peran perempuan dalam keluarga dan
masyarakat.
Citra tokoh Suti dari aspek fisik menggambarkan perempuan muda yang
perempuan lain seperti Bu Satro dan Parni juga digambarkan telah memilki anak
Tomblok tidak digambarkan dari aspek fisik karena belum pernah mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kehamilan. Dari aspek psikis tokoh Suti digambarkan sebagai perempuan yang
mudah jatuh cinta kepada lelaki, yaitu juga ia memiliki sifat yang malas tahu
yang kuat dan sabar dalam menghadapi suaminya yang suka berselingkuh. Tokoh
Parni digambarkan sebagai perempuan yang malas tahu (cuek) dengan omongan
orang tentang hubungannya dengan Sarno maupun tentang siapa ayah Suti, karena
perempuan yang suka bergosip tentang suatu yang terjadi di desa mereka, ia juga
seorang ibu, ia berusaha mendidik kedua anaknya agar tidak membenci ayah
mereka. Ia juga memberi dorongan pada anaknya agar terus bersekolah. Tokoh
Parni digambarkan sebagai seorang ibu yang rajin bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, dan tidak bergantung pada lelaki. Sebagai seorang ibu ia
juga memikirkan masa depan Suti, karena takut jika kelak Suti akan menjadi
sebagai anak yang rajin bekerja diusianya yang masih muda untuk dapat
kabar burung. Apapun yang dikatakan Tomblok selalu dipercaya oleh mereka.
Dapat disimpulkan dari citraan tersebut, citra diri perempuan dari aspek
fisik yang tergambar dalam novel Suti adalah perempuan yang mengalami
kehamilan, melahirkan dan merawat anak. Citra diri dari aspek psikis dibedakan
menjadi perempuan kelas atas dan kelas bawah. Perempuan kelas atas
digambarkan bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga dan menerima apa
mudah jatuh cinta dan mudah berselingkuh. Citra sosial perempuan juga
dibedakan menjadi perempuan kelas atas dan kelas bawah. Perempuan kelas atas
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa novel Suti juga bersifat
patriarki. Novel ini masih mempertahankan stereotipe antara perempuan dan laki-
4.3 Saran
diri wanita dan citra sosial wanita telah dianalisis dalam karya ilmiah ini. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
peneliti selanjutnya, novel ini masih dapat diteliti lebih dalam dengan
menggunakan teori yang sama, dengan lingkup kajian struktural yang lebih luas
seperti latar dan alur. Dapat juga menggunakan budaya patriarki sebagai bahan
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Rahman 2017. “Perspektif Gender dalam Suti karya Sapardi Djoko
Darmono: Tinjauan Feminisme Sastra dan Implementasinya pada
Pembelajarannya Sastra di SMA”. Universitas, Muhammdiyah, Surakarta
Dagun, Save M. 1992. Maskulin dan Feminin: Pria dan Wanita Dalam
Fisiologi, Psikologi, Seksual, Karier dan Masa Depan. Jakarta: Rineka
Cipta
Indah, Silvia Arma 2013. Citra Tokoh Perempuan dalam Novel Tanah Tabu
karya Anindita S. Thayf : Kajian Sastra Feminis, dalam thesis UNMED
Istanti, Syska. 2012 “Citra Perempuan dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya
Habiburrahman El Shiraz: Tinjauan Kritik Sastra Feminis, Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ratna, Nyoman Kutha 2012. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugihastuti dan Suharto 2010. Kritik Sastra Feminisme, Teori dan Aplikasinya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Teeuw, A . 1984 . Sastra Dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra : Pustaka
Jaya
Utami, Winanti Sekar 2016. “Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan
Karakter dalam Novel Suti karya Sapardi Djoko Darmono serta
Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA”. Universitas:
Sebelas Maret
Yuliastuti, Fitri 2005. Citra Perempuan Dalam Novel Hayuri karya Maria Etty.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
LAMPIRAN
Sinopsis Suti
Suti adalah perempuan muda yang tidak bisa diam, dia selalu penuh
semangat suka mencoba segala sesuatu yang baru dan tidak malu untuk
melakukan apa saja. karena tidak ingin menjadi gunjingan orang, Ibu Suti, Parni
lantas menikahkannya dengan Sarno, seorang pekerja srabutan dan duda yang
usianya jauh diatas Suti. Parni menganggap usia Suti yang terbilang masih muda
tersebut sudah pantas untuk menikah. Suti mempunyai tetangga sekaligus sahabat
cerita, biasanya tentang gossip yang sedang hangat dilingkungan mereka. Asalah
sebuah desa di pinggiran kota Solo yang belum tersentuh rencana pembangunan
kota, sebuah desa yang masih murni dan harga tanah masih murah. Tempat
tinggal mereka tidak jauh dari makam Mbah Parmin, sebuah makam yang keramat
dan sering didatangi peziarah dari kota lain. Bersama istri dan kedua putranya,
Den Sastro langsung menjadi sorotan, terlebih mereka juga membuat sumur.
Hanya orang-orang kaya yang bisa membuat sumur pada jaman dahulu, terlebih
sumur jenis kerekan. Suti yang bisa melakukan apa saja sering diminta bantuan
mengurus rumah keluarga Den Sastro, yang lama-lama menjadi pekerja tetap, Suti
Suti sangat mengagumi Den Sastro, lelaki mantan abdi dalam Kasunanan
tersebut bagi Suti seperti Prabu Kresna, dia peuh wibawa. Sedangkan Bu Sastro
sendiri bagi Suti sudah seperti panutan, dia adalah seorang istri yang sangat
berbakti pada suaminya. Kunto, anak pertama, sangat dekat dengan Suti, bahkan
kepada temannya, mereka sering bertengkar dan mengejek, tapi kedekatan mereka
tidak hanya sebagai majikan dan pelayan. Kemudian ada Dewo, sang ksatria
kebon tebu, dia sangat bertolak belakang dengan kakaknya yang pendiam, dia
adalah pemberontak, dia jago berkelahi bahkan ditakuti berandalan di desa. Dewo
juga tidak pernah cocok dengan ayahnya, namun demikian dia sangat menyayangi