Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset
tetap bila:
(a) besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa akan datang yang
berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan
(b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Sifat pertama dari aset tetap tersebut yang membedakan aset tetap dari persediaan
barang dagangan. Misalnya mobil yang dimiliki PT. Astra sebagai produsen mobil, hash
produksi/rakitan yang berupa mobil untuk dijual harus digolongkan sebagai persediaan
barang dagangan (inventory), sedangkan mobil yang dipakai untuk antar jemput pegawai,
digunakan oleh direksi dan Para manajer perusahaan harus digolongkan sebagai aset tetap.
Sifat kedua dari aset tetap, merupakan salah satu alasan mengapa aset tetap harus
disusutkan. Biaya penyusutan merupakan alokasi dari biaya penggunaan aset tetap selama
masa manfaatnya, secara sistematis dan teratur (menggunakan metode tertentu yang
diterapkan secara konsisten).
Sifat ketiga merupakan salah satu alasan mengapa setiap perusahaan harus
mempunyai kebijakan kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure dan
revenues expenditure.
Capital expenditure adalah suatu pengeluaran modal yang jumlahnya material dan
mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Revenue expenditure adalah suatu pengeluaran
yang jumlahnya tidak material walaupun masa manfaatnya mungkin lebih dari satu tahun.
Selain itu Revenue Expenditure merupakan pengeluaran yang diiakukan perusahaan dalam
rangka menghasilkan pendapatan dan dibebankan ke dalam iaba rugi pada saat terjadinya
beban tersebut.
Misalnya pernbelian mesin tik, meja tulis yang harga per unitnya kurang dari Rp.
500.000,- bagi perusahaan yang besar (misalkan Pertamina) akan merupakan revenue
expenditure, tetapi bagi perusahaan yang kecil (misal kantor akuntan kecil) akan
merupakan capital expenditure.