Bab I-Daftar Pustaka
Bab I-Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
handal dan mampu berkompetensi. Selain itu proses pendidikan dalam sistem
sebagai pembentuk sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Berhasil atau
berlangsung.
yang harus dikuasai oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika, karena
1
2
komunikasi siswa rendah. Siswa hanya biasa mengerjakan soal yang dituntut
yaitu:1
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah matematika. Oleh
sebab itu, rendahnya kemampuan matematika bisa jadi salah satu penyebab siswa
Kemampuan komunikasi matematis siswa saat ini kurang terlihat, hal ini
biasanya terjadi pada saat siswa menjawab soal yang diberikan guru. Siswa hanya
mampu menjawab soal dengan benar tanpa memberi alasan jawaban yang logis,
1
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), 2013,
hal. 140 , (http://ebookbrowsee.net/buku-standar-isi-SMP-pdf-694762883)[diakses pada 5 Januari
2016].
3
dengan Cai ‘it is so rare for students to provide explanation in mathematics class,
bahwa akibat dari jarangnya para siswa dituntut untuk memberikan penjelasan
mengejutkan bagi siswa jika diminta untuk memberikan alasan atas jawabannya.2
peneliti dengan salah satu Guru bidang studi matematika berinisial “MA” kelas
VIII terungkap bahwa siswa masih kurang baik dalam melakukan komunikasi,
baik komunikasi melalui lisan atau tulisan. Siswa kesulitan untuk mengungkapkan
pendapatnya, walaupun sebenarnya ide dan gagasan sudah ada di pikiran mereka.
ulangan harian mata pelajaran matematika sebanyak 28 orang hanya sekitar 60%
dari jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar, yaitu dengan nilai
KKM 65,0. Dengan nilai tertinggi 83, nilai terendah 37, dan nilai rata-rata 67,5.3
2
Wahid Umar, “Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran
Matematika”, Jurnal Ilmiah Program studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, 2012,
hal. 3.
3
Berdasarkan Nilai Ujian Akhir dan Harian semester gasal siswa SMPN 4 Kota Langsa
yang diberikan guru kepada penulis pada tanggal 5 Mei 2015.
4
yang lain. Siswa yang punya kemampuan komunikasi matematis yang baik bisa
membuat representasi yang beragam, hal ini lebih memudahkan siswa dalam
seorang guru dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
materi dengan baik. Hal ini pastinya dapat mempengaruhi hasil belajar atau
prestasi siswa. Siswa yang kurang mampu memahami suatu materi pembelajaran,
Maka Siswa tersebut juga kurang mampu dalam mengerjakan evaluasi belajar
pembelajaran kooperatif yang di mulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir dan
4
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMPN 4 Langsa pada tanggal 5 Mei 2015.
5
pembelajaran yang ada dipadukan dengan alat peraga berupa kartu soal. Kartu
soal atau dikenal index card match merupakan pengulangan (peninjauan kembali)
materi, sehingga siswa dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya.
Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk menguasai dan memahami konsep
melalui pencarian kartu indeks, di mana kartu indeks terdiri dari dua bagian yaitu
kartu soal dan kartu jawaban. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
memperoleh satu buah kartu. Dalam hal ini siswa diminta mencari pasangan dari
kartu yang diperolehnya. Siswa yang mendapat kartu soal mencari siswa yang
matematika.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih dalam,
ini adalah materi pembelajaran yaitu persamaan garis lurus dikarenakan materi ini
5
Matinis Yasmin dan Bansu I Anshari. Tak tik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta:Gaung Persadana Press, 2008, hal 84.
6
diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik
secara benar.
C. Rumusan Masalah
soal?
D. Tujuan penelitian
E. Manfaat Penelitian
bagi guru untuk selektif dan kreatif dalam mengemas pembelajaran yang
2. Bagi siswa dapat memberikan motivasi agar lebih tertarik dan mau
F. Definisi Operasional
a. Model Pembelajaran
yang di mulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir dan berdialog dengan diri
8
sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara membagi ide dengan teman
c. Kartu Soal
Kartu soal merupakan media pembelajaran berupa alat peraga kartu soal
yang dikenal dengan Index card match berperan aktif dalam memberikan
menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
simbol, idea, atau model matematik secara lisan atau tulisan; (2) menjelaskan
suatu situasi, ide secara tulisan dengan gambar, grafik atau diagram.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
Belajar merupakan kegiatan yang memiliki proses dan belajar adalah unsur
yang sangat penting fundamental dalam setiap penyelanggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di
Maka, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,
bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidika khususnya para
belajar dan hal-hal yang yang berkaitan dengannya akan berakibat kurangnya
mencari kebenaran dan cara menuju kearah yang lebih baik. Proses pencarian ini
dapat melalui diri sendiri atau dengan bantuan orang lain. Manusia belajar dengan
melihat kejadian alam sekitarnya. Manusia dapat membantu manusia yang lain
dalam memahami kejadian fenomena alam sehingga terjadi proses belajar dan
informasi atau materi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang
9
10
memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang terlihat pada latihan
Untuk mengukur belajar, kita amati perilaku makhluk hidup sebelum dan
sesudah diberi suatu perlakuan atau pengalaman tertentu. Jika ada perubahan
perilaku, berarti makhluk hidup tersebut itu telah belajar. Menurut Hilgard dan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
Menurut Zamroni
dan siswa yang nampak sederhana pada hakekatnya bersifat kompleks karena
melibatkan pikiran, emosi, imajinasi, dan sikap yang berinteraksi secara simultan.
siswa tidaklah stabil dan tidak dapat ditebak. Dengan demikian hasil dari
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
6
Ngalim Purwanto M. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
7
Zamroni. 2007. Meningkatakan Mutu Sekolah: Teori, stategi dan Prosedur.Jakarta:
PSAP, hal. 70.
11
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
dengan jumlah yang banyak dan terbagi ke dalam beberapa bidang, yaitu aljabar,
disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berupa ide yang memerlukan
dan melibatkan siswa berdasarkan kurikulum dengan segala interaksi dan proses
komunikasi di dalamnya dengan tujuan untuk melatih cara berpikir dan bernalar
8
Tim MKPBM, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jawa Barat:
UPI Bandung, hal. 18.
9
Anita, sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
12
B. Komunikasi Matematis
cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan
untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun
bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami
10
Qahar, abu. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis untuk Siswa SMP.
LSM XIX Lomba Seminar Matematika.2013. ISBN : 978-979-17763-3-2. hal.46
13
11
Mahmudi, Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPMIPA UNHALU,
Vol. 8, No. 1, 2009. ISSN 1412-2318, hal. 2
12
Ibid, hal.2.
13
Ibid, hal.3.
14
berikut :14
berikut :15
14
Sudi Prayitno, dkk., Indentifikasi Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang Pada Tiap-Tiap Jenjangnya, Jurnal KNPM V,
2013, hal. 384.
15
Ibid, hal. 384
15
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan
hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan,
sistem sosial yang diharapkan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem
16
M. Ibrahim, Model-model Pembelajaran, (Surabaya:university press, 2000), hal. 2
16
oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam
akhirnya melalui forum diskusi tersebut siswa dapat menuliskan kembali hasil
pemikirannya. Aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis adalah salah satu bentuk
matematika.
a. Think
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks
matematika atau berisi cerita matematika. Dalam tahap ini siswa secara individu
apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-
17
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Prestasi
Pustaka, 2007), hal.2.
17
b. Talk
bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperolehnya pada
atas masalah yang diberikan. Selain itu, pada tahap ini siswa memungkinkan
18
Nunun Elida, meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik siswa sekolah
menengah pertama Melalui pembelajaran think-talk-write (ttw). Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012, hal. 181
18
c. Write
TTW berupa:
1. Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang
19
Ibid, hal. 182
20
Ibid, hal. 182
19
2. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
Alat peraga kartu soal atau dikenal dengan Index card match merupakan
salah satu alat peraga aktif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
dengan benar. Metode ini cocok untuk membantu siswa dalam memahami
contohnya.
pasangan antara soal dan jawaban dengan benar. Kartu soal cocok untuk
semangat kebersamaan dan kerja sama. Adapun tujuan dari kartu soal adalah
21
H. Hamruni, Metode dan Model0model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,
(Yogyakarta: Investidya, 2012), hal. 290
20
mencari pasangan yang tepat antara soal dengan jawaban untuk memaksimalkan
berkomunikasi antar siswa artinya siswa yang dulunya pendiam mau tidak mau
dengan strategi harus aktif. Adapun kekurangan kartu soal adalah ketika siswanya
sedikit guru hanya dapat memberikan contoh soal yang sedikit pula karena siswa
harus berpasangan, siswa yang belum paham betul tentang materi yang diajarkan
akan kebingungan ketika disuruh mencari pasangannya, ketika siswa yang belum
paham tentang materi mendapatkan pasangan siswa yang sudah paham maka
tersebut.
5) Gabungkan dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-
benar acak.
22
Hisyam Zaini, dkk., Metode Pembelajaran Aktif. (Yogjakarta:CTSD,2007), hal. 69-70
21
6) Berikan kartu pada setip siswa jelaskan bahwa ini adalah latihan
memegang jawaban.
dalam bidang koordinat Cartesius akan membentuk sebuah garis lurus. Bentuk y =
sederhana karena garis yang dibentuk oleh persamaan garis tersebut selalu melalui
Adapun bentuk umum dari persamaan garis lurus dapat dituliskan sebagai
sederhananya, namun diberi tambahan konstanta (diberi lambang c). Hal ini
menunjukkan bahwa garis yang dibentuk oleh persamaan garis tersebut tidak akan
melalui titik O (0,0).Setelah kamu memahami bentuk sederhana dan bentuk umum
persamaan garis.
digambarkan dalam koordinat cartesius akan membentuk sebuah garis lurus. Garis
ini terbentuk oleh sebuah persamaan yang disebut dengan persamaan garis lurus
22
Tabel hubungan antara waktu dan jarak di atas jika diletakkan pada
diagram cartesius akan membentuk sebuah garis lurus. Jadi fungsi atau persamaan
yang menghubungkan antara waktu dengan jarak tempuh sobat merupakan suatu
Jadi persamaan garis lurus adalah suatu persamaan yang apabila digambarkan ke
mencari nilai x dan nilai y secara acak. Biasanya menggunakan titik dengan nilai
berikut:
Nilai x Nilai y
0 -
- 0
Nilai x Nilai y
0 5
10 0
Sekarang telah mendapatkan dua buah titik yang bisa digunakan untuk
3. Gradien
sama seperti lereng gunung. Jika lereng adalah tingkat kemiringan gunung maka
gradien adalah tingkat kemiringan sebuah garis lurus. Banyak cara untuk mencari
besarnya gradien sebuah garis tergantung pada bentuk persamaan garis dan titik
Gradien bisa dicari dengan perbandingan antara ordinat dan absis. Rumusnya:
m = y/x
y = mx
24
tersebut.
sumbu x.
Garis yang sejajar dengan sumbu y tidak memiliki gradien (tidak memiliki
kemiringan).
Hasil kali gradien dua buah garis yang saling tegak lurus adalah = -1
25
Perhatikan gambar dua buah garis lurus di atas. Antara garis k dan garis l
saling berpotongan pada seubah titik yaitu di titik A (x1,y1). Ada dua cara yang
a. Menggunakan Grafik
Cara ini sama sekali tidak recomended jika ini dipakai untuk menjawab
soal ujian atau soal ulangan kecuali memang diminta dengan cara ini. Untuk
menemukan titik potong bisa menggambar kedua persamaan garis pada diagram
cartesius untuk kemudian diamati secara langsung di mana lokasi titik potongnya.
Substitusi y pada persmaan yang satu ke y pada persamaan yang lain. Setelah itu
G. Penelitian Terdahulu
permasalahan.23
Selain itu Hadi juga telah melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
ide-ide matematika.24
H. Hipotesis Penelitian
Write (TTW) berbantuan kartu soal di Kelas VIII SMP Negeri 4 Langsa.
23
Kadir, dkk. Mathematical Communication Skills of Junior Secondary School Students
in Coastal Area. Jurnal Teknologi. Vol. 63. No. 2.
24
Hadi, Syaiful. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Model Think
Talk Write (TTW) Peserta Didik SMPN 1 manyar gresik. 2013. Jurnal Pendidikan Matematika -
ejournal.umm.ac.id.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.25 Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas VIII dari kelas VIII-1 sampai VIII-6 di SMPN 4 Langsa
Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 164 siswa, jumlah siswa dengan masing-
25
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 118
27
28
2. Sampel Penelitian
suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat diambil bila analisa
penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum. Setiap unsur populasi
harus memiliki kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.27 Dalam
penelitian ini peneliti mengambil kelas VIII-3 sebagai kelas eksperimen dan VIII-
1. Metode Penelitian
mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara
sengaja oleh peneliti. Adapun metode penelitian yang dimaksud adalah cara-cara
variabelnya sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Yang dilakukan pada
26
Ibid, hal. 121
27
Sugiyono, Metode, ……2007, hal. 56.
28
Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. hal.20
28
29
matematis siswa.
2. Desain Penelitian
siswa dilaksanakan melalui tes awal dan tes akhir.29 Penerapan model
A O1 X O2
B O3 - O4
Keterangan :
A = Kelompok ekperimen
B = Kelompok kontrol
O1-O2 = Pemberian tes awal dan tes akhir (pengaruh diberikan perlakuan)
O3-O4 = Pemberian tes awal dan tes akhir (pengaruh tidak diberikan
perlakuan)
X = Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-
Write (TTW) berbantuan kartu soal
Desain pada penelitian ini menggunakan dua kelas yang akan diteliti
dimana terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Desain penelitian
ini kelompok kelas eksperimen dan kontrol dipilih secara random. Pada kelas
Think-Talk-Write (TTW) berbantuan kartu soal sedangkan pada kelas kontrol tidak
29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007, hal. 116
30
Ibid, Hal. 116.
30
konvensional biasa.
D. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam prosedur penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap
1. Persiapan Penelitian
b. Pengajuan surat izin penelitian dari Institut Agama Islam Negeri Zawiyah
d. Konsultasi dengan pihak sekolah dalam hal ini yaitu Kepala Sekolah dan
dilakukan.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Penelitian
kelas yang berbeda dengan materi pembelajaran yang sama yaitu lingkaran.
posttest selama 90 menit, hasil tes merupakan data yang akan diolah untuk
E. Variabel Penelitian
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel juga dapat
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab atau yang mempengarui
31
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta:Grafindo Persada, 2009), hal.72
32
matematis siswa.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes dan nontes.
a. Tes
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif yang termasuk
data kontinum interval. Data dalam penelitian ini adalah data rata-rata kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas VIII SMPN 4 Langsa. Cara yang digunakan dalam
kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa. Tes yang digunakan adalah tes awal dan
tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematis
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tes akhir digunakan untuk
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW). Tes ini dimaksudkan untuk
b. Non tes
Angket digunakan untuk memperoleh data guna memperkuat data yang telah
diperoleh dari siswa mengenai respon siswa terhadap model pembelajaran koopertif tipe
33
komunikasi. Alternatif pilihan jawaban yang digunakan adalah Sangat Tidak Setuju
(STS) , Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (ST) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
G. Instrumen Penelitian
1. Tes
yang terdiri dari 5 soal. Tes diberikan pada pertemuan terakhir atau setelah materi
persamaan garis lurus selesai. Guna menghindari spekulasi dalam menjawab soal
tes, serta ditujukan dengan tujuan penelitian, maka soal-soal tes dibuat dalam
bentuk uraian. Soal tes dibuat sendiri oleh penulis dan diuji validitasnya.
Dengan tes tipe uraian maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika
a. Membuat kisi-kisi soal yang meliputi dasar dalam pembuatan soal tes
c. Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes untuk mengetahui
validitas isi.
d. Melakukan uji coba soal untuk memperoleh data hasil tes uji coba.
e. Menghitung validitas tiap butir soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan
indeks kesukaran tiap butir soal menggunakan data hasil uji coba.
34
32
Nunun Elida. (2012). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Jurnal Infinity. Vol.
1 No. 2 . hal. 180.
33
Ibid, hal. 180.
35
Ekspresi Matematik
Menulis Menggambar
Skor (Mathematical
(Written Texts) (Drawing)
Ekspression)
sebagian yang lengkap dan atau tabel namun benar, namun salah
benar kurang lengkap dalam mendapatkan
dan benar solusi
3 Penjelasan secara matematis Melukiskan Membuat pendekatan
tidak tersusun secara logis gambar diagram matematika dengan
atau terdapat sedikit atau tabel secara benar, kemudian
kesalahan bahasa benar melakukan
perhitungan atau
mendapatkan solusi
secara benar
4 Penjelasan secara matematis Melukiskan Membuat pendekatan
masuk akal dan jelas serta gambar diagram matematika dengan
tersusun secara logis atau tabel secara benar, kemudian
lengkap dan benar melakukan
perhitungan atau
mendapatkan solusi
secara lengkap dan
benar
Skor maks = 4 Skor maks = 4 Skor maks = 4
2. Lembar Angket
data respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-
tes tersebut sudah valid atau belum. Arikunto berpendapat bahwa validitas adalah
instrumen. Instrumen yang sahih akan menghasilkan data yang valid juga.34 Uji
1. Validitas Instrumen
Tujuan tes divaliditasi oleh ahli untuk melihat kesesuaian dengan indikator
dan kelayakan soal. Adapun yang menjadi validator soal tes adalah para ahli.
Setelah butir soal divaliditasi, maka butir soal dapat digunakan dalam penelitian
n ( ∑ XY )−( ∑ X ) . ( ∑ Y )
r hitung =¿ 2 2
√ {n . ∑ X −(∑ X ) }. {n . ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2
Keterangan :
r hitung : Koefisien korelasi
∑ X i : Jumlah skor item
∑ Y i : Jumlah skor total (seluruh item)
n : Jumlah responden.
r √n−2
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung =¿
√ 1−r 2
Dimana :
t : Nilai t hitung
r : Koefisien korelasi hasil r hitung
n : Jumlah responden.
Kaidah keputusan :
Berdasarkan hasil data tes yang diujicobakan pada siswa Kelas IX SMP
Negeri 4 Langsa maka diperoleh rtabel 0,413 karena rxy >rtabel ditinjau dengan
validitas tes (lampiran 8) diperoleh nilai r h itung tiap soalnya pada tabel 3.5 di
bawah ini :
36
Ibid, hal.11.
38
5, 7 dan 8 dinyatakan tidak valid sehingga tidak memenuhi syarat dan tidak
kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dapat dijadikan sebagai alat ukur setelah
tes tersebut dinyatakan valid. Oleh karena itu, tes ini memenuhi syarat untuk
siswa kelas IX SMP Negeri 4 Langsa diperoleh rhitung > rtabel yaitu 0,439>0,413.
Hasil uji validitas menunjukkan 10 butir soal valid. Hasil perhitungan uji validitas
2. Reliabilitas instrumen
39
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
r 11 =
k
( k −1 )(1− ∑S S )
t
i
Dimana :
r 11 = Nilai reliabilitas
∑ S i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
k = Jumlah item
Dengan rumus varians :38
2
( ∑ X i)
2
Si=¿ ∑ X i − N
N
Dimana :
Si = Nilai reliabilitas
2
∑ X i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
( ∑ X i) = Varians total
N = Jumlah item
keputusan :
37
Suherman E, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung : IMSTEP-JICA, 2003),
hal. 15.
38
Ibid, hal. 15.
39
Ibid, hal. 16.
40
Nilai Interpretasi
r 11 < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r 11 <0,40 Rendah
0,40 ≤ r 11 <0,70 Sedang
0,70 ≤ r 11 <0,90 Tinggi
0,90 ≤ r 11 ≤1,00 Sangat Tinggi
α =0,05 dan dk =n – 1 diperoleh nilai r tabel =0,43 maka r hitung >r tabel sehingga
sama, dengan kata lain reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
berlainan, karena instrumen ini reliabel maka memenuhi syarat data dalam
penelitian ini.
3. Taraf Kesukaran
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk rendah, sedang dan
S A+ SB
TK=¿
n maks
Keterangan :
TK : tingkat kesukaran
SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
40
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo,
2008), hal. 182.
41
n : jumlah responden
berikut :41
sedang dan mudah. Soal dengan kriteria interpretasi sedang artinya tes tersebut
tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Karena tes ini tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah maka memenuhi syarat untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini.
4. Daya Pembeda
41
Suherman, E. Evaluasi Pembelajaran Matematika,…., hal. 171.
42
Daya pembeda soal adalah daya dalam membedakan antara peserta tes
S A−S B
DP=¿ 1
n maksitem
2
Keterangan :
DP : daya pembeda
SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
n : jumlah responden
berikut :43
soal terstruktur tergolong cukup, dan baik sehingga memenuhi syarat untuk
42
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran,…., hal. 189.
43
Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2001),
hal. 202.
43
komunikasi matematis awal dan akhir antara kelas eksperimen berbeda dengan
kelas kontrol. Untuk melakukan uji statistik maka terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan data yaitu mencari n-gain, uji normalitas dan uji homogenitas.
diambil dari populasi yang sama. Uji statistik yang digunakan adalah rumus chi
berikut :
44
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian…., hal. 121-124.
44
Batas kelas− x́
Z=¿
S
k 2
2 ( f o−f e )
- Mencari chi kuadrat hitung χ =¿ ∑
i=1 fe
Keterangan :
χ 2 : Nilai chi kuadrat
f o : frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)
f e : frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
Kriteria pengujian :
untuk menguji apakah nilai data yang diperoleh termasuk data homogen yaitu data
yang berasal dari populasi yang sama atau tidak yaitu dengan menggunakan
varians terbesar
Fhitung =
varians terkecil
45
Ibid, hal 124
45
Selanjutnya bila data tersebut telah diuji persyaratan analisis data dan
Untuk menguji analisis data berupa tes menggunakan n-gain. Data yang
dilakukan guru. Sering kali terjadi permasalahan pada suatu kelompok (misalnya
kelompok A) nilai gain tinggi, yang berarti nilai posttest siswa sangat tinggi, dan
nilai pretest siswa sangat rendah, sedangkan pada kelompok yang lain (misalnya
didapatkan kesimpulan kelompok A lebih baik dari kelompok B. Kesimpulan ini
berbeda.
menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Noer seperti yang terdapat dalam Tabel
3.12.46
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk lembar angket respon
dengan rumus:
n
DP= x 100 %
N
Keterangan :
DP = Deskripsif Persentase (%)
N = Jumlah total nilai responden
n = Jumlah skor yang diperoleh47
46
Noer, S.H. Peningkatan Kemam-puan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R)
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. (Disertasi). UPI: Tidak
diterbitkan. 2010.Hal. 105.
47
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
( Bandung : Alfabeta, 2007 ), hal. 71.
47
G. Uji hipotesis
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t pihak
homogen (equal varians assumed) dengan taraf signifikansinya 0,05. Uji pihak
kiri menandakan dari nilai t-hitung yang negatif mengindikasikan bahwa nilai
sebelum tes lebih rendah dibandingkan dengan nilai sesudah tes. Hipotesis
Keterangan:
BAB IV
49
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan
mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan pada
BAB III.
Mengenai data dari hasil penelitian untuk variabel terikat yaitu hasil
komunikasi matematis yang dijaring melalui pemberian tes awal dan akhir,
dengan jumlah pertanyaan sebanyak 3 soal uraian dengan skor maksimum 100.
Skor empirik menyebar pada soal pretest untuk kelas eksperimen dari skor
terendah 20 sampai dengan skor tertinggi 60, dan untuk kelas kontrol skor
terendah 15 sampai dengan skor tertinggi 55. Rata-rata skor yang diperoleh dari
27 responden pretest kelas eksperimen sebesar 38,7 dan kelas kontrol 35,7.
Sebaran data variabel hasil belajar siswa untuk pretest kelas eksperimen dan kelas
Tabel 4.1 Data Nilai Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Kelas Interval Frekuensi No Kelas Interval Frekuensi
1 Keatas – 46,5 9 1 Keatas – 60,5 4
2 39,7 – 46,5 11 2 57,28 – 60,5 9
3 22,9 – 39,7 3 3 46,12 – 57,28 10
4 15,1 – 22,9 4 4 237,9 – 46,12 3
5 Kebawah – 15,1 0 5 Kebawah – 37,9 1
Jumlah 27 Jumlah 27
50
12
10
8
F
r 6
e
k 4
u
e 2 Kelas Eksperimen
n kelas kontrol
s 0
i 0 ,5 8 2 9 ,9 1
-9 0 ,2 ,1 7, 2 5,
87 –6 –5
7
–4
6 –3 –2 –1
8 ,9 ,1 h
57
,2 ,1
2
37
,9 22 15 awa
46 eb
K
Skala Interval
sebagai berikut :
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti terdapat
pada Tabel 4.2. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
Maksimum Minimun
Eksperimen 27 60 20 38,7
Kontrol 27 55 15 35,7
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata skor pretes pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 38,7 dan 35,7. Dengan
demikian, berdasarkan data tersebut terlihat bahwa rata-rata skor postes kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata skor postes kelas kontrol.
Mengenai data dari hasil penelitian untuk variabel terikat yaitu hasil
komunikasi matematis yang dijaring melalui pemberian tes awal dan akhir,
dengan jumlah pertanyaan sebanyak 3 soal uraian dengan skor maksimum 100.
Skor empirik menyebar pada soal posttest untuk kelas eksperimen dari skor
terendah 75 sampai dengan skor tertinggi 90, dan untuk kelas kontrol skor
terendah 60 sampai dengan skor tertinggi 90. Rata-rata skor yang diperoleh dari
27 responden posttest kelas eksperimen sebesar 74 dan kelas kontrol 72. Sebaran
data variabel hasil belajar siswa untuk posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.3 Data Nilai Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Kelas Interval Frekuensi No Kelas Interval Frekuensi
1 75-77 8 1 65-70 2
2 78-80 5 2 71-76 15
3 81-83 0 3 77-82 5
4 84-86 10 4 83-88 4
5 87-90 4 5 89-94 1
Jumlah 27 Jumlah 27
52
sebagai berikut:
16
14
F 12
r
e 10
k 8
u
e 6 Kelas Eksperimen
n kelas kontrol
s 4
i
2
0
65-70 75-77 78-80 81-83 84-86 87-90
Skala Interval
53
maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti terdapat pada
Tabel 4.4 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku
Tes Akhir (Postest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Tes Akhir (Postes)
Nilai Nilai Simpangan
N Rerata
Maksimum Minimun Baku
Eksperimen 27 95 75 74,00 6,02
Kontrol 27 90 65 72,99 5,23
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata skor pretes pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah 74,00 dan 72,00.
Sementara itu, simpangan baku untuk kelas eksperimen adalah 6,02 sedangkan
simpangan baku untuk kelas kontrol adalah 5,23. Dengan demikian, berdasarkan
data tersebut terlihat bahwa rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata skor postes kelas kontrol. Kebenarannya akan diuji
a. Uji Normalitas
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian
normalitas menggunakan uji Chi-Square pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Uji
normalitas diperoleh dari data hasil n-gain kelompok eksperimen dan kelompok
54
kontrol. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.5 Normalitas Distribusi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas x2hitung x2tabel Kesimpulan
Eksperimen 48,98 49,64 Normal
Kontrol 46,75 49,64 Normal
48,98 dan untuk kelompok kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 46,75. Dapat dilihat
bahwa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, nilai 2hitung ≤ 2tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa data hasil n-gain kedua kelompok tersebut
berdistribusi normal.
Tabel 4.6 Homogenitas Dua Varians Tes n-gain Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Uji F
Dk pembilang Dk penyebut Kesimpulan
Fhitung Ftabel
1,20 1,66 26 26 Homogen (sama)
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh F hitung < F tabel atau 1,20<1,66
maka varians-varians dari data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
homogen (sama) atau dapat mewakili seluruh populasi yang ada dan berhak
4. Uji Hipotesis
55
sebagaimana seperti yang telah dijelaskan pada BAB III. Berdasarkan hasil
dan kelas kontrol sebesar 47%. Dan jika berdasarkan Kriteria interpretasi indeks
gain yang dikemukakan oleh Hake, maka indeks gain kemampuan pemahaman
konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol dua-duanya sedang. Data
Indek Gain Siswa (Uji-t) hasil pengolahan data diperoleh data sebagai berikut:
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak.
berbantuan kartu soal lebih baik dibanding rata-rata indeks gain siswa yang
Analisis data hasil skala respon siswa data dilihat pada tabel berikut.
3 90
4 90
5 98
Menunjukkan manfaat pelajaran
6 90
matematika
7 67,5
8 97,2
9 92,5
10 92,5
Rata-rata 82,9
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat rata-rata respon siswa terhadap
pelajaran matematika adalah 82%. Dilihat dari jumlah hasil skor diatas 82% maka
dapat disimpulkan bahwa sebgaian besar siswa memberikan respon siswa positif
B. Pembahasan
57
data yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil perhitungan statistik. Analisis
data tes awal diawali dengan menganalisis apakah setiap sampel (eksperimen dan
dengan melakukan uji normalitas data tes akhir untuk setiap kelas. Dari hasil
kelompok kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 46,75. Dapat dilihat bahwa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, nilai 2hitung ≤ 2tabel, maka dapat
F hitung < F tabel atau 1,20<1,66 maka varians-varians dari data pretes kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen (sama) atau dapat mewakili seluruh
parametrik, yaitu Independent Sampel T-Test dengan taraf signifikansi 0,05. nilai
thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan rata-rata indeks gain
Talk-Write (TTW) berbantuan kartu soal lebih baik dibanding rata-rata indeks gain
eksperimen lebih baik daripada peningkatan hasil belajar kelas kontrol. Dengan
berbantuan kartu soal dapat lebih cepat memahami konsep matematika dan
aktualnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Untuk melihat sejauh mana beda peningkatan dari masing-
pada kelas eksperimen rata-ratanya 0,58 dan pada kelas kontrol 0,47. Kualitas
terutama dalam kemampuan komunikasi matematis. Hal ini dapat terlihat dari
manipulasi diagram, grafik atau tabel, membuat persamaan atau model matematis
masalah matematis dengan menggunakan kata-kata teks tertulis. Selain itu juga
terlihat dari skala respon siswa dimana jumlah hasil skor siswa diatas 82% maka
dapat disimpulkan bahwa sebgaian besar siswa memberikan respon siswa positif
kartu soal.
matematika siswa. Hal ini sependapat dengan Cai ‘it is so rare for students to
and so surprising to justify answer’ artinya bahwa akibat dari jarangnya para
demikian adalah hal yang mengejutkan bagi siswa jika diminta untuk memberikan
matematika.
Write (TTW) berbantuan kartu soal membuat siswa menjadi lebih serius dalam
belajarnya dan mereka tidak merasa takut atau malu untuk bertanya kepada guru.
Meskipun tidak seluruh siswa berubah cara belajarnya, tetapi pada umumnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
soal hal ini ditandai dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu thitung ≥ ttabel
B. Saran
kartu soal dapat dijadikan sebagai salah satu cara belajar baru bagi siswa
4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris, A. dan Jihad, A., 2008, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi
Presindo.
BSNP. 2013. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah, Jakarta:
BSNP, (http://ebookbrowsee.net/buku-standar-isi-SMP-pdf-694762883)
[diakses pada 5 Januari 2016].
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics, Reston, Virginia
Noer, S.H. 2010. Peningkatan Kemam-puan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif
(K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
(Disertasi). UPI: Tidak diterbitkan.
Jakarta:Prestasi Pustaka.