(DOISP) FASE II
(Loan IBRD No. 8711-ID dan AIIB No.000010-IND)
PAKET PEKERJAAN
PENANGANAN SEDIMENTASI
BENDUNGAN BATUJAI DAN MAMAK
1
1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia telah menerima pinjaman dari bank dunia dengan No.8711-
ID untuk mengimplementasikan peningkatan operasional dan keamanan proyek
bendungan (Dam Operational Improvement and Safety Project)Phase II atau yang
disingkat dengan DOISP Phase II. Bendungan Batujai dan Mamak adalah dua dari 73
bendungan di Provinsi NTB yang masuk pengelolaan Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara I. Melatarbelakangi hasil Inspeksi Besar Bendungan Batujai yang dikerjakan
oleh PT. Mettana terkait laporan sedimentasi Bendungan Batujai yang menunjukan
bahwa sedimentasi Bendungan Batujai saat ini mencapai 1,9 juta m3, untuk itu
diperlukan suatu penanganan sedimentasi berupa pengerukan sedimen Bendungan
Batujai dan Mamak.
Pekerjaan Penanganan Sedimentasi Bendungan Batujai dan Mamak ini pada
dasarnya merupakan pekerjaan untuk mengembangkan potensi sumber daya air dan
pendayagunaan sumber air yang sudah ada, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kemakmuran masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Terkait dengan pekerjaan ini, maka dilakukan pengukuran situasi untuk
mengetahui bentuk topografi dari area waduk, alur dan elevasi sungai, batas-batas area
genangan dan kondisi topografi sampai saat ini di daerah sekitar genangan.
2
4. Sumber Pendanaan
Biaya untuk pelaksanaan Kegiatan Penanganan Sedimentasi Bendungan Batujai
dan Mamak ini bersumber dari Loan IBRD No. 8711 – ID dan AIIB No.000010, Dam
Operational Improvement and Safety Project (DOISP) FASE II melalui DIPA Satuan Kerja
Operasi dan Pemeliharaan SDA Nusa Tenggara I Tahun Anggaran 2020.
Bendungan
Batujai
3
Bendungan
Mamak
B. Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup meliputi :
1. Pengukuran peta topografi :
Pengukuran dan Pembuatan Peta Topografi untuk daerah sekitar
bangunan eksisting, skala 1 : 500 dan tepi daerah topo genangan skala 1 :
5.000
Pengukuran dan Pembuatan Peta Topografi untuk daerah genangan
dengan methode Pengukuran Bathymetry, skala 1 : 5.000
Pengukuran penampang melintang sepanjang genangan interval 50 meter
dari hilir sampai ke arah hulu
Pengukuran penampang melintang sepanjang tubuh bendungan utama,
bendungan pelana A dan bendungan pelana B serta pelimpah dengan
interval 25 meter
Pengukuran penampang memanjang sepanjang tubuh bendungan
bendungan pelana A dan bendungan pelana B serta pelimpah
Pengukuran penampang memanjang sepanjang as genangan dari hilir
sampai ke arah
2. Pemasangan Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) secara
berpasangan yang didistribusikan menyesuaikan BM dan CP yang telah
terpasang dan di sekeliling genangan untuk mengisi patok batas
greendbelt yang udah hilang
4
3. Pengukuran poligon dan waterpass pada area tubuh bendungan dan
daerah genangannya
4. Pengolahan dan analisa data hasil pengukuran di lapangan dalam bentuk
lengkung kurva tampungan dan luas.
5. Penggambaran hasil pengukuran situasi detail, dalam area tubuh bendung
disajikan dalam bentuk peta situasi pada skala1 : 500 dengan interval
kontur 1.0 m dan pada sekitar area genangan disajikan dalam bentuk peta
situasi skala 1 : 5.000 dengan interval kontur 1.0 m
6. Penggambaran Cross Section skala H 1:100 V 1:100 dan Long Section
skala H 1:1.000 V 1:100
7. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi :
Yang dimaksud dengan mobilisasi disini adalah penyediaan,
pengangkutan, dan penempatan peralatan/kendaraan/personil serta alat-
alat lain yang menunjuang pelaksanaan pekerjaan baik yang menyewa
maupun milik sendiri perusahaan.
Sebelum melaksanakan mobilisasi peralatan dan personil dibuat dulu
kelengkapan administrasinya berupa pembuatan Surat Tugas dan Surat
Jalan bagi karyawan logistic yang akan membawa peralatan dan personil
ke lokasi pekerjaan.
Adapun peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan konstruksi ini
antara lain:
2 Buldozer 2 m3 1 unit
5 Dumptruck 5 m3 6 unit
7 Theodolite/waterpass 1 unit
Sedangkan untuk kebutuhan personil terdiri dari:
Project Manager
5
Site Manager
Quality Control
Koordinator HSE
Logistik
Surveyor
Operator-operator alat berat
Tenaga harian
Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan mobil trailer, trailer
yang digunakan harus memiliki perlengkapan yang memadai.
Demobilisasi:
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan
peralatan yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan
yang telah digunakan sebgai tempat penyimpanan alat, barak pekerja,
gudang, dan lain sebagainya kembali ke kondisi awal.
8. Pekerjaan pengerukan sedimen dengan metode Geotube Dewatering
Sistem
Metode Integrated Geotube Dewatering Technology adalah sistem yang
digunakan untuk penanganan lumpur dari proyek pengerukan (dredging)
sehingga bentuk lumpur yang cair bisa diubah menjadi padat dan
tersimpan dalam kantong Geotube dewatering, sehingga efisiensi kinerja
proyek pengerukan dapat tercapai dengan lebih aman, tepat waktu dan
efektif dalam biaya. Geotube® Dewatering terbuat dari serat fibrillated
polypropylene multifilament dan monofilament yang berkekuatan tinggi.
Material Geotube® Dewatering bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap
degradasi biologis dan tahan terhadap unsur kimia, sifat asam dan basa.
Setiap Geotube® Dewatering dilengkapi 4 hingga 8 saluran/lubang
pengisian (Fill Port) yang terletak sepanjang bagian tengah sisi atas
dewatering container.
9. Pekerjaan Area Kerja Geotekstil Dewatering
Pekerjaan lahan area kerja geotekstil dewatering meliputi :
a. Pembersihan dari pohon, akar dan batang pohon dan batuan besar
dengan alat berat
b. Perataan dan perkerasan area kerja
c. Penentuan titik patok area platform Geotube® dan plotting lokasi
penempatan peralatan kerja dan kantor proyek sesuai gambar desain
6
d. Pembuatan saluran air sekeliling area platform Geotube
e. Pembuatan kolam reservoir untuk menampung sebagian air effluent
hasil proses kerja Geotube Dewatering yang akan dimanfaatkan
sebagai air kerja
f. Pelapisan area platform Geotube termasuk saluran air sekelilingnya
dan kolam reservoir dengan plastik LDPE
g. Dilakukan inspeksi untuk memeriksa apakah masih ada bagian area
platform Geotube, saluran air dan kolam reservoir yang belum terlapisi
plastic LDPE.
10. Instalasi Polymer Dissolver Sistem
Polymer System adalah sistem penginjeksian bahan kimia pada proses
pengolahan lumpur sehingga lumpur yang disedot menggunakan cutter
suction dredger akan dicampur dengan polimer sehingga partikel padatan
lumpur tadi saling mengikat (flokulasi) membentuk flok/gumpalan dan
dialirkan masuk ke dalam kantong Geotube dewatering. Sedimen lumpur
dari dasar badan perairan (waduk, danau, situ/embung, sungai, kolam
penampungan, dsb) yang dikeruk menggunakan cutter suction dredger
dialirkan dalam pipa menuju kantong Geotube dewatering yang sudah
digelar di platform yang disiapkan dengan baik. Sebelum masuk kantong
Geotube dewatering, larutan polymer flokulan diinjeksikan dan tercampur
di dalam pipa sehingga partikel padatan lumpur tadi saling mengikat
(flokulasi) membentuk flok/gumpalan dan dialirkan masuk ke dalam
kantong Geotube dewatering.
Pekerjaan polymer sisitem meliputi :
a. Bagian-bagian Polymer Dissolver System diposisikan sesuai plotting
di gambar desain proyek yang telah diajukan.
b. Polymer Dissolver System dirakit sesuai standar kerja instalasinya
c. Sambungan kelistrikan dilakukan sesuai dengan standar kerja
instalasinya yang diawasi oleh tenaga ahli
d. Dilakukan inspeksi menyeluruh bersama dengan tim yang dilakukan
sebelum running test
e. Dilakukan running test dengan air sejalan dengan proses running test
dredger berserta dengan peralatan yang telah menjadi satu sytem
11. Pekerjaan Area Disposel
Pekerjaan Area Disposel meliputi :
1. Pekerjaan pembersihan area (tebang pohon, clearing, dll)
7
2. Pembuatan tanggul disposel menggunakan tanah hasil galian
excavator standar (sedimen/tanah relatif kering di daerah tepi waduk)
3. Galian menggunakan excavator standar diangkut oleh dump truck
sejauh 0,5 s/d 1 Km ke tanggul disposel
4. Tanggul dari hasil galian diratakan dan dirapikan menggunakan alat
bulldozer
5. Area disposel dibuat menjadi beberapa bagian (petak) dan elevasi
dasarnya disesuaikan sehingga mempermudah dalam
pengeringan/pengendapan hasil galian sedimen
12. Pekerjaan Pengerukan Sedimen dengan Kapal Keruk (Dredging)
Cutter-Suction Dredger (CSD) mempunyai tabung penghisap berkepala
pemotong di pintu masuk penghisap. Pemotong dapat pula digunakan
untuk material keras seperti kerikil atau batu. Material yang dikeruk
biasanya dihisap oleh pompa pengisap sentrifugal dan dikeluarkan melalui
pipa atau ke tongkang. CSD dengan pemotong yang lebih kuat telah
dibangun beberapa tahun terakhir, digunakan untuk memotong batu tapi
peledakan. CSD memiliki dua buah spud can di bagian belakang serta dua
jangkar di bagian depan kiri dan kanan. Spud can berguna sebagai poros
bergerak CSD, dua jangkar untuk menarik ke kiri dan kanan.
8
bentuk penampang yang diinginkan
Pembuangan material dredging dilakukan dengan memompa campuran
material dredging dan air melalui HDPE pipe yang diapungkan
menggunakan floater
Area Disposal atau Geotube berfungsi sebagai Spoilbank dibuat untuk
menampung material hasil dredging yang masih bercampur air. Ditempat
ini material dredging diendapkan.
13. Pekerjaan Pengerukan Sedimen dengan Excavator Amphibious Cutter
Dredger Long Arm
Pelaksanaan dengan Excavator Amphibious Cutter Dredger Long Arm
hampir sama dengan kapal keruk (Dredging), yang membedakan hanya
penggunaan Excavator Amphibious Long Arm.
14. Pekerjaan Pengerukan Sedimen dengan Excavator Standar
Ada tiga spesifikasi analisa yang digunakan :
1. Galian sedimen dibuang setempat
2. Galian sedimen dibuang ke tempat pembuangan dengan jarak s/d 0,5
km
3. Galian sedimen dibuang ke tempat pembuangan dengan jarak s/d 1
km
15. Pekerjaan Timbunan dari hasi galian diangkut dengan Dump Truck dan
dibuang ke tempat pembuangan sampai dengan 1 km.
16. Dalam suatu proyek yang mengaplikasikan Integrated Geotube
Dewatering Technology, sebagai bahan pengukuran volume lumpur
sedimen yang dikelola dapat ditentukan dengan pengukuran volume
menggunakan flowmeter. Metode ini menggunakan flowmeter terkalibrasi
yang dapat menghitung debit aliran lumpur (m3/jam) yang terpompakan
dari pompa dredger. Pengecekan sample lumpur dilakukan secara berkala
untuk memastikan dredger memompakan lumpur dengan range yang
sesuai. Total debit yang diukur flowmeter adalah acuan untuk perhitungan
nilai kontrak pekerjaan.
C. Data Teknis
Data Teknis Bendungan Batujai
Data Awal
Daerah Aliran Sungai (DAS) : Dodokan, Luas DAS : 578.619 Km²
Catchment Area : 169 km²
9
Elevasi HWL (Muka Air Tinggi) : EL. 92,50 m
Elevasi LWL (Muka Air Rendah) : EL. 87,00 m
Elevasi dasar sungai : EL. 79,00 m
Volume Tamp Brutto : 25.000.000 m³
Volume Tamp Efektif : 23.502.000 m³
Volume Tamp Mati : 1,4 x 106m3
Luas daerah Tenggelam : 8,90 km²
Debit banjir rencana (1000 th) : 1.332 m3/dt
Elevasi HWL : + 92,35 m (elevasi tertinggi operasi
waduk)
Elevasi LWL : +. 87,00 m
Volume Sedimen : 1,2 x 10 6 m³ (pada tampungan
mati)
Total Volume Sedimen : 6,6 x 106 m³ (pada tampungan mati
dan efektif)
Tampungan Efektif : 15,82 x 106 m3
Tubuh Bendungan
Tipe : Urugan tanah
Kemiringan bendungan : Hulu : 1 : 3,5
Hilir : 1 : 2,5
Tinggi di atas galian : 16 m
Panjang puncak : 1.300 m
Lebar puncak : 8,00 m
Elevasi puncak : EL + 94,00 m
Elevasi dasar sungai : EL + 79,00 m
Volume tubuh bendungan : 130.000 m3
Data Pelimpah
Tipe : Vertical “ogee” dengan pintu
Banjir desain : 1.332 m3 /det
Kapasitas : 764 m3/det
Jumlah pintu : 4 bh
Tipe pintu : vertikal roller gate
Lebar lubang bersih : 44,00 m (4 x 11,00 m)
Elevasi mercu : EL. + 89,00 m
Elevasi dasar sungai : EL. + 78,00 m
Pilar : 3 @ 3,00 m
Type pintu : Roller gate
Ukuran pintu : 4 @ 3,50 m x 11,00 m
10
Pintu : 1 bh Role Gate & 1 bh Stoplog
Perlengkapan pipa baja : 1 bh Seluice Gate & 1 bh Holow Jet
Valve
Kapasitas : 3,50 m
Data Awal
Sungai : Mamak
Desa : Berora
Kecamatan : Lape Lopok
Kabupaten : Sumbawa
Luas Daerah Tangkapan : 101,00 km²
Debit Aliran Tahunan : 1.490,00 l/dt
Volume Genangan Brutto : 325.000.000,00 m³
Volume Genangan Netto : 300.000.000,00 m³
Tampungan mati :
Luas Genangan : 300 ha
Elevasi MAB : 97.00 m dpl
Elevasi MAN : 93.20 m dpl
Elevasi MAR : 74.00 m dpl
Elevasi dasar sungai :
Tubuh Bendungan
Type : Timbunan Zona Inti Kedap
Panjang : 548,0 m
Tinggi : 41,50 m
Lebak puncak : 10,00 m
Elevasi puncak : 99,50 m dpl
Elevasi dasar pondasi :
Kemiringan Upstream : 1 : 2,4
Kemiringan Downstream : 1 : 1,8
Data Pelimpah
Type : Ogee Tanpa Pintu
Kontruksi : Beton Bertulang
Panjang Spillway : 120,00 m
Lebar Spillway : 70,00 m
Type Olakan : Stilling Pool
Lebar Olakan : 70,00 m
Elevasi mercu : 93,20 m dpl
Elevasi Kolam Olak : 69,00 m dpl
Tinggi Jagaan : 3,80 m
Kapasitas Debit : 1.095,00 m³/det
11
Bangunan Pengeluaran Untuk Irigasi
Type Saluran :
Pintu Pengeluaran Irigasi : Terowongan beton
Pintu Pengeluaran Air Baku :
Elevasi Pengambilan : 74,00 m dpl
Elevasi Pengeluaran : m dpl
D. Data Penunjang
1. Studi terdahulu dari PT. Mettana, paket pekerjaan “Inspeksi Besar
Bendungan Batujai di Pulau Lombok”
2. Standar Teknis
Standar Teknis yang digunakan pada kegiatan ini adalah:.
a. Permen PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Jaminan Mutu;
b. SNI 19-6502, 2000 Tata Cara Pembuatan Peta Rupa Bumi Skala 1 :
25000;
c. RSNI M-03-2002, Metode Analisis Stabilitas Lereng Static Bendungan
Urugan;
d. Pedoman Pemeriksaan dan Evaluasi Keamanan Bendungan, Kep Dirjen
SDA No. 05/KPTS/2003 tanggal 14 Maret 2003;
e. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan, Kep
Dirjen SDA No. 199/KPTS/D/2003, Maret 2003;
f. Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan, Maret 2003,
Kantor Sekretariat Komisi Keamanan Bendungan, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, Ditjen SDA;
g. Pedoman Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk Departemen
Pekerjaan Umum, Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, No.
39/KPTS/D/2009, Tanggal 26 Februari 2009 Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air;
h. Pedoman Pengelolaan Sedimentasi Waduk, Direktorat Bina Teknik,
November 2004, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen
Pekerjaan Umum;
i. Pedoman Penyusunan RTD dari Balai Bendungan
j. Manual Pemeriksaan Visual Bendungan Urugan, Ditjen SDA 2004;
k. Modul Instrumentasi Bendungan Urugan pelatihan Perencanaan
Bendungan Tingkat Dasar, 2017 , Pusat Pendidikan Dan Pelatihan
Sumber Daya Air Dan Konstruksi, Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
12
l. Arah Kebijakan Strategis National – Transformasi Digital, Jakarta, 27
Maret 2019, Seminar Standarization in a Living Concept Society 5.0
Badan Standarisasi Nasional, Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang
Pemerataan dan Kewilayahan.
m. Standar pedoman lain yang terkait.
3. Referensi Hukum
Referensi hukum terhadap kegiatan ini adalah :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 -
2019.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Sumber Air dan Bangunan Pengairan.
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya
Air.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/2009 tentang
SMM.
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 143/PMK.02/2015 Tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran.
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 33/PMK.02/2016 Tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran.
E. Alih Pengetahuan
13
6. Jangka Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 540 (lima ratus empat puluh) hari, terhitung
setelah Surat Perintah Mulai Kerja ditandatangani (jadwal tahap pelaksanaan
terlampir). Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan secara rinci.
7. Penyedia Jasa
Penyedia jasa konstruksi harus mempunyai kualifikasi bidang Sumber Daya Air
dan wajib memiliki Sertifikat K-3.
a. Personil.
Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas, kontraktor harus
menggunakan tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya masing-masing,
dan tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan ini yang terdiri dari :
14
a. Bertanggung jawab untuk keseluruhan terhadap manajemen proyek;
b. Bertanggung jawab kepada pemberi tugas, dan semua wewenang mengenai
hal-hal yang berhubungandengan Pekerjaan Pelaksanaan, serta melaporkan
kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan;
c. Bertanggung jawab untuk pengumpulan data dan informasi yang diperlukan,
penentuan kebutuhanpekerjaan pelaksanaan, organisasi personil, dan
penyampaian serta pembahasan laporan untuk mendapatkan persetujuan
pemberi tugas dan Konsultan Pengawas;
d. Mengorganisir personil dan manajemen tim tenaga, staf penunjang dalam
setiap aktivitas pekerjaan;
e. Bertanggung jawab dalam penyusunan semua laporan pekerjaan
pelaksanaan;
f. Bertanggung jawab penuh atas penyelesaian pekerjaan.
15
b. Peralatan
Peralatan minimal yang wajib disediakan Kontraktor Pelaksana adalah sesuai
tabel berikut
16
11. Penutup
Dengan disampaikannya Kerangka Acuan Kerja ini, agar Pelaksana Pekerjaan
dapat memahami yang selanjutnya menginterpretasikan dan mendefinisikan tugas
yang diberikan secara benar, sehingga dapat menghasilkan suatu hasil pekerjaan
yang sesuai.
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat sebagai bahan acuan bagi Pelaksana
Pekerjaan untuk melaksanakan kegiatan dilapangan, dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Supardi, ST.,MT
Nip. 19681231 200701 1 025
17