TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Cyberbullying
fenomena dan bentuk baru dari perilaku bullying, yaitu ketika seseorang
berulang kali mengolok-olok orang lain secara online atau berulang kali
mengganggu orang lain melalui email, pesan teks atau memposting sesuatu
tentang orang lain yang tidak disukai. Mawardah dan Ardiyanti, (2014)
bahwa cyberbullying adalah perilaku tidak ramah yang secara sengaja dan
situs jejaring sosial (misalnya facebook, twitter, instagram, path, dll) untuk
individu yang lema. Sejalan dnegan hal ini, menurut Maya (2015),
melalui instant message, chat room, website, email, texy message, blog, web,
13
14
komunikasi digital seperti email, pesan instan, komentar pada situs jejaring
pada situs web lain atau blog, dan video yang dipost pada youtube.
komunikasi informasi (email, chat room, ponsel, dan situs web) untuk
mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi korban. Ted dan Nicole (2008)
berupa gambar dan teks yang tidak baik dengan menggunakan internet (pesan
instan, email, aplikasi chatting, situs jejaring sosial) dan telepon seluler.
web, situs jejaring sosial, blog, dan online forum, tujuannya untuk
15
lain secara online atau berulang kali mengganggu orang lain melalui email,
pesan teks atau memposting sesuatu tentang orang lain yang tidak disukai..
Pendapat Patchin & Hinduja (2008) ini dapat menjelaskan arti cyberbullying
dan exclusion.
(dapat dilihat secara luas oleh para pengguna situs jejaring sosial yang
yang lama. Pada bentuk ini pelaku terdiri dari salah satu atau lebih
informasi yang tidak benar tentang orang lain di facebook dan BBM,
keselamatan korban.
17
bantuan orang lain. Cara lain yang biasanya dilakukan adalah ketika
korban melalui situs jejaring sosial, email, blog, web tanpa penghubung.
ini dikenal dengan sebutan media sosial seperti messanger, skype, email,
1) Instant message
individu untuk membuat ruang chat pribadi dengan orang lain. Instant
yang berisi ancaman dan mengirimkan foto atau video yang negatif.
2) Email
dapat mengirimkan isi pesan yang tidak baik atau negatif yang
3) Chat room
4) Pesan teks
Pesan teks biasanya digunaan melalui telepon seluler. Pesan teks yang
identitas diri dan foto pengguna (Boyd & Ellison, 2008). Bentuk-bentuk
6) Blog
Blog dapat digunakan untuk hal-hal yang positif, namun ada juga yang
7) Situs web
Situs web merupakan suatu situs yang banyak digunakan orang untuk
yang diambil dari teman sekolah dan diedit menjadi gambar yang
berbau seksual.
teks, situs jejaring sosial, blog dan situs web (Aftab dalam Kowalski dkk,
line, dan whatsapp) sebagai fokus penelitian dengan alasan pengguna situs
berdasar pada hasil sebaran angket pada observasi awal yang menunjukkan
media yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah instagram, line dan
whatsapp.
dari dalam diri (internal) maupun luar diri (eksternal) individu yang akan
dijelaskan sebagai berikut ( Kowalski dkk 2008; Patchin & Hinduja 2010;
a. Faktor internal
1. Harga diri
harga dirinya yang rendah, hal ini merupakan cara individu untuk menutup
perasaannya yang tidak mampu, rendah diri, dan perasaan malu yang ada
dilakukan oleh Passini, Meloti dan Brighi (2012) juga menunjukkan bahwa
menindas individu yang lemah (Olweus dalam Li, Smith & Cross, 2012).
2. Empati
dunia maya. Steffgen dan Konig (2009) menambahkan bahwa remaja yang
Penelitian yang dilakukan oleh Riebel dkk (dalam Patchin & Hinduja,
nyata dan di dunia maya. Hanya 3,96 anak dari keseluruhan sampel yang
4. Kesepian
sosial secara signifikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Persepsi
jaringan online. Menurut Guarrini, Passini, Melotti & Brighi (2012) resiko
5. Regulasi emosi
24
(Greenberg & Stone dalam Mawardah & Adiyanti, 2014). Individu dengan
b. Faktor eksternal
1. Perlakuan keluarga
baik cenderung melakukan bullying kepada orang lain. Hal ini disebabkan
karena remaja diabaikan dan tidak dianggap oleh keluarganya. Selain itu,
orang lain. Selain itu, pelaku cyberbullying juga berasal dari keluarga atau
25
orang tua yang otoriter. Pemberian hukuman berasal secara agresif kepada
2. Konformitas
membentu sikap dan perilaku anak (Hinduja & Patchin, 2010). Selain itu,
terdapat suatu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa dampak dari
dimiliki oleh remaja itu sendiri, (Warr & Stafford dalam Hinduja &
dan kelompok teman sebaya yang dimiliki para remaja yang cenderung
melakukan cyberbullying.
3. Iklim di sekolah
William & Guerra (2007) menemukan bahwa orang yang menganggap diri
seperti internet dan ponsel adalah hal yang penting bagi kehidupan sosial
remaja saat ini (Kowalski, Limber Agastson, 2008). Internet telah menjadi
langsung (Weber & Pelfrey, 2014) namun interaksi online yang terlalu
telepon seluler, situs jejaring sosial dan chat room ternyata berkolerasi
mengancam dan memalukan orang lain (Sahin, Sari & Safak, 2010).
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi harga
27
variael bebas dalam penelitian ini. Pemilihan faktor harga diri dengan alasan
perilaku dan situasi yang membantu mereka menghargai diri mereka secara
secara positif atau negatif dikenal dengan harga diri (Coopersmith, 1967).
Leary dan Downs (dalam Serber, 2012) menganggap harga diri sebagai
oleh orang lain. Penerimaan ataupun penolakan remaja terhadap diri sendiri
Campbell, 2001).
Individu yang memiliki harga diri tinggi memiliki penerimaan diri dan
sendiri, merasa dapat diterima seluarganya dan dapat menerima keadaan fisik
merasa senang dan bangga dengan keadaan diri sehingga secara emosional
dirinya tidak mudah marah dan individu mampu membina dan menjaga
hubungan baik dengan sesama, tidak melukai perasaan orang lain, sehingga
cenderung memandang dirinya sebagai orang yang tidak berharga. Rasa tidak
berharga trsebut dapat tercermin pada rasa tidak berguna dan tidak memiliki
kemampuan bik dari sebgi akademik, interaksi sosial, keluarga dan keadaan
fisiknya. Harga diri yang negatif ini dapat membuat individu merasa tidak
mudah tersinggung dan marah dan dapat berakibat pada perbuatan negatif dan
pemilihan faktor harga diri juga diperkuat dengan beberapa hasil penelitian
Morton, & Scheidt, 2001;Haynie, Nansel, Eitel, Crump, Saylor, & Yu,
akan mempunyai penilaian yang positif terhadap diri sendiri (harga diri
B. Harga Diri
menolak diri sendiri. Jika individu menerima diri sendiri akan menganggap
dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. Hal ini menandakan individu
dirinya tidak memiilki kemampuan, kurang menarik, tidak disukai oleh orang
(Coopersmith, 1967).
Vaughan dan Hoog (dalam Fitria & Aulia, 2016) menambahkan bahwa
dirinya sendiri. Baumeister & Bushman (dalm Wijayanti & Crhistiana, 2016)
kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru karena mereka yakin bahwa
mereka mampu untuk berhasil. Sementara individu yang memiliki harga diri
yang rendah, menganggap diri mereka sebagai orang yang tidak memiliki
kemampuan kurang menarik tidak disukai oleh orang lain, memiliki moral
yang kurang baik dan tidak memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki
diatas , Brehm & Kassin (dalam Morgan, 2015) mengatakan seseorang yang
membutuhkan penghargaan positif dari orang lain dan akan merasa bahagia
jika mendapatkannya.
manusia yang paling kuat dan sebagai kunci penting dalam perkembangan
emosi, keputusan yang diambil dan tujuan hidup seseorang. Plummer (dalam
Wijayanti & Christiana, 2016) harga diri adalah tentang nilai yang seseorang
untuk mendefinisikan harga diri yaitu evaluasi yang dilakukan oleh seseorang
sendiri, hal ini ditunjukkan dengan sikap menerima atau menolak diri sendiri
tersebut.
a. Keberartian (Significance)
Hal ini berhubungan dengan menerima, memberi perhatian dan cinta dari
menjadi kunci untuk dapat memberikan perhatian dan cinta kepada orang
lain. Pribadi yang mempunyai harga diri tinggi, tidak hanya memikirkan
32
orang lain.
b. Kekuasaan (Power)
sikap positif yang dapat diterima dan diikuti oleh orang lain.
c. Kompetensi (Competence)
d. Kebajikan (Virtue)
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika dan religiusitas yang ada dalam
masyarakat.
Menurut Heatherton dan Wyland (Serber, 2012) ada tiga aspek dari harga
diri yaitu :
harga diri tinggi percaya bahwa dirinya merupakan orang yang cerdas.
terhadap dirinya. Individu yang memiliki harga diri sosial yang tinggi
dan diterima oleh orang lain. Sementara individu yang harga diri
Penilaian individu saat melihat tubuh atau bentuk fisik mereka, termasuk
daya Tarik fisik, citra tubuh, perasaan mengenai ras dan etnis.
penerimaan diri , memberi perhatian dan cinta kepada orang lain), power
dimiliki), dan virtue ( ketaatan terhadap etika, moral dan nilai religiusutas
harga diri.
Remaja
Individu dengan harga diri tinggi akan yakin dengan kemampuan yang dimiliki,
merasa berharga dan diterima, bermanfaat bagi orang lain dan punya pengalaman
dalam keberhasilan sehingga individu dengan harga diri tinggi tidak melakukan
pengertian orang lain terhadap dirinya. Penerimaan, perhatian dan kasih sayang
harga diri yang tinggi. Sebaliknya jika individu mengalami penolakan dari
lingkungan akan membuat individu menganggap dirinya tidak berarti bagi dirinya
35
sendiri maupun bagi orang lain yang menandakan bahwa individu tersebut
Penelitian yang dilakukan oleh Aderson & Carnagey (dalam Fitria & Aulia,
2016) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki harga diri rendah akan
memandang dirinya tidak berharga, yang tercermin pada rasa tidak berguna, tidak
memiliki kemampuan dari segi akademik, interaksi sosial, keluarga dan keadaan
fisik. Hal ini membuat individu merasa tidak mampu menjalin hubungan dengan
seperti bullying yang merupakan bentuk dari perilaku agresif. Menurut Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio (2001) cyberbullying merupakan salah satu bentuk dari
Tingkat harga diri yang tinggi yang dimiliki seseorang tidak terlepas dari
bentuk flaming, (2) aspek power berkaitan dengan bentuk denigration & outing,
(3) aspek kompetensi berkaitan dengan bentuk trickery & cyberstalking, dan (4)
penjelasannya.
36
Individu dengan harga diri tinggi sadar bahwa ia significance, akan mampu
menerima diri serta memberikan perhatian dan kasih sayang pada orang lain
(Coopersmith, 1967). Penerimaan diri adalah modal penting bagi remaja untuk
bisa memberi perhatian dan kasih sayang pada sesama, walaupun sulit karena usia
Menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri terjadi melalui proses dan
adalah pribadi yang telah nyaman dengan dirinya sendiri dengan segala
kekurangan dan kelebihan diri sendiri mendorong individu untuk menjadi pribadi
yang bisa menghargai dan menerima kekurangan dan kelebihan orang lain
melakukan adu argument terhadap korban. Hal ini dilakukan pelaku cyberbullying
untuk mencari sensasi karena pelaku merasa kurang berarti akibat rejection dan
dilakukan pelaku terhadap korban merupakan cara pelaku untuk menonjolkan diri
dan mencari penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Individu yang
mengendalikan atau mempengaruhi diri sendiri dan orang lain secara positif.
37
Dalam hal ini individu mampu untuk mengontrol dan mengendalikan diri dari
disebarkan dapat berupa pesan ataupun gambar korban yang telah di edit sehingga
karena aspek power yang rendah adalah outing yaitu tindakan berpotensi
milik korban. Denigration dan outing dilakukan karena pelaku tidak mampu
agar menunjukkan power serta untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu untuk
menindas orang lain. Hal ini berpengaruh untuk meningkatkan harga diri pelaku
dengan aspek competence yang baik mampu untuk bersaing dengan sehat,
tinggi dalam setiap usaha dan kerja. Individu dengan aspek kompetensi yang baik
akan memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat menunjuang prestasi dan
secara positif dalam bidang teknologi yang memberi manfaat positif bagi diri
sendiri maupun orang lain, sehingga tidak ada ruang untuk melakukan hal-hal
karena pelaku lebih fokus pada hal-hal negatif daripada hal-hal positif dari
dan menutupi rasa malu dan rendah diri melalui dunia maya dengan cara-cara
dengan etika, moral dan prinsip-prinsip agama (Coopersmith, 1967). Taat pada
yang lebih dewasa secara sosial. Etika, nomra sosial dan nilai-nilai keagamaan
juga menjadi semacam rambu-rambu yang bisa memberi arah dalam kehidupan
bersosial, membantunya untuk memahami orang lain sebagai sesama yang layak
dan norma-norma agama ini membuat individu tidak mampu untuk menampilkan
sikap diri yang positif seperti menghargai dan menghormati sesama. Pengabaian
cenderung memperilihatkan sikap diri yang negatif terhadap orang lain. Selian itu
Dari penjelasan diatas mengenai ke empat aspek harga diri maka individu
dengan harga diri tinggi akan mempunyai kemampuan dalam hal penerimaan diri
yang baik, mampu mengontrol dan mengendalikan sikap dan perilaku terhadap
orang lain, memusatkan kompetensi yang dimiliki untuk mencapai hal-hal yang
positif, dan menjadikan prinsip-prinsip agama, etika dan moral sebagai rambu-
rambu dalam kehidupan sosial sehingga individu tidak perlu lagi melakukan
tindakaan-tindakan cyberbullying.
bahwa individu yang terlibat cyberbullying mempunyai tingkat harga diri yang
rendah dibandingkan dengan individu yang tidak pernah terlibat dalam perilaku
cyberbullying. Penelitian lain oleh Brewer & Krslake (2015) menunjukkan bahwa
ada hubungan negatif antara harga diri dengan perilaku cyberbullying artinya jika
40
harga diri tinggi maka perilaku cyberbullying rendah dan jika harga diri rendah
D. Hipotesis
remaja. Semakin tinggi harga diri remaja maka semakin rendah perilaku