Kelas : PAI G
) فَ َج َعلَهُ ُغثَا ًء4( ) َوالَّ ِذي أَ ْخ َر َج ْال َمرْ عَى3( ) َوالَّ ِذي قَ َّد َر فَهَدَى2( ق فَ َس َّوى َ َ) الَّ ِذي خَ ل1( ك اأْل َ ْعلَى َ ِِّّح ا ْس َم َرب
ِ َسب
) فَ َذ ِّكرْ إِ ْن8( ك لِ ْليُس َْرى
َ ) َونُيَ ِّس ُر7( ) إِاَّل َما َشا َء هَّللا ُ إِنَّهُ يَ ْعلَ ُم ْال َجه َْر َو َما يَ ْخفَى6( ) َسنُ ْق ِرئُكَ فَاَل تَ ْن َسى5( أَحْ َوى
) ثُ َّم اَل12( ار ْال ُك ْب َرى ْ َ) الَّ ِذي ي11( ) َويَت ََجنَّبُهَ ا اأْل َ ْش قَى10( ) َس يَ َّذ َّك ُر َم ْن يَ ْخ َش ى9( ت ال ِّذ ْك َرى
َ َّص لَى الن ِ نَفَ َع
)16( ) بَلْ تُ ْؤثِرُونَ ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا15( صلَّى َ َ) َو َذ َك َر ا ْس َم َربِّ ِه ف14( (قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن تَ َز َّكى13( وت فِيهَا َواَل يَحْ يَى
ُ يَ ُم
)19( ُف إِب َْرا ِهي َم َو ُمو َسى
ِ صح ُ )18( ُف اأْل ُولَى ِ ) إِ َّن هَ َذا لَفِي الصُّ ح17( َواآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر َوأَ ْبقَى
Artinya : Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, dan yang
menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi
petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lain dijadikan-Nya rumput-rumput itu
kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka
kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang
terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah,
oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada
Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu)
orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan
tidak (pula) hidup. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab
Ibrahim dan Musa.
Dari ayat ini munculnya perintah dari Rosulullah saw, untuk membacanya sebagai bacaan dalam
sujud sebagaimana sabdanya ketika turun ayat ini:
َْت ُع ْقبَ ةَ ْبن
ُ َس ِمع، َح َّدثَنَا َع ِّمي إِيَ اسُ بْنُ َع ا ِم ٍر-ي َّ ُِّوب ْال َغ افِق
َ يَ ْعنِي ا ْبنَ أَي-وس ى
َ َح َّدثَنَا ُم، َح َّدثَنَا أَبُو َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن:ُقَا َل اإْل ِ َما ُم أَحْ َمد
"اجْ َعلُوهَ ا فِي:ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم
َ ِ ال لَنَا َر ُس و ُل هَّللا
َ َ] ق96 ،74:[ال َواقِ َع ِة ْ }ك ْال َع ِظ ِيمَ ِّ {فَ َسبِّحْ بِاس ِْم َرب:ت َّ ِعَا ِم ٍر ْال ُجهَن
ْ َي لَ َّما نَ َزل
" "اجْ َعلُوهَا فِي ُسجُو ِد ُك ْم:ِّح ا ْس َم َربِّكَ األ ْعلَى} قَا َل ْ َ فَلَ َّما نَ َزل."رُ ُكو ِع ُك ْم
ِ { َسب:ت
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepada kami
pamanku Iyas ibnu Amir; ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir Al-Juhani mengatakan bahwa
ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52; Al-Waqiah 74, 96) Maka Rasulullah Saw. bersabda
kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam rukuk kalian! Dan ketika turun firman-Nya:
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. bersabda kepada
kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam sujud kalian.Hadits Abu Dawud dalam kitab Tafsir Ibnu
Katsir, hal. 466]
Menurut al-Hasan {ك اأْل َ ْعلَى
َ ِِّّح ا ْس َم َرب
ِ } َسبmengandung arti sholatlah dengan Keluhuran Tuhanmu,
bukan seperti orang-orang musyrik yang sholat dengan bersiul dan tepuk tangan. Menurut
pendapat lain adalah keraskan suaramu untuk mengingat Tuhanmu.[Al-Jami’ li Ahkam al-
Qur’an. Juz 20, hal. 15]
Ayat ini juga berpesan, Sucikanlah nama Tuhan Pemeliharamu Yang Maha Tinggi sehingga
apabila terbayang dalam benakmu sesuatu yang tinggi, yakinilah bahwa Rabbuka al-
A’la/Tuhanmu lebih tinggi.
َ َق ف
٢ س َّو ٰى َ َٱلَّ ِذي َخل
yang menciptakan dan menyempurnakan (ciptaan-Nya). (Al-A'la: 2)
Yakni Dia telah menciptakan makhluk dan menyempurnakan setiap makhluk-Nya dalam bentuk
yang paling baik.
٣ َوٱلَّ ِذي قَ َّد َر فَ َهد َٰى
Yang menciptakan, lalu menyempumakan. Dan Yang membuat [semua yang ada] sesuai dengan
ukuran, lalu menunjuki [mereka pada tujuan mereka].
Ayat di atas merupakan sekelumit penjelasan sekaligus argumentasi tentang kemahatinggian
Allah yang disinggung oleh akhir ayat yang lalu. Allah berfirman bahwa: Dia Yang Mahatinggi
itu adalah Dia yang menciptakan semua makhluk dan menyempurnakan ciptaan-Nya itu dan Dia
tidak sekedar menciptakan dan menyempurnakan, tetapi juga yang menentukan kadar masing-
masing serta memberi masing-masing petunjuk sehingga dapat melaksanakan fungsi dan
peranan yang dituntut darinya dalam rangka tujuan penciptaannya. [Tafsir Al-Misbah: Jilid 15,
hal,234]
٤ ي أَ ۡخ َر َج ۡٱل َم ۡرع َٰى
ٓ َوٱلَّ ِذ
dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. (Al-A'la: 4)
Yakni semua jenis tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. Dalam ayat ini ALLAH Menjelaskan
bahwa ALLAH Swt, adalah Dzat Yang Menumbuhkan tanaman-tanaman.
٧ إِاَّل َما شَٓا َء ٱهَّلل ۚ ُ إِنَّهۥُ يَ ۡعلَ ُم ۡٱل َج ۡه َر َو َما يَ ۡخفَ ٰى٦ س ٰ ٓى
َ سنُ ۡق ِرئُ َك فَاَل تَن
َ
Kami akan membacakan kepada engkau agar engkau tidak akan lupa. Kecuali apa yang
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Dia mengetahui apa yang nampak dan apa yang tersembunyi.
Ayat di atas bahwa Allah akan menghimpun ayat-ayat al-ur’an dalam dada (hati) Nabi
Muhammad Saw sehingga Beliau tidak akan melupakannya. Lafadz pengecualian (illa ma sya
Allah/kecuali apa yang dikehendaki Allah) ulama mengartikan ada ayat-ayat al-Qur’an yang
dikehendaki oleh Allah dilupakan oleh Nabi. Thahir Ibn ‘Asyur menulis bahwa yang dilupakan
itu ada dua macam. Yang pertama, terjadi bila Allah menghendaki untuk membatalkan bacaan
sebagian ayat-ayat al-Qur’an. Kedua, ayat-ayat yang dilupakan Nabi pada waktu tertentu,
kemudian Beliau ingat lagi. [Tafsir al-Misbah:Jilid 15 hal. 247]
٨ س ُركَ لِ ۡليُ ۡس َر ٰى
ِّ ََونُي
Dan kami akan melancarkan jalanmu ke arah kemudahan.
Kami akan menempatkan manusia pada jalan kemudahan. Yusra yang berarti ‘kemakmuran’,
berasal dari yasara yang berarti ‘menjadi mudah’. Ini adalah huda (petunjuk). Jalan kemudahan
adalah jalan tanpa hambatan, jalan ketundukkan, dan di atasnya manusia akan menemukan
kemudahan pengetahuan. Kesalahan manusia sendirilah jika ia menempatkan dirinya dalam
kerugian.
Ibnu Abbas mengartikan ayat ini bahwa ALLAH Swt, Memudahkan untuk berbuat baik,
menurut Ibnu Mas’ud yang dimaksud لِ ْليُ ْس َرىadalah surga, dan ada juga yang berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan ayat ini adalah ALLAH Swt, Memberikan syari’at yang suci, toleran, dan
mudah.[ Al-Jamil li Ahkam al-Qur’an, Juz. 20 hal. 19] Menurut Imam Muqotil artinya adalah
ALLAH Swti memberikan kemudahan beramal dengan amal ahli surga, ini adalah arti dari
ucapan Ibnu Abbas dengan ‘berbuat baik’[Tafsir al-Baghowi, Juz 8 hal. 401]
Dalam kitab Aysir al-Tafasir yang dimaksud dengan ayat ini adalah ALLAH Swt, Memberikan
syari’at yang mudah yaitu Islam, atau ALLAH Swt, Memberikan jalan yang mudah dan tidak
menyulitkan yang dibangun dengan asas ‘tidak ada kesulitan dalam agama’.[ Aysir al-Tafasir,
Juz. 5 hal. 557]
٩ ٱلذ ۡك َر ٰى
ِّ تِ فَ َذ ِّك ۡر إِن نَّفَ َع
Maka berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu berguna.
Dengan cara sama yang dilakukan Rabb (Tuhan) pada seluruh ciptaan-Nya, padang rumput
termasuk hal yang ingin manusia ketahui. Itulah tanah penggembalaan kita. Ayat ini
mengatakan, “Beri mereka peringatan, karena peringatan itu akan berguna atau menguntungkan
mereka.” Orang yang memperingatkan mereka juga ingin melihat hasilnya.
Bisa juga diartikan, “Jika peringatan itu bermanfaat.” Dengan demikian, jika tampaknya tidak
bermanfaat, maka tidak perlu memberikan peringatan, terlebih apabila peringatan itu malah
membuatnya bertambah melakukan keburukan. Sebagian ulama berkata, “Jika diperkirakan
peringatan itu bermanfaat, maka wajib memberi peringatan. Tetapi, jika diperkirakan peringatan
itu tidak bermanfaat, maka ia diberi pilihan; jika ia mau; ia memberi peringatan dan jika tidak,
maka ia tidak memberi peringatan.” Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsir Juz ‘Amma berkata,
“Akan tetapi, bagaimana pun juga kita katakan, “Harus memberi peringatan, meskipun anda
mengira bahwa peringatan itu tidak bermanfaat, karena kelak akan bermanfaat bagimu, dan
kelak manusia akan mengetahui bahwa sesuatu yang engkau peringatkan, bisa wajib atau haram,
dan jika engkau mendiamkan manusia, sedangkan mereka mengerjakan yang haram, maka nanti
orang-orang akan berkata, “Kalau hal ini memang haram, tentu ulama akan
memperingatkannya,” atau, “Kalau hal ini wajib tentu ulama akan mengingatkannya.” Oleh
karena itu, harus diberi peringatan dan syariat harus disebarluaskan baik bermanfaat (bagi yang
mereka) atau tidak.”
١١ َويَت ََجنَّبُ َها ٱأۡل َ ۡشقَى١٠ سيَ َّذ َّك ُر َمن يَ ۡخش َٰى
َ
Orang yang takut akan penuh perhatian. Dan orang yang paling celaka akan menghindari itu.
Setelah diberikan peringatan, maka manusia terbagi menjadi dua; orang yang mau menerima
peringatan itu dan orang yang tidak menerima. Orang yang menerima peringatan itu adalah
orang yang takut kepada Allah, karena takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan
mengetahui bahwa Dia akan memberikan balasan terhadap amalnya membuat seorang hamba
berhenti melakukan maksiat dan berusaha menjalankan kebaikan. Sedangkan orang yang tidak
menerima peringatan itu adalah orang yang celaka seperti halnya orang kafir sebagaimana
diterangkan pada ayat selanjutnya.
Orang Asyqa (orang yang penuh kesukaran, yang nasibnya sial, hancur, dalam kesengsaraan dan
penderitaan) tidak akan mengacuhkan peringatan dan tidak juga akan ingat, sehingga akan
dibuat lebih menderita lagi.
١٣ ثُ َّم اَل يَ ُموتُ فِي َها َواَل يَ ۡحيَ ٰى١٢ ار ۡٱل ُك ۡب َر ٰى ۡ َٱلَّ ِذي ي
َ َّصلَى ٱلن
Ia akan dilemparkan ke dalam api yang besar. Lalu ia di sana tidak akan mati juga tidak akan
hidup.
Maksudnya, karena kebodohan dan ketidakpeduliannya pada saat sekarang maka ia
membesarkan api yang kecil. Jika ada ‘api besar’, maka api kecil mesti juga ada, dan orang yang
sedang mengalami siksaan batin berada di dalam api kecil itu. Dinamakan api besar karena ia
tidak berakhir, tidak terukur, abadi, dan bergejolak secara permanen. Maka maksud ayat ini
adalah bahwa orang yang sekarang tidak takut melanggar (khasyyah), yang tidak bertasbih dan
tidak sedang menempuh jalan hidayah, berarti ia sedang menciptakan, memperbesar, dan
menyiapkan api besar. Maksud api besar itu adalah api neraka.
Artinya, hidup dan mati tak pemah pasti dalam neraka. Ia merupakan dimensi tingkat menengah
yang samar-samar, padahal bagaimana pun juga manusia menginginkan kepastian dan kejelasan.
١٧ ر َوأَ ۡبقَ ٰ ٓىٞ َوٱأۡل ٓ ِخ َرةُ َخ ۡي١٦ َبلۡ ت ُۡؤثِرُونَ ۡٱل َحيَ ٰوةَ ٱلد ُّۡنيَا
Tetapi tidak! Engkau lebih suka pada kehidupan dunia ini! Meskipun kehidupan akhirat itu
lebih baik dan lebih kekal.
Yakni kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan kamu
memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan dan
kemaslahatan kehidupanmu.
seakan ALLAH Berfirman “wahai sekalian manusia kalian lebih mengutamakan dunia daripada
akhirat maka kalian bekerja untuk dunia dan melupakan akhirat sehingga kalian tidak
mengutamakan sedikitpun terhadapnya”[40]
Dalam hadits lain dari Imam al-Baihaqi lagi, diceritakan dari al-Hasan ra, beliau berkata:
” حب الدنيا رأس كل خطيئة: “ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم
Rosulullah Saw, bersabda “Cinta dunia adalah awal dari segala dosa”
Dalam ayat ini manusia diperintah untuk mencari rizki (atau mencari dunia). Sebagaimana yang
juga kita ketahui bahwa sahabat yang berjuluk dzunnurain yaitu sayyidina Utsman bin Affan
adalah orang kaya namun pada suatu saat di masa paceklik beliau tidak menjual barang
dagangan kepada shahabat lain dengan harga yang tinggi karena kelangkaan barang, justru
sebaliknya beliau menyedekahkan seluruhnya dengan alasan balasan dari ALLAH Swt, lebih
tinggi dari pada tawaran manusia, padahal sebelumnya ada yang menawar dagangan itu dengan
harga tinggi kepada beliau. Celaan hanya ditimpakan pada mereka yang mencintai dunia.
Orang yang miskin belum tentu tidak mencintai dunia, dan orang kaya bukan berarti selalu
mencintai dunia. Orang yang tidak mencintai dunia adalah mereka akan sadar bahwa segala apa
yang ada pada mereka hanyalah titipan bukan milik yang harus ditangisi saat kehilangan, dan
tidak pula kikir saat harus mengeluarkan zakat.
َ ف إِ ۡب ٰ َر ِهي َم َو ُمو
١٩ س ٰى ُ ١٨ ف ٱأۡل ُولَ ٰى
ِ ص ُح ُّ إِنَّ ٰ َه َذا لَفِي
ِ ٱلص ُح
Sesungguhnya ini sudah tersebut dalam kitab suci yang terdahulu. Kitab sucinya Ibrahim dan
Musa.
Maksudnya adalah bahwa firman ALLAH Swt, dari ayat قد أفلح من تزكىhingga ayat خير وأبقىtelah
terncantum dalam shuhuf Nabi Ibrahim as, dan Taurot Nabi Musa as.
Kesimpulan
Dari Keterangan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa, surat al-A’laa merupakan sebuah surat
yang berisi tentang pengagungan dan penyucian kepada Allah SWT, peringatan kepada umat
manusia bahwa setiap orang sudah memiliki taqdir masing-masing, dan Allah akan
menunjukkan kepada manusia sesuai dengan taqdir yang telah ditetapkan oleh Allah atasnya.
Disamping itu, orang-orang yang mengabaikan peringatan Allah yakni berupa al-Qur’an akan
dimasukkan kedalam neraka sebagai balasannya dan orang-orang yang menyucikan diri dengan
beriman, maka merekalah orang-orang yang beruntung dan akan dimasukkan kedalam surga-
Nya.
Surat al-A’laa juga mengandung anjuran untuk melakukan zakat, dzikir, dan shalat.seseorang
bisa melakukan ketiga perbuatan tersebut secara berurutan. Yakni ketika pada bulan Ramadhan
sudah habis, maka orang muslim diwajibkan membayar zakat fitrah sebelum melakukan dzikir
(membaca takbir) dimasjid dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan shalat Idul fitri
berjamaah. Zuhud juga merupakan perintah yang terdapat didalam surat al-A’laa. Zuhud adalah
perbuatan mementingkan kepentingan akhirat daripada kepentingan dunia karena kepentingan
akhirat dinilai lebih kekal daripada kepentingan dunia. Urusan dunia hanyalah sementara dan
akan rusak.