Anda di halaman 1dari 4

NASIONAL - HUKUM

Jum'at, 06 Agustus 2010 , 22:10:00


Pansel Tetapkan 7 Nama Calon Ketua KPK

JAKARTA - Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel KPK) menentukan
tujuh nama kandidat yang lolos seleksi tahap ketiga. Mereka adalah Bambang Widjayanto,
Chaerul Rasjid, Fachmi, I Wayan Sudirta, Jimly Asshiddiqie, Meli Darsa, serta Busjro
Muqoddas . Jumlah ini mengerucut dari sebelumnya 12 kandidat yang ikut seleksi.

Penetapan nama-nama itu sendiri, dilakukan melalui Rapat Pleno Pansel KPK, Jumat (6/8) malam,
di Gedung Kemenkumham, setelah menerima hasil tes dari pihak konsultan. Menurut Ketua Pansel
Patrialis Akbar, pihak konsultan mendasarkan penilaiannya antara lain pada penggalian terhadap
kecocokan calon untuk menjabat Ketua KPK. Konsultan melihat kualifikasi pendidikan,
konsistensi cara berpikir, kecerdasan, kepribadian, kepercayaan diri, kematangan emosional,
integritas, transparansi, ketegasan dan kemampuan kerjasama dalam tim.

Hasil penilaian konsultan itu kemudian dipadukan dengan penilaian atas informasi-informasi yang
diperoleh Pansel, serta hasil dari tahapan seleksi sebelumnya. "Tujuh orang yang lolos akan
mengikuti tahapan seleksi berikutnya, yaitu wawancara," kata Patrialis.

Disebutkan pula, sebelum pelaksanaan tes wawancara, mulai besok rekam jejak ketujuh
kandidat akan mulai ditelisik oleh ICW dan MAPPI. Hasil pemantauan rekam jejak tersebut akan
ikut mempengaruhi penilaian. Mulai besok, Pansel juga akan menyurati sejumlah instansi untuk
meminta informasi mengenai figur ketujuh kandidat. Instansi dimaksud antara lain yakni Polri,
Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, PPATK, BIN dan Dirjen Pajak.

"Kita ingin dapat informasi dari instansi tersebut, yang pasti hasilnya akan jadi pertimbangan juga
dalam pengambilan keputusan nanti," jelas Patrialis.

Tes wawancara sendiri direncanakan akan berlangsung pada 19 Agustus, di mana hasilnya akan
dapat diketahui pada 20 Agustus. Sementara, proses pengumpulan informasi rekam jejak oleh ICW
dan MAPPI sendiri, dijadwalkan selesai pada tanggal 14 atau paling lambat 16 Agustus. "Kita beri
rentang waktu dua hari untuk ICW dan MAPPI, kalau mereka masih perlu tambahan waktu," ujar
Patrialis.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya ada 12 nama yang ikut dalam seleksi tahap ketiga ini. Di luar
ketujuh nama di atas, lima lainnya yang tercatat adalah Ade Saptomo, Aji Sularso, Firman Zai,
Fredrich Yunadi, serta Junino Jahja. (rnl/jpnn).
Tujuh Capim KPK Lolos Tes Psikologi
Jumat, 6 Agustus 2010 | 22:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak tujuh calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi


dinyatakan lolos tes psikologi, kata Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi Patrialis Akbar. "Itu hasil dari lembaga konsultan Dunamis yang
disampaikan kepada Pansel sebagai hasil psikotes," kata Patrialis saat pengumuman hasil tes
psikologi itu di sekretariat panitia seleksi, di Jakarta, Jumat (6/8/2010) malam.

Ketujuh calon pimpinan KPK yang dinyatakan lolos adalah Bambang Widjojanto (advokat),
Chairul Rasyid (purnawirawan polisi), Dr Fachmi (jaksa pada Kejaksaan Agung), Busyro Muqodas
(Ketua Komisi Yudisial), Jimly Asshiddiqie (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi), I Wayan
Sudirta, dan Meli Darsa. Mereka dinyatakan lolos tes psikologi yang diikuti oleh 12 calon pimpinan
KPK.

Patrialis menjelaskan, para calon yang lolos tersebut dinilai memenuhi sejumlah kriteria tes
psikologi, antara lain konsistensi cara berpikir, kecerdasan dan kepercayaan diri, kematangan
emosional, integritas, transparansi, ketegasan mengambil keputusan, dan kerja sama tim.

Rencananya, panitia seleksi akan melakukan tinjauan rekam jejak ketujuh calon tersebut. "Besok
akan dilakukan tinjauan track record," kata Patrialis.

Pansel akan mendapat bantuan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Masyarakat Pemantau
Peradilan Indonesia (MAPPI) dalam melakukan tinjauan rekam jejak. Hasil tinjauan rekam jejak itu
dijadwalkan selesai pada 14 Agustus 2010 atau paling lambat 16 Agustus 2010.

Setelah itu, ketujuh calon pimpinan KPK itu akan mengikuti tes wawancara pada 19 Agustus 2010.
Finalisasi hasil wawancara akan disampaikan sehari kemudian.

Panitia seleksi juga akan mengirimkan surat terkait hasil tinjauan rekam jejak calon pimpinan KPK
kepada sejumlah lembaga terkait, yaitu Mahkamah Konstitusi, Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan, Badan Intelijen Negara, Komisi Pemberantasan Korupsi, Polri, Kejaksaan,
Ditjen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM, serta Ditjen Pajak
Kementerian Keuangan.

Tujuh Calon Pimpinan KPK Lolos ke Babak Selanjutnya


Jum'at, 06 Agustus 2010 | 22:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -  Tujuh dari 12 calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
melaju ke babak seleksi selanjutnya. Panitia seleksi menggunakan hasil penilaian kepribadian dari
lembaga penguji independen Dunamis sebagai bahan pertimbangan.

Ketujuh calon pimpinan KPK itu  antara lain: Bambang Widjojanto, Inspektur Jenderal Polisi
Purnawirawan  Chaerul Rasjid, H. Fachmi, I Wayan Sudirta, Jimly Asshiddiqie, Meli Darsa,
dan Muhammad Busjro Muqoddas.

"Kami sudah menggali kecocokan tiap calon untuk menjadi Ketua KPK," kata Ketua Panitia Seleksi
Patrialis Akbar dalam gelar pers di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jum'at (6/8).
Menurut Patrialis, kriteria-kriteria yang menjadi catatan bagi pensel di antaranya
konsistensi cara berpikir, kecerdasan, kepribadian, kepercayaan diri, kematangan emosional,
integritas, transparansi, ketegasan dalam pengambilan keputusan, dan kemampuan bekerja
sama dalam tim. "Kami memutuskan berdasarkan bahan pertimbangan tersebut."

Tahapan seleksi selanjutnya, lanjut  Patrialis, yakni uji rekam jejak (tracking) yang dimulai besok.
Uji rekam jejak dilakukan oleh dua lembaga swadaya masyarakat yang ditunjuk pansel, yakni
Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Masyarakat Peradilan Indonesia (MaPI).

"Hasil tracking juga akan berpengaruh terhadap penilaian selanjutnya," kata Patrialis.Rekam jejak
dilakukan hingga 14 Agustus, paling lama hingga 16 Agustus.

Besok pansel juga mulai melayangkan surat konfirmasi ke Kepolisian RI, Kejaksaan Agung,
Mahkamah Agung, PPATK, BIN, Ditjen Administrasi Hukum Umum, Ditjen Pajak, KPK,
dan Kementerian Hukum dan HAM.  "Informasi dari lembaga-lembaga itu nanti kami gunakan
sebagai bahan pertimbangan." Bagi peserta yang lolos, akan mengikuti seleksi wawancara  pada  19
Agustus mulai pukul 09.00 WIB.

MAHARDIKA SATRIA HADI

ICW: Pimpinan KPK Harus Garang Terhadap Korupsi


Jum'at, 06 Agustus 2010 | 22:39 WIB

Febri Diansyah. TEMPO/Dwi Narwoko

TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia Corruption Watch menilai calon pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi ke depan  haruslah sosok yang berani memberangus korupsi. Calon yang
bermasalah, lebih banyak bicara pencegahan, keluarganya diduga memperoleh aliran uang yang
mencurigakan, pernah menerima pemberian-pemberian, harus dicoret  dari daftar.

"Kami lebih fokus, supaya  orang-orang bermasalah tidak masuk ke dalam KPK," kata Peneliti
Hukum ICW Febri Diansyah usai pertemuan dengan panitia seleksi calon pimpinan KPK di Kantor
Kementerian Hukum dan HAM, Jum'at (6/8).

ICW dan MAPI (masyarakat peradilan Indonesia) adalah dua lembaga swadaya masyarakat yang
ditunjuk pansel untuk membantu uji rekam jejak (tracking) terhadap calon yang lolos penilaian
kepribadian. Metode rekam jejak yang nanti dilakukan ICW dan MAPI, kata Febri, yakni melalui
pengumpulan data.

"Kami  lihat kekayaannya, hubungan dengan masyarakat, dan jenjang karir mereka," ujar Febri. 
Mengenai jenjang karir, misalnya, polisi. Jika polisi itu pernah kerja di Kalimantan, "Akan kami
teliti apakah pernah bermain tambang dan kayu, atau memiliki keterkaitan dengan perusahaan
tambang dan kayu," ujarnya.

Jika calon adalah seorang akademisi, lanjut dia, akan dilihat apakah dia benar mengajar atau hanya
makan gaji buta. Konsepnya tentang KPK seperti apa. "Kalau bicaranya tentang pencegahan,
sudahlah buang saja. Kita butuh komisi pemberantasan, bukan komisi pencegahan korupsi,"
ujarnya.
Menurut Febri,  yang tidak kalah penting selain nama calon adalah seleksi yang dilakukan pansel
dalam keadaan seperti apa. "Pansel melakukan seleksi ketika KPK berada di pusaran badai
corruptor fight back," ujarnya.  Dalam kondisi itulah, tidak boleh ada kompromi sedikitpun dari
pansel untuk memilih sosok yang tepat. "Apalagi yang dipilih cuma satu orang, meski dua yang
diusulkan ke Presiden," ujarnya.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Anda mungkin juga menyukai