Anda di halaman 1dari 7

Minggu, 15 Agustus 2010 | 19:29 WIB

Korupsi

ICW Beberkan 'Cacat' Calon Ketua KPK


Ada calon menerima Dana Abadi Umat untuk umroh bersama keluarganya.

Pipiet Tri Noorastuti, Bayu Galih

VIVAnews - Indonesia Corruption Watch melakukan investigasi rekam jejak terhadap enam calon
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Hasil investigasi yang dilakukan 3-15 Agustus 2010 ini
akan disampaikan kepada Panitia Seleksi (Pansel) Pimpinan KPK, besok, 16 Agustus 2010.

Peneliti hukum ICW Donal Fariz mengatakan, investigasi dilakukan dengan menelusuri sejumlah
data primer, seperti biodata calon, Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN), makalah, dan buku.

ICW juga melakukan investigasi lapangan untuk mengonfirmasi data calon. "Kami juga
melakukan wawancara terhadap calon, juga sejumlah pihak terkait," kata Donal di Kantor
ICW, Minggu, 15 Agustus 2010.

Hasilnya kemudian dipilah berdasar tiga indikator yaitu :


1. Aspek Leadership.
2. Integritas, dan
3. Komitmen dalam pemberantasan korupsi.

Dalam aspek leadership, sejumlah calon dianggap belum terbukti berhasil memimpin sebuah
lembaga negara dengan eskalasi konflik sebesar KPK. Satu calon diragukan aspek kepemimpinan
dan kenegarawanannya. "Misalnya berhenti saat tidak lagi menduduki jabatan strategis sebagai
ketua."

Dalam aspek integritas, ICW melihat ada calon tidak patuh terhadap UU No 28 tahun 2009 dengan
tidak melapor LHKPN. "Satu calon baru melaporkan LHKPN setelah lolos seleksi tahap III pada 10
Agustus 2010. Satu calon lain hanya melaporkan di tahun 2002, padahal ada dua jabatan sebagai
penyelenggara negara yang harus dilaporkan," ujarnya. Ada juga calon yang tidak melaporkan
kepemilikan rumah mewah di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Bahkan, ICW menemukan calon yang menerima Dana Abadi Umat yang dianggarkan di
Kementerian Agama pada 2000. Dana Abadi Umat untuk ibadah umroh keluarganya termasuk istri
dan empat anaknya.

Dalam aspek integritas, ICW juga menemukan ada afiliasi calon pimpinan KPK dengan partai
politik. Berikut rinciannya:

 Pada Oktober 2007, ada calon yang mendaftar sebagai calon gubernur ke Partai Golkar.
 Pada Februari 2008, ada calon yang mendaftar ke PDI Perjuangan sebagai calon gubernur.
 Calon mendukung salah satu pasangan presiden pada 2009.
 Ada calon yang pernah mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Karang Asem dari PDI
Perjuangan.
 Ada calon yang pernah mengikuti seleksi internal PDI Perjuangan sebagai bakal calon Gubernur
Bali.

Hal lain yang ditemukan ICW dalam aspek integritas:

 Ada calon yang diduga melakukan plagiasi dalam tugas kuliah tingkat S2.
 Ada juga yang terkena sanksi administratif dan kepegawaian karena kasus korupsi dan
pembalakan liar.
 Ada calon yang pernah melakukan negosiasi perkara di Pengadilan Negeri terkait penundaan
eksekusi.
 Ada calon yang menghentikan sejumlah kasus korupsi.
 Ada calon yang menyalahgunakan jabatan dan menekan kepala daerah untuk menempatkan
orang tertentu/kerabat di instansi daerah tersebut

Indikator ketiga, ICW melihatnya dari Komitmen Pemberantasan Korupsi. Temuan ICW
tersebut adalah:

 Calon berasal dari institusi yang belum mampu membenahi internal dari praktek mafia hukum.
 Meminta KPK untuk menghentikan kasus korupsi yang ditangani KPK.
 Melindungi bawahannya yang terjerat kasus korupsi.
 Membantu penjatuhan vonis bebas/lepas kasus korupsi.
 Nepotisme, dengan melakukan dua anak di sebuah institusi Negara.
 Berkontribusi melemahkan Komisi Yudisial dan potensi pelemahan KPK dengan adanya
Judicial Review UU KY dan UU KPK.
 Dikaitkan dengan pengusaha batubara, kasus penambangan emas ilegal, dan penyelundupan HP.
 Dikaitkan dengan dugaan proyek pembangunan lapangan tembak Semarang.
 Memprioritaskan pencegahan daripada penindakan kasus korupsi.
 Pernah mendampingi (pra-peradilan) tersangka kasus korupsi.

Atas temuan itu, ICW meminta Pansel KPK memerhatikan tiga aspek dari temuan tersebut. Pansel
diminta tidak memilih calon yang dianggap bermasalah. Namun, ICW tidak menyebutkan nama
calon yang dimaksud. (umi)

• VIVAnews
Inilah Dosa dan Kelemahan 7 Calon Pimpinan KPK Versi ICW
Laporan: tribunnews.com
Minggu, 15 Agustus 2010 | 18:33 WITA

JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM -- - Tidak ada gading yang tidak retak. Mungkin pribahasa itu
tepat ditujukan kepada tujuh bakal calon pimpinan KPK yang masih dalam tahapan seleksi Panitia
Seleksi Calon Pimpinan KPK. Berdasarkan penelusuran rekam jejak yang dilakukan ICW, ketujuh
calon pimpinan KPK tersebut, memiliki 'dosa' maupun kelemahan yang berbeda-beda.

Dalam acara jumpa pers yang digelar ICW di kantor sekretariatnya, Kalibata, Jakarta (15/8/2010)
siang, berdasarkan rekam jejak yang mereka lakukan terhadap ke tujuh calon, ditemukan tiga aspek
kelemahan ke tujuh calon. Tiga aspek itu diterangkan Peneliti ICW, Donal Fariz, adalah aspek
integritas, komitmen pemberantasan korupsi, dan kepemimpinan.

"Ada lima calon yang memiliki masalah kepemimpinan, lima calon bermasalah dalam integritas,
dan lima calon bermasalah dalam komitmen pemberantasan korupsi," ungkap Donal. Namun ia
enggan merinci nama-nama dari bakal calon yang ia sebutkan memiliki masalah di tiga aspek
tersebut.

Lebih jauh, ia menerangkan, dalam aspek integritas, setidaknya ada 12 temuan yang ada dalam diri
lima calon yang ia sebutkan tersebut.

Di antaranya adalah, tidak patuh LHKPN, menerima Dana Abadi Umat, memiliki afiliasi politik,
memiliki rumah mewah yang belum tercantum LHKPN, dan pernah menghentikan sejumlah kasus
korupsi.

Sementara dalam aspek komitmen pemberantasan korupsi, Donal menerangkan, pihaknya


mencatat ada 10 temuan terhadap lima calon bakal pimpinan KPK.

Di antaranya, adalah, berasal dari institusi yang belum mampu membenahi internal dari praktik
mafia hukum, pernah melindungi bawahannya yang terjerat kasus korupsi, membantu penjatuhan
vonis bebas kasus korupsi."

Termasuk berkontribusi melemahkan Komisi Yudisial (KY) dan berpotensi melemahkan KPK,
terkait dengan kasus hukum proyek pengadaan lapangan tembak Semarang, dan ada calon yang
terkait dengan pengusaha Batubara, penambangan emas ilegal, dan penyeludupan telepon genggam.

Dari aspek kepemimpinan, ICW setidaknya mencatat ada enam temuan dalam lima bakal calon
Pimpinan KPK.

Di antaranya, adalah, sejumlah calon belum terbukti berhasil memimpin sebuah lembaga negara
sebesar dengan eskalasi konflik yang tinggi seperti KPK, belum berhasil memimpin sebuah institusi
lembaga negara, salah satu anak calon pernah menjadi pengguna narkoba, gaya kepemimpinan garis
komando, dan calon yang tipikal kepemimpinannya arogan ke bawahan.

Seluruh hasil temuan ICW ini, nantinya menurut Donal, akan diserahkan ke Pansel KPK pada Senin
(16/8/2010), pagi sekitar pukul 09.00 Wib. (tribunnews.com)
ICW Temukan 28 Masalah Pada 7 Calon Bos KPK  
Minggu, 15 Agustus 2010 | 17:11 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia  Corruption Watch (ICW) menemukan setidaknya 28


masalah pada 7  kandidat pimpinan  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Temuan ICW  ini akan
disampaikan ke Panitia Seleksi KPK,  Senin (16/8) besok sebagai bahan pertimbangan seleksi.

Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho menjelaskan, 28 temuan masalah itu adalah hasil
investigasi mereka pada  3-15 Agustus lalu. Setidaknya ada 3 indikator yang dipakai dalam menguji
kelayakan kandidat di mata publik yaitu kepemimpinan, integritas dan komitmen terhadap
pemberantasan korupsi.

" Tak ada satu pun calon yang lepas dari temuan ICW dengan tiga indikator itu" kata Emerson
dalam jumpa pers di kantornya, Minggu, 15 Agustus 2010.

Indikator kepemimpinan misalnya, menurut Emerson, tim ICW menemukan ada  calon yang
memiliki gaya kepemimpinan garis komando dan tak cocok dengan sistem di KPK. Ada juga  calon
yang tipikal pemimpin yang arogan ke bawahannya. Padahal, KPK membutuhkan pemimpin yang
bisa memberikan proteksi kepada bawahannya.

Tim ICW bahkan menemukan 12 temuan untuk indikator Integritas. Misalnya ada calon yang 
menerima dana abadi umat tahun 2000 untuk umroh dengan istri. Sementara pada  2002 menerima
dana abadi umat untuk empat orang anaknya. " Bahkan juga ada plagiasi tugas kuliah S2 hingga ada
yang menegosiasi perkara di pengadilan" ujarnya. 

Sayangnya,dari semua temuan itu Emerson menolak menberikan nama calon-calon mana saja yang
ditemukan ada suatu kejanggalan. Ia hanya menegaskan, ada tiga calon yang masuk tiga indikator
itu. " Apapun temuan, besok pagi kami kirimkan ke Pansel agar jadi rekomendasi proses pemilihan"
ujarnya.

MUTIA RESTY.
Home / Nasional / Politik Hankam
Seleksi Pimpinan KPK

Satu Calon Lakukan Plagiatisme saat Kuliah S2


Tribunnews.com - Minggu, 15 Agustus 2010 16:04 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Corruption Watch (ICW), dalam hasil rekam jejak
terhadap ke tujuh calon Pimpinan KPK, menemukan terdapat satu calon yang meniru tugas sewaktu
masih menjalani kuliah S2.

"Ada satu calon yang melakukan plagiatisme saat kuliah S2," ujar Peneliti ICW, Donal Fariz, dalam
acara jumpa pers di Kantor Sekretariat ICW, Kalibata, Jakarta, Minggu (15/8/2010) sore.

Menurutnya, kepastian itu didapatkan ICW dari seseorang mantan dosen calon tersebut saat
menjalani kuliah S2.

"Informasi ini kita dapatkan dari dosennya, dia menyampaikannya ke kita dan di ruang publik,"
ungkap Donal.

Selain itu, Donal juga mengungkapkan, ada calon lainnya yang pernah menerima Dana Abadi Umat
(DAU). "Calon, istri, menerima DAU tahun 2000 untuk melaksanakan ibadah umroh, dan empat
anak calon pimpinan KPK menerima DAU tahun 2002," ungkap Fariz.

Yang menarik, berdasarkan hasil temuan ICW, ada juga calon yang memiliki hobi golf. Kenapa
hobi golf dianggap menjadi suatu catatan buruk terhadap calon Pimpinan KPK, terang Donal,
karena pihaknya tidak menginginkan terjadinya kasus caddy yang kemudian menyeret mantan
Ketua KPK Antasari Ashar masuk sel.

Calon yang bersangkutan, pernah menggunakan fasilitas jabatan untuk kepentingan bermain golf,
dimana calon tersebut bahkan pernah bermain golf hingga ke luar kota.

Namun, pihak ICW enggan mengungkapkan nama-nama calon tersebut, dengan berkilah hal itu
merupakan tugas pekerja media.

"Kami tidak akan menyebutkan nama, kami minta teman-teman media yang menelusurinya,"
tutupnya.

Seluruh hasil temuan ICW ini nantinya, menurut Donal, akan diserahkan ke Pansel KPK, Senin
(16/8/2010), pagi sekitar pukul 09.00.

Editor : anwarsadat
Share
Home / Nasional / Umum
Seleksi Pimpinan KPK

Chairul Rasyid tak Khawatir Boroknya Dibongkar


Tribunnews.com - Kamis, 12 Agustus 2010 20:56 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu-satunya calon pimpinan KPK yang berlatar belakang


dari kepolisian, Irjen (Purn) Chairul Rasyid mengaku tidak khawatir jika Panitia Seleksi (Pansel)
Pimpinan KPK dan Lembaga Swadaya Masyaralkat (LSM) menemukan catatan buruk
keterlibatannya dalam suatu kasus selama aktif di kepolisian.

"Itu silakan saja. Tidak ada masalah dengan itu," kata Chairul Rasyid, Jakarta, Kamis (12/8/2010).

Mantan Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Kalimantan Barat ini melihat Pansel Pimpinan KPK
yang beranggotakan 11 orang itu masih bisa bekerja dan menilai para kandidat pimpinan secara
objektif. Karena itu, Chairul menyatakan siap mengklarifikasi ke Pansel, jika ada kasus-kasus yang
membelitnya di masa lalu. "Saya sudah siap jelaskan," kata dia.

Sebagaimana diberitakan, saat ini Pansel tengah melakukan penelusuran rekam jejak atau tracking
terhadap tujuh calon pimpinan KPK yang tersisa. Tujuh orang yang akan menduduki kursi
pimpinan KPK, yakni mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Ashiddiqie, Ketua Komisi
Yudisial (KY) Busjro Muqqoddas, advokat-aktivis Bambang Widjojanto, advokat Melli Darsi,
mantan Kepala Akademi Kepolisian Irjen (Purn) Chairul Rasyid, dan Direktur Tata Usaha Negara
(TUN) Kejaksaan Agung, M Fachmi.

Dalam tugas penting ini, Pansel juga melibatkan LSM seperti Indonesia Corruption Watch (ICW)
dan Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MAPPI).

Dalam rangka yang sama, Pansel juga berkoordinasi dengan Mahkamah Konsitusi (MK), Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Badan Intelejen Negara (BIN), Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, Kejaksaan Agung, Ditjen Administrasi Hukum Umum
Kemenkumham, dan Ditjen Pajak Kementerian Keuangan.

Penulis : Acoz
Editor : prawiramaulana
Share
Aspek Integritas Paling Penting
JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Ketua MPR Lukman Hakiem Saifuddin menilai pada
hakekatnya tidak ada calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sempurna. Hal
itu menanggapi hasil investigasi ICW yang menemukan 28 masalah pada aspek integritas,
komitmen dalam pemberantasan korupsi, serta kepemimpinan pada ketujuh calon pimpinan
tersebut.

"Tinggal bagaimana kita meminimalisir, mana masalah yang relatif bisa kita terima. Pada akhirnya,
kita dihadapkan pada pilihan yangg ada," kata yang juga politisi PPP, Minggu (15/8/2010) di
Kantor Indonesia Corruption Watch, Jakarta.

Bagi Lukman, aspek terpenting adalah integritas. "Integritas adalah segalanya. Integritas sudah built
in dalam diri calon, dan ini merupakan senjata utama bagi orang yang ingin memimpin KPK,"
tambahnya.

Soal kepemimpinan, menurutnya, bisa dipelajari dan dikembangkan. Apalagi, kepemimpinan di


KPK bersifat kolektif kolegial. Sementara, soal komitmen dalam pemberantasan korupsi, ia menilai
ketujuh calon sudah cukup memadai. Komitmen juga bisa dibangun asalkan lingkungan kerjanya
kondusif.

Menurutnya, Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berperan
penting dalam menentukan pemilihan calon pimpinan yang tepat dan berkualitas. Maka itu, Lukman
berharap Pansel KPK mampu menyerahkan dua calon terbaik dari ketujuh calon yang ada ke
Presiden dan DPR.

Ketujuh calon tersebut adalah Irjen Pol (Purn) Chaerul Rasjid, jaksa Sutan Bagindo Fahmi,
advojat Bambang Widjoyanto dan Melly Darsa, anggota DPD I Wayan Sudirta, mantan
Ketua MK Jimly Asshiddiqie, dan Ketua KY Busyro Muqoddas.

"Saya berpandangan bahwa Pansel KPK adalah pertaruhan terakhir ketika mereka mengusung dua
nama calon, sehingga siapa pun yang dipilih DPR nanti adalah yang terbaik," kata Lukman.

Peran Pansel KPK penting karena ketika dua calon diserahkan ke DPR, proses tarik-menarik
kepentingan di lembaga politik tersebut menjadi suatu hal yang tak dapat dihindarkan. "Ada banyak
kepentingan di DPR, khususnya Komisi III yang akan memilih satu dari dua calon yang ada,"
katanya.

Kepada Komisi III, Lukman menghimbau agar komisi hukum tersebut benar-benar memilih
pimpinan calon KPK berdasarkan rekam jejak mereka, bukan tawar-menawan politik. Pasalnya,
hanya rekam jejaklah yang mampu menunjukkan integritas, kemampuan, dan komitmen calon.
Lukman juga mengatakan, Pansel KPK dan DPR juga harus mampu memilih calon yang tidak lagi
memiliki ambisi mengejar jabatan tertentu, tapi semata-mata hendak mengabdi pada bangsa dan
negara.

KOMPAS.com

Anda mungkin juga menyukai