Anda di halaman 1dari 89

BAB XII.

SPESIFIKASI TEKNIS

VI.1. UMUM

VI.1.1. KETENTUAN UMUM

(1) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana secara
umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun perubahan-perubahan dan atau
tambahan-tambahannya dalam Berita Acara Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar-
gambar perubahan dan tambahan yang telah disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat
Komitmen.
(2) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang timbul dalam
pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Proyek atau Pengawas baik
sebelum maupun selama pekerjaan berlangsung
(3) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan, ketidak sesuaian
baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :
 Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah gambar yang
skalanya lebih kecil
 Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS
 Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan, maka Gambar Kerja
yang mengikat
 Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan, maka yang
mengikat adalah RKS
 Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan persetujuan Pengawas/
Direksi Proyek sebelum dilaksanakan
(4) Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga lingkungan agar
tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
(5) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan sekitar yang
disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Rekanan/ Penyedia Jasa.
Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rekanan/ Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada
pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi
ataupun lahan sekitar yang diperlukan
(6) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Rekanan/ Penyedia Jasa dalam keadaan seperti pada
saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau peninjauan lapangan
(7) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
(8) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang
akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, selanjutnya
barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
(9) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja
tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat
(10) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
(11) Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa harus berkonsultasi
dengan Pengawas atau Direksi Proyek.

VI.1.2. KETENTUAN PELAKSANAAN K3

VI.1.2.1. Ketentuan administrasi

87
a. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi, yaitu :

1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,


lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain
yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja,
selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam
organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah
diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan pengumuman,
papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang
perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan
cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk
setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi
pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja
dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan,
diwajibkan membentuk unit pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit struktural
dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia jasa.
4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
5) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-fasilitas
dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam
segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari
panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.

88
6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Laporan kecelakaan

Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait
dengan K3, dimana :

1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

d. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan

Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat
sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :

1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :


a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
2) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
3) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
4) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja
dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
6) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-
alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi yang
mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
8) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga
supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
9) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
10) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan
cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah
sakit atau tempat berobat lainnya.
11) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis yang
memberitahukan antara lain :
a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK,
ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.
b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan
nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat
segera dihubungi dalam keadaan darurat.

89
e. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak
dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya
suatu pekerjaan konstruksi.

Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian
evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan
prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh
karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan
dan pengawasannya.

VI.1.2.2. Ketentuan Teknis


a. Aspek lingkungan

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan,
Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

b. Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk
pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
b) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya
tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
c) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
d) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
e) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.

90
c. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia:
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran.
3) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang
yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
4) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus
selalu dipelihara.
5) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
6) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat
sebagai berikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan
api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
11) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran

d. Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan
yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat,
masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.
6) Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah dengan stamper
dan sebagainya.

91
Gambar Perlengkapan keselamatan kerja

VI.1.2.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


a. Pedoman untuk manajemen puncak

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan. Informasi ini
digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan kerja yang telah
diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan cara
yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan pengendalian mengenai biaya
dan rencana penjadualan pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan mengalokasikan biaya
kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan jaminan
bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi
aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk
program keselamatan kerja.

b. Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi
sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan K3, juga harus
mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui
komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan dan
memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang erat
dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi kecelakaan dan
permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar
mereka berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya
memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada
hari-harinya yang pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang pari
pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”)

92
kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga
harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat
membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para
mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan
kekuasaan yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).

c. Pedoman untuk mandor


Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya
begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan kerja
dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan kerja
melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para mandor di
lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran perusahaan.

d. Pedoman untuk pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan
dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.

VI.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal pekerjaan harus dipersiapkan
dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan organik dan akar-akar pepohonan, semak semak
serta semua sisa material bekas dari pekerjaan sebelumnya. Bekas semak / rumput yang telah
dibersihkan di beri obat untuk mematikan rumput sehingga setelah pekerjaan selesai dilaksanakan
tidak ada lagi rumput / semak yang tumbuh.

b. Pengukuran dan Pemasangan Bouplank


 Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran pematokan di lapangan yang disetujui
oleh Pengawas
 Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan semua peralatan, perlengkapan
dan tenaga kerja yang diperlukan dalam hubungannya dengan pematokan tersebut
 Pengukuran ketinggian permukaan dilakukan menggunakan alat ukur (theodolit) dan
dilaksanakan oleh rekanan /kontraktor dengan mendapat petunjuk dari pengawas.
 Pemasangan patok untuk pekerjaan saluran di pasang pada kanan kiri saluran sesuai lebar
saluran rencana setiap 25 m panjang.

93
 Pemasangan bouplank untuk pekerjaan saluran dan pekerjaan talud di pasang menggunakan
balok kayu dan papan kayu sesuai dengan dimensi pada gambar kerja, pemasangan bouplank
ini harus kuat dan tidak mudah berubah kedudukannya serta tidak boleh hilang atau rusak.
 Jika pada suatu waktu selama pelaksanaan pekerjaan beralangsung timbul kesalahan-kesalahan
pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu pekerjaan, maka Rekanan/ Kontraktor
dengan biaya sendiri harus memperbaiki kesalahan sesuai dokumen kontrak,
 Pencocokan pematokan di lapangan oleh Pengawas bagaimanapun juga tidak melepaskan
Rekanan/ Penyedia jasa dari tanggung jawab atas ketepatan pematokan tersebut dan Rekanan/
Penyedia Jasar harus melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap patok
sementara dan benda-benda lain yang dipergunakan dalam pematokan.

c. Mobiisasi
 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak, Penyedia Jasa melaksanakan
Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi
 Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas semua hal baik teknis maupun
non teknis dalam proyek ini
 Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa menyerahkan program
mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
 Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan perizinan
yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Kepolisian dan
instansi terkait lainnya.
 Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi
proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah disebutkan dalam
kontrak.
 Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan peralatan
tersebut sesuai kontrak.
 Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan digunakan lagi, maka
alat berat tersebut segera dikembalikan.
 Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat.
 Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan kendaraan/peralatan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak mencemari tanah dan air.
 Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek dan sudah
mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait.
 Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.
 Pengajuan izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.
 Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih dahulu diambil contohnya
untuk diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak memenuhi syarat, segera
diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.

d. Pengaturan Lalulintas
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan jalan sedemikian rupa sehingga terlindungi
dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun proyek.
 Pengendalian dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan sebagaimana diperlukan untuk
melindungi pekerjaan jalan.
 Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi cuaca yang
buruk, lalu lintas padat, dan selama periode pekerjaan yang sedang dilaksanakan sangat peka
terhadap kerusakan.
 Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara, dan membongkar semua pekerjaan jalan
atau jembatan sementara yang diperlukan untuk menghubungkan dengan jalan umum.
 Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau yang
disebabkan oleh jalan atau jembatan sementara ini.

94
 Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Penyedia Jasa harus melakukan semua
pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk pembayaran kepada pemilik tanah
yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari
pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan.
 Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan dan mengembalikan kondisi
tanah itu ke kondisi semula sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang
bersangkutan.
 Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan agar pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dapat dilewati dengan aman oleh peralatan konstruksi, bahan dan karyawan Penyedia Jasa
lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk keperluan ini, Penyedia Jasa dan
Penyedia Jasa lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek, harus menyerahkan suatu
jadwal transportasi kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling
sedikit 15 (lima belas) hari sebelumnya.
 Jalan alih sementara (detour) harus dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi lalu
lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur, sesuai
dengan kelas jalan. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas
umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara
telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum
 Penyedia Jasa harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase dan rambu lalu
lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
 Penyedia Jasa harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping sementara
untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat, apabila jalan masuk
tersebut sudah ada sebelum pekerjaan dimulai, dan pada tempat lainnya yang diperlukan, atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Pembangunan jalan dan jembatan sementara harus sesuai dengan gambar rencana.
 Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran arus lalu
lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, dalam hal ini jika kegiatan pelaksanaan akan
mengganggu lalu lintas umum, Penyedia Jasa harus memasang dan memelihara rambu lalu
lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat. Semua rambu lalu
 lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan atau terlihat dengan
jelas pada malam hari.
 Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di semua tempat
kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas
satu arah.
 Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang
melewati lokasi pekerjaan tersebut.

e. Papan Nama Proyek


 Rekanan /Kontraktor diwajibkan membuat dan memasang Papan Nama Proyek dan
ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat dan dapat dilihat dari jalan yang dapat
dikonsultasikan dengan Pengawas/Direksi Proyek. Dimensi, warna, bentuk, tulisan dan
ketentuan-ketentuan yang lain dapat dilihat pada lampiran dan atau Gambar Kerja
 Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai kebutuhan untuk
keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap lokasi pekerjaan yang dianggap perlu.
Setiap terjadi kecelakaan yang ditimbulkan oleh kelalaian Rekanan/Kontraktor baik karena
menyangkut rambu-rambu dan peringatan maupun peletakan alat-alat dan bahan bangunan
yang tidak teratur menjadi tanggung jawab Rekanan/ Kontraktor.

VII.3. KOMPONEN PEKERJAAN


Komponen pekerjaan yang termasuk dalam paket pekerjaan ini adalah :
 Pekerjaan Tanah
95
 Pekerjaan Lapisan Berbutir
 Pekerjaan Lapisan Beraspal
 Pekerjaan Beton
 Pekerjaan Drainase
 Pekerjaan Paving Blok

VII.3.1. PEKERJAAN TANAH


A. PEKERJAAN GALIAN :
1. UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan, atau pembuatan stok
dari tanah, tanah lumpur atau padas atau material lain dari badan jalan, saluran / selokan atau
sekitarnya yang perlu untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
(b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan selokan dan saluran air, untuk
pembuatan formasi dari galian atau pondasi untuk pipa, gorong-gorong, saluran atau struktur
lainnya, untuk pembuangan material yang tak terpakai atau humus, untuk pekerjaan
stabilisasi dan pembersihan longsoran, untuk bahan galian konstruksi atau pembuangan
material sisa dan untuk pembentukan secara umum dari tempat kerja sesuai dengan
Spesifikasi ini dan yang memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam. Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(c) Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari seksi ini berlaku untuk seluruh
pekerjaan galian yang dilakukan sehubungan dengan kontrak dan seluruh galian dapat
merupakan salah satu dari :
(i) Galian tanah biasa
(ii) Galian tanah padas / tanah berbatu
(iii) Galian tanah lumpur
(d) Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian padas
maupun galian tanah berlumpur.
(e) Galian tanah berlumpur adalah galian pada tanah yang banyak bercampur dengan air
sehingga tidak memungkinkan dibuang / dibawa tanpa menggunakan perlengkapan yang
tidak bocor.
(f) Galian padas harus mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh
padas atau bahan lainnya yang dalam pandangan Direksi Teknik adalah tidak praktis menggali
tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran tanah dan peledakan. Galian ini tidak
termasuk bahan yang menurut pendapat Direksi Teknik dapat dilepaskan dengan penggaruk
yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar 180 TK.
(g) Galian tanah biasa maupun galian tanah padas masing – masing bisa dari galian yang dibuang
setempat ( jarak < 30 m ) dan galian yang dibuang jauh (jarak > 30 m), sedang galian tanah
lumpur selalu harus dibuang jauh dari lokasi pengerukan / penggalian.

(2) Toleransi dimensi


(a) Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang ditentukan
lebih dari 2 cm pada setiap titik.
(b) Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup
rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase yang bebas dari
permukaan itu tanpa terjadi genangan.

(3) Pelaporan dan Pencatatan


(a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut seksi ini, Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi Teknik, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan melintang
yang menunjukkan tanah asli sebelum operasi pembabatan dan penggaruan dilakukan.
(b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik gambar perincian dari seluruh struktur
sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti skor, turap,
cofferdam dan tembok penahan dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik dari
gambar tersebut sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksukkan akan dilindungi
oleh struktur yang diusulkan tersebut.
(c) Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai, Kontraktor
harus memberitahu Direksi Teknik dan bahan landasan atau material lain tidak boleh

96
dipasang sebelum disetujui oleh Direksi Teknik untuk kedalaman dari galian dan sifat dan
mutu dari material pondasi, seperti yang disebutkan dalam Pasal 2. dibawah.
(d) Catatan dari seluruh bahan peledak yang digunakan, yang menunjukkan lokasi serta
jumlahnya, harus disimpan oleh Kontraktor untuk pemeriksaan oleh Direksi Teknik.

(4) Jaminan keselamatan pekerjaan galian


(a) Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan pekerja
yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
(b) Selama masa pekerjaan galian, sewaktu lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan
disekitarnya, struktur atau mesin harus dipertahankan sepanjang waktu, dan skor serta turap
yang memadai harus dipasang, jika tepi permukaan galian yang sewaktu-waktu tidak
dilindungi dapat berbahaya/tidak stabil. Bila diperlukan, Kontraktor harus menahan atau
menyangga struktur disekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau
rusak oleh pekerjaan galian itu.
(c) Peralatai berat untuk pemindahan tanah pemadatan atau keperluan lainnya tidak boleh
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat dari 1.5 m dari tepi galian terbuka atau galian
pondasi, terkecuali uji pipa atau terstruk lainnya telah dipasang dan ditutup dengan paling
sedikit 60 cm urugan yang telah dipadatkan.
(d) Tembok ujung cofferdam atau cara lainnya untuk menghindarkan air dari daerah galian harus
dirancang dengang benar dan cukup kuat untuk menjamin tidak terjadi keruntuhan mendadak,
yang mungkin dapat membanjiri tempat kerja secara cepat.
(e). Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya berada dalam galian yang mengharuskan
kepala mereka berada dibawah permukaan tanah, Kontraktor harus menempatkan pengawas
keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada
setiap saat peralatan galian cadangan (yang belum, dipakai) serta perlengkapan P3K harus
tersedia pada tempat kerja galian.
(f) Bahan Peledak yang diperlukan pada galian padas harus disimpan, ditangani, dan digunakan
secara. hati-hati dan ketat sesuai dengan Peraturan Perundangan. dari Pemerintah. Kontraktor
harus bertanggung jawab untuk pencegahan pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat
dari bahan peledak dan harus menjamin bahwa yang menangani peledakan harus
dipercayakan hanya kepada orang yang berpengalaman dan bertanggung jawab.

(g) Seluruh galian. terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah pekerja atau
orang lainnya terjatuh kedalamnya, dan setiap, galian terbuka pada badan jalan atau bahu
harus ditambah dengan rambu pada malam hari dengan drum dicat putih (atau yang serupa)
dan merah atau lampu kuning sesuai dengan ketetapan Direksi Teknik.
(h) Ketentuan yang ada dalam Seksi Pemeliharaan Arus Lalu Lintas harus diterapkan pada
seluruh galian dalam daerah milik jalan.

(5) Jadwal Kerja


(a) Luas waktu galian yang terbuka. pada suatu operasi harus dibatasi sepadan dengan,
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam. kondisi yang baik, dengan
mempertimbangkan akibat dari pengeringan, pembasahan akibat hujan dan gangguan dari
operasi pekerjaan berikutnya.
(b) Galian saluran atau galian lainnya yang melintang jalan harus dilakukan menggunakan
konstruksi setengah badan jalan sehingga jalan tetap dapat terbuka bagi lalu lintas pada setiap
saat.
(c) Bila lalu lintas pada jalan terpaksa terganggu karena peledakan atau operasi pekerjaan
lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan sebelumnya terhadap, jadwal untuk
gangguan tersebut dari penguasa setempat dan juga, dari Direksi Teknik.

(6) Kondisi Tempat Kerja


(a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan seluruh
material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan ( pompa ), pengalihan
saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar
siap dtempat kerja pada setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur
pengeringan dengan (pompa), pengalihan saluran air dan pembangunan saluran sementara,
tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap ditempat kerja pada setiap saat untuk
menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa.

97
(b) Bila pekerjaan sedang dilakukan pada saluran yang ada atau tempat lain dimana aliran bawah
tanah atau tanah mungkin tercemari, Kontraktor harus setiap saat menyediakan pada tempat
kerja sejumlah air minum yang untuk digunakan oleh pekerja untuk mencuci, bersama
dengan sejumlah sabun dan desinfektan.

(7) Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tak memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Pasal 1.(3) diatas harus
diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut :
(i) Material yang berlebih harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut.
(ii) Daerah dimana telah tergali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus diurug kiebali
dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi aggregat seperti yang diperintahkan Direksi
Teknik.

(8) Utilitas dibawah tanah


(a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi yang ada tentang adanya
serta lokasi dafi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar ijin yang
diperlukan atau wewenang lainnya untuk melaksanakan galian yang diperlukan dalam
Kontrak.

(b) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjaga setiap saluran yang masih berfungsi dari
pipa, kabel, atau jalur lainnya atau struktur yang dijumpai dan memperbaiki setiap kerusakan
yang timbul oleh operasinya.

(9) Royalti untuk material Galian


Bila timbunan pilihan atau lapis pondasi batu pecah untuk aspal beton atau beton atau material
lainnya diperoleh dari galian bahan diluar daerah milik jalan, Kontraktor harus melakukan
pengaturan yang perlu dan pembayaran iuran dan royalti kepada pemilik tanah dan penguasa untuk
ijin menggali dan menggangkut material.

(10) Penggunaan dan Pembuangan Material Galian


(a) Seluruh meterial yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan proyek
dimana memungkinkan, harus digunakan secara effektif untuk formasi timbunan atau urugan
kembali.

(b) Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, peat , sejumlah besar akar atau benda
tetumbuhan lain dan tanah yang kompresif yang menurut pendapat Direksi Teknik akan
menyulitkan pemadatan dari material pelapisan atau yang mengakibatkan terjadinya,
kerusakan atau penurunan yang tidak mengakibatkan terjadi kerusakan atau penurunan yang
tidak dikehendaki harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan
dalami pekerjaan permanen.

(c) Setiap meterial galian yang berlebihan untuk kebutuhan timbunan, atau tiap material yang
tidak disetujui oleh Direksi Teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang dan diratakan
diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan seperti
diperintahkan Direksi Teknik.

(d ) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk keseluruhan pengaturan dan biaya untuk
pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan ,
kebersihan lingkungan dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.

(11) Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara


(a) Terkecuali diperintah oleh Direksi Teknik, seluruh struktur sementara seperti cofferdam atrau
skor dan turap harus dibongkar oleh kontraktor setelah selesainya pekerjaan struktur
permanen atau pekerjaan lain untuk mana galian telah dilakukan. Pembongkaran harus
dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang
telah selesai.
(b) Material bekas yang diperoleh dafi pekerjaan sementara tetap merupakan milik dari
Kontraktor atau bila memenuhi syarat yang disetujui oleh Direksi Teknik, dapat
dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar dalam Mata Pembayaran yang
bersangkutan dalam Daftar Penawaran.

98
(c) Setiap pemakaian material galian yang bersifat sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan
dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu saluran air.
(d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus
ditinggalkan dalam keadaan rapih dengan tepi dan lereng yang stabil.

2. PROSEDUR PENGGALIAN

(1) Prosedur Umum


(a) Penggalian harus dilaksariakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam
Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Teknik dan harus mencakup pembuangan seluruh
material dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton,
tembok dan perkerasan yang lama.
(b) Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap material
atau bangunan dibawah dan diluar batas galian.
(c) Dimana material yang terbuka pada garis formasi atau pennukaan lapis tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau tanah gambut atau material lainnya yang tak memenuhi
dalam pendapat Direksi Teknik, maka material tersebut harus dipadatkan dengan benar atau
seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana
diperintahkan Direksi Teknik.
(d) Dimana material padas, lapisan keras atau yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi
untuk selokan berpasangan, pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu, atau
pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka material tersebut harus digali 15 cm lebih
dalam hingga ke permukaan yang mantap dan merata. Tidak boleh ada tonjolan-tonjolan
padas dari permukaan tersebut dan seluruh pecahan padas yang diametemya lebih besar dari
15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus didapat dengan mengurug kembali
dengan material yang dipadatkan yang disetujui oleh Direksi Teknik.
(e) Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya, boleh digunakan jika menurut pendapat
Direksi Teknik tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau penggaru hidraulis,
Direksi Teknik dapat melarang peledakan dan memerintahkan padas untuk digali dengan cara
lain, jika menurut pendapatnya, peledakan berbahaya bagi manusia atau struktur yang
berdekatan, atau bila dilaksanakan dengan serampangan.
(f) Bila diperintahkan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung
ledakan untuk melindungi orang, benda dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang
perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh Direksi Teknik.
(g) Penggalian padas harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau lainnya,
sehingga tepi darl galian harus dib;arkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Padas
yang lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau
orang harus dibuang, baik bila terjadi pada galian karang yang baru maupun yang lama.

(3) Galian untuk Struktur dan Pipa


(a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau saluran beton dan galian untuk pondasi jembatan atau
struktur lain. hanis cukup ukurannya untuk memungkinkan pemasangan bahan yang benar.
juga untuk pengawasan dan pemadatan urugan kembali dibawah dan sekeliling pekerjaan.
(b) Skor, turap dan cofferdam atau tindakan lain untuk mengeluarkan air hatus dipasang untuk
memungkinkan ruang gerak yang cukup untuk pelaksanaan dan pengawasan kerangka acuan
dan untuk memungkinkan pemompaan dari tepi luar acuan. Cofferdam atau skor yang
bergeser atau bergerak selama pekerjaan galian harus diperbaiki atau diperbesar untuk
menjamin ruang bebas yang diperlukan sewaktu konstruksi.
(c) Bila gorong-gorong atau galian lain dilakukan dalam timbunan yang baru, maka timbunan
harus dibangun sampai dengan ketinggian yang diperlukan sejarak pada masing-masing sisi
tidak kurang dari 5 x lebar galian tersebut, selanjutnya galian dibuang dengan sisi setegak
mungkin sebagaimana tanahnya memungkinkan.
(d) Setiap pemompaan dari galian harus dilakukan sedemikian untuk menghindarkan
kemungkinan bagian yang baru dipasang terbawa. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama pemasangan beton atau periode 24 jam sesudahnya harus dilakukan dengan pompa
yang berada diluar acuan beton tersebut.
(e) Galian sampai elevasi akbir darl pondasi untuk pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan
sampai sesaat sebelum pondasi akan dipasang.

99
(4) Penggalian untuk sumber material
(a) Sumber galian, apakah dalam daerah milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
(b) Persetujuan untuk membuka sumber gallan baru atau mengoperasikan yang lama harus
diperoleh dari Direksi Teknik secara tertulis sebelum operasi penggalian dimulai.
(c) Sumber galian tidak boleh diijinkan pada tanah yang mungkin diperlukan untuk rencana,
pelebaran jalan atau keperluan pemerintah lainnya.
(d) Pembuatan lubang galian harus dilarang atau dibatasi jika ia dapat mengganggu drainase
alam atau rancangan.
(e) Pada bagian atas jalan, pembuatan lubang galian harus dibentuk sedemikian rupa sehingga
mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.
(f) Tepi dari sumber galian harus tidak lebih dekat dari 2 m dari kaki timbunan atau 10 m dari
puncak galian.

B. PEKERJAAN TIMBUNAN
1. UMUM

(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah
atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan, untuk urugan kembali galian atau
galian pipa atau struktur dan untuk urugan umum yang diperlukan untuk membuat bentuk
dimensi timbunan antara lain ketinggian yang sesuai persyaratan atau penampang
melintangnya.
(b) Urugan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi dua jenis, yaitu
urugan biasa dan urugan pilihan. Urugan pilihan akan digunakan di daerah berawa, saluran
air dan lokasi serupa dimana material yang plastis sulit untuk dipadatkan dengan baik.
Urugan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran jika
diperlukan lereng yang curam karena keterbatasan ruangan dan untuk pekerjaan urugan
lainnya dimana kekuatan urugan adalah faktor yang kritis.
(c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan urugan yaitu material yang dipasang sebagai landasan
untuk pipa atau saluran beton, juga tidak termasuk material drainase berpori yang dipakai
untuk maksud drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya butir halus akibat
filtrasi. Bahan urugan ini dicakup dalam Spesifikasi lain.
(2) Toleransi dimensi
(a) Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah
2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
(b) Seluruh permukaan akhir urugan yang terbuka harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran yang bebas dari air permukaan.
(c) Permukaan akhir Iereng timbunan harus tidak bervariasi lebih dari 10 cm dan garis profil
yang ditentukan.
(d) Urugan tidak boleh dipasang dalam lapis yang lebih dari 30 cm tebal padat.

(3) Pelaporan
(a) Untuk setiap urugan yang akan dibayar menurut ketentuan-ketentuan Seksi dari Spesifikasi
ini Kontraktor diharuskan menyerahkan laporan di bawah ini kepada Direksi Teknik sebelum
izin memulai pekerjaan disetujui :
(i) gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penempatan urugan;

(ii) hasil penqujian kepadatan yang membuktikan pemadatan yang cukup dari permukaan
yang disiapkan dimana urugan ditempatkan, jika diperlukan menutut Pasal 3 (l) (b)
dibawah ini.
(b) Kontraktor harus mengirim contoh - contoh bahan urugan kepada Direksi Teknik paling
Iambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya sebagai
baban urugan itu :
(i) dua contoh masing - masing 50 kg dari material, satu harus disimpan oleh Direksi
Teknik untuk rujukan selama masa kontrak.

100
(ii) pernyataan perihal asal dan komposisi dari material yang diusulkan, bersama dengan hasil
pengujian laboratorium yang membuktikan sifat material tersebut memenuhi
persyaratan sesuai Pasal 2.
(c) Kontraktor harus menyerahkan hal - hal berikut dalam bentuk tertulis kepada Direksi Teknik
segera setelah selesainya satu bagian dari pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari
Direksi Teknik, tidak diperkenankan material lain dipasang diatas urugan terdahulu.
(i) hasil dari pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 4.
(ii) hasil dari pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang memeriksa bahwa
toleransi permukaan yang ditentukan dalam Pasal 1.(3) dipenuhi.

(4) Jadwal Kerja


(a) Bagian yang baru dari timbunan badan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi
setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.
(b) Untuk mencegah gangguan pada konstruksi tembok kepala dan tembok sayap jembatan,
kontraktor diharuskan, pada titik-titik yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, menunda
sebagian pekerjaan urugan untuk pembentukan jalan pendekat (oprit) ke struktur tersebut
hingga penanganan struktur lancar tanpa adanya gangguan/resiko sebagai akibat pelaksanaan
dari opritan.

(5) Kondisi Tempat Kerja


(a) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan tetap kering sebelum dan selama pekerjaan
pemasangan dan pemadatan berlangsung, untuk itu bahan urugan selama konstruksi harus
memiliki kemiringan yang cukup untuk membantu drainase dari aliran air hujan dan harus
menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana mungkin, air dari
tempat kerja harus dibuang kedalam sistim drainase permanen. Cara yang memadai untuk
menjebak lumpur harus diadakan pada bagian darurat yang mengalir kedalam sistim drainase
permanen.
(b) Kontraktor harus menjamin di tempat kerja tersedia air yang cukup untuk pengendalian
kelembaban timbunan selama operasi pemasangan dan pemadatan.

(6) Perbaikan dari Urugan yang tak memuaskan atau tidak stabil
(a) Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui
atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 1.(3) harus diperbaiki dengan
menggaru permukaan dan membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan yang
dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
(b) Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar aimya kurang memenuhi
persyaratan dalam Pasal 2(3)(b) atau seperti yang diperintahkan Direksl Teknik, maka harus
diperbaiki dengan menggaru material, disusul dengan air secukupnya dan dicampur dengan
menggunakari "motor grader" atau peralatan lain yang disetujui.
(c) Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar airnya melampaui kadar air yang
disyaratkan dalam Pasal 2.(3)(b) atau sebagaimana dipenintahkan Direksi Teknik, harus
diperbaiki ulang dengan menggaru material, disusul dengan penggunaan motor grader
berulang-ulang atau oleh alat lainnya dengan selang waktu istirahat ketika penanganan, dalam
cuaca yang kering. Cara lain, atau jika pengeringan tak dapat dicapai dengan cara mengaduk
atau membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi Teknik dapat memerintahkan untuk
mengeluarkan bahan tersebut dari pekerjaan dan menggantikannya dengan bahan kering yang
lebih cocok.
(d) Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain setelah dipadatkan
dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asal sifat
material dan kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan Spesifikasi ini.
(e) Perbaikan dan urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan sifat material dari
Spesifiksi ini harus seperti yang diperintahkan Direksi Teknik dan dapat meliputi tambahan
pemadatan, penggaruan yang disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kemball,
atau pembuangan dan penggantian material.
(f) Kontraktor tidak akan diminta pertanggung jawabannya terhadap kerusakan yang timbul dari
alam seperti angin topan, gerusan banjir, tanah menjadi lembek kembali atau dari pergeseran
lapisan tanah yang tidak dapat dihindari ditempat Pekerjaan asalkan pekerjaan yang rusak
tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis sebagai memuaskan dan selesai oleh
Direksi Teknik.

101
(7) Pengembalian bentuk Pekerjaan menyusul pengujian
Seluruh lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat dengan pengujian kepadatan atau yang lainnya
harus diurug kembali oleh Kontraktor secepatnya dan dipadatkan hingga mencapal kepadatan dan
toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.

(8) Pembatasan oleh Cuaca


Urugan tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan sewaktu huian, dan pemadatan tidak boleh
dilaksanakan setelah hujan atau lainnya bila kadar air material diluar rentang yang ditentukan
dalam Pasal 3(3)(b).

2. MATERIAL

(1) Sumber Material


Bahan urugan harus dipilih dari sumber yang disetujui.

(2) Urugan Biasa


(a) Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari galian tanah yang
disetujui oleh Direksi Teknik yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.
(b) Bahan yang dipilih diharapkan tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi. Penggunaan
tanah yang plastisitasnya tinggi dapat dipertimbangkan, apabila bahan tersebut digunakan
pada urugan yang tidak mendukung beban struktural tinggi, urugan yang bagian dasar dari
urugan atau pada urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung yang tinggi.
(c) Tanah yang pengembangannya tinggi ( retakan ) yang memiliki nilai aktif lebih besar dari
1,5, atau derajat pengembangan yang "sangat tinggi" atau "luar biasa tinggi", tidak boleh
digunakan sebagai bahan urugan.

(3) Urugan Pilihan


(a) Urugan hanya boleh diklasifikasi sebagai "Urugan Pilihan" bila digunakan pada lokasi atau
untuk maksud dimana urugan pilihan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Direksi Teknik. Seluruh urugan lain yang digunakan harus dipandang sebagai urugan biasa
(atau drainase purous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut ).
(b) Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau padas
yang memenuhi persyaratan untuk urugan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat
tertentu tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi Teknik. Dalam segala hal seluruh urugan pilihan harus dipadatkan minimum sampai
95% kepadatan kering maksimum.
(c) Bila digunakan dalam keadaan dimana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir tidak
dapat dihindarl, urugan pilihan haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya
dengan Indeks Plastisitas maksimum 6%.
(d) Bila digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya
dimana kuat geser penting tetapi dijumpai kondisl pemadatan normal dan kering, urugan
pilihan dapat dari padas atau kerikil berlempung bergradasi baik atau lempung berpasir atau
lempung berplastisitas rendah. Tipe dari bahan yang dipilih dan disetujui oleh Direksi Teknik
akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau dibuang, atau pada
tekanan yang akan dipikul.
(e) Pada umumnya dilapangan, Urugan Pilihan adalah dari jenis urugan padas, urugan sirtu
maupun dari jenis pasir urug.

3. PEMASANGAN DAN PEMADATAN URUGAN


(1) Penyiapan Tempat Kerja
(a) Sebelum pemasangan urugan pada suatu tempat seluruh bahan yang tidak memenuhi harus
telah dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(b) Bila tinggi dari urugan satu meter atau kurang, dasar pondasi dari urugan harus dipadatkan
benar-benar ( termasuk penggaruan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan)
sehingga 15 cm bagian atas memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk urugan
yang dipasang diatasnya.

102
(c) Bila urugan akan dibangun pada tepi bukit atau ditempatkan pada timbunan yang ada atau
yang baru dibangun, maka lereng yang ada harus digali untuk membentuk teras dengan lebar
cukup untuk memungkinkan pemadatan dengan peralatan sewaktu urugan dipasang dalam
lapis horizontal.

(2) Pemasangan Urugan


(a) Urugan harus dibawa ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar merata dalam lapis
yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang diberikan dalam, Pasal 1(3)
dari seksi ini. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut sedapat mungkin
harus sama tebalnya.
(b) Urugan tanah umumnya harus diangkut langsung dari lokasi sumber material ketempat
permukaan yang telah dipersiapkan sewaktu cuaca kering dan disebar. Penimbunan stok
tanah urug biasanya tidak diperbolehkan, terutama selam musim hujan.
(c) Dalam, penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan drainase porous,
harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dua bahan tersebut. Dalam hal
pembentukan drainase vertikal, pemisah yang jelas harus diberikan antara kedua bahan dapat
dijamin oleh penggunaan acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit
ditarik sewaktu pengisian urugan dan drainase porous dilaksanakan.
(d) Urugan kembali diatas pipa dan dibelakang struktur harus dilaksanakan secara sistematis dan
secepat mungkin menyusul pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi sebelum pengurugan
paling sedikit harus diberikan waktu 8 jam setelah pemberian adukan pada
sambungan-sambungan pipa atau pengecoran struktur beton dengan gaya berat, pasangan
batu atau pasangan batu dengan adukan. Perioda 14 hari harus diberikan sebelum perigurugan
disekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
adukan.
(e) Bila timbunan akan diperlebar, lereng dari timbunan yang ada harus disiapkan derigan
membuang seluruh tetumbuhan permukaan dan dibuat bertangga sehingga urugan yang baru
terkund kepada timbunan yang lama sampal memuaskan Direksi Teknik. Selanjutnya urugan
yang diperlebar harus dibangun secara horizontal sampai dengan ketinggian tanah dasar, yang
selanjutriya harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai setinggi
permukaan jalan yang ada sehingga bagian yang diperlebar dapat digunakan oleh lalu lintas
secepatnya, yang memungkinkan pembangunan dilanjutkan ke sisi jalan lainnya jika
diperlukan.

(3) Pemadatan dari Urugan


(a) Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan, masing-masing lapis harus
dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadat yang memadai yang disetujui Direksi
Teknik hingga mencapai kepadatan yang ditentukan dalam Pasal 4. dari Seksi ini.
(b) Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari material berada
dalam rentang kurang dari 3% sampai lebih dari 1% dari kadar air optimum. Kadar air
optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum.

(c) Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti yang ditentukan,
diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi Teknik sebelum lapis berikutnya dipasang.
Dalam segala hal , tebal tiap lapis urugan yang dipadatkan tidak boleh lebih tebal dari 30 cm
tebal padat.
(d) Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut ke arah tengah sedemikian
sehingga masing - masing bagian menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana
mungkin, lalu lintas alat konstruksi harus dilewatkan, diatas urugan dan arahnya terus
berubah-ubah untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu lintas tesebut.
(e) Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran beton atau struktur,
maka operasi harus dilakukan agar urugan selalu kira-kira sama tingginya pada kedua sisi
struktur.
(f) Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari tembok kepala, atau tembok sayap, pilar,
tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, harus diperhatikan agar tempat
bersebelahan dengan struktur jangan dipadatkan sedemikian sehingga menyebabkan
bergesernya struktur atau timbul tekanan yang berlebih pada struktur.
(g) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disebelah ujung dari jembatan tidak boleh
ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang sampai struktur jembatan atas telah
dipasang.

103
(h) Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas
konstruksi, harus dipasang dalam lapisan horizontal yang tidak lebih 15 cm tebal gembur dan
secara menyeluruh dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper)
minimum seberat 10 kg. Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang
memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk menjamin pipa
betul-betul terdukung.
(4) Penyiapan Tanah Dasar pada Urugan

4. JAMINAN MUTU

(1) Pengendalian Mutu Bahan.


(a) Jumlah dari data pendukung hasil uji yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu
bahan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi akan mencakup seluruh pengujian yang
dipersyaratkan dalam Pasal 2. pada paling sedikit tiga, contoh yang mewakili dari sumber
bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentangan mutu yang cenderung dijumpai dari
sumber.
(b) Menyusul persetujuan, dari mutu bahan urugan yang diusulkan, pengujian mutu bahan
selanjutnya akan diulang atas dasar pertimbangan Direksi Teknik, dalam hal diamati
perubahan dalam bahan atau dalam sumbemya.
(c) Program untuk pengendalian pengujian bahan secara rutin akan dilakukan untuk
mengendalikan perubahan yang ada dalam bahan yang dibawa, ke tempat kerja. Cakupan dari
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi untuk setiap 1000
meter kubik bahan urugan dari setiap sumber paling sedikit harus dilakukan satu penentuan
dari aktivitas, seperti yang didefinisikan dalam Pasal 2(2)(c).

(2) Persyaratan Kepadatan Untuk Urugan


(a) Lapis yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi rencana harus dipadatkan sampai
minimum 90% dari kepadatan kering maksimum Proctor Standard yang ditetapkan. Untuk
tanah yang mengandung lebih dari 10% bahan yang tertahan pada saringan 3/4 inci,
kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus diadakan penyesuaian untuk bahan yang
terlalu besar tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(b) Lapis pada kedalaman 30 cm atau kurang dan elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai
minimum 95% dari kepadatan kering maksimum Proctor Standard yang ditetapkan.
(c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada masing-masing lapis dari urugan yang dipadatkan,
dan jika hasil dari suatu pengujian menunjukan kepadatan kurang dari yang diisyaratkan
maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan. Pengujian dilakukan sampai kedalaman dari
lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknik. Untuk urugan kembali
disekitar struktur, atau pada galian gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu
pengujian untuk satu lapis urugan yang dipasang. Dalam timbunan volume besar , paling
sedikit satu pengujian harus dilakukan dalam setiap 1000 meter kubik urugan yang dipasang.

(3) Kriteria pemadatan untuk urugan tanah pilihan


Pemasangan urugan pilihan dan pemadatannya harus dilaksanakan dengan menggunakan grid
rollers atau vibratory compactor atau crawler tractor yang beratnya minimum 20 ton, atau
peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilakukan dalam arah memanjang sepanjang
timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah tengah, dan harus dilanjutkan sampai tidak
ada gerakan tanah yang tampak dibawah peralatan berat. Masing-masing lapis harus terdiri dari
tanah yang cukup baik gradasinya dan seluruh rongga pada permukaan harus diisi dengan
pecahan-pecahan sebelum lapis berikutnya ditempatkan. Tidak boleh ada batu dengan dimensi
melebihi 10 cm boleh disertakan dalam urugan ini.

(4) Percobaan pemadatan


Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk mencapai
tingkat kepadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak sanggup mencapai
kepadatan yang diisyaratkan, prosedur pemadatan berdasarkan hasil percobaan pemadatan dapat
diikuti.
Percobaan lapangan harus dilakukan dengan jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air
diubah-ubah sehingga kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga memuaskan Direksi Teknik.
Hasil dari percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan untuk menetapkan jumlah lintasan,
tipe dari peralatan pemadat dan kadar air dari pemadatan tersebut.

104
VI.3.2. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR
 Lapis fondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak
diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar yang telah disiapkan. Lapis fondasi agregat
terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Agregat kelas A
atau agregat kelas B digunakan untuk lapis fondasi, sedangkan agregat kelas C digunakan
untuk lapis fondasi bawah, bahu jalan dan perkerasan tanpa penutup aspal.
 Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan, pemasokan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang
telah disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang ditunjukkan dalam
gambar rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis
fondasi agregat yang telah selesai sesuai yang disyaratkan.
 Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu
untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis fondasi
agregat pada seksi ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.

1. Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis + 1,5 cm
pondasi bawah -1,5 cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan + 1 cm
untuk lapis pondasi jalan yang akan di -1 cm
tutup dengan lapis resap ikat atau
pelaburan

2. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Ketebalan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi + 1cm
bawah -1cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk + 1 cm
lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan 0 cm
lapis resap ikat atau pelaburan
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas B dan kelas C
tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.

3. Kerataan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Kerataan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi -1cm
bawah
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk + 1 cm
lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan
lapis resap ikat atau pelaburan
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang diletakkan
sejajar dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan yang dilepas di
bersihkan.

 Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi Pekerjaan
sesuai dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari spesifikasi ini.
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg contoh agregat yang
akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan pekerjaan.
 Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel yang keras dan
awet.

105
Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling sedikit
dua bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai.

Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit satu
bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai prosedur.

 Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.


 Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel
pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.
 Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi yang
diberikan.
 Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan
bahan lapis fondadi harus langsung dari instalasi pemecah batu atau pencampur yang
disetujui oleh Direksi Teknis, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah
dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran
dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan dengan grader, loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus
pulvimixer.
 Peralatan
 Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada
spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu
dalam keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok
untuk kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan
Direksi Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus direncanakan,
dipasang, dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur
agregat, air secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Apabila
instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi
terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.
 Alat Penghampar
 Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang mampu
menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang
diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi
 Alat Pemadat
 Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar atau
pemadat roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan fondasi agregat.
 Alat Pengangkut
 Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor dan
dilengkapi terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan
dan menjamin tidak banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjala nan.
 Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua
kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih
dahulu.
 Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah
dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya
 Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar yang akan
dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling sedikit 60 m secara
menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m karena tidak cukup ruang,
seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis fondasi agregat dihampar.
 Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal
lama, yang menurut pendapat Direksi Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka harus
106
dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan
greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
 Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan dipadatkan
agar tidak terjadi penurunan kadar air.
 Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera dihampar dan
dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga kadar air pemadatan yang
merata dalam rentang yang disyaratkan.
 Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
 Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat
yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih
dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
 Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar
agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.
 Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989,
Metode D.
 Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet untuk
pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil. Alat
pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
 Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 2% di
bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air optimum, kadar air optimum adalah
seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
 Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke sisi
tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
 Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya selebar
tebal lapisan.
 Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang
disetujui Direksi Teknis.

VI.3.2. PEKERJAAN LAPISAN BERASPAL


a. Lapis Perekat ( Track Coat ) dan Lapis Resap Ikat ( Prime Coat )

Bahan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat ;


Aspal untuk lapis resap ikat haruslah salah satu dari berikut ini:
 Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi pengikatan sedang (CMS)
yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau aspal emulsi pengikatan lambat (CSS) yang
memenuhi SNI 03-4798-1998.
 Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair penguapan sedang sesuai SNI
03-4799-1998 atau aspal cair penguapan cepat sesuai SNI 03-4800-1998.
Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80, yang memenuhi
RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen) atau bensin (premium). Tipe
aspal cair yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaannya.
 Apabila lalu lintas diizinkan lewat diatas lapis resap ikat maka harus digunakan bahan
penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan kerikil atau batu pecah, terbebas dari
butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari
98% harus lolos saringan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% yang lolos saringan No.8
(2,36 mm).
Aspal untuk lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini:
 Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2) harus memenuhi
ketentuan SNI 03-4798-1998.
107
 Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998. Aspal
cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80 yang memenuhi ketentuan RSNI S-
01-2003, diencerkan dengan bensin (premium).
 Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, alat aspal distributor, peralatan untuk memanaskan aspal dan peralatan yang sesuai
untuk meratakan kelebihan aspal.

Tabel Takaran Pemakaian Lapis Resap Ikat

Tabel Jenis Aspal Takaran (liter per meter persegi) pada Takaran
Lapis Fondasi Agregat Lapis Fondasi Bersemen
Aspal Cair 0,4 – 1,3 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi
Pemakaian Lapis Perekat
Takaran (liter per meter persegi) pada
Perkerasan Beraspal Perkerasan Kaku
Permukaan Permukan Permukaan Permukaan
Baru atau Porous dan Baru Aus atau licin
Aspal Lama Terekspos
yang licin cuaca
Aspal Cair 0,10 - 0,15 0,15 - 0,35 0,15 – 0,20 0,15 - 0,25
Aspal Emulsi 0,15 - 0,20 0,20 - 0,50 0,20 – 0,25 0,20 - 0,35
 Temperatur penyemprotan yaitu untuk Aspal cair penguapan cepat (RC–250) temperatur 80° -
90° Sedangkan untuk Aspal Keras 145° – 165°
 Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan
jalanbaru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan
sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
 Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat
mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Apabila peralatan ini belum dapat
memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan
manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi
bidang yang akan disemprot
 Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan
dengan memakai blencong atau dengan cara lainnya yang telah disetujui Direksi Teknis dan
bagian yang telah diperbaiki tersebut harus disemprot air dan disapu
 Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan yang telah disiapkan
dapat diterima oleh Direksi Teknis Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai
(seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).
 Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang
penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan. pemakaian penyemprot aspal tangan
(hand sprayer).
 lebar penyemprotan harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang
ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat
semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
 Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10% darikapasitas
tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam system penyemprotan.
Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari
volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
108
 Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.
 Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot
pada saat beroperasi.
 Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan
yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk
atau alat penyapu dari karet.
 Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di atasnya selesai
dikerjakan.

b. Lapis Perkerasan Bawah / Telford :


 Sebelum pekerjaan pengerasan dimulai badan jalan diratakan terlebih dahulu dan diberi alas
pasir sebagai lapis pondasi bawah setebal 5 cm padat.
 Pengerasan jalan dengan batu belah 15/20 dan dikunci dengan batu pecah 5/7 kemudian digilas
dengan mesin gilas 8 – 1 ton hingga rata. Setelah rata pada bagian atas di beri batu pecah 2/3
sebagai pengisi bagian yang masih lubang dan diberi pasir urug kemudian digilas lagi hingga
rata dan padat hingga mencapai kepadatan 15 cm.

c. Lapis Penetrasi makadam tebal 5 cm


 Pada permukaan Telford yang sudah dibersihkan diberi lapis resap pengikat (prime coat)
berupa aspal panas cair 0,8 kg / m2.
 Kemudian diatasnya dihampar dengan batu pecah 3/5 +2/3+1/2, kemudian digilas dengan
mesin gilas 8 – 10 ton hingga ketebalan mencapai 3 cm, lalu disiram aspal cair panas 2,5
kg /m2 hingga rata diseluruh permukaan.
 Kemudian diatas lapisan 3 cm di hampar lagi batu 2/3 +1/2+chipping dan dipadatkan hingga
mencapai ketebalan 2cm dengan mesin gilas 8 – 10 ton. Kemudian diatasnya di siram dengan
aspal cair panas 1,5 kg /m2 hingga rata diseluruh permukaan.
 Ketebalan lapis penetrasi makadam ini adalah 5 cm.

d. Lapis Beraspal
 Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di instalasi
pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi formula campuran
kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan
basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi campuran
dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk
menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke
dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila
digunakan instalasi pencampur system penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur
terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat
tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian
derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-
2439-1991 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan
semua butiranagregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus
ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal.
Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus
ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar”
sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60 detik
yang ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur
 Temperatur campuran beraspal pada saat tiba di lokasi harus dalam rentang antara 130° – 150°
C Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam pekerjaan apabila temperatur melampaui
atu kurang dari temperatur yang disyaratkan.
 Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan harus
dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
109
 Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia
penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh Direksi Teknis.
 Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus
dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui
oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.
 Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan
yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan compressor dan atau sapu mekanis (power
broom) yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan.
 Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai sesifikasi teknis ini.
 Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan
balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta
ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.
 Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacad, tidak ada
butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown control) dan
harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran
beraspal harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
 Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian tebal
mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.
 Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh menginjak ceceran-
ceceran campuran.
 Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan yang
dilaksanakan lebih dari satu lajur.
 Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan baik
selama penghamparan dan pembentukan.
 Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh telah
aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.
 Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat perata harus
dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan .
 Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak
menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidakseragaman atau bentuk
ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan
kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis
dan harus ditaati.
 Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus
dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki
 Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah rapih, butiran kasar
sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.
 Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa
dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal
yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam
rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan dilakukan dari sisi rendah
bergeser ke sisi yang lebih tinggi.
 Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah berikut ini:
a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
c) Pemadatan akhir (finish rolling).
 Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja.
Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar.
Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan
utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang

110
pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang
disyaratkan
 Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai
jejak bekas pemadatan roda karet hilang.
 Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih dahulu
memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda
pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.
 Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2 (dua) lintasan dan
selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
 Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah
menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap.
 Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih
dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾
dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan
dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat
bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.
 Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk
roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh
diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas
gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di atas hamparan yang sedang
dipadatkan.
 Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh
pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
 Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah pelekatan
campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda
dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
 Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan yang baru selesai
dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
 Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang dikerjakan,
dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi
beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak terjadi ceceran aspal di atas
permukaan perkerasan.
 Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng melintang,
kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi
yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas
yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat
tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh
tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan
yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memotong
dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap hamparan yang berlebihan, dan
sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong
tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik
jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.

111
 Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur
sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lapis
dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada
lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
 Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan
sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.
Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan
sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah campuran beraspal yang telah digilas
sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.

VI.3.4. PEKERJAAN DRAINASE


 Perbedaan elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh lebih dari 1 cm
dari yang ditentukan atau disetujui pada setiap titik, dan harus mempunyai permukaan yang
cukup halus dan rata, dan menjamin aliran yang bebas serta tanpa genangan jika alirannya kecil.

 Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai dikerjakan tidak boleh
bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah disetujui pada setiap titik.
 Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran diserahkan Kepada Direksi Pekerjaan atau
Pengawas Lapangan.
 Bahan yang di gunakan untuk selokan / drainase jalan yaitu jenis U_Ditch, U-Deker, Dan Box
Culvert yaitu beton bertulang pra cetak dengan mutu beton minimal K 350 dan baja tulangan
denganb tegangan leleh >4500 kg/cm2 dan tegangan tarik > 5000 kg/cm2
 Apabila pekerjaan pembentukan penampang selokan telah selesai, Penyedia Jasa harus meminta
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan dipasang.
 Drainase yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus selalu lancar tanpa terjadinya genangan
air dan berfungsi dengan baik sebelum pekerjaan timbunan dan struktur perkerasan dimulai.
 Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang melintang yang
disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir termasuk perbaikan dari setiap kerusakan yang
terjadi selama pelaksanaan pekerjaan, harus dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan yang
berdekatan atau bersebelahan selesai.
 Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua selokan yang akan
dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, serta lokasi semua lubang penampung (catch pits)
dan selokan pembuang yang berhubungan, harus diberi tanda dengan cermat oleh pelaksana
sesuai dengan gambar rencana atau detail pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.

 Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang diperlukan untuk
membentuk selokan baru atau lama, sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada
gambar rencana yang disetujui, dan memenuhi profil jenis selokan yang ditunjukkan dalam
gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
 Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pelapisan
selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan
dalam Seksi 2.2 dari spesifikasi ini.
 Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yang mungkin terjadi di lokasi yang
ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan pekerjaan dalam kontrak ini, tidak boleh
diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Apabila penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari, maka setelah pekerjaan
ini selesai, Penyedia Jasa harus menimbun kembali seluruh galian sampai permukaan tanah asli
atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan.
 Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan fondasi atau akibat galian
lainnya, atau akibat penempatan cofferdam harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai.

112
 Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya dalam kontrak
ini yang tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang ada,
maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak mengganggu aliran air pada ketinggian air
banjir normal yang melalui pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan
mempertahankan kelandaian dasar saluran lama dan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada pekerjaan tersebut maupun pada
bangunan di sekitarnya.

VI.3.5. PEKERJAAN BETON


a. Beton
 Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru
atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan .
 Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali fondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan
beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya
seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
 Seluruh dasar fondasi, fondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau
di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara
dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau
cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat
kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
 Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai kerja untuk
pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan bahan lain di atasnya.
 Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk fondasi sebelum
menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Penyedia Jasa
dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian
kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung
tanah di bawah fondasi.
 Apabila dijumpai kondisi tanah dasar fondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman fondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
fondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
 Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan
dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran
sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan
penanganan seperlunya.
 Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
 Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
 Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak
113
diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus
digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam
acuan harus ditumpulkan.
 Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).
 Pelaksanaan Pengecoran
(a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
(dua puluh empat) jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton apabila pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 (enam) jam (final
setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima
atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
(b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran beton
tidak boleh dilaksanakan apabila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
(c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi
pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa
menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
(d) Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan awal beton
seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan
pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder)
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(e) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi sambungan
pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
selesai.
(f) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi
antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan
sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton.
(g) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan yang rapat
harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak melampaui 150 mm.
Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 300 mm menerus sepanjang
seluruh keliling struktur.
(h) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m. Beton tidak boleh
dicor langsung ke dalam air. Apabila beton dicor di dalam air dan tidak dapat dilakukan
pemompaan dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam setelah pengecoran, maka beton
harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop- Bottom-Bucket, dimana
pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan
beton tremi maka campuran beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa agar
campuran tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran
secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai dalam masa
setting time beton. Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan menggunakan
bahan tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton, yang lamanya
tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian pipa tremi serta
volume beton yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap air dan mempunyai
ukuran yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan baik. Tremi harus
selalu terisi penuh selama pengecoran. Apabila aliran beton terhambat maka tremi harus
ditarik sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
114
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
(i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang
telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
(j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(k) Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton,
tidak boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di
atas permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
(l) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat Ready Mix,
maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton untuk
mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
 Pemadatan
(a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan yang
telah disetujui. Apabila diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran
harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
(b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara dan
sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga
dan gelembung udara terisi.
(c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan yang
diperlukan.
(d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya
dapat menghasilkan getaran yang merata.
(e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam acuan
harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 100 mm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh
pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang
lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 450 mm. Alat penggetar tidak boleh berada pada
suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap. Jumlah minimum
alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 7.1.3-1.

Tabel Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam


Kecepatan Pengecoran Beton
Jumlah Alat
(m3 / jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6

Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 75 mm.
 Sambungan Pelaksanaan (CONSTRUCTION JOINT)
(1) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang
diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada gambar
rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak boleh
ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan demikian.
115
(2) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan. Semua sambungan konstruksi
harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada
titik dengan gaya geser minimum.
(3) Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
(4) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman paling sedikit 40
mm untuk dinding, pelat serta antara dasar fondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas
maksimum 40 m2 .
(5) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan apabila pekerjaan terpaksa
mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
(6) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan
pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuatnya.
(7) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada
pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam gambar kerja.
 Beton Siklop
- Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa dengan
batu- batu pecah ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-
hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan
lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum
ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total
volume pekerjaan beton siklop. Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih
tebal dari 600 mm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm;
jarak antar batu pecah maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan minimum
150 mm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping) sesuai
dengan Pd T-07-2005-B.
 Pengerjaan Akhir
a. Pembongkaran Acuan
(1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur
yang sejenis lebih awal 30 (tiga puluh) jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan
perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan
paling sedikit 85% dari kekuatan rancangan beton.
(2) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang diberi
hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos
harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 (sembilan) jam setelah pengecoran dan
tidak lebih dari 30 (tiga puluh) jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa
mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
(1) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelahpembongkaran
acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untukmemegang acuan, dan
acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotongkembali paling sedikit 25 mm
di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar danketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh
sambungan cetakan harus dibersihkan.
(2) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan dan
dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan

116
mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
(3) Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus
dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus
terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi
dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan
dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekitar 30 menit sebelum dipakai
agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage
cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan:
(1) Bagian atas pelat, kereb, permukaan trotoar, dan permukaan horizontal lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang
dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
(2) Perataan permukaan horizontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit
kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
(3) Permukaan yang tidak horizontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok
dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen
pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai
dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus
dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh
rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini
harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu
panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
(b) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan
penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 (tujuh) hari. Untuk
beton yang menggunakan fly ash perawatan minimal 10 (sepuluh) hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.
(c) Apabila acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Butir 7.1.3.2) a), maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
(d) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh
lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit selama 21 (dua puluh satu) hari.
(e) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai kuat
tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.
(2) Perawatan dengan Uap
(a) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak
diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah
mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.

117
Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan berikut ini: Departemen
Pekerjaan Umum – Desember 2007 7 - 14
(i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan luar.
(ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38°C selama 2 (dua)
jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur
sehingga mencapai 65°C dengan kenaikan temperatur maksimum 14°C/jam secara bertahap.
(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,5°C.
(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih
dari 11°C per jam.
(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari
11°C dibanding udara luar.
(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
(vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi selama 4 (empat)
hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
(c) Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur di
dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari
cuaca luar.
(d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain
(a) Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air meningggalkan
permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan.
Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
(b) Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran kedap air yang
bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah pada
saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah
tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode
perawatan berlangsung
(c) Mempertahankan cetakan (Form-In-Place).
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada
tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan sesuai dengan Pd T-07-2005-
B.

Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder


Kuat Tekan Minimum rata-rata
Mutu Beton
Benda Uji Silinder (MPa) Diameter (150 – 300) mm
Jenis beton
fc’
3 hari 7 hari 28 hari
(MPa)

50 34 42 60
Mutu
tinggi 45 31 39 55
35 25 31 44
30 22 27 39
Mutu
Sedang 25 17 25 34

118
20 13 20 27
Mutu
rendah 15 9 15 22
10 7 11 17

Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus


Kuat Tekan Minimum rata-rata
Mutu Beton Benda Uji Kubus (Kg/cm2)
Jenis 150 x 150 x 150 mm3
beton σbk’
(Kg/cm2) 3 hari 7 hari 28 hari

K600 392 490 670


Mutu
tinggi K500 336 420 570
K400 272 340 470
K350 244 305 420
Mutu
Sedang K300
189 281 370
K250

K175 164 245 320


Mutu
rendah 103 167 245
K125
78 131 195

(3) Sebelum dilakukan pengecoran, penyedia jasa harus melakukan percobaan campuran (trial mix)
di lapangan sesuai dengan rancangan campuran yang dihasilkan oleh laboratorium. Apabila
hasil kuat tekan beton yang didapat pada umur 7 (tujuh) hari menghasilkan kuat tekan beton
lebih kecil dari 85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian tersebut, dengan
meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan
percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai
dengan persyaratan.
(4) Apabila percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan hasil percobaan
campuran.
(5) Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan apabila hasil pengujian serangkaian
benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton
karakteristik yang diperoleh dari rumus
b) Penyesuaian Campuran
(1) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit diperoleh,
maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal
apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
oleh cara lain tidak diizinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diizinkan bila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(2) Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat
ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
119
(3) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis
kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan
menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil
pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
(4) Bahan Tambahan (Admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan
tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium.
Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan
digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral
yang bersifat semen (cementious) seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau
abu slag besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium
yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan
bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat
pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja
beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air.
(b) Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan.
(c) Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.
(d) Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.
(e) Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton.
(f) Mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss).
(g) Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton (ekspansi).
(h) Mengurangi terjadinya bliding (bleeding).
(i) Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan campuran beton
bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung).
(b) Meningkatkan kekuatan pada beton muda.
(c) Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton, terutama untuk
beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
(d) Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut.
(e) Meningkatkan keawetan jangka panjang beton.
(f) Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton).
(g) Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat.
(h) Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
(i) Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan.
(j) Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan bahan tambahan (admixture) perlu dilakukan secara
hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta dengan proses
pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara
merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih
akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat
menimbulkan kerusakan pada beton.

c) Pelaksanaan Pencampuran
(1) Penakaran Agregat
(a) Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu beton fc’ < 20 MPa
diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
120
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur;
(b) Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan (JKP). Apabila
hal tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering
permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara
berkala paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi
jenuh kering permukaan;
(c) Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku untuk seluruh
peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk
saringan agregat pada perangkat siap pakai (ready mix).
(2) Pencampuran
(a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang
disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
(b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
(c) Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan sebagian air,
kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata.
Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
(d) Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam campuran bahan
kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekitar seperempat waktu
pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus
sekitar 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap
penambahan 0,5 m3.
(e) Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui
pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada
beton non-struktural.
d) Pengujian Campuran
(1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus
dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Untuk
nilai slump 80 mm, maka toleransi terhadap nilai slump yang disyaratkan adalah - 20 mm , +
20 mm. Toleransi untuk perkerasan kaku adalah – 10 mm, + 10 mm.
(2) Pengujian Kuat Tekan
(a) Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk pengujian
kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk
setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
(b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton
berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan
SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang
akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
(c) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau komponen
struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
(d) Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara manual, setiap
10 m3 beton harus dibuat 1 (satu) set benda uji dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah minimal diambil 3 (tiga) set benda uji (1 set = 3 buah benda uji).
(e) Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix, diambil pada
setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
121
(f) Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus disesuaikan dengan grafik
perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
(g) Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 (dua puluh delapan) hari.
(h) Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan nilai kuat tekan yang >
5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut
harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah
hasil dari 2 (dua) buah benda uji yang berdekatan nilainya.
(i) Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji lebih besar atau
sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut: fc’= fcm –
( k.S).r , dimana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan, dan k adalah konstanta
yang tergantung pada jumlah benda uji (k=1,64 untuk jumlah benda uji lebih besar atau sama
dengan 30) dan r adalah angka koreksi deviasi untuk jumlah benda uji kurang dari 30
(j) Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc.
(k) Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah
untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain
untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari struktur tidak membahayakan.
(l) Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya dukung struktur
berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga)
buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan struktur untuk setiap hasil uji
tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
(m) Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara struktural cukup
baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc,
dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc. Dalam
hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton
yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan),
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang
dihasilkan.
(3) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu
bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi:
(a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo, Ultrasonic Penetration
Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan).
(b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan.
(c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
(d) Lubang bekas uji inti (core) harus diisi kembali dengan bahan beton tidak susut (non shrink).
(e) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan
(1) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan atau
yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi
sifat-sifat campuran yang disyaratkan , harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan antara lain:
(a) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan.
(b) Penanganan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal.
(c) Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada bagian pekerjaan
yang memerlukan penanganan khusus.
(2) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari
data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan
dapat dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.

122
(3) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser . Penyedia Jasa harus mengajukan
detail rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai
pekerjaan.
b. Beton Pratekan
(1) Tempat Pencetakan
Lokasi setiap tempat pencetakan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(2) Acuan
Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau perkakas cetak
lainnya yang akan membatasi regangan memanjang dalam elemen acuan harus dilepas sesegera
mungkin setelah pengecoran beton sedemikian rupa sehingga pergerakan akibat penyusutan
atau perubahan temperatur beton dapat dikendalikan. Apabila diperlukan rongga dalam beton,
maka pembentuk rongga beton harus terpasang kaku dengan cara yang sedemikian hingga tidak
terjadi pergeseran yang cukup besar dalam segala arah selama pelaksanaan pengecoran.
Apabila pembentuk rongga beton diikat pada kabel prategang, maka pencegahan harus
dilakukan untuk menjamin bahwa pola untaian tidak mengalami distorsi akibat gaya apung dari
rongga tersebut. Harus dilakukan pencegahan terhadap kerusakan pada semua acuan selama
pengecoran.
(3) Perlengkapan Prategang
Perlengkapan penarik kabel harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum digunakan dan
harus dikalibrasi sebagai unit yang lengkap oleh suatu laboratorium yang disetujui setiap 6
(enam) bulan (atau lebih sering jika diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan) agar korelasi antara
gaya yang diberikan pada kabel dan bacaan yang ditunjukkan oleh alat ukur tekanan akurat.
Dalam perlengkapan penarikan kabel harus disediakan paling sedikit 2 (dua) buah alat
pengukur tekanan dengan permukaan diameter tidak kurang dari 150 mm, satu untuk membaca
lendutan akibat penegangan dan yang satunya untuk membaca pembebanan selama
pelaksanaan penegangan akhir. Alat pengukur tekanan harus mempunyai akurasi sampai
ketelitian 1% kapasitas penuh. Sertifikat kalibrasi harus disimpan di kantor kerja pada tempat
pengecoran dan disediakan untuk Direksi Pekerjaan atas permintaannya.
(4) Perakitan Kabel Prategang
Kabel prategang harus dirakit sesuai dengan petunjuk yang diikutsertakan dalam sertifikat
persetujuan pabrik. Sebelum perakitan, permukaan baja prategang harus diperiksa terhadap
korosi. Karat harus dibersihkan dengan lap kain goni atau wol baja halus dan setiap jenis
minyak harus dibersihkan dengan menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat yang tipis tidak
dianggap merusak asalkan baja tersebut tidak nampak keropos atau terdapat karat titik yang
sudah mulai masuk ke dalam material. Baja dengan tingkat korosi berat atau baja yang keropos
harus ditolak dan dikeluarkan dari tempat kerja. Benda asing yang melekat pada baja harus
dihilangkan sebelum penempatan dalam selongsong dan setelah prategang. Apabila baja
prategang untuk pekerjaan penegangan sebelum pengecoran (pretension) dipasang sebelum
pengecoran pada unit tersebut, atau apabila baja prategang untuk pekerjaan penegangan setelah
pengecoran (post tension) tidak disuntik dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak pemasangan,
maka baja tersebut harus dilindungi terhadap korosi dan harus ditolak jika berkarat. Dalam hal
ini, bahan penghambat korosi dapat digunakan dalam selongsong setelah pemasangan kabel.
Angkur harus dirakit dengan kabel dengan cara sedemikian sehingga dapat mencegah setiap
pergeseran posisi, baik selama pemasangan maupun pengecoran.
(5) Selimut Beton
Jika tidak ditentukan lain, maka selimut beton tidak boleh kurang dari 30 mm. Selimut beton
tersebut harus ditambah 15 mm untuk beton yang kontak langsung dengan permukaan tanah
atau 30 mm untuk elemen beton yang dipasang dalam air asin.
(6) Pengecoran Beton
Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan paling tidak 24 jam sebelum dimulai
pelaksanaan pengecoran beton yang dijadualkan sehingga Direksi Pekerjaan dapat memeriksa
persiapan pekerjaan tersebut. Beton tidak boleh dicor sampai Direksi Pekerjaan telah
memeriksa dan menyetujui pemasangan baja tulangan, selongsong, angkur, dan baja prategang.
123
Selongsong yang retak atau sobek harus diganti. Pengecoran harus sesuai dengan ketentuan
spesifikasi ini. Beton harus digetar dengan hati-hati untuk menghindari pergeseran kabel,
kawat, selongsong, atau baja tulangan. Untuk bagian yang lebih dalam dan tipis, penggetar luar
yang ditempelkan pada acuan dapat dilaksanakan untuk menambah getaran di bagian dalam.
Baik sebelum pengecoran maupun segera sesudah pengecoran beton, maka Penyedia Jasa harus
dapat menunjukkan bahwa semua selongsong tidak rusak hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
(7) Perawatan
Perawatan dengan uap air dapat digunakan sesuai dengan yang disyaratkan
b) Penegangan Kabel (Prestressing)
(1) Umum
Penegangan kabel tidak boleh dilaksanakan tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pelaksanaan penegangan harus dilaksanakan di bawah pengawasan dari seorang ahli yang
berpengalaman dalam menggunakan peralatan tersebut dan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan
atau wakilnya.
(2) Penegangan Kabel
(a) Keselamatan Kerja Selama proses penarikan kabel tidak diperbolehkan seorangpun berdiri di
muka dongkrak. Pengukuran atau kegiatan lainnya harus dilaksanakan dari samping
dongkrak atau tempat lainnya yang cukup aman. Sesaat sebelum penarikan kabel, tanda-
tanda yang cukup jelas harus terpasang pada kedua ujung unit tersebut untuk
memperingatkan orang agar tidak mendekati tempat tersebut.
(b) Peralatan
Sebelum pekerjaan penegangan, peralatan harus diperiksa, dikalibrasi atau diuji,
sebagaimana dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan. Manometer dan alat ukur lainnya harus
mempunyai toleransi sampai 2%. Alat pengukur tekanan harus disesuaikan dengan petunjuk
pabrik pembuatnya. Alat pengukur tekanan ini juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak akan rusak bila terjadi penurunan tegangan secara mendadak. Untuk maksud
pencatatan, jika dipandang perlu dapat dipasang lebih dari satu alat pengukur tekanan.
(3) Data-data yang Harus Dicatat
(a) Umum
Baik untuk sistem pra tarik (pretension) maupun sistem pascatarik (post tension), harus
dilakukan pencatatan data-data berikut ini:
(i) Nama dan lokasi pekerjaan.
(ii) Nomor balok/gelagar.
(iii) Tanggal selesainya pengecoran.
(iv) Tanggal diberikannya gaya prategang.
(v) Identifikasi peralatan.
(vi) Identifikasi tendon (nomor tendon).
(vii) Perpanjangan tendon teoritis hasil perhitungan.
(viii) Target gaya penegangan.
(ix) Target pembacaan tekanan hidraulik.
(x) Pencatatan tekanan hidraulik dan perpanjangan tendon selama pelaksanaan
penegangan.
(xi) Perhitungan perpanjangan tendon yang terjadi.
(xii) Nama, tanda tangan dan jabatan pencatat.
(xiii) Nama dan jabatan penerima.
(xiv) Nama dan jabatan pengawas (Direksi Pekerjaan).
(b) Kabel untuk Sistem Pratarik (Pre Tension)
Tambahan data untuk pekerjaan sistem pratarik berikut ini yang harus dicatat adalah:
(i) Pabrik pembuatnya, toleransi dan nomor manometer.
(ii) Alat pengukur, pompa dan dongkrak.
(iii) Besarnya gaya yang dicatat oleh manometer.
(iv) Tekanan pompa atau dongkrak dan luas piston.
124
(v) Pemuluran terakhir segera setelah pengangkuran.
(c) Kabel Untuk Sistem Pascatarik (Post Tension)
Tambahan data untuk pekerjaan pascatarik berikut ini yang harus dicatat adalah:
(i) Pabrik pembuatnya, toleransi, jenis dan nomor manometer, alat pengukur, pompa dan
dongkrak.
(ii) Identifikasi kabel.
(iii) Gaya awal pada saat penegangan awal.
(iv) Gaya akhir dan pemuluran pada saat penegangan akhir.
(v) Gaya dan pemuluran pada selang waktu tertentu jika dan apabila diminta oleh Direksi
Pekerjaan.
(vi) Pemuluran setelah dongkrak dilepas.
Salinan catatan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dalam waktu 24 (dua
puluh empat) jam setelah setiap pelaksanaan penegangan.
2) Pelaksanaan Unit Prategang Sistem Pratarik
a) Balok penahan (bulk head) Gaya Prategang
Balok penahan (bulk head) untuk mendukung gaya prategang selama pelaksanaan prategang
harus dirancang dan dibuat untuk menahan gaya-gaya yang timbul selama pelaksanaan
prategang. Balok penahan (bulk head) harus dibuat sedemikian rupa sehingga bila terjadi slip
pada angkur tidak menyebabkan kerusakan pada balok penahan (bulk head). Balok penahan
(bulk head) harus cukup kuat sehingga tidak terjadi lendutan atau kerusakan akibat beban
terpusat atau beban mati dari unit-unit yang ditunjang.
b) Penempatan Kabel
Kabel harus ditempatkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar, dan harus dipasang
sedemikian hingga tidak bergeser selama pengecoran beton. Pada penempatan kabel,
perhatian khusus harus diberikan agar kabel tidak menyentuh acuan yang telah diminyaki.
Apabila terlihat tanda-tanda minyak pada kabel, maka kabel harus segera dibersihkan dengan
menggunakan kain yang dibasahi minyak tanah atau bahan yang cocok lainnya.
Apabila memungkinkan, penegangan kabel hendaknya dilaksanakan sebelum acuan
diminyaki. Angkur harus diletakkan pada posisi yang dikehendaki dan tidak bergeser selama
pengecoran beton.
c) Dongkrak Hidrolis
Dongkrak dan pompa hidrolis harus sesuai dengan sistem yang digunakan dan mempunyai
kapasitas minimum yang sama dengan kekuatan baja prategang. Dongkrak/pompa hidrolis
yang dipakai harus dilengkapi manometer dengan satuan skala terkecil 1 MPa, dan memiliki
sertifikat kalibrasi dari lembaga terakreditasi yang masih berlaku.
d) Alat Potong Baja Prategang
Baja prategang hanya boleh dipotong dengan gurinda potong dan tidak boleh menggunakan
api atau alat las.
e) Bripak
Gulungan baja prategang harus ditempatkan di dalam bripak agar baja prategang tersebut
dapat keluar secara teratur dan tetap dalam kondisi lurus. Bripak ini juga berfungsi
melindungi baja prategang bersinggungan langsung dengan tanah.
f) Besarnya Gaya Penegangan yang Dikehendaki
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, gaya penegangan yang diperlukan adalah sisa gaya
kabel pada tengah-tengah setiap unit segera setelah semua kabel diangkur pada balok
penahan (bulk head) dan berada dalam posisi lendutan akhir. Perbedaan gaya penegangan
adalah 5% dari gaya yang diperlukan. Besar gaya penegangan yang diberikan sudah
mencakup pengurangan gaya akibat slip pada perkakas angkur, masuknya baji (wedge
drawin) dan kehilangan akibat gesekan (friction losses).
Cara penarikan kabel termasuk pemasangan dan penempatan setiap garis lengkung kabel,
perhitungan yang menunjukkan gaya-gaya pada angkur dan setiap titik lendutan, dan
perkiraan kehilangan gaya akibat gesekan, harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan sebelum pembuatan elemen-elemen dimulainya. Penyedia Jasa harus
125
melaksanakan percobaan pelaksanaan penegangan untuk memperoleh besarnya tahanan
geser yang diberikan alat pelengkung (hold down) dan juga memastikan bahwa masuknya
baji yang disebutkan masih konsisten dengan jenis dongkrak dan teknik yang diusulkan.
Kabel harus dilengkungkan apabila ditunjukkan dalam gambar, dengan perkakas yang cukup
kuat untuk memegang kabel dalam posisi yang sesuai, terutama selama pengecoran dan
pelaksanaan penggetaran. Kecuali disebutkan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka alat
pelengkung (hold down) harus diletakkan memanjang dalam 200 mm dan vertikal dalam 5
mm dari lokasi yang ditunjukkan dalam gambar.
Alat pelengkung (hold down) harus dirancang sedemikian hingga pelengkung (deflectors)
yang dalam keadaan kontak langsung dengan untaian (strand) berdiameter tidak kurang dari
diameter kabel atau 15 mm, mana yang lebih besar. Pelengkung (deflectors) harus dibuat dari
bahan yang tidak lebih keras dari baja mutu 36 sesuai dengan ketentuan dari AASHTO M103
M-04.
Penyedia Jasa harus menyerahkan perhitungan yang menunjukkan bahwa alat pelengkung
telah dirancang dan dibuat untuk menahan beban terpusat yang diakibatkan dari gaya
prategang yang diberikan. Cara penarikan kabel harus dapat menjamin bahwa gaya yang
diperlukan dihasilkan dari semua kabel di tengah-tengah bentang setiap unit, terutama
apabila lebih dari satu kabel atau satu unit ditarik dalam suatu pelaksanaan penarikan.
Beton tidak boleh dicor lebih dari 12 (dua belas) jam setelah penarikan kabel. Apabila waktu
ini dilampaui, maka Penyedia Jasa harus memeriksa apakah kebutuhan gaya tarik kabel
masih memadai. Apabila penegangan ulang diperlukan, maka perpanjangan kabel yang
terjadi harus ditahan dengan menggunakan pelat pengunci (shims) tanpa mengganggu baji
yang telah tertanam.
Pengukuran pemuluran, hanya boleh dilaksanakan setelah Direksi Pekerjaan memeriksa
perhitungan dan menentukan bahwa sistem tersebut telah memenuhi ketentuan. Bacaan alat
pengukur tekanan dari dongkrak harus digunakan sebagai pembanding penguluran
pemuluran. Apabila bacaan tekanan dongkrak dan pengukuran pemuluran berbeda lebih dari
3%, Direksi Pekerjaan harus diberitahu sebelum pengecoran dimulai, dan jika dipandang
perlu, kabel harus diuji ulang dan peralatan dikalibrasi ulang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
g) Prosedur Penegangan
Pelaksanaan penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman
di bidangnya.
Gaya prategang harus diberikan dan dilepas secara bertahap dan merata.
Untuk menghilangkan kekenduran dan menaikkan kabel dari lantai landasan, maka gaya 100
kg atau sebesar yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus diberikan pada kabel. Gaya awal
harus diberikan untuk menghitung pemuluran yang diperlukan.
Kabel harus ditandai untuk pengukuran pemuluran setelah tegangan awal diberikan. Apabila
diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka kabel harus ditandai pada kedua ujungnya, ujung
yang ditarik dan ujung yang mati serta pada kopel (bila digunakan), sedemikian hingga slip
dan masuknya kabel (draw-in) dapat diukur.
Apabila terjadi slip pada salah satu kelompok kabel yang ditarik secara bersama-sama, maka
tegangan pada seluruh kabel harus dikendorkan, kabel-kabel diatur lagi dan kelompok kabel
tersebut ditarik kembali. Sebagai alternatif, jika kabel yang slip tidak lebih dari dua,
penarikan kelompok kabel dapat diteruskan sampai selesai dan kabel yang kendor ditarik
kemudian.
Gaya prategang harus dipindahkan dari dongkrak penarik ke balok penahan (bulk head)
prategang segera setelah gaya yang diperlukan (atau pemuluran) dalam kabel telah tercapai,
dan tekanan dongkrak harus dilepas sebelum setiap pelaksanaan berikutnya dimulai. Apabila
untaian (strand) yang dilengkungkan disyaratkan, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan pengukuran pemuluran atau regangan pada berbagai posisi sepanjang kabel
untuk menentukan gaya pada kabel pada masing-masing posisi.
h) Pemindahan Gaya Prategang
126
(1) Persetujuan
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan usulan terinci cara
pemindahan gaya prategang untuk mendapat persetujuan sebelum pemindahan gaya
dimulai.
(2) Ketentuan Kekuatan Beton
Kabel dilepas setelah beton mencapai kuat tekan yang lebih besar dari 85% kuat tekan
beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari yang disyaratkan dalam gambar dan
didukung dengan pengujian benda uji standar yang dibuat dan dirawat sesuai dengan
unit-unit yang dicor.
Apabila setelah 28 (dua puluh delapan) hari, kuat tekan beton gagal mencapai kekuatan
minimum yang disyaratkan, maka kabel segera dilepaskan dan unit beton tersebut harus
ditolak.
(3) Prosedur
Semua kabel harus diperiksa sebelum dilepas untuk memastikan bahwa tidak terdapat
kabel yang kendur. Apabila terdapat kabel yang kendur, maka Pelaksana harus segera
memberitahu Direksi Pekerjaan sehingga Direksi Pekerjaan dapat memeriksa unit
tersebut dan menentukan apakah unit tersebut dapat dipakai terus atau harus diganti.
Semua kabel harus diberi tanda pada kedua ujung balok prategang, agar dapat
dilakukan pencatatan apabila terjadi slip atau masuknya kabel (draw-in). Pelepasan
kabel harus secara berangsur-angsur dan tidak boleh terhenti pada waktu pelepasannya.
Dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, pelepasan kabel dapat dilakukan dengan
pemanasan, asalkan ketentuan berikut ini dilaksanakan:
(a) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan rincian cara
pemindahan gaya prategang termasuk panjang kabel bebas di antara unit-unit,
panjang kabel bebas pada kedua ujung landasan, tempat-tempat dimana kabel
akan diberikan pemanasan, rencana pemotongan kabel dan pelepasan alat untuk
kabel yang dilengkungkan, cara pemanasan kabel dan peralatan yang diusulkan
untuk digunakan.
(b) Pemanasan harus dilaksanakan merata pada seluruh panjang kabel dalam waktu
yang cukup untuk menjamin bahwa seluruh kabel telah regang (relax)
sepenuhnya sebelum dilakukan pemotongan. Beton tidak boleh dipanaskan
secara berlebihan, dan pemanasan tidak boleh dilakukan langsung pada setiap
bagian kabel yang berjarak kurang dari 100 mm dari permukaan beton unit
tersebut.
(c) Direksi Pekerjaan harus hadir dalam setiap pelepasan kabel dengan pemanasan.
Setelah gaya prategang telah dipindahkan pada unit-unit, kabel-kabel antara
unitunit harus bekerja baik sepanjang garis dari titik pelepasan. Setelah gaya
prategang dipindahkan seluruhnya pada beton, kelebihan panjang kabel harus
dipotong sampai ujung permukaan unit dengan pemotong mekanis. Setiap upaya
harus dilakukan untuk mencegah kerusakan pada beton.
i) Masuknya (Draw-in) Kabel yang Diizinkan
Masuknya kabel pada setiap kabel tidak boleh melampaui 3 mm pada setiap ujung, kecuali
disebutkan lain dalam gambar. Apabila masuknya kabel melampaui toleransi maksimum
maka pekerjaan tersebut harus ditolak.
3) Pelaksanaan Unit Prategang Sistem Pascatarik
a) Persetujuan
Kecuali disebutkan lain dalam gambar, Penyedia Jasa dapat menentukan prosedur prategang yang
dikehendakinya, dimana prosedur dan rencana pelaksanaan tersebut harus diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan sebelum setiap pekerjaaan untuk unit penegangan
setelah pengecoran dimulai.
b) Penempatan Angkur
Setiap angkur harus ditempatkan tegak lurus terhadap garis kerja gaya prategang, dan dipasang
sedemikian hingga tidak akan bergeser selama pengecoran beton. Apabila ditentukan dalam gambar
127
bahwa pelat baja digunakan sebagai angkur, maka bidang permukaan beton yang kontak langsung
dengan pelat baja tersebut harus rata, daktail (ductile) dan diletakkan tegak lurus terhadap arah gaya
prategang. Angkur pelat baja dapat ditanam dalam beton sebagaimana yang disetujui atau
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Sesudah pekerjaan prategang dan penyuntikan selesai, angkur
harus ditutup dengan beton dengan tebal paling sedikit 30 mm.
c) Penempatan Kabel
Kabel harus ditempatkan pada posisi sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Lubang angkur
harus ditutup sedemikian untuk menjamin bahwa tidak terdapat adukan semen atau bahan lainnya
masuk ke dalam lubang selama pengecoran. Segera sebelum penarikan kabel, Penyedia Jasa harus
menunjukkan bahwa semua kabel bebas bergerak antara titik-titik pengangkuran dan elemen-elemen
tersebut bebas untuk menampung pergerakan horizontal dan vertikal sehubungan dengan gaya
prategang yang diberikan.
d) Kekuatan Beton Yang Diperlukan
Gaya prategang belum boleh diberikan pada beton sebelum mencapai kekuatan beton yang diperlukan
seperti yang disyaratkan dalam gambar, dan tidak boleh kurang dari 14 (empat belas) hari setelah
pengecoran jika perawatan dengan pembasahan digunakan, atau kurang dari 2 (dua) hari setelah
pengecoran jika perawatan dengan uap digunakan. Apabila unit-unit terdiri atas elemen-elemen yang
disambung, kekuatan yang dipindahkan ke bahan sambungan paling sedikit harus sama dengan
kekuatan yang dipindahkan pada unit beton.
e) Besarnya Gaya Prategang yang Diperlukan
Pengukuran gaya prategang dapat dilakukan dengan cara langsung mengukur tekanan dongkrak atau
tidak langsung dengan cara mengukur pemuluran. Kecuali disebutkan lain dalam gambar, Direksi
Pekerjaan akan menentukan prosedur yang diambil setelah pengamatan kondisi dan ketelitian yang
dapat dicapai oleh kedua prosedur tersebut.
Direksi Pekerjaan akan menentukan perkiraan pemuluran dan tekanan dongkrak.
Penyedia Jasa harus menetapkan prakiraan posisi titik ukur untuk mengukur perpanjangan dan tekanan
dongkrak sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menambahkan gaya
prategang yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan gaya akibat gesekan dan pengangkuran. Besar
gaya total dan perpanjangan yang dihitung harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penegangan
dimulai. Segera setelah pengangkuran, maka tegangan dalam kabel prategang tidak boleh melampaui
75% dari beban yang ditetapkan. Selama penegangan, maka nilai tersebut tidak boleh melampaui 80%.
Kabel harus ditegangkan secara bertahap dengan kecepatan yang tetap. Gaya dalam kabel harus
diperoleh dari pembacaan pada dua buah alat pengukur tekanan yang menyatu dengan peralatan
tersebut. Perpanjangan kabel dalam gaya total yang disetujui tidak boleh melampaui 5% dari
perhitungan perpanjangan yang disetujui. Apabila perpanjangan yang diperlukan tidak dapat dicapai
maka gaya dongkrak dapat ditingkatkan sampai 75% dan beban yang ditetapkan untuk kabel. Apabila
perbedaan pemuluran antara yang diukur dengan yang dihitung, lebih dari 5%, maka tidak perlu
dilakukan penarikan lebih lanjut sampai perhitungan dan peralatan tersebut diperiksa. Penegangan
harus dari salah satu ujung, kecuali disebutkan lain dalam gambar atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Apabila penegangan pada kabel dilakukan dengan pendongkrakan pada kedua ujungnya,
maka tarikan ke dalam (pull-in) pada ujung yang jauh dari dongkrak harus diukur dengan akurat
dengan memperhitungkan kehilangan gaya untuk perpanjangan yang diukur pada ujung dongkrak.
Apabila pekerjaan prategang telah dilakukan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan, maka kabel harus
diangkurkan. Tekanan dongkrak kemudian harus dilepas sedemikian rupa sehingga dapat menghindari
goncangan terhadap angkur atau kabel tersebut. Apabila tarikan ke dalam (pull-in) kabel pada
pengangkuran akhir lebih besar dari yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka beban harus dilepas
secara bertahap dengan kecepatan tetap dan penarikan kabel dapat diulangi.
f) Prosedur Penarikan Kabel
(1) Umum
Semua pekerjaan penarikan kabel harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Pelepasan dongkrak harus bertahap dan menerus. Penarikan kabel harus sesuai dengan urutan
yang telah ditentukan dalam gambar. Pemberian gaya prategang sebagian (partially
prestressed) hanya boleh diberikan apabila ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan oleh
128
Direksi Pekerjaan. Pemberian gaya prategang yang melampaui gaya maksimum yang telah
dirancang untuk mengurangi gesekan dapat diizinkan asal sepengetahuan dan sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan, untuk mengatasi penurunan gaya yang diperlukan. Dalam
keadaan apapun, perhatian khusus harus diberikan agar kabel tidak ditarik melebihi 85% dari
kekuatan maksimumnya, dan dongkrak tidak dipaksa sampai melebihi batas kapasitas
maksimumnya.
Sebelum penegangan, kabel harus dibersihkan dengan cara meniupkan udara bertekanan ke
dalam selongsong. Angkur juga harus dalam keadaan bersih. Bagian kabel yang menonjol
harus dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki, karat/korosi, sisasisa adukan
semen, gemuk, minyak atau kotoran debu lainnya yang dapat mempengaruhi pelekatannya
dengan pekerjaan pengangkuran. Kabel dicoba untuk ditarik keluar dan masuk ke dalam
selongsong agar kelengketan akibat kebocoran selongsong dapat segera diketahui dan diambil
langkah-langkah seperlunya. Gaya tarik pendahuluan, untuk menegangkan kabel dari posisi
lepasnya, harus diatur agar besarnya cukup akan tetapi tidak mengganggu besarnya gaya yang
diperlukan yang akan digunakan untuk setiap prosedur. Setelah kabel ditegangkan, kedua
ujungnya diberi tanda untuk memulai pengukuran pemuluran. Apabila Direksi Pekerjaan
menghendaki untuk menentukan kesalahan pembacaan pemuluran (zero error in measuring
elongation) selama proses penegangan, data bacaan manometer dan pengukuran pemuluran
harus dicatat dan dibuat grafiknya untuk setiap tahap penegangan. Apabila slip terjadi pada
satu kabel atau lebih dari sekelompok kabel, Direksi Pekerjaan dapat mengizinkan untuk
menaikkan pemuluran kabel yang belum ditegangkan asalkan gaya yang diberikan tidak akan
melebihi 85% kekuatan maksimumnya. Apabila kabel slip atau putus, yang mengakibatkan
batas toleransi yang diizinkan dilampaui, kabel tersebut harus dilepas, atau diganti jika perlu,
sebelum ditarik ulang.
(2) Penarikan Kabel dengan 2 (dua) Dongkrak
Umumnya pelaksanaan prategang harus dilaksanakan dengan dongkrak pada setiap ujung
secara bersama-sama. Setiap usaha yang dilakukan untuk mencatat semua gaya pada setiap
dongkrak selama pelaksanaan penarikan kabel harus diteruskan sampai gaya yang diperlukan
pada dongkrak tercapai atau sampai jumlah pemuluran sama dengan jumlah pemuluran yang
diperlukan. Penegangan pada salah satu ujung harus dilakukan untuk menentukan kehilangan
gesekan (friction loss), jika diperintahkan oleh Direksi Pekejaan. Kedua dongkrak
dihubungkan pada kedua ujung dari setiap kabel. Salah satu dongkrak diberikan perpanjangan
paling tidak 25 mm sebelum dongkrak lainnya dihubungkan. Kabel yang masih kendor harus
dikencangkan, dan kabel yang pertama-tama ditegangkan adalah pada dongkrak yang tidak
diberi perpanjangan (leading jack). Dongkrak yang tidak diberi gaya (trailing jack) harus
dipasang sedemikian hingga gaya yang dipindahkan pada ujung ini dapat dicatat. Penegangan
ujung ini harus dilanjutkan sampai pemuluran mendekati 75% dari total pemuluran yang
diperkirakan pada ujung trailing jack. Penegangan kemudian dilanjutkan dengan memberi
gaya hanya pada trailing jack, sampai pada kedua dongkrak tersebut tercatat gaya yang sama.
Kedua dongkrak selanjutnya dikerjakan dengan mempertahankan gaya yang sama pada kedua
dongkrak, sampai mencapai besar gaya yang dikehendaki.
(3) Penegangan dengan 1 (satu) Dongkrak Apabila ditunjukkan dalam gambar bahwa kabel harus
ditarik pada satu ujung (biasanya bentang pendek atau bentang tunggal), maka hanya satu
dongkrak yang digunakan. Setelah kabel ditegangkan, kedua ujung ditandai untuk mengukur
pemuluran masuknya kabel (draw-in).
g) Lubang Penyuntikan (Grouting Hole) Lubang penyuntikan harus disediakan pada angkur, pada titik atas
dan bawah profil kabel dan pada titk-titik lainnya yang cocok. Jumlah dan lokasi titik-titik ini harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan tetapi tidak boleh lebih dari 30 meter pada bagian dari panjang
selongsong. Lubang penyuntikan dan lubang pembuangan udara minimal harus berdiameter 10 mm
dan setiap lubang harus ditutup dengan katup atau perlengkapan sejenis yang mampu menahan tekanan
1 N/mm2 tanpa kehilangan air, suntikan atau udara.

129
h) Penyuntikan dan Penyelesaian Akhir Setelah Pemberian Gaya Prategang Kabel harus disuntik dalam
waktu 24 (dua puluh empat) jam sesudah penarikan kabel selesai dilakukan kecuali jika ditentukan lain
oleh Direksi Pekerjaan. Lubang penyuntikan harus diuji dengan diisi air bertekanan 0,8 N/mm2 selama
satu jam sebelum penyuntikan. Selanjutnya selongsong harus dibersihkan dengan air dan udara
bertekanan. Peralatan pencampur harus dapat menghasilkan adukan semen dengan kekentalan yang
homogen dan harus mampu memasok secara menerus pada peralatan penyuntikan. Peralatan grouting
ini harus terdiri atas sebuah mixer kecepatan tinggi, tangki penampung dan pompa dengan kapasitas
yang cukup untuk memasok campuran grout secara menerus pada tendon atau kelompok tendon
dengan volume terbesar dalam jangka waktu tidak lebih dari 20 menit.
Peralatan penyuntikan tersebut harus mampu bekerja secara menerus dengan sedikit variasi tekanan
dan harus mempunyai sistem untuk mengalirkan kembali adukan apabila penyuntikan sedang tidak
dijalankan. Pompa grouting harus mampu beroperasi secara terus menerus dalam tekanan yang relatif
stabil dan harus memiliki sistem untuk resirkulasi pada saat pelaksanaan grouting belum mulai atau
sedang dihentikan sementara. Pompa grouting tersebut harus dilengkapi dengan pengukur tekanan
(pressure gauge) dengan kapasitas maksimum 2,0 MPa (20 Bar) dan harus cukup kuat untuk
memompa dengan tekanan hingga 1,0 MPa (10 Bar).
Pelaksanaan grouting tidak boleh menggunakan udara bertekanan. Peralatan tersebut harus mempunyai
tekanan tetap yang tidak melebihi 0,8 N/mm2. Semua pipa yang disambungkan ke pompa penyuntikan
harus mempunyai suatu lengkung minimum, katup dan sambungan penyesuai antar diameter. Semua
pengatur arus ke pompa harus disetel dengan saringan 1,0 mm. Semua peralatan, terutama pipa, harus
dicuci sampai bersih dengan air bersih setelah setiap rangkaian pelaksanaan dan pada akhir
pelaksanaan setiap hari.
Interval waktu antar pencucian tidak boleh melebihi dari 3 (tiga) jam. Peralatan tersebut harus mampu
mempertahankan tekanan pada selongsong yang telah disuntik sampai penuh dan harus dilengkapi
dengan katup yang dapat terkunci tanpa kehilangan tekanan dalam selongsong. Pertama-tama air
dimasukkan ke dalam alat pencampur, kemudian semen. Apabila telah dicampur sampai merata, jika
digunakan, maka bahan tambah (admixture) akan ditambahkan. Pengadukan harus dilanjutkan sampai
diperoleh suatu kekentalan yang merata. Rasio air-semen pada campuran tidak akan melebihi 0,45
menurut takaran berat kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan. Pencampuran tidak boleh
dilakukan secara manual. Penyuntikan harus dikerjakan dengan cukup lambat untuk menghindari
timbulnya segregasi adukan. Cara penyuntikan adukan harus sedemikian hingga dapat menjamin
bahwa seluruh selongsong terisi penuh di sekeliling kabel. Grouting harus dapat mengalir dari ujung
bebas selongsong sampai kekentalannya ekivalen dengan grouting yang disuntikkan. Lubang masuk
harus ditutup dengan rapat. Setiap lubang grouting harus ditutup dengan cara yang serupa secara
berturut-turut dalam arah aliran. Setelah suatu jangka waktu yang semestinya, maka penyuntikan
selanjutnya harus dilaksanakan untuk mengisi setiap rongga yang mungkin ada. Setelah semua lubang
ditutup, tekanan penyuntikan harus dipertahankan pada 0,8 N/mm2 paling tidak selama satu menit.
Selongsong penyuntikan tidak boleh terpengaruh oleh goncangan atau getaran dalam waktu 1 (satu)
hari setelah penyuntikan. Tidak kurang dari 2 (dua) hari setelah penyuntikan, permukaan adukan dalam
penyuntikan dan lubang pembuangan udara harus diperiksa dan diperbaiki sebagaimana diperlukan.
Kabel tidak boleh dipotong dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penyuntikan. Ujung kabel harus
dipotong sedemikian rupa sehingga minimum terdapat selimut beton setebal 30 mm pada ujung balok
(end block).

4) Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan Unit Beton Pracetak


a) Pemberian Tanda Unit-unit Beton Pracetak
Segera setelah pembongkaran acuan samping dan melaksanakan perbaikan kecil, maka unitunit
harus diberi tanda untuk memudahkan indentifikasi di kemudian hari. Cat tahan cuaca harus
digunakan dalam menandai unit-unit tersebut. Data yang ditandakan pada semua unit harus
mencakup nomor rujukan dan tanggal pengecoran. Malahan pelat pracetak harus mempunyai data
yang digoreskan pada permukaan atas segera setelah pengecoran. Juga tiang pancang harus
mempunyai tanda ukuran panjang yang jelas dan permanen di sepanjang panjang tiang, dengan
interval 1 (satu) meter yang diukur dari ujung tiang panjang.
130
b) Penanganan dan Pengangkutan
Perhatian khusus harus diberikan dalam penanganan dan pemindahan unit-unit beton pracetak.
Gelagar dan pelat pracetak harus diangkat dengan alat pengangkat atau melalui lubang-lubang yang
dibuat pada unit-unit tersebut, dan harus diangkut dalam posisi tegak. Titik angkat, bentuk dan
posisinya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Penyangga dan penggantung yang cocok harus
digunakan setiap saat dan tidak boleh ada unit beton pracetak
yang digerakkan sampai sepenuhnya lepas dari permukaan tanah. Unit-unit beton pracetak yang
rusak akibat penyimpanan dan penanganan harus diganti oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri.
Apabila cara pengangkatan dan pengangkutan gelagar tidak disebutkan dalam gambar, maka
Penyedia Jasa harus menyerahkan cara yang diusulkan kepada Direksi Pekerjaan. Setelah disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus mengikuti cara yang telah disetujui.

c) Penyimpanan
Unit-unit harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan
pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun baik musin hujan maupun kemarau,
akibat beban dari unit-unit tersebut. Apabila unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka
tidak melebihi dari 3 (tiga) lapisan dengan penyangga kayu yang dipasang di antara tiap lapisan.
Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu. Untuk gelagar dan
tiang pancang, penyangga harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 20% dari ukuran panjang unit,
yang diukur dari setiap ujung.

d) Baja Prategang (Prestressing Steel)


Semua baja prategang harus dilindungi dari kerusakan fisik dan karat atau akibat lain dari korosi
setiap saat dari pembuatan sampai penyuntikan. Baja prategang yang telah mengalami kerusakan
fisik harus ditolak. Baja prategang harus dibungkus dalam peti kemas atau bentuk pengiriman
lainnya untuk melindungi baja tersebut dari kerusakan fisik. Bahan pencegah korosi harus
dimasukkan ke dalam kemasan atau bentuk lainnya, atau bila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan,
dapat digunakan langsung pada baja prategang. Bahan pencegah korosi tidak boleh mempunyai
pengaruh yang merusak pada baja prategang atau beton atau kekuatan ikat (bond strength) baja
pada beton. Kemasan atau bentuk lainnya yang rusak oleh berbagai sebab harus segera diganti atau
diperbaiki hingga mencapai kondisi semula. Kemasan atau bentuk lainnya harus ditandai dengan
jelas dengan suatu keterangan bahwa kemasan berisi baja prategang berkekuatan tinggi, dan
perhatian khusus harus diberikan dalam penanganan, jenis dan jumlah bahan pencegah korosi yang
digunakan (termasuk tanggal sewaktu dimasukkan), petunjuk pengamanan dan petunjuk
penggunaan.

5) Pelaksanaan Unit Beton Pracetak Segmental


a) Uraian
Pekerjaan ini terdiri atas perakitan, penyambungan dan penegangan segmen-segmen pracetak di
lapangan. Unit-unit ini harus difabrikasi sesuai dengan ketentuan dalam seksi ini.
b) Perakitan Segmen Pracetak
Penanganan unit-unit pracetak dalam pelaksanaan balok pracetak segmental selama pelaksanaan
pemasangan harus sesuai dengan ketentuan .
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan detail rancangan acuan, metode
pemasangan dan perakitan untuk mendapat persetujuan paling lambat 4 (empat) minggu sebelum
tanggal memulai perakitan segmen-segmen ini. Segmen-segmen harus dirakit pada acuan atau
pada penyangga di atas tanah lapang. Penyedia Jasa harus merancang sistem penyangga untuk
menyalurkan semua beban yang mungkin terjadi, dan harus menyertakan perlengkapan untuk
menyesuaikan posisi setiap segmen
selama perakitan.
Unit harus dirakit dengan ketidaktepatan alinyemen selongsong dan permukaan luar
seminimum mungkin serta harus berada dalam toleransi yang diberikan.
c) Sambungan Beton
131
Beton yang digunakan untuk sambungan dan diafragma yang terkait atau beton yang dimasukkan
lainnya untuk pelaksanaan penegangan setelah pengecoran (post tension) harus sesuai dengan
ketentuan kecuali apabila dimodifikasi seperti di bawah ini.
Kadar semen tidak kurang dari 450 kg atau tidak lebih dari 500 kg per meter kubik beton. Kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka ukuran efektif maksimum harus 10 mm.
Sambungan beton harus mempunyai kekuatan yang minimal sama dengan beton tersebut sebelum
diberi gaya prategang seperti yang diuraikan dalam .
Bahan untuk beton harus dipilih dengan teliti dan sesuai dengan proporsi rancangan campuran
untuk memperoleh beton sambungan dengan kekuatan yang disyaratkan dan warna yang serupa
dengan segmen-segmen tersebut. Apabila diminta oleh Direksi Pekerjaan maka Penyedia Jasa
harus menyerahkan contoh usulan sambungan beton yang telah dirawat untuk membandingkan
warna beton sambungan dan beton semula.
Sambungan beton antara segmen-segmen harus ditempatkan dalam cetakan yang memenuhi
bentuk, garis dan dimensi yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan ini. Cetakan harus kaku
dan kedap air, agar posisi dan bentuknya selama pengecoran beton tidak berubah. Ketepatan
cetakan terhadap segmen-segmen harus sedemikian hingga diperoleh sambungan yang kedap air,
tepat dengan permukaan yang bersebelahan. Cetakan harus sedemikian hingga permukaan yang
halus dan rata dapat diperoleh.
Apabila diperlukan, pembukaan sementara pada acuan harus dilakukan untuk memudahkan
pengecoran dan pemadatan beton yang memadai, terutama di sekeliling dan di bawah selongsong
dan angkur.
Sambungan antara segmen-segmen harus diisi penuh dengan beton yang dipadatkan dengan kuat
tekan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar. Permukaan yang akan diisi beton harus
dikasarkan sampai mencapai permukaan yang padat dan keras. Sebelum pengecoran, permukaan
tersebut harus dibersihkan dari semua kotoran dan benda-benda asing lainnya.
Sambungan beton harus dilaksanakan dengan pengawasan Direksi Pekerjaan dan setiap
sambungan beton yang dilaksanakan tanpa pengawasan Direksi Pekerjaan atau dilaksanakan tidak
memenuhi ketentuan harus dibongkar oleh Penyedia Jasa dan harus dibuat lagi tanpa tambahan
biaya.
Perhatian khusus harus diberikan selama pengecoran dan pemadatan beton agar setiap kerusakan
pada selongsong dapat dihindarkan. Alat penggetar tidak boleh bersentuhan langsung dengan
selongsong. Apabila selongsong rusak selama pengecoran, seluruh atau sebagian pengecoran beton
ini dapat ditolak oleh Direksi Pekerjaan.
Setelah pengecoran beton, permukaan atas dari sambungan harus diratakan sampai sama dengan
permukaan atas segmen-segmen yang bersebelahan dan harus ditutup agar terhindar dari
pengeringan dini. Beton sambungan harus dirawat dengan satu cara atau lebih selama minimum 7
(tujuh) hari.
Apabila digunakan bahan epoksi yang memenuhi spesifikasi untuk sambungan segmen,
pelaksanaan penyambungan dilakukan identik dengan penjelasan yang diberikan untuk sambungan
beton.
d) Pengecoran Ceruk Angkur
Pengecoran ujung angkur pada balok prategang pracetak segmental harus dilaksanakan sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini.
e) Kerusakan Unit-unit
Apabila setiap unit yang difabrikasi atau diterima oleh Direksi Pekerjaan, ternyata rusak seperti
retak, mengelupas atau deformasi pada baja tulangan, unit yang demikian harus disisihkan sampai
diperiksa oleh Direksi Pekerjaan, yang akan menentukan apakah unit tersebut ditolak dan
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan atau diperbaiki oleh Penyedia Jasa.
Biaya untuk perbaikan ini, atau penyingkiran atas unit-unit yang ditolak, dan semua biaya untuk
mengganti unit-unit ini di lapangan harus menjadi beban Penyedia Jasa.
6) Pemasangan Unit Beton Prategang
a) Tumpuan untuk Unit-unit Yang Diletakkan di atas Bantalan Karet

132
Apabila unit-unit akan diletakkan di atas bantalan, maka bantalan tersebut harus diletakkan
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dan harus ditahan pada posisinya untuk mencegah
pergeseran bantalan selama pemasangan unit-unit.
b) Pengaturan Posisi Unit-unit
Semua baut yang tertanam dan lubang untuk tulangan melintang, dan sebagainya harus diluruskan
dengan hati-hati selama pemasangan unit-unit tersebut. Batang baja harus dipasang pada lubang
untuk tulangan melintang sewaktu perakitan berlangsung, agar dapat menjamin penempatan
lubang dengan tepat.
 Kawat (wire), untaian (strand), rakitan angkur dan batang (bar) untuk pekerjaan prategang
harus ditandai dengan sejumlah nomor dan diberi label untuk keperluan identifikasi sebelum
diangkut ke tempat kerja.
 Contoh yang diserahkan harus mewakili jumlah bahan yang akan disediakan dan untuk kawat
dan untaian harus mempunyai induk gulungan (master rol) yang sama. Contoh untuk pengujian
harus diserahkan pada waktunya sehingga hasilnya dapat diterima dengan baik sebelum waktu
pekerjaan penegangan yang dijadualkan.
 Bahan yang diterima harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan dan semua bahan harus diterima
sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan setelah mengecek/memeriksa dengan menunjukkan
bukti tertulis.
 Direksi harus menempatkan tim khusus sekurang-kurangnya seorang ahli kepala dan bebas dari
biaya, untuk memberi advis teknis yang diperlukan selama pelaksanaan prategang.

4) Benda Uji
Benda uji untuk wire, strand atau bar harus mempunyai panjang tidak kurang dari 1,00 meter atau
disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium penguji.
Jumlah benda uji minimum baik untuk sistem pra tarik maupun sistem pascatarik adalah 3 (tiga)
buah atau sekurang-kurangnya 1 (satu) benda uji untuk setiap 20 ton berat bahan.
5) Rakitan Angkur
Apabila rakitan angkur tidak disertakan dalam contoh tulangan, maka dua rakitan harus diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan, lengkap dengan pelat distribusi, untuk setiap jenis dan ukuran yang
akan digunakan.
6) Penerimaan Unit-unit
Apabila unit-unit difabrikasi di luar tempat kerja, maka Penyedia Jasa harus memeriksa mutu dan
kondisi pada saat barang tiba di tempat dan harus segera melapor secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan untuk setiap cacat atau kerusakan. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas semua
kerusakan yang terjadi pada unit-unit setelah barang tiba di tempat.
7) Penerimaan Sebelumnya
Apabila sistem prategang yang akan digunakan telah diuji sebelumnya dan disetujui oleh Pemilik
atau instansi lain yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, maka contoh tidak perlu diserahkan
asalkan tidak terdapat perubahan dalam bahan, rancangan atau rincian yang sebelumnya telah
disetujui.

c. Baja Tulangan
 Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
 Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar
baja tulangan adalah sebagai berikut:
- 35 mm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah
atau terhadap bahaya kebakaran.
- Untuk beton yang terendam/tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan.
- 75 mm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk
beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan

133
langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan
kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.
 Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan gambar dan
memenuhi tegangan leleh baja tulangan yang di syaratkan.
 Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang di
las yang memenuhi SNI 07-0663-1995 tentang jaring kawat baja las untuk tulangan beton
dapat digunakan.
 Tumpuan untuk Tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak
dengan mutu > fc’ 20 MPa (K-250) seperti yang disyaratkan , terkecuali disetujui lain oleh
Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh digunakan sebagai tumpuan.
 Pengikat untuk Tulangan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak
yang memenuhi SNI 07- 6401-2000.
 Pada lingkungan yang korosif atau lingkungan laut, perlindungan terhadap beton harus
ditingkatkan sesuai dengan keperluan, dengan cara meningkatkan mutu beton, menambah
kepadatan serta kerapatan dan kekedapannya terhadap air, dengan cara mengurangi nilai rasio
air-semen yang digunakan, dan menambah tebal selimut beton. Bila dianggap perlu, aditif bisa
ditambahkan dalam campuran beton.
 Pada baja tulangan non prategang, untuk mencegah proses korosi pada tulangan beton
prategang, perlu diberikan tebal selimut beton yang cukup tebal.
 Tebal selimut minimum ditentukan berdasarkan nilai-nilai sebagai berikut:
- Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah : 75 mm.
- Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
(a) Batang D-19 hingga D-56 : 50 mm
- (b) Batang D-16 dan yang lebih kecil : 40 mm
- Beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah atau cuaca:
(a) Pelat, dinding dan pelat berusuk:
(i) Batang D-44 dan D-56 : 40 mm
(ii) Batang D-36 dan yang lebih kecil : 25 mm
(b) Balok dan kolom:
(i) Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral : 40 mm
(c) Komponen struktur cangkang dan pelat:
(i) Batang D-19 dan yang lebih besar : 25 mm
(ii) Batang D-16 dan yang lebih kecil : 20 mm
 Cara lain dari perlindungan korosi boleh dilakukan dengan tulangan yang dilindungi dengan
epoxy (epoxy coated) harus sesuai dengan AASHTO M 284-03, pelapisan ulang beton, atau
membran rapat, atau suatu kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.
 b) Pengajuan Kesiapan Kerja
 Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang, mutu, dan informasi
lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
 Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk
mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan lainnya.
 Pembengkokan
- a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang
yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan.
- Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
banyak berubah.
- Batang tulangan dengan diameter lebih besar dari 20 mm harus dibengkokkan dengan
mesin pembengkok.

134
 Pemotongan
- Baja tulangan tidak boleh dipotong dengan proses panas kecuali ditentukan lain oleh
Direksi
 Penempatan dan Pengikatan
- Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
- Tulangan harus ditempatkan secara akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
- Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
- Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada gambar,
- tidak akan diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada
titik dengan tegangan tarik minimum.
- Apabila penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum harus 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.
- Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam gambar atau
secara khusus diizinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Apabila Direksi Pekerjaan
- menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah
sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D
2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
- Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
- Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kereb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
- Apabila baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja) atau cara lain sehingga tulangan dapat terhindar dari bahaya korosi.
- Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau
beban konstruksi lainnya.

d. Pondasi Tiang
 Yang dimaksud dengan fondasi tiang adalah komponen struktur berupa tiang yang berinteraksi
langsung dengan tanah, yang berfungsi sebagai penopang akhir dan menyalurkan beban dari
struktur jembatan ke tanah.
 Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup tiang pancang yang disediakan dan
dipancang atau ditempatkan sesuai dengan spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati
gambar menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
 Tiang pancang uji dan/atau pengujian pembebanan diperlukan untuk menentukan daya dukung
fondasi tiang, jumlah dan panjang tiang pancang yang akan dilaksanakan.
 daya dukung fondasi tiang, jumlah dan panjang tiang pancang yang akan dilaksanakan.
 Toleransi
135
- Lokasi Kepala Tiang Pancang
Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar.
Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh
melampaui 75 mm dalam segala arah.
- Kemiringan Tiang Pancang
Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih
melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 per 50).
- Kelengkungan (Bow)
Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung di tempat harus tidak boleh melampaui
0,01 dari panjang suatu tiang pancang dalam segala arah.
Kelengkungan lateral tiang pancang baja tidak boleh melampaui 0,0007 dari panjang total
tiang pancang.
 Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat
pemancangan tanpa kerusakan.
 Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang
berongga (hollow piles) harus digunakan apabila panjang tiang yang diperlukan melebihi dari
biasanya.
 Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan,penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang terjadi
akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak boleh kurang dari
40 mm dan apabila tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi lainnya,
selimut beton tidak boleh kurang dari 75 mm.
 Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan jika memungkinkan. Apabila penyambungan
tiang pancang tidak dapat dihindarkan, Penyedia Jasa harus menyerahkan metode
penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan.
 Tidak ada pekerjaan penyambungan tiang pancang sampai metode penyambungan disetujui
secara tertulis dari Direksi Pekerjaan.
 Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang
tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja
tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
 Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan
yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan diperpanjang.
 Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 (dua) kali lingkaran penuh dan
baja
 Apabila perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh
pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.
 Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan lepas
atau pecahan dan kotoran lain, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen yang tipis.
 Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton dengan fc’= 35 MPa atau K-400.
Semen yang digunakan harus dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang pancang
yang akan disambung, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
 Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari setelah pengecoran.
 Perpanjangan tiang pancang harus dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang
pancang yang akan disambung. Apabila tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi
pemancangan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka
perpanjangan baja tulangan yang diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Apabila tidak disebutkan dalam gambar, maka panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40
(empat puluh) kali diameter untuk tulangan memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan.
 Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama
(co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil

136
kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat merusak ujung
tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau besi tuang.
 Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu
harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih
dalam batas yang aman seperti yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 (dua puluh
delapan) hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
 Acuan samping dapat dibuka 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran beton, tetapi
seluruh tiang pancang tidak boleh digeser dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah pengecoran beton,
atau lebih lama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Perawatan harus dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari setelah dicor dengan mempertahankan
tiang pancang dalam kondisi basah selama jangka waktu tersebut.
 Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat
 panjangnya atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila tiang
pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam
gambar, Direksi Pekerjaan akan memerintahkan menggunakan baja tulangan dengan diameter
yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang
ditunjukkan dalam gambar.
 Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjang, ditulis dengan jelas
didekat kepala tiang pancang.
 Penyedia Jasa dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk membuat tiang pancang
bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus memberitahu secara tertulis kepada
Direksi Pekerjaan atas penggunaan jenis dan pabrik pembuat semen yang diusulkan.
 Semen yang demikian tidak boleh digunakan sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Periode
dan ketentuan perlindungan sebelum pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
 Beton harus dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang tertinggal akan
masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 100 mm atau sebagaimana ditunjukkan
di dalam gambar. Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah
pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat ke dalam pile cap dengan baik seperti
yang ditunjukkan dalam gambar. Untuk tiang pancang beton prategang, panjang kawat
prategang yang tertinggal setelah pengupasan harus dimasukkan ke dalam pilecap paling
sedikit 600 mm. Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang di
cor ke dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan
baja tulangan lunak yang di cor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada saat pembuatan.
 Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya
pecah atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang.
 Setiap beton yang retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang
direkatkan sebagaimana mestinya dengan beton yang lama.
 Sisa bahan potongan tiang pancang, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak perlu
diamankan, harus dibuang sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.

e. Pondasi Sumuran
 Umum
- Bahan yang digunakan harus sama dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
- Dinding sumuran dibuat dari beton bertulang. Pekerjaan beton dan baja tulangan harus
memenuhi ketentuan yang disyaratkan Kecuali jika ditunjukkan lain dalam gambar, maka
mutu beton adalah fc’= 20 MPa atau K-250 dan mutu baja BJ24.
- Kecuali jika ditunjukkan lain dalam gambar, maka bahan pengisi fondasi sumuran adalah
beton siklop yang harus memenuhi ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan
- Fondasi sumuran harus dibuat memenuhi ketentuan dimensi dan fungsinya, dengan
mempertimbangkan kondisi pelaksanaan yang diberikan.

137
 Unit Beton Pracetak
- Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana mestinya.
- Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari logam. Cetakan
harus kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 (tiga) hari setelah pengecoran.
Unit beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos,
atau cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.
- Unit beton pracetak tidak boleh digeser sebelum 7 (tujuh) hari setelah pengecoran, atau
sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70% dari kuat
tekan beton rancangan dalam 28 (dua puluh delapan) hari.
- Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras
paling sedikit 14 (empat belas) hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian
menunjukkan kuat tekan mencapai 85% dari kuat tekan rancangan dalam 28 (dua puluh
delapan) hari.
 Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak
- Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah.
- Apabila beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikutnya
harus dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen
untuk memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat dilanjutkan
24 (dua puluh empat) jam setelah penyambungan selesai dikerjakan.
 Dinding Sumuran Cor di Tempat
- Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi
yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 (tiga) hari setelah
pengecoran.
- Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini. Penurunan
tidak boleh dimulai paling sedikit 7 (tujuh) hari setelah pengecoran atau sampai pengujian
menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai 70% dari kuat tekan rancangan dalam 28
(dua puluh delapan) hari.
 Pengisian Sumuran dengan Beton Siklop
- Beton siklop yang diisikan pada fondasi sumuran sesuai dengan spesifikasi teknik
pekerjaan beton.
 Galian dan Penurunan
- Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi Undang-undang
Keselamatan Kerja, dan sebagainya.
- Penggalian hanya boleh dilanjutkan apabila penurunan telah dilaksanakan dengan tepat
dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan, pergeseran dan
gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.
- Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan
menggunakan beban tambahan (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser
(frictional resistance), dan sebagainya.
- Cara mengurangi ketahanan geser: Apabila ketahanan geser diperkirakan cukup besar
pada saat penurunan dinding sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk
mengurangi geseran antara dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.
- Sumbat Dasar Sumuran
Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal
berikut ini:
(1) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremi atau
pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air dalam
sumuran.
(2) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran beton
untuk sumbat dasar sumuran.
 Pengisian Sumuran

138
- Sumuran harus diisi dengan beton siklop fc’ 15 MPa atau K-175 sampai elevasi satu
meter di bawah fondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton fc’ 20
MPa atau K- 250, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar.
- Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work) Dinding penahan rembesan
(cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gaya gaya dari luar seperti
tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik
setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.
- Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka Bagian atas dinding sumuran yang telah
terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar fondasi telapak harus dibongkar.
Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat pemecah bertekanan
(pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
- Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam fondasi telapak harus mempunyai
panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
 Pengendalian Keselamatan
- Dalam melaksanakan pembuatan fondasi sumuran, standar keselamatan yang tinggi harus
digunakan untuk para pekerja dengan ketat mematuhi undang-undang dan peraturan yang
berkaitan.
VI.3.6. PEKERJAAN PAVING BLOK
 Persyaratan Bahan
- Paving blok dari beton pracetak untuk trotoar, median dan jalan harus setebal sesuai
rencana dengan derajat kualitas perkerasan yang saling mengunci (interlocking)
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar dan harus merupakan kualitas terbaik yang
dapat diperoleh secara lokal menurut suatu pola yang dapat diterima oleh Direksi Teknik.
Paving blok tersebut harus dibuat dari beton dengan mutu sesuai rencana dan disetujui
oleh Direksi Teknik.
- Yang dimaksud paving blok berwarna adalah terdiri dari warna merah, hitam, hijau atau
warna kuning. Paving blok harus mempunyai alur celah pasir pada setiap sisinya agar
celah antar paving yang terpasang bisa diisi pasir dan lebar celahnya bisa dijaga selalu
sama.
 Persyaratan Pelaksanaan
- Perkerasan paving blok harus diletakkan sesuai dengan instruksi dari pabrik. pada
umumnya blok-blok harus dipasang pada alas pasir tanpa dipadatkan kira -kira 70 - 80
mm tebal dan di vibrasikan kebawah sampai rata dengan menggunakan sebuah mesin
pemadat (berbentuk) pelat, yang menyebabkan pasir memasuki ruangan-ruangan diantara
blok-blok, jadi membantu proses saling mengunci dan pemadatan. Percobaan-percobaan
harus diadakan pada berbagai ketebalan pasir lepas, sebelum permulaan dari pada
pekerjaan, untuk menetapkan ketebalan hamparan yang tepat, yang diperlukan untuk
mencapai ketebalan padat 60 mm. Perkerasan jalan dengan blok tidak akan diisi dengan
adukan semen.
- Paving blok harus mempunyai kekuatan tekan rata-rata ( K ) sesuai rencana pada umur
paving >= 28 hari.
Pengujian kuat tekan rata – rata ( K ) paving blok :
- Metode pengujian test tekan adalah menggunakan rujukan British Standard No. BS 6717
Part 1, 1986.
- Dari seluruh hasil pengujian test tekan pada sampel, hanya diijinkan 5 % hasil test tekan
sampel yang diperbolehkan mempunyai kuat tekan lebih kecil dari kuat tekan rata – rata (
K ) yang dipersyaratkan.
- Satu tahap pengujian test tekan minimum harus terdiri dari 20 benda uji yang diambil
secara acak dari lapangan, baik pengujian untuk usulan produk maupun pengujian untuk
keperluan opname pekerjaan terpasang.

VI.3.7. LAIN-LAIN
139
 Semua jenis material yang tidak tercantum dalam RKS terlebih dahulu harus seijin
Pengawas/Direksi Proyek/ dalam penggunaannya
 Hal-hal yang bersifat teknis yang belum atau tidak dapat dijabarkan dan diuraikan dalam
syarat-syarat teknis, maka Rekanan/kontraktor harus berpedoman pada Gambar Kerja yang
merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.
 Jika terdapat hal hal yang tidak tercantum dalam RKS ini dan tidak tercantum pula pada
dokumen yang lain maka akan di tentukan bersama antara Direksi, Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana dan Kontraktor pelaksana dalam sebuah berita acara kesepakatan yang
akan menjadi satu kesatuan dengan RKS ini .

VI.3.8. PENUTUP

 Rekanan/ kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan (100%) dengan
tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Dokumen
Kontrak secara keseluruhan serta petunjuk Direksi Proyek / Pengawas.
 Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini ataupun perubahan/ tambahan
yang mungkin ada akan dijelaskan dalam aanwijzing dan atau diberi petunjuk Direksi Proyek /
Pengawas
 Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana berkewajiban menyelesaikan
semua jenis pekerjaan dan pembersihan lapangan sehingga hasil pekerjaan nampak bersih dan
sempurna
 Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan selesai 100% dan diserahkan
untuk kedua kalinya pada Direksi Proyek.

VI.3.9. GAMBAR KERJA TERLAMPIR BERSAMA DOKUMEN INI

140
BAB XIII. DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


DINAS BINA MARGA
Jl. Pemuda No. 148 Semarang Telp. (024) 3513366,Pes. 1270, 1271, 1272, 1273, 1275, 1297, 1275
1297, 1299

REKAPITULASI
RENCANA ANGGARAN BIAYA
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN JALAN SRIWIJAYA
LOKASI : KOTA SEMARANG
TH. ANGGARAN : ……..

JUMLAH HARGA
No. URAIAN PEKERJAAN
( Rp )

I. PEKERJAAN PERSIAPAN 20,000,000.00


II. PEKERJAAN JALAN 23,409,365,277.53
A PEKERJAAN TANAH 834,195,123.21
B. PEKERJAAN LAPIS BERBUTIR 1,443,069,429.62
C. PEKERJAAN LAPIS BERASPAL 6,624,058,263.68
D. PEKERJAAN PULAU JALAN 265,663,932.17
E. PEKERJAAN PEDESTRIAN 2,721,619,019.80
F. PEKERJAAN DRAINASE 10,601,683,094.65
G. PEKERJAAN MINOR 919,076,414.41
III. PEKERJAAN SCLUPTURE 93,253,198.89

JUMLAH : 23,522,618,476.43
PPN 10 % : 2,352,261,847.64
JUMLAH TOTAL : 25,874,880,324.07
DIBULATKAN : 25,874,880,000.00
Terbilang :
Dua puluh lima milyar delapan ratus tujuh puluh empat juta delapan ratus delapan puluh ribu

Semarang, …………………………….2014
Konsultan Perencana
CV / PT. …………………………

……………………………..
Direktur

141
PEMERINT AH KOT A SEMARANG
DINAS BINA MARGA
Jl. Pemuda No. 148 Semarang Telp. (024) 3513366,Pes. 1270, 1271, 1272, 1273, 1275, 1297, 1275
1297, 1299

RENCANA ANGGARAN BIAYA


(R A B)
KEGIATAN : PERENCANAAN PEDESTRIAN JALAN DAN JEMBATAN
PEKERJAAN : REVIEW DESAIN DED JALAN SRIWIJAYA
LOKASI : KOTA SEMARANG
TH. ANGGARAN : 2014

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


No. URAIAN PEKERJAAN VOLUME
( Rp ) ( Rp )

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pengukuran dan Bouplank 1.00 Ls 15,000,000.00 15,000,000.00
2 Administrasi dan Dokumentasi 1.00 Ls 5,000,000.00 5,000,000.00
TOTAL I 20,000,000.00
II. PEKERJAAN JALAN
A. PEKERJAAN TANAH
1 Galian tanah biasa dibuang ke luar lokasi proyek (dengan alat) 20,329.23 m³ 29,982.00 609,511,039.22
2 Urugan setempat tanah padas 1,175.77 m³ 191,096.00 224,684,083.99
SUB TOTAL A 834,195,123.21
B. PEKERJAAN LAPIS BERBUTIR
1 Penghamparan LPA (lapis pondasi agregat kelas A) sepanjang jalan 3,589.88 m³ 401,983.00 1,443,069,429.62
SUB TOTAL B 1,443,069,429.62
C. PEKERJAAN LAPIS BERASPAL
1 Lapis resap pengikat (prime coat) - aspal cair sepanjang jalan 18,100.15 ltr 13,718.00 248,297,904.82
2 Lapis perekat (tack coat) - aspal cair sepanjang jalan 4,716.96 ltr 13,430.00 63,348,752.45
3 Penghamparan AC-Base (asphalt concrete base) tebal 6,0 cm 1,071.25 m³ 2,762,875.00 2,959,739,779.05
4 Penghamparan AC-WC (Asphalt concrete wearing course) tebal 4,0 cm 27,896.39 m² 120,183.00 3,352,671,827.35
SUB TOTAL C 6,624,058,263.68
D. PEKERJAAN PULAU JALAN
1 Memasang lantai Homogenius Tile unpolish 147.93 m² 303,290.00 44,866,599.57
2 Memasang Batu Andesit Bintik Bakar 90.09 m³ 248,306.00 22,369,192.28
3 Kanstin beton Profil 40x40 cm,K-300, cetak langsung di lokasi pekerjaan 328.00 m' 225,360.00 73,918,080.00
4 Pas Bata 1:4 12.39 m³ 797,402.00 9,881,246.10
5 Urugan Tanah merah 194.10 m³ 186,697.00 36,236,954.22
6 Penanaman Rumput Gajah Mini 666.70 m² 57,000.00 38,001,900.00
7 Penanaman Tanaman Semak Lantana 3,942.00 plibag 5,000.00 19,710,000.00
8 Penanaman Tanaman sokka 2,234.16 plibag 6,000.00 13,404,960.00
9 Penanaman Tanaman Pucuk Merah tinggi 40 cm 58.00 plibag 90,000.00 5,220,000.00
10 Penanaman Pohon Trembesi dia 10 cm, h = 4 m 2.00 btg 390,000.00 780,000.00
11 Penanaman Pohon Tabebuya Putih dia btg 8 s/d 10 cm, h=2.5 m 3.00 btg 425,000.00 1,275,000.00
SUB TOTAL D 265,663,932.17
E. PEKERJAAN PEDESTRIAN
1 Memasang lantai Homogenius Tile unpolish 3,319.25 m² 303,290.00 1,006,693,816.05
2 Memasang Batu Andesit Bintik Bakar 1,624.92 m³ 248,306.00 403,477,733.15
3 Kanstin beton Profil 40x40 cm,K-300, cetak langsung di lokasi pekerjaan 4,900.50 m' 225,360.00 1,104,376,387.03
4 Pasangan batu bata 1 : 4 152.98 m³ 797,402.00 121,983,846.79
5 Pasangan batu belah 1 : 4 98.28 m³ 716,926.00 70,459,487.28
6 Plesteran 1 : 4 tebal 15 mm 368.55 m² 39,690.00 14,627,749.50
SUB TOTAL E 2,721,619,019.80
F. PEKERJAAN DRAINASE
1 Pengadaan dan pemasangan U ditch 1200x1200 mm 1,814.03 m¹ 2,499,209.17 4,533,638,405.24
2 Pengadaan dan pemasangan U ditch 1000x1000 mm 1,736.97 m' 2,293,463.33 3,983,675,859.37
3 Plat Beton Penutup Saluran 1,870.53 m' 678,978.97 1,270,049,993.31
4 Pengadaan dan pemasangan U Decker 1200x1200 mm 56.50 m¹ 3,578,125.83 202,164,109.58
5 Pengadaan dan pemasangan tutup beton U ditch 1200x1200 mm type B (untuk beban berat) 56.50 m¹ 998,396.67 56,409,411.67
6 Pengadaan dan pemasangan U Decker 1000x1000 mm 66.50 m' 2,614,938.33 173,893,399.17

142
7 Pengadaan dan pemasangan tutup beton U ditch 1000x1000 mm type B (untuk beban berat) 66.50 m' 681,230.00 45,301,795.00
8 Inlet Drain (side entry pit) uk. 28 x 39 cm 369.00 bh 179,782.00 66,339,558.00
9 Pipa PVC tipe D Ø 6" 1,291.50 m' 52,500.00 67,803,750.00
10 Pasangan batu belah 1 : 4 75.75 m³ 716,926.00 54,308,004.81
11 Siar batu kali 1 : 2 3,984.90 m² 37,165.00 148,098,808.50
SUB TOTAL F 10,601,683,094.65
G. PEKERJAAN MINOR
1 Lampu PJU Solar Cell Lengan tunggal komplit + aksesoris dan Dudukan beton 31.00 buah 18,000,000.00 558,000,000.00
2 Marka jalan termoplastik 902.72 m² 181,979.00 164,276,054.13
3 Rambu lalulintas standar tunggal dengan permukaan pemantul engineering grade 10.00 bh 551,766.00 5,517,660.00
4 Pengecatan kerb dengan cat genteng 5,228.50 m² 24,015.00 125,562,396.28
5 Stablisasi tanah dengan tanaman 2,300.00 m² 15,171.00 34,893,300.00
6 Penebangan pohon Ø 50-75 cm 78.00 bh 395,218.00 30,827,004.00
7 Pemindahan Tiang Telpon 4.00 bh
8 Pemindahan Tiang Listrik 7.00 bh
9 Pemindahan Panel Listrik 1.00 bh
SUB TOTAL G 919,076,414.41
TOTAL II 23,409,365,277.53
III. PEKERJAAN SCLUPTURE
1 Galian tanah biasa dibuang ke luar lokasi proyek (tanpa alat) 10.39 m³ 79,247.00 823,572.86
2 Urugan setempat tanah merah 11.62 m³ 186,697.00 2,170,035.24
3 Beton Footplat 100x160
~ Beton K-250 0.96 m³ 1,153,913.00 1,107,756.48
~ Besi Beton 92.16 kg 10,586.00 975,605.76
~ Bekisiting 2.40 m² 117,276.00 281,462.40
4 Balok 20x40 -
~ Beton K-250 0.68 m³ 1,153,913.00 790,199.62
~ Besi Beton 91.08 kg 10,586.00 964,155.94
~ Bekisiting 3.70 m² 233,761.00 864,429.48
5 Kolom 40x40 -
~ Beton K-250 1.82 m³ 1,153,913.00 2,104,737.31
~ Besi Beton 182.40 kg 10,586.00 1,930,886.40
~ Bekisiting 18.24 m² 233,761.00 4,263,800.64
6 Kolom 20x40 -
~ Beton K-250 0.82 m³ 1,153,913.00 941,593.01
~ Besi Beton 108.53 kg 10,586.00 1,148,877.41
~ Bekisiting 4.41 m² 233,761.00 1,030,044.47
7 Pasangan batu bata 1 : 6 0.11 m³ 754,236.00 80,327.64
8 Plesteran 1 : 6 tebal 15 mm 28.91 m² 37,565.00 1,086,056.74
9 Memasang Batu Andesit Bintik Bakar 28.91 m² 248,306.00 7,178,874.09
10 Box Panel 60x80 + Aksesoris 1.00 unit 782,000.00 782,000.00
11 Armatur LED (Light Emitting Diode) RedGreenBlue,Outdoor, Intensitas Sedang AC 2.00 bh 12,600,000.00 25,200,000.00
12 Penanaman Tanaman Mondograss Putih 855.82 plibag 3,000.00 2,567,451.60
13 Penanaman Rumput Gajah Mini 47.35 m² 57,000.00 2,698,756.20
14 Penanaman Tanaman sokka 433.54 plibag 6,000.00 2,601,244.80
15 Penanaman Tanaman Kana 1,276.54 plibag 5,000.00 6,382,710.00
16 Penanaman Tanaman Sabang Darah 409.83 plibag 8,000.00 3,278,620.80
17 Penanaman Tanaman Palem Ekor Tupai Sedang 10.00 btg 200,000.00 2,000,000.00
18 Membuat Seclupture dari Stainlesteel pipa ø 2" 1.00 ls 20,000,000.00 20,000,000.00
TOTAL III 93,253,198.89

143
BAB XIV. BENTUK DOKUMEN LAIN

A. BENTUK SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA BARANG/JASA (SPPBJ)

[kop surat K/L/D/I]

144
Nomor : , 20
Lampiran :

Kepada Yth.

di

Perihal : Penunjukan Penyedia untuk Pelaksanaan Paket Pekerjaan

Dengan ini kami beritahukan bahwa penawaran Saudara nomor tanggal


perihal dengan [nilai penawaran/penawaran terkoreksi] sebesar Rp_ (
) kami nyatakan diterima/disetujui.

Sebagai tindak lanjut dari Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) ini Saudara
diharuskan untuk menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan menandatangani Surat Perjanjian paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ. Kegagalan Saudara untuk
menerima penunjukan ini yang disusun berdasarkan evaluasi terhadap penawaran Saudara, akan
dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan
Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya.

Satuan Kerja
Pejabat Pembuat Komitmen

[tanda tangan]

[nama lengkap]
[jabatan]
NIP.

Tembusan Yth. :
1. [PA/KPA K/L/D/I]
2. [APIP K/L/D/I]
3. [Pokja ULP]
......... dst

145
B. BENTUK SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

[kop surat satuan kerja K/L/D/I]

SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

Nomor:
Paket Pekerjaan:

Yang bertanda tangan di bawah ini:

[nama Pejabat Pembuat Komitmen]


[jabatan Pejabat Pembuat Komitmen]
[alamat satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen]

selanjutnya disebut sebagai Pejabat Pembuat Komitmen;

146
berdasarkan Surat Perjanjian nomor tanggal
, bersama ini memerintahkan:

[nama Penyedia Pekerjaan Konstruksi]


[alamat Penyedia Pekerjaan Konstruksi]
yang dalam hal ini diwakili oleh:

selanjutnya disebut sebagai Penyedia;

untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Macam pekerjaan: ;

2. Tanggal mulai kerja: ;

3. Syarat-syarat pekerjaan: sesuai dengan persyaratan dan ketentuan Kontrak;

4. Waktu penyelesaian: selama ( ) hari kalender/bulan/tahun dan


pekerjaan harus sudah selesai pada tanggal _

5. Denda: Terhadap setiap hari keterlambatan pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan


Penyedia akan dikenakan Denda Keterlambatan sebesar 1/1000

147
(satu per seribu) dari Nilai Kontrak atau bagian tertentu dari Nilai Kontrak sebelum PPN
sesuai dengan Syarat-Syarat Khusus Kontrak.

, 20

Untuk dan atas nama


Pejabat Pembuat Komitmen

[tanda tangan]

[nama lengkap]
[jabatan]
NIP:

Menerima dan menyetujui:

Untuk dan atas nama

[tanda tangan]

[nama lengkap wakil sah badan usaha] [jabatan]


C. BENTUK SURAT-SURAT JAMINAN

Jaminan Sanggahan Banding dari Bank

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN SANGGAHAN BANDING
No.

Yang bertanda tangan dibawah ini:


dalam jabatan selaku dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama [nama bank] berkedudukan di
[alamat]

untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [Pokja ULP]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang )
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Sanggahan Banding atas pekerjaan
berdasarkan Dokumen Pengadaan No.
tanggal , apabila:
Nama : [peserta pelelangan]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu
berlakunya Garansi Bank ini, sanggahan banding yang diajukan oleh YANG DIJAMIN
dinyatakan tidak benar.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan
Surat Jawaban Sanggahan Banding yang menyatakan bahwa Sanggahan Banding tidak
benar dari [Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
Lain/Pejabat yang menerima penugasan menjawab sanggah banding] paling lambat 14
(empat belas)
hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana tercantum dalam butir
1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai
jaminan tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat
(Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima Jaminan berdasar Surat
Jawaban Sanggahan Banding yang menyatakan bahwa “Sanggahan Banding tidak benar
dan pengenaan sanksi akibat Sanggahan Banding yang diajukan oleh Yang Dijamin tidak
benar”.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya
benda-benda yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi
hutang Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
5. Tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-masing
pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan Negeri
.

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp.6000,00
Untuk keyakinan,
pemegang Garansi [Nama dan Jabatan]
Bank disarankan
untuk
mengkonfirmasi
Garansi ini ke
[bank]
Jaminan Pelaksanaan dari Bank

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN PELAKSANAAN No.

Yang bertanda tangan dibawah ini:


dalam jabatan selaku dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama [nama bank] berkedudukan di
[alamat]

untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang )
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Pelaksanaan atas pekerjaan
berdasarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) No. tanggal , apabila:
Nama : [nama penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu
berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada Penerima Jaminan
berupa:
a. Yang dijamin tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut pada waktunya dengan baik dan benar
sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak;
b. Pemutusan kontrak akibat kesalahan Yang Dijamin.
sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Pengadaan yang diikuti oleh Yang
Dijamin.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan
Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14 (empat belas)
hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana tercantum dalam
butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan tersebut
di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat (Unconditional)
setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima Jaminan berdasar Surat Pernyataan
Wanprestasi dari Penerima Jaminan mengenai pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin
cidera janji/lalai/tidak memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya
benda-benda yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi
hutang Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
5. Tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini,
masing-masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di
Kantor Pengadilan Negeri .

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp.6000,00

Untuk keyakinan, pemegang Garansi Bank disarankan untuk mengkonfirmasi Garansi ini ke
[bank]
156
GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN PEMELIHARAAN No.

Yang bertanda tangan dibawah ini:


dalam jabatan selaku dalam hal ini bertindak

untuk dan atas nama [nama bank] berkedudukan di


[alamat]

untuk dan atas nama [nama bank] berkedudukan di


[alamat]

untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang )
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Pelaksanaan atas pekerjaan
berdasarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) No. tanggal , apabila:
Nama : [nama penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu
berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada Penerima Jaminan
berupa:
a. Yang dijamin tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut pada waktunya dengan baik dan benar
sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak;
b. Pemutusan kontrak akibat kesalahan Yang Dijamin.
sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Pengadaan yang diikuti oleh Yang
Dijamin.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan Surat
Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana tercantum dalam butir
1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan tersebut
di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat (Unconditional)
setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima Jaminan berdasar Surat Pernyataan
Wanprestasi dari Penerima Jaminan mengenai pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin
cidera janji/lalai/tidak memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya
benda-benda yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi
hutang Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
157
5. Tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini,
masing-masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di
Kantor Pengadilan Negeri .

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp.6000,00
158

[Nama dan Jabatan]

Untuk keyakinan, pemegang Garansi Bank


disarankan untuk mengkonfirmasi Garansi ini
ke
[bank]
Jaminan Pelaksanaan dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan

[Kop Penerbit Jaminan]

JAMINAN PELAKSANAAN
Nomor Jaminan: Nilai:

Jaminan Pelaksanaan dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan


1. Dengan ini dinyatakan, bahwa kami: [nama],
[alamat] sebagai Penyedia, selanjutnya disebut TERJAMIN,
dan [nama penerbit jaminan], [alamat]
sebagai Penjamin, selanjutnya disebut sebagai PENJAMIN,
bertanggung jawab dan dengan tegas terikat pada
[nama PPK], [alamat] sebagai Pemilik
Pekerjaan, selanjutnya disebut PENERIMA JAMINAN atas uang sejumlah Rp
(terbilang )

2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan
pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana TERJAMIN tidak
memenuhi kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana
ditetapkan berdasarkan Surat
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) No. tanggal
untuk pelaksanaan pelelangan pekerjaan
yang diselenggarakan oleh PENERIMA JAMINAN.

3. Surat Jaminan ini berlaku selama ( ) hari kalender dan


efektif mulai dari tanggal sampai dengan tanggal

4. Jaminan ini berlaku apabila:

a. TERJAMIN tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut pada waktunya dengan baik


dan benar sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak;
b. Pemutusan kontrak akibat kesalahan TERJAMIN.

5. PENJAMIN akan membayar kepada PENERIMA JAMINAN sejumlah nilai jaminan


tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat
(Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan secara tertulis dari PENERIMA
JAMINAN berdasar Keputusan PENERIMA JAMINAN mengenai pengenaan sanksi akibat
TERJAMIN cidera janji.

6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.
7. Tuntutan pencairan terhadap PENJAMIN berdasarkan Jaminan ini harus sudah diajukan
selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sesudah berakhirnya masa
berlaku Jaminan ini.

Dikeluarkan di
pada tanggal

TERJAMIN PENJAMIN

Materai Rp.6000,00

[Nama dan Jabatan] [Nama dan Jabatan]

Untuk keyakinan,
pemegang Jaminan
disarankan untuk
mengkonfirmasi
Jaminan ini ke
[Penerbit Jaminan]
Jaminan Uang Muka dari Bank

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN UANG MUKA No.

Yang bertanda tangan dibawah ini:

155
dalam jabatan selaku dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama [nama bank] berkedudukan di
[alamat]
Jaminan Uang Muka dari Bank
untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang )
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Uang Muka atas pekerjaan
berdasarkan Kontrak No. tanggal
, apabila:
Nama : [nama penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu
berlakunya Garansi Bank ini, Yang Dijamin lalai/tidak memenuhi kewajibannya dalam
melakukan pembayaran kembali kepada Penerima Jaminan atas uang muka yang diterimanya,
sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Kontrak.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan
melampirkan Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14
(empat belas) hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana
tercantum dalam butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan tersebut
di atas atau sisa Uang Muka yang belum dikembalikan Yang Dijamin dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat (Unconditional) setelah menerima tuntutan
pencairan dari

156
Penerima Jaminan berdasar Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan mengenai
pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin cidera janji/lalai/tidak memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda
yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang Yang
Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
5. Tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-masing
pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan Negeri
.

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp.6000,00
Untuk keyakinan,
pemegang Garansi [Nama dan Jabatan]
Bank disarankan
untuk
mengkonfirmasi
Garansi ini ke
[bank]
Jaminan Uang Muka dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan

[Kop Penerbit Jaminan]

JAMINAN UANG MUKA


Nomor Jaminan: Nilai:

Jaminan Uang Muka dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan


1. Dengan ini dinyatakan, bahwa kami: [nama],
[alamat] sebagai Penyedia, selanjutnya disebut TERJAMIN,
dan [nama penerbit jaminan], [alamat]
sebagai Penjamin, selanjutnya disebut sebagai PENJAMIN,
bertanggung jawab dan dengan tegas terikat pada
[nama PPK], [alamat] sebagai Pemilik
Pekerjaan, selanjutnya disebut PENERIMA JAMINAN atas uang sejumlah Rp
(terbilang )

2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan
pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana TERJAMIN tidak
memenuhi kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan berdasarkan
Kontrak No. tanggal dari
PENERIMA JAMINAN.

3. Surat Jaminan ini berlaku selama ( ) hari kalender dan


efektif mulai dari tanggal sampai dengan tanggal

4. Jaminan ini berlaku apabila:


TERJAMIN tidak memenuhi kewajibannya melakukan pembayaran kembali kepada
PENERIMA JAMINAN senilai Uang Muka yang wajib dibayar menurut Dokumen Kontrak.

5. PENJAMIN akan membayar kepada PENERIMA JAMINAN sejumlah nilai jaminan


tersebut di atas atau sisa Uang Muka yang belum dikembalikan TERJAMIN dalam waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat (Unconditional) setelah menerima
tuntutan pencairan secara tertulis dari PENERIMA JAMINAN berdasar Keputusan
PENERIMA JAMINAN mengenai pengenaan sanksi akibat TERJAMIN cidera janji.

6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.

7. Tuntutan pencairan terhadap PENJAMIN berdasarkan Jaminan ini harus sudah diajukan
selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sesudah berakhirnya masa
berlaku Jaminan ini.
Dikeluarkan di
pada tanggal

TERJAMIN PENJAMIN

Materai Rp.6000,00

[Nama dan Jabatan] [Nama dan Jabatan]

Untuk keyakinan,
pemegang Jaminan
disarankan untuk
mengkonfirmasi
Jaminan ini ke
[Penerbit Jaminan]
Jaminan Pemeliharaan dari Bank

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai
JAMINAN PEMELIHARAAN No.

Yang bertanda tangan dibawah ini:


dalam jabatan selaku dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama [nama bank] berkedudukan di
[alamat]
Jaminan Pemeliharaan dari Bank
untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang )
dalam bentuk garansi bank sebagai Jaminan Pemeliharaan atas pekerjaan
berdasarkan Kontrak No. tanggal
, apabila:
Nama : [nama penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu
berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada Penerima Jaminan
berupa:
Yang Dijamin tidak memenuhi kewajibannya melakukan pemeliharaan sebagaimana ditentukan
dalam Dokumen Kontrak.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan
melampirkan Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14
(empat belas) hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana
tercantum dalam butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan tersebut
di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat (Unconditional)
setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima Jaminan berdasar Surat
Pernyataan Wanprestasi dari
Penerima Jaminan mengenai pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin cidera
janji/lalai/tidak memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya
benda-benda yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi
hutang Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
5. Tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-masing
pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan Negeri
.

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp.6000,00
Untuk keyakinan,
pemegang Garansi [Nama dan Jabatan]
Bank disarankan
untuk
mengkonfirmasi
Garansi ini ke
[bank]
Jaminan Pemeliharaan dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan

[Kop Penerbit Jaminan]

JAMINAN PEMELIHARAAN

161
Nomor Jaminan: Nilai:

1. Dengan ini dinyatakan, bahwa kami: [nama],


Jaminan Pemeliharaan dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan
[alamat] sebagai Penyedia, selanjutnya disebut TERJAMIN, dan
[nama penerbit jaminan],
[alamat] sebagai Penjamin, selanjutnya disebut sebagai PENJAMIN,
bertanggung jawab dan dengan tegas terikat pada
[nama PPK], [alamat] sebagai Pemilik
Pekerjaan, selanjutnya disebut PENERIMA JAMINAN atas uang sejumlah Rp
(terbilang )
2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan
pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana TERJAMIN tidak
memenuhi kewajiban dalam melaksanakan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan berdasarkan
Kontrak No. tanggal dari
PENERIMA JAMINAN.
3. Surat Jaminan ini berlaku selama ( ) hari kalender dan efektif mulai
dari tanggal sampai dengan tanggal
4. Jaminan ini berlaku apabila:
TERJAMIN tidak memenuhi kewajibannya melakukan pemeliharaan
sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Kontrak.
5. PENJAMIN akan membayar kepada PENERIMA JAMINAN sejumlah nilai jaminan
tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat
(Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan secara tertulis dari PENERIMA
JAMINAN berdasar Keputusan PENERIMA JAMINAN mengenai pengenaan sanksi akibat
TERJAMIN cidera janji.
6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.
7. Tuntutan pencairan terhadap PENJAMIN berdasarkan Jaminan ini harus sudah diajukan
selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sesudah berakhirnya masa
berlaku Jaminan ini.

Dikeluarkan di
pada tanggal

162
TERJAMIN PENJAMIN

Materai Rp.6000,00

[Nama & Jabatan] [Nama & Jabatan]

Untuk keyakinan, pemegang Jaminan disarankan untuk mengkonfirmasi Jaminan ini ke


[Penerbit Jaminan]

162

Anda mungkin juga menyukai