Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia maupun
makhluk hidup lain. Boleh dikatakan tidak ada kehidupan di muka bumi ini yang dapat
berlangsung tanpa air, khususnya manusia. Namun demikian perlu disadan bahwa
keberadaan air di muka bumi ini terbatas menurut ruang dan waktu baik secara kuantitas
maupun kualitas. Air tidak selalu tersedia di mana-mana dan dari waktu ke waktu. Air
sebagai penopang pembangunan dewasa ini (bahkan sudah dirasakan sejak lama) semakin
terancam keberadaannya, baik dan segi kuantitas maupun kualitasnya. Hal tersebut sebagian
besar diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang arif terhadap lingkungan sehingga
berpengaruh terhadap sumberdaya air, bahkan akhirnya berdampak negatif terhadap
manusia sendiri.

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


di segala bidang yang menyangkut kehidupan manusia. Pembangunan dalam prosesnya
tidak terlepas dari penggunaan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang terbarukan
maupun sumberdaya alam tak terbarukan. Senngkali di dalam pemanfaatan sumberdaya
alam tidak memperhatikan kelestanannya, bahkan cenderung memanfaatkan dengan
sebanyak-banyaknya. Di sisi lain, pembangunan itu sendiri dampak menimbulkan dampak
terhadap sumberdaya alam.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan terlepas dari kebutuhan akan air, jadi
di dalam hal ini manusia dan aktivitasnya dipengaruhi oleh keberadaan sumberdaya air,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Sebaliknya, manusia dengan segala aktivitasnya dapat
juga berpengaruh terhadap sumberdaya air. Sumberdaya air dapat terkena dampak dari
pembangunan itu sendiri. Perubahan kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh
pembangunan dapat berdampak pada sumberdaya air baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Peristiwa banjir yang sering terjadi tidak terlepas dari dampak perubahan
penggunaan lahan. Pencemaran pada air sungai dan air tanah yang sering terjadi juga
merupakan dampak dari pembangunan juga. Dengan memperhatikan daur hidrologi serta
proses hidrologi yang mengalami perubahan dapat dikaji dampak-dampak negatif yang
mungkin timbul yang disebabkan oleh proses pembangunan.
Dalam makalah ini dikemukakan beberapa hal tentang air yang mencakup keberadaan
air di muka bumi ini, agihan serta sifat-sifatnya, fenomena hidrologi yang terkait dengan
keberadaan air di muka bumi, serta dampak berbagai aktivitas manusia yang secara
kuantitatif maupun kualitatif berpengaruh terhadap air. Dalam membicarakan dampak
hidrologi, tidak dapat dipisahkan antara hidrologi (sumberdaya air) dan hutan yang
merupakan bagian yang penting dan sangat berpengaruh terhadap siklus hidrologi. Oleh
karena itu pada makalah ini dibicarakan pula dampak hidrologis perubahan penggunaan
lahan agar dapat lebih dipahami dampak pembangunan terhadap sumberdaya air yang
berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan, khususnya yang berkaitan dengan
perubahan daerah non permukiman ke daerah permukiman yang kedap air.

UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa pendayagunaan sumber daya air
harus ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pengertian yang
terkandung di dalam amanat tersebut adalah bahwa negara bertanggungjawab terhadap
ketersediaan dan pendistribusian potensi sumberdaya air bagi seluruh masyarakat Indonesia,
dan dengan demikian pemanfaatan potensi sumberdaya air harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga memenuhi prinsip-prinsip kemanfaatan, keadilan, kemandirian, kelestarian
dan keberlanjutan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hidrologi dan Sumberdaya Air


Dalam membicarakan ruang lingkup sumberdaya air yang pada dasarnya membahas
hidrologi, akan lebih mudah bila penjelasannya dikaitkan dengan sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang digunakan sebagai wilayah maupun satuan analisisnya. Dalam sistem
DAS biasanya digambarkan hubungan antara hujan sebagai masukan dan aliran sebagai
keluarannya dalam suatu sistem sebagai berikut. Keluaran yang dihasilkan dalam sistem
tersebut tidak terbatas pada aliran, tetapi dapat juga merupakan zat kimia yang terbawa aliran
dan atau sedimen yang terbawa aliran yang bersangkutan.
Hubungan tersebut umumnya berlangsung dalam penelitian sumberdaya air pada suatu
DAS, atau yang dikenal dengan pendekatan kotak hitam (black box). Air di muka bumi
mengalami peredaran (siklus) yang sering disebut dengan siklus hidrologi atau daur
hidrologi. Siklus hidrologi dapat dicerminkan dalam bentuk yang sederhana maupun yang
rumit, lengkap dengan proses-proses berlangsung di dalamnya.
Dalam penanganan suatu kegiatan yang melibatkan hidrologi, hendaknya disesuaikan
dengan tujuan dari kegiatan tersebut. Oleh sebab itu parameter hidrologi yang diperlukan
dalam suatu kegiatan harus disesuaikan. Dalam kajian siklus hidrologi dapat dibedakan antara
cara perhitungan dan ruangan atau batas wilayah yang dipelajari dalam memperkirakan
neraca air.
Hubungan tersebut umumnya berlangsung dalam penelitian sumberdaya air pada suatu
DAS, atau yang dikenal dengan pendekatan kotak hitam (black box). Air di muka bumi
mengalami peredaran (siklus) yang sering disebut dengan siklus hidrologi atau daur
hidrologi. Siklus hidrologi dapat dicerminkan dalam bentuk yang sederhana maupun yang
rumit, lengkap dengan proses-proses berlangsung di dalamnya.
Melihat banyaknya proses-proses yang terjadi dalam DAS yang merubah
masukan (input) menjadi keluaran (output), berbagai disiplin yang berkaitan dengan studi
hidrologi dapat dijelaskan, antara lain:
1. Meteorologi/klimatologi: mengkaji dalam proses-proses yang berlangsung di
atmosfer.
2. Rekayasa: merupakan salah satu ilmu dasar dalam penerapan praktisnya dan
hidrometri merupakan subyek yang berkaitan dengan hidrologi dan keteknikan air.
3. Rekayasa pertanian: banyak digunakan dalam merancang, menyusun dan
mengerjakan sistem irigasi dan drainase, perlindungan lahan pertanian terhadap erosi,
pengaturan mata rantai air yang kecil dan reklamasi lahan, hidrologi merupakan salah
satu subyek yang utama.
4. Ilmu tanah: banyak terkait dengan permasalahan infilrrasi dan lengas tanah.
5. Kehutanan: terkait dengan drainase tanah hutan, transpirasi, intersepsi dan topik
lainnya yang berkaitan.
6. Geologi: benyak berkaitan dalam penelitian air tanah.
7. Geofisika: berkaitan dengan eksplorasi bawah tanah, khususnya yang menyangkut air
tanah.
8. Rekayasa Penyehatan: permasalahan drainase dan sanitasi lingkungan.
9. Statistik: khususnya dalam kaitannya dengan analisis data hidrologi.
10.  Geografi fisik: khususnya geomorfologi yang banyak berkaitan dengan bentuk lahan,
sungai, danau, gletsyer dan lain-lain.
Dalam penanganan suatu kegiatan yang melibatkan hidrologi, hendaknya disesuaikan
dengan tujuan dari kegiatan tersebut. Oleh sebab itu parameter hidrologi yang diperlukan
dalam suatu kegiatan harus disesuaikan. Dalam kajian siklus hidrologi dapat dibedakan antara
cara perhitungan dan ruangan atau batas wilayah yang dipelajari dalam memperkirakan
neraca air.

2.2 Potensi Sumber Daya Air


Secara nasional, potensi sumber daya air (air permukaan dan air tanah) tersebar di
berbagai pulau di Indonesia dengan kuantitas dan kualitas yang berbeda-beda. Demikian pula
pemanfaatannya sangat tergantung pada kebutuhan penduduk dan kegiatan pembangunan
yang ada, seperti pertanian (irigasi), industri, pariwisata, dan sebagainya.
Berdasarkan studi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengairan, Departemen Pekerjaan
Umum tahun 1994, potensi air permukaan di Indonesia adalah sebesar 1.789 milyar
m3/tahun. Potensi air tersebut tersebar di berbagai pulau, antara lain Papua sebesar 1401 x
109 m3/tahun; Kalimantan sebesar 557 x 109 m3/tahun; dan Jawa sebesar 118 x 109
m3/tahun. Air permukaan tersebut tersebar pada berbagai badan air, yaitu 5.886 sungai, 186
danau/situ, waduk dan rawa seluas 33 juta hektar.
Hal lain juga dikemukakan oleh Rohmat (2010) bahwa debit air sungai Citarum dan
sekitarnya yang masuk ke waduk Djuanda dipandang sebagai jumlah yang terkendali. Total
potensi sumberdaya air selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah air bulanan.
Pendekatan perhitungan jumlah air tersebut disajikan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut ( Rohmat, 2010) :
Qb = Qh x H x 86400 dan Qt = ∑Qbi
Dengan : Qb = Jumlah air rata-rata dalam m³/bulan
Qh = Debit rata-rata harian (m³/detik)
H = Jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan
Qt = Rata-rata jumlah air total selama 1 tahun (m³/tahun)

2.3 Kebutuhan Air


Kebutuhan air terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera, karena kedua
pulau ini mempunyai jumlah penduduk dan industri yang cukup besar. Kebutuhan air lainnya
yang besar adalah untuk keperluan pertanian (irigasi) dalam rangka memenuhi kebutuhan
pangan yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Berdasarkan
data dari Ditjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum tahun 1991, pada tahun 1990
kebutuhan air untuk pertanian (irigasi dan tambak) adalah 74,9 x 109 m3/tahun, sedangkan
pada tahun 2000 kebutuhan air untuk keperluan tersebut akan meningkat menjadi sebesar
91,5 x 109 m3/tahun, dan pada tahun 2015 menjadi sekitar 116,96 x 109 m3/tahun. Berarti
persentase kenaikan kebutuhan air untuk pertanian antara tahun 1990 dan 2000 adalah
sebesar 10%/tahun dan antara tahun 2000 dan 2015 sebesar 6,7 %/tahun.
Di samping kebutuhan air untuk domestik dan pertanian, kebutuhan air untuk sektor
industri juga cukup besar. Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian, kebutuhan air
untuk sektor industri pada tahun 1990 adalah sebesar 703,5 x 106 m3/tahun, dan proyeksi
untuk tahun 1998 adalah sebesar 6.474,8 x 106 m3/tahun. Peningkatan sebesar sembilan kali
lipat atau 12,5%/tahun merupakan perkiraan berkembangnya industri di beberapa provinsi,
antara lain di Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Karena ketersediaan air permukaan yang dapat dimanfaatkan semakin terbatas maka
terjadi peningkatan penggunaan air tanah terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa seperti
Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Sebagai contoh, pemanfaatan air tanah untuk
sektor industri saja di Kota Bandung mencapai 66,9 x 106 m3/tahun. Di wilayah DKI Jakarta
dan daerah penyangganya yaitu Bogor, Tangerang dan Bekasi (Botabek) diketahui cekungan
air tanahnya meliputi luas 3.000 km2.
2.4 Masalah Pengelolaan Sumberdaya Air
Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam hal pengendalian banjir
dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan industri.
Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari upaya pengelolaan pengelolaan
sumberdaya air, sering mendapatkan hambatan karena adanya pemukiman padat di sepanjang
sungai yang cenderung mengakibatkan terhambatnya aliran sungai karena banyaknya sampah
domestik yang dibuang ke badan sungai sehingga mengakibatkan berkurangnya daya
tampung sungai untuk mengalirkan air yang datang akibat curah hujan yang tinggi di daerah
hulu.
Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan bagi kegiatan rumah tangga,
perkotaan dan industri sering mendapatkan gangguan secara kuantitas – dalam arti terjadinya
penurunan debit air baku akibat terjadinya pembukaan lahan-lahan baru bagi pemukiman
baru di daerah hulu yang berakibat pada pengurangan luas catchment area sebagai sumber
penyedia air baku. Disamping itu, secara kualitas penyediaan air baku sering tidak memenuhi
standar karena adanya pencemaran air sungai oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan
industri.
Dengan diberlakukannya Undang-undang 22/1999 tentang Otonomi Daerah, masalah
pengelolaan sumberdaya air ini menjadi lebih kompleks mengingat Satuan Wilayah Sungai
(SWS) atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) secara teknis tidak dibatasi oleh batas-batas
administratif tetapi oleh batas-batas fungsional, sehingga dengan demikian masalah
koordinasi antar daerah otonom yang berada dalam satu SWS atau DPS menjadi sangat
penting dalam pengelolaan sumberdaya air.
Perubahan peran Pemerintah dari institusi penyedia jasa (service provider) menjadi
institusi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha (enabler) agar memiliki kemampuan
dalam menyediakan kebutuhan air dan menunjang kegiatan usahanya secara mandiri dan
berkelanjutan, sehingga perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan masyarakat pengguna air
untuk mengelola dan melestarikan potensi-potensi sumber daya air.
Pengelolaan sumberdaya air menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan
berbagai macam penggunaan dari berbagai macam sektor (pertanian, perikanan, industri,
perkotaan, tenaga listrik, perhubungan, pariwisata, dan lain-lain) baik yang berada di hulu
maupun di hilir cenderung semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini
telah banyak menimbulkan dispute antar sektor maupun antar wilayah, yang pada dasarnya
merupakan cerminan dari adanya conflict of interests yang tajam serta tidak berjalannya
fungsi koordinasi yang baik.
Memperhatikan adanya ketidakseimbangan jumlah ketersediaan air diatas, maka jumlah
ketersediaan air dan besarnya kebutuhan akan air perlu dikelola sedemikian rupa sehingga
pemanfaatannya memenuhi kriteria keterpaduan secara fungsional ruang, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya air yang memadai untuk mencapai pengelolaan sumberdaya air secara
berkelanjutan berdasarkan strategi pemanfaatan ruang yang banyak ditentukan oleh
karakteristik sumber daya air.
Menurut Bisri (2009) beberapa faktor yang berkaitan dengan permasalahan sumberdaya
air di Indonesia, antara lain adalah :
a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam perspektif ruang dan
waktu.
Indonesia yang terletak di darah tropis merupakan negara kelima terbesar di dunia
dalam hal ketersediaan air. Namun, secara alamiah Indonesia menghadapi kendala
dalam memenuhi kebutuhan air karena distribusi yang tidak merata baik secara
spasial maupun waktu, sehingga air yang dapat disediakan tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan, baik dalam perspektif jumlah maupun mutu. Ketersediaan air yang
sangat melimpah pada musim hujan, yang selain menimbulkan manfaat, pada saat
yang sama juga menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan berupa banjir.
Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah pula menimbulkan potensi
bahaya kemanusiaan lainnya berupa kekeringan yang berkepanjangan.
b. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumberdaya air, baik
air permukaan maupun ait tanah.
Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan secara signifikan
telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam
menahan dan menyimpan air.
c. Menurunnya kemampuan penyediaan air
Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air
dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain,
kapasitas infrastruktur penampang air seperti waduk dan bendungan makin
menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi, sehingga menurunkan keandalan
penyediaan air untuk irigasi maupun air baku.
d. Meningkatnya potensi konflik air
Meningkatnya persaingan penggunaan air dan penurunan efisiensi penggunaan air
salah satunya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas
kehidupan masyarakat, jumlah kebutuhan air baku bagi rumah tangga, permukiman,
pertanian maupun industri juga semakin meningkat.
e. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi
Belum atau tidak berfungsinya jaringan irigasi disebabkan antara lain oleh belum
lengkapnya sistem jaringan, ketidaktersediaan air, belum siapnya lahan sawah,
ketidaksiapan petani penggarap atau terjadinya mutasi lahan.
2.5 Konsep Konservasi Air
Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumberdaya air. Pada
awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya untuk
keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi suplai.
Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan
pengefisienan penggunaan air dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.
Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut, yaitu
menyimpan air dikala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk keprluan
tertentu yang produktif. Sehingga konservasi air domestik berarti menggunakan air sesedikit
mungkin untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan penggunaan-penggunaan rumah
tangga lainnya. Konservasi air industri berarti pemakaian air sesedikit mungkin untuk
menghasilkan suatu produk. Konservasi air pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air
sesdikit mungkin untuk menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.
Konservasi air dapat dilakukan dengan cara : meningkatkan pemanfaatan air
permukaan dan air tanah, Meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai
dengan peruntukannya.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sumberdaya air tidak akan dapat dilepaskan dari berbagai macam aktivitas manusia
dalam berbagai bentuk dari keburuhan rumah tangga. pertanian. industri dan aktivitas lain.
Aktivitas manusia sendin cenderung membenkan dampak negatif terhadap sumberdaya air,
baik secara kuantitas maupun kualitas, terhadap air hujan. air permukaan serta airtanah.
Dengan diketahui dampak-dampak yang timbul oleh aktivitas manusia terhadap sumberdaya
air, maka paling tidak memberikan peringatan kepada kita dampak-dampak tersebut,
sehingga dapat dicarikan cara-cara pencegahan dan penanggulangan. Pemahaman akan sifat-
sifat sumberdaya air, siklus hidrologi dan proses hidrologi menjadi sangat penting.
Selanjutnya pemahaman dampak yang ditimbulkan terhadap sumberdaya air digunakan untuk
prediksi dan pengelolaan selanjutnya apabila terdapat aktivitas yang memungkinkan
sumberdaya air tersebut menjadi turun derajat kuantitas serta kualitasnya. Tanpa mengetahui
proses-proses hidrologi yang berlangsung ketika terjadi perubahan lingkungan akibat
pembangunan, maka tidak akan mungkin dapat dilakukan upaya pengelolaan lingkungan
dengan baik untuk mengatasi dampak yang timbul.

3.2 Saran

Melalui makalah ini penulis menyarankan agar pembaca menghemat penggunaan air
karena di era industri sekarang banyak sekali air yang tercemar akibat dari pertambangan –
pertambangan yang tidak bertanggung jawab terhadap bekas hasil pengkerokkannya. Air
merupakan kebutuhan pokok manusia ,apabila air sudah tercemar maka akan menimbulkan
penyakit bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pemakaian Air Irigasi. heatneo.blogspot.com/2009/06/pemakaian-air-


irigasi.html
_______, 2009. Restorasi Ekosistem Sungai. heatneo.blogspot.com/2009/06/restorasi-
ekosistem-sungai.html
Bisri, M. 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit CV. Asrori Malang. Malang.
Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia. 2002. Pengelolaan Air. Jakarta.
Maryono, A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, Dan Lingkungan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Makalah Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Air
Melalui Pendekatan Penataan Ruang.  Makalah ini disampaikan dalam Semiloka dan
Pelatihan di Universitas Islam Bandung (UNISBA). Bandung, 2 – 3 Mei 2001.
Rohmat. 2010. Upaya Konservasi Untuk Kesinambungan Ketersediaan Sumberdaya
Air                 (Kasus : DAS Citarum). Makalah ini disampaikan pada acara talk show
dalam rangka memperingati Hari Air. “ Air Untuk Kehidupan Manusia. 22 Maret 2010.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit Andi  Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai