Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. Terdapat teknik baru
untuk menguji keadaan hipoglikemi, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa
atau optical bedside glucose analyzer (mis One Touch). Teknik ini lebih bermakna untuk
tujuan skrining di ruang rawat karena interpretasi warna terkadang tidak subjektif. Pada
praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL memerlukan intervensi. Juga
untuk menilai glukosa plasma < 20 hingga 25 mg/dL harus diterapi dengan pemberian
glukosa per parenteral tanpa mempertimbangkan usia atau masa gestasi.
Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi. Gejala
biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah
kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi
berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang
diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi
lainnya.

B. Tujuan
a.       Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus hipoglikemi
b.      Tujuan Khusus
-       Mengetahui pengkajian pada kasus hipoglikemi
-       Mengetahui diagnosa pada kasus hipoglikemi
-       Mengetahui intervensi pada kasus hipoglikemi
-       Mengetahui implementasi pada kasus hipoglikemi
-       Mengetahui evaluasi pada kasus hipoglikemi

-       BAB
II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
1.      DEFINISI
     Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma  puasa kurang
dari 50 mg/%. (Marino : 1991)
.
Hipoglikemi bisa didefinisikan sebagai kadar gula yang rendah, biasanya kurang dari 3
mmol/L pada pembuluh vena dengan gejala dan tanda utama dimana harus secepatnya
dikenali. (Wong and Whaley : 1996).

Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila


gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia
A,1997)
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah
60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar
gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.

2.       ETIOLOGI
Etiologi hipoglikemia pada diabetes mellitus (DM)
a.       hipoglikemia pada stadium dini
b.      hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
1)      penggunaan insulin
2)      penggunaan sulfonylurea
3)      bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c.       Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
1)      hiperinsulinesme alimenter pasca gastrektomi
2)      insulinoma
3)      penyakit hati berat
4)      tumor ekstra pankreatik,fibrosarkoma,karsinoma ginjal
5)      hipopituitarism,  (Mansjoer A, 1999: 602).

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin
atau sulfonylurea:
a.       Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1)      pengurangan/keterlambatan makan
2)      kesalalahan dosis obat
3)      latihan jasmani yang berlebihan
4)      penurunan kebutuhan insulin
-          penyembuhan dari penyakit
-          nefropati diabetic
-          hipotiroidisme
-          penyakit Addison
-          hipopituitarisme
5)      hari-hari pertama persalinan
6)      penyakit hati berat
7)      gastro paresis diabetic

b.      Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter


1)      pengendalian glukosa darah yang ketat
2)      pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3)      penggantian jenis insulin, (Mansjoer A, 1999: 602)

3.      PATOFISIOLOGI
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
a.       dehidrasi
b.      kehilangan elektrolit
c.       asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di
samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan
menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium
serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati,
pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. ( Smeltzer. 2001 ).

4.      MANIFESTASI KLINIS
      Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu
a.       Fase  I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus sehingga          hormon
epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih
sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b.      Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,karena itu di
namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak
yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala
yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada
fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat
mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM,
dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik
biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan
gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang
dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah
kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya
antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian
obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997 :  603).

Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis,


meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan insulin.Kedua
awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi,
sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang
sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak
mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat
insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat
memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun pemulihan yang
berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit setelah pengobatan
yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap
terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin.
Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk
menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).

Di kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi
klinis yang  meliputi:

-          Lapar        
-          Mual-muntah
-          Pucat,kulit dingin
-          Sakit kepala
-          Nadi cepat
-          Hipotensi
-         Irritabilitas

Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral


-     Sakit kepala
-          Koma
-          Kesulitan dalam berfikir
-          Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi

5.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A
1999: 604)
Di kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi :
a.       perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72
jam) setelah pengawasan puasa.
b.      Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
c.       Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
d.      Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.

6.       PENATALAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air
gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya
sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan
lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta
tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko
mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam
bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor
penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat
untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita
diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia
dengan sering makan dalam porsi kecil.

BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A.    Pengkajian Primer (Primary Survey)
a.       Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
a.       A (Airway)
Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila terjadi hambatan jalan nafas
b.      B (Breathing)
Kaji pernafasan klien dengan cara Look, Listen and Feel
         Look : lihat ada pergerakan dada atau tidak
         Listen : dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring, gargling, crowing)
         Feel : rasakan hembusan nafas klien
c.       C (Circulation)
Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh adalah detak jantung meningkat serta
akral dingin dan pucat
d.      D (Disability)
Kesadaran menurun sampai koma karena otak kekurangan suplai glukosa. Untuk menilai
kesadaran kita juga dapat menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
dengan cara :
         A         : Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan Verbal
         V         : Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga klien, jika tidak ada respon
lanjut ke Pain
         P          : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan
bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan
bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital).
         U         : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada
dalam keadaan unresponsive
e.       E (Exposure)
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh, hipoglikemia lebih sering
terjadi pada klien dengan riwayat diabetes mellitus kita harus mengkaji apakah ada
luka/infeksi pada tubuh klien
b.      Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)
a.       Pernafasan (B1)
b.      Kardiovaskuler (B2)
Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski suhu normal
c.       Persyarafan (B3)
Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda, parestesia bibir dan jari, kejang,
penurunan kesadaran-koma
d.      Perkemihan (B4)
Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes mellitus
e.       Pencernaan (B5)
Rasa lapar timbul akibat efek pelepasan epinefrin(adrenalin)
f.       Muskuloskeletal dan integument (B6)
Kelemahan dan mudah capek saat melakukan aktivitas

B.     Secondary Survey
Primary survey dan resusitasi harus terselesaikan sebelum dilakukan secondary survey. Jika,
selesai dilakukan primary survey kondisi pasien tidak stabil maka harus dilakukan tahap
pengulangan sampai kondisi pasien stabil.
Riwayat AMPLE membantu rencana perawatan pasien :
         Allergies
         Medication
         Past illness/pregnancy
         Late Ate or drank
         Events/ Environment related to the injury

a.       Anamnesa
1.   Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.   Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
3.   Riwayat penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang
sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
4.   Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis hepatis, gagal
ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan hipoglikemia. Kaji riwayat
penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik yang dilakukan dan asupan makanan.
5.   Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia seperti diabetes
mellitus, hepatitis
6.   Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengenai kondisinya.
b.      Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan kadar glukosa darah rendah adalah 60mg/dl atau kurang

2. Diagnosa Keperawatan
1)      Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
2)      Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
3)      Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
4)      Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial
5)      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
6)      Hambatan komunikasi verbal b.d efek adregenic: parestesia bibir

3.3  Intervensi Keperawatan
1.       Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
Tujuan                         : Tidak terjadi aspirasi
riteria Hasil               : Kesadaran meningkat, toleransi pemberian makanan per oral tanpa aspirasi
No. Intervensi Rasional
1 Monitor tingkat kesadaran, reflek Menentukan tindakan
batuk dan kemampuan menelan keperawatan selanjutnya
2 Tempatkan pasien pada posisi Untuk mencegah aspirasi
semi fowler atau posisi kepala
lebih tinggi
3 Hindari pemberian cairan atau Untuk mencegah aspirasi
makanan per oral jika kesadaran
klien rendah
4 Monitor status paru Evaluasi ada aspirasi atau tidak

2.      Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan


Tujuan             : Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil   : Resiko cidera berkurang/hilang
No Intervensi Rasional
1 Ciptakan lingkungan yang aman Menguangi resiko cidera
bagi klien, pidahkan perabotan
yang dapat membahayakan klien
2 Pasang pengaman pada sisi Mengamankan klien saat berada
tempat tidur klien dan turunkan di tempat tidur
tinggi tempat tidur klien
3 Berikan penerangan yang adekuat Mengurangi resiko cidera
4 Bantu klien dalam ambulasi Mengurangi resiko cidera

3.      Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih


Tujuan             : Kebutuhan cairan seimbang
Kriteria Hasil   : intake-output cairan seimbang, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik,
tanda vital stabil
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan pasien mengkonsumsi Untuk pemenuhan kebutuhan
ciran sedikitnya 2500ml/hari atau dasar cairan dan menurunkan
disesuaikan dengan kebutuhan resiko dehidrasi
cairan klien
2 Pantau masukan dan haluaran, Memberikan informasi
pantau keseimbangan cairan keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan cairan
3 Evaluasi perubahan membran Indikator langsung status cairan
mukosa dan turgor kulit
4 Monitoring perubahan tanda- Peningkatn suhu meningkatkan
tanda vital laju metabolik dan kehilangan
cairan melalui evaporasi.
Dehidrasi juga ditandai dengan
perubahan suhu dan tekanan
darah
5 Kolaborasi untuk pemberian Intake cairan parenteral dapat
cairan tambahan melalui IV memperbaiki kekurangan cairan
sesuai keperluan

4.      Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial


Tujuan             :  Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil   :  Skala nyeri berkurang, nyeri dapat dikontrol
No. Intervensi Rasional
Istirahatkan klien di lingkungan Menurunkan stimulasi yang
yang tenang berlebih dapat mengurangisakit
kepala
Observasi tanda-tanda nyeri non- Menilai derajat nyeri yang tidak
verbal seperti ekspresi wajah, langsung
posisi tubuh dan gelisah
Berikan kompres hangat pada Meningkatkan sirkulasi dan
kepala memberikan efek relaksasi
Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik mengurangi nyeri

5.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Tujuan             : Toleransi aktivitas yang biasa dilakukan
Kriteria Hasil   : Peningkatan toleransi aktivitas
No Intervensi Rasional
Identifikasi dan minimalkan Membantu meningkatkan
factor-faktor yang dapat aktivitas
menurunkan toleransi aktivitas
Ajarkan klien metode Memberikan bantuan sesuai
penghematan energy untuk kebutuhan akan mendorong
aktivitas kemandirian dalam melakukan
aktivitas
Berikan bantuan sesuai kebutuhan

BAB IV
TINJAUAN KASUS
 CONTOH KASUS

Pasien perempuan usia 65 tahun datang dengan keluhan pasien mengeluhkan lemas, pusing. 1
hari sebelum masuk RS pasien pingsan 2 kali. Pasien tidak mau makan dan mengeluhkan
perutnya sakit. Sesak (-), mual (+), muntah (-), minum (+) normal, belum BAB 2 hari, BAK
(+) normal jernih Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat keluarga
dengan penyakit atau keluhan serupa disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum lemah, compos mentis, , tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 90 x/menit regular,
respirasi 22 x/menit tipe thoracoabdominal dan suhu 36o C. Pemeriksaan kepala-leher,
konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik, hidung, mulut, mandibula tidak didapatkan
kelainan. Pemeriksaan thorak, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan
abdomen auskultasi bising ususperistaltik (+) normal, timpani pada perkusi, dari palpasi
supel, terdapat nyeri tekan pada regio abdomen terutama regio epigastrium, hepar dan lien
tidak teraba, tidak terdapat nyeri ketok sudut kostovertebra
Pemeriksaan penunjang : darah lengkap Hb 12,0 gr/dl, Hmt 38.4%; Angka Leukosit 14.72 .
103/Ul; Angka Eritrosit 4.11 .106/Ul; Angka Trombosit 309 .103/Ul; GDS 29 Mg%; Urea
60.5 Mg%; Creatin 1.61 Mg%.

Diagnosis 

Diagnosis Hipoglikemia 

Terapi
Terapi Infus D5% , Injeksi Ranitidin 2 x 1 gr, Injeksi Antasida 3 x 1, Injeksi Sotatic 3 x 1 mg,
Captopril 2 x 25 mg

Penanganan
Prinsip dari penanganan hipoglikemia adalah menaikkan kembali kadar gula darah yang
rendah sehingga mencapai kadar normalnya. Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam
beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet
glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik
penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan
yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika
hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak
yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel
pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat
melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan
insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Penderita nondiabetes yang sering mengalami
hipoglikemia, dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi
kecil

Anda mungkin juga menyukai