Anda di halaman 1dari 14

AIR DAN KESEHATAN

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah


Keperawatan Komunitas

Pembimbing : Ignatius Warsino, SKM, M.Kes

Kelompok 2 :

1. Annisa Sahara 1834066


2. Dessy Sri Puspita Sari 1834071
3. Ira Sandira 1834083

4. Lifia Kusmala Dewi 1834088

5. Lutfi Ahmadi 1834091

6.Marsiska Andini Putri 1834093

7. Mulia Mutiara Pertiwi 1834098

8. Siti Nur Aisah 1834110

9. Tamar Haryanto 1834115

10.Tengku apriyana amelia 1834116

11. Velda Dwi Shabirah 1834118

12. Yulita Cahya Irani 1834120

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari 80% komposisi air yang memegang peranan penting
dalam kinerja organ-organ tubuh. Organorgan yang berperan penting dalam hubungannya
dalam kinerja air adalah otak manusia yang tersusun atas 75% air, darah yang tersusun atas
82% air, jantung tersusun atas 75% air, paru-paru tersusun atas 86% air dan ginjal yang
tersusun atas 83% air. Inilah yang menyebabkan air merupakan komponen zat gizi kedua
yang paling penting setelah oksigen (Muyosaro, 2012).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena air merupakan faktor utama untuk
kelangsungan hidup manusia. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.
Tubuh orang dewasa sekitar 55-60 % air, untuk anakanak sekitar 65% air, dan bayi sekitar
80% air. Kebutuhan akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya (Prasetyowati,2014).

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
perkuliahan Keperawatan Komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi Air.

2. Untuk mengetahui persyaratan air bersih.

3. Untuk mengetahui cara pengolahan air.

4. Untuk mengetahui manfaat air di berbagai bidang.

5. Untuk mengetahui

1.3. Manfaat

Melalui makalah ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1.3.1. Manfaat Teoritis


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan kesehatan
khususnya keperawatan sebagai sumber belajar dan informasi kepada kepustaka serta
pemanfaatan media informasi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran.

1.3.2. Manfaat Praktis

Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :

a) Sebagai masukan untuk jurusan keperawatan dalam memberikan arahan kepada


mahasiswa untuk memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar.
b) Agar dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam keperawatan komunitas.
c) Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang akan
mengangkat judul yang sama namun dengan sudut pandang yang berbeda.
d) Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan lingkungan dan kualitas air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air
yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 18, 2007)

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. 10 Volume rata-rata kebutuhan air setiap
individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut
bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat
(Chandra, 2012)

2.2 Persyaratan Air Bersih

Sifat fisik air dapat dianalisa secara visual dengan pancaindra. Misalnya, air keruh
atau berwarna dapat dilihat, air berbau dapat dicium. Penilaian tersebut tentunya bersifat
kualitatif. Misalnya, bila tercium bau berbeda, rasa air pun akan berbeda, rasa air pun berbeda
atau bila air berwarna merah, bau yang akan tercium pun pasti sudah dapat ditebak. Cara ini
dapat digunakan untuk menganalisis air secara sederhana karena sifat-sifat air saling
berkaitan (Kusnaedi, 2010).

syarat air bersih dan sehat berdasarkan Peraturan Menteri RI No.


416/MENKES/PER/IX/1990 adalah

Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia,
dan radioaktif.

1. (secara fisika) air bersih harus tidak berbau

2. tidak berasa

3. berwarna bening atau tidak keruh


4. (secara kimia) ber PH 6,5 sampai 9,0

Ada beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air
bersih. Persyaratan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut (Kusnaedi, 2010):

a. Syarat Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu, jumlah air yang dibutuhkan
sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat.
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 23 tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum, standar kebutuhan pokok air sebesar 60
liter/orang/hari.

Penyediaan air bersih harus memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air
bersih yang terbatas memudahkan untuk timbulnya penyakit di masyarakat. Kebutuhan air
bervariasi untuk setiap individu dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan
kebiasaan masyarakat.

b. Syarat Kualitatif

Menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi
syarat fisik, kimia, bioligis dan radiologis.

1) Syarat Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
(tawar). Warna dipersyaratankan dalam air bersih untuk masyarakat karena pertimbangan
estetika. Rasa asin, manis, pahit, asam dan sebagainya tidak boleh terdapat dalam air bersih
untuk masyarakat. Bau yang bisa terdapat pada air adalah bau busuk, amis, dan sebagainya.
Bau dan rasa biasanya terdapat bersama-sama dalam air. Suhu air sebaiknya sama dengan
suhu udaraatau kurang lebih 25̊C. Sedangkan untuk jernih atau tidaknya air dikarenakan
adanya butiran-butiran koloid daribahan tanah liat. Semakin banyak mengandung koloid
maka air semakin keruh.

2) Syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Secara kimia, air bersih tidak boleh terdapat zat-zat yang beracun, tidak
boleh ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, tidak mengandung zatzat
yang melebihi kadar tertentu sehingga menimbulkan gangguan teknis, dan tidak boleh
mengandung zat kimia tertentu sehingga dapat menimbulkan gangguan ekonomis.

Salah satu peralatan kimia air bersih adalah kesadahan. Menurut (Chandra, 2006), air
untuk keperluan air minum dan masak hanya diperbolehkan dengan batasan kesadahan 50-
150 mg/L. Kadar kesadahan diatas 300 mg/L sudah termasuk air sangat keras.

3) Syarat Bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasitik seperti
kuman-kuman typus, kolera, dysentri dan gastroenteris. Karena apabila bakteri patogen
dijumpai pada air minum maka akan menganggu kesehatan atau timbul penyakit. Untuk
mengetahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap ada
tidaknya bakteri E. Coli yang merupakan bakteri indikator pencemaran air. Secara
bakteriologis, total Coliform yang diperbolehkan pada air bersih yaitu 0 koloni per 100 15 ml
air bersih. Air bersih yang mengandung golongan Coli lebih dari kadar tersebut dianggap
terkontaminasi oleh kotoran manusia.

4) Syarat Radioaktif

Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif seperti sinar alfa, gamma, dan beta.

2.3 Cara Pengolahan Air

Air minum biasanya dilakukan beberapa pengolahan sebelum sampai kepada


konsumen. Setelah sampai rumah sakit, biasanya diperlukan pengolahan tambahan sesuai
dengan kriteria dan kegunaan yang telah diuraikan diatas. Biasanya dilakukan pembungan
kontaminan namun pada hal-hal tertentu ditambahkan bahan-bahan untuk mencegah korosi
pada boiler atau sistem pendingin air.

1. Saringan karbon

Karbon aktif biasa digunakan untuk menghilangkan bau dan kadang untuk
dechlorinasi. Proses yang berlangsung adalah adsorbsi dan absorbsi chlorin atau bahan-bahan
yang menyebabkan bau dan rasa. Karena karbon aktif mempunyai permukaan area yang luas
dalam pengertian massa maka sangat tepat untuk tujuan ini. Kapasitas absorbsi bervariasi
tergantung pada jenis karbon aktif.

Di rumah sakit atau laboratorium biomedis, saringan arang aktif digunakan untuk
mengolah air baku destilasi dan deionisasi untuk menghilangkan bahan organik dan atau
chlorin. Bakteri yang terkandung dalam air yang tersaring bisa tumbuh pada saringan.
Dengan demikian, kandungan bakteri ini golongan pyrogen maka pyrogenitas air meningkat.
Kandungan bakteri dan pyrogen ini mungkin juga bisa meningkat selama pengolahan ion
exchange.

Secara berkala sesuai dengan petunjuk pabrik, saringan perlu di “backwash”, diaduk
dan diperbaiki lapisan karbonnya. Saringan karbon hendaknya dicuci dengan steam secara
berkala untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Frekuensi pencucian dapat ditentukan
melalui uji bakteri. Setelah pemakaian beberapa lama kapasitas saringan menurun maka
saringan perlu diganti atau diaktifkan kembali.

2. Pertukaran ion

Proses pertukaran ion mirip dengan saringan karbon. Air yang diolah dengan pelan
melewati kolom silindris yang berisi granula dan resin untuk pertukaran ion. Ketika air
kontak dengan resin terjadilah pertukaran kimia. Ion yang ada dalam resin bertukar dengan
ion yang ada dalam air. Partikel ion mempunyai afinitet lebih besar terhadap ion dalam air
disbanding afinitet terhadap ion yang telah diikatnya.

Satu contoh adalah “zeolite softener” yang digunakan untuk di rumah tangga. Ion
sodium pertama-tama terikat pada resin. Ketika air sadah (air yang mengandung Ca dan Mg)
melewati deionozer, ion sodium bertukar dengan ion Ca dan Mg. Untuk setiap ion Ca dan Mg
yang terikat resin dilepaskan dua ion sodium. Air yang diolah biasanya dianggap cukup aman
dan digunakan untuk pasien yang diet sodium, walau demikian harus tetap berada dalam
pengawasan dokter dan ahli gizi.

Bila ion sodium pada resin telah terpakai, ion sodium harus dipengaruhi dengan
larutan “brine” (NaCl konsentrasi tinggi). Bila larutan brine kontak dengan resin ion Ca dan
Mg dilepaskan resin lama dibalas dan dibuang. Dengan demikian, water softener dapat
digunakan lagi.

Secara umum, proses ion exchange melaui 4 tahap : (1) penggunaan, (2) backwash,
(3) penggantian dan (4) pembilasan. Prinsip dasar ion exchange ini juga berlaku pada proses
deionisasi.
3. Destilasi

Air destilasi merupakan kebutuhan mutlak setiap rumah sakit, misalnya untuk
digunakan di CSSD terutama pembilas peralatan di laboratorium. Air destilasi bebas pyrogen
digunakan untuk mencuci alat yang kontak langsung dengan darah atau luka terbuka di unit
farmasi untuk mempersiapkan larutan injeksi bedah, intravenus. Sebelum air destilasi
digunakan mungkin bisa dilakukan saringan pasir atau ion exchange untuk menghilangkan
chlorin dan amonia. Air destilasi akan membunuh bakteri dan juga akan menghilangkan
bahan organik yang dilepas oleh resin atau karbon.

Destilasi adalah proses fisika sederhana yaitu mengungkapkan suatu bahan dan
mengkondensasikan kembali. Karena hampir semua senyawa dalam air tidak menguap maka
destilasi air dapat menghasilkan air yang hampir bebas dari bahan organik dan anorganik.
Namun ada beberapa senyawa menguap seperti amonia atau chlorin yang bisa menguap dan
terkondensasi bersama dengan air destilasi. Maka mungkin perlu menghilangkan kontaminan
ini dengan ion exchange atau saringan karbon sebelum destilasi.

Walau destilasi adalah proses sederhana, desain destilasi perlu memperhatikan


kualitas hasil akhir yang diharapkan. Destilasi dapat dirancang dengan menggunakan steam
dari boiler sentral sebagai sumber panas. Setelah stem terkondensasi digunakan sebagai air
baku untuk destilasi. Jika hal ini digunakan maka harus dicari informasi yang pasti tentang
kualitas steam yang terkondensasi dari boiler karena kontaminan itu akan terbawa ke dalam
air destilasi dan bisa menimbulkan masalah. Namun praktek ini sudah tidak banyak
digunakan lagi.

Spesifik resistance air destilasi tergantung pada desain dan bahan yang digunakan
untuk destilasi, pemeliharaan dan kualitas air baku. Destilasi tunggal umumnya menghasilkan
resistance antara 300.000 – 800.000 ohm/cm. Sedangkan ganda tiga dengan quartz
menghasilkan resistance 2.000.000 ohm/cm.

4. Saringan membran

Saringan membran digunakan secara luas untuk analisa bilogi dari susu, minuman dan
larutan lain serta gas. Larutan atau gas yang dianalisa dilewatkan membran porous sub
mikron. Ukuran porous antara 0,025 – 8 u. Pemilihan ukuran porous tergantung pada ukuran
partikel mikroskopis yang harus dihilangkan. Saringan dengan ukuran membran 0,45 u sering
digunakan untuk analisis air secara bakteriologi. Sebagian pyrogen dapat juga dihilangkan
dengan saringan membran. Karena ukuran bakteri pyrogen antara 0,05 – 1,0 u maka untuk
pembebasan pyrogen total dari air harus menggunakan saringan yang berukuran porous lebih
kecil dibanding saringan membran untuk menyaring untuk kegunaan umum dan hanya dapat
menyediakan air dalam jumlah terbatas, misalnya keperluan laboratorium tertentu.

5. Reverse osmosis

Osmose terjadi bila larutan encer dipisahkan dari larutan kental dengan membran
semi-permeable. Membran akan membiarkan bahan kimia tertentu untuk melewatinya dan
secara bersamaam mengeluarkan yang lain. Bila larutan garam dipisahkan dari air murni,
molekul air murni akan berdifusi ke dalam air garam melalui membran.

Reverse osmose terjadi bila tekanan dikenakan pada lauratan garam memaksa molekul
air garam berdifusi ke dalam air murni. Fraksi air terus menerus dibuang dari air garam untuk
menghindarkan penumpukan kontaminan.

Ukuran porous membran cukup kecil (0,02 – 0,05 u) yang mampu mengeluarkan
hampir semua bakteri dan virus. Namun tidak boleh dianggap serta merta steril karena
kemungkinan terdapat kerusakan membran. Sekali sisi produk membran terkontaminasi maka
bakteri akan berkembang biak dalam produk akhir. Hilangnya pyrogen dengan membran
belum dapat dipastikan. Tetapi bisa diperkirakan hilang karena mereka berukuran antara 0,05
sampai 1,0 u.

2.4 Sumur Gali

Sumur gali adalah sarana penyediaan air bersih dengan cara mengambil atau
memanfaatkan air dengan cara mengambil atau memanfaatkan air dengan mengambil air
menggunakan tangan sampai mendapatkan air bersih. Sumur gali merupakan suatu cara
pengambilan air tanah yang banyak diterapkan, khususnyandi daerah pedesaan karena mudah
pembuatannya dan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan peralatan yang
sederhana dan biaya yang murah (Depkes RI, 1991).

Menurut (Joko, 2010), bentuk dan tipe sumur gali yaitu :

a. Bentuk Sumur Gali

Bentuk sumur gali dalam spesifikasi ini sesuai dengan penampang lubangnya, yaitu
bulat.
b. Tipe Sumur Gali ada 2 macam yaitu :

1) Tipe I : dipilih apabila keadaan tanah tidak menunjukan gejala retak atau runtuh. Dinding
atas terbuat dari pasangan batu atau batako atau batu belah dengan tinggi 80 cm dari
permukaan lantai. Dinding bawah dari bahan yang sama atau pipa beton ke dalam minimal
300 cm dari permukaan lantai.

2) Tipe II : dipilih apabila keadaan tanah menunjukan gejala mudah retak atau runtuh.
Dinding atas terbuat dari pasangan batu atau batako atau batu belah dengan tinggi 80 cm dari
permukaan lantai. Dinding bawah sampai ke dalam sumur dari pipa beton, minimal sedalam
300 cm dari permukaan lantai pipa beton kedap air dan sisa dari pipa beton berlubang.

c. Lokasi penempatan

Penentuan lokasi penempatan sumur gali adalah sebagai berikut :

1) Ditempatkan pada lapisan tanah yang mengandung air yang berkesinambungan.

2) Lokasi sumur gali berjarak horizontal minimal 11 meter ke arah hulu dari aliran air tanah
dari sumber pencemar, seperti : bidang resapan dari tangki septic tank , kakus, empang,
lubang galian sampah dan lain sebagainya.

3) Lokasi sumur gali terhadap perumahan bila dilayani secara komunal maksimal berjarak 50
meter.

4) Air yang ditampung dalam sumur adalah berasal dari akuifer

5) Sumur tidak boleh kemasukan air banjir

2.5 Kadar Besi (Fe) dalam Air

Zat besi merupakan logam yang banyak ditemukan dalam lapisan kerak bumi. Unsur
ini ditemukan dalam air pada kisaran antara 0,5 sampai 17 50 mg/L. Zat besi juga dapat
ditemukan di air minum sebagai hasil penggunaan koagulan zat besi akibat korosi bahan dan
pipa besi selama distribusi air (WHO, 2004).

Menurut Joko (2010), penyebab utama tingginya kadar besi dalam air diantaranya :

a. Rendahnya pH air normal yang tidak menyebabkan masalah adalah ≥ 7. Air yang
mempunyai pH ≤ 7 dapat melarutkan logam termasuk pH.
b. Temperatur air

c. Kenaikan temperatur akan menyebabkan meningkatnya derajat korosif. d. Gas-gas terlarut


dalam air

Adanya gas-gas terlarut diantaranya adalah O2, CO2, dan H2S. Beberapa gas terlarut dalam
air tersebut akan bersifat korosif.

e. Bakteri

Secara biologis tingginya kadar besi dipengaruhi oleh bakteri besi yaitu bakteri yang
hidupnya membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut

2.6 Dampak Fe

Menurut (Djasio Sanopi, dkk 1983) kandungan Fe dalam air sumur gali dapat
menyebabkan berbagai masalah diantaranya :

a. Gangguan Teknis

Endapan Fe(OH)2 dapat menyebabkan efek-efek yang merugikan seperti mengotori


bak dan seng, wastafel dan kloset. Bersifat korosif terhadap pipa terutama pipa dan dan akan
mengendap pada saluran pipa, sehingga menyebabkan pembuntuan.

b. Gangguan Fisik

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah
timbulnya kekeruhan, warna (kuning), bau dan rasa.

c. Gangguan Kesehatan

Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam


tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan Fe. Sehingga bagi mereka yang sering mendapatkan transfusi darah warna
kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung Fe cenderung
menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak
dinding usus. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi. Apabila
kelarutan dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.

2.7 Pengelolaan Air Bersih


Pengolahan air bervariasi tergantung pada karakteristik asal air dan kualitas produk
yang diharapkan, mulai dari cara paling sederhana, yaitu dengan chlorinasi sampai cara yang
lebih rumit. Makin jauh penyimpangan kualitas air yang masuk terhadap Permenkes No. 146
tahun 1990 semakin rumit pengolahan yang dilakukan.

Pengolahan-pengolahan yang mungkin dipertimbangkan adalah sebagai berikut :

a. Tanpa pengolahan (mata air yang dilindungi).

b. Chlorinasi.

c. Pengolahan secara kimiawi dan chlorinasi (landon air).

d. Penurunan kadar besi dan chlorinasi (air tanah).

e. Pelunakan dan chlorinasi (air tanah).

f. Filtrasi pasir lambat (FPL) dan chlorinasi (sungai daerah pegunungan).

g. Pra-pengolahan → FPL → Chlorinasi (air danau/waduk).

h. Koagulasi → Flokulasi → Sedimentasi → Filtrasi → Chlorinasi (sungai).

i. Aerasi → Koagulasi → Flokulasi → Sedimentasi → Filtrasi → Chlorinasi (sungai/danau


dengan kadar oksigen terlarut rendah)

j. Pra-pengolahan → Koagulasi → Flokulasi → Sedimentasi → Filtrasi → Chlorinasi (sungai


yang sangat keruh).

k. Koagulasi → Flokulasi → Sedimentasi → Filtrasi → Pelunakan → Chlorinasi (sungai).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tubuh manusia terdiri dari 80% komposisi air yang memegang peranan penting
dalam kinerja organ-organ tubuh. Organorgan yang berperan penting dalam hubungannya
dalam kinerja air adalah otak manusia yang tersusun atas 75% air, darah yang tersusun atas
82% air, jantung tersusun atas 75% air, paru-paru tersusun atas 86% air dan ginjal yang
tersusun atas 83% air.

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena air merupakan faktor utama untuk
kelangsungan hidup manusia. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.
Tubuh orang dewasa sekitar 55-60 % air, untuk anakanak sekitar 65% air, dan bayi sekitar
80% air.

3.2 Saran

Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan keperawatan


kritis yang tepat pada masyarakat. Termasuk memberikan asuhan keperawatan pada
masyarakat betapa pentingnya air bersih. Selain itu pemahaman terhadap konsep holism,
komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting untuk menunjang
perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan status kesehatan meningkat
sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

SEPTYANTI. 2016. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air baku. Dikutip
dari http://eprints.polsri.ac.id/3388/3/3.%20Bab%20II.pdf. 24 Desember 2020

OCWUI. bahan 1-Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.pdf. Dikutip dari


https://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/396/mod_resource/content/0/bahan%201-Pedoman
%20Sanitasi%20Rumah%20Sakit%20di%20Indonesia.pdf. 24 Desember 2020

Damayanti. 2018. 4 BAB II.pdf. Dikutip dari


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/850/4/4%20BAB%20II.pdf. 24 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai