Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR SASTRA KOREA

“PERAN PENTING PARK CHUNGHEE DALAM SEJARAH KOREA”

Disusun oleh:

Allya Fadhlika (192007516078)

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA


PROGRAM STUDI BAHASA KOREA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

UNIVERSITAS NASIONAL
Jl. Sawo Manila, RT14 RW03. Ps. Minggu, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Se
latan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat In
ayah serta Hidayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah saya alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan saya semata - mata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak - pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu kiranya saya dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari pengetahuan dan pengalaman saya
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
dari berbagai pihak agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.

22 Oktober 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah Korea Selatan secara resmi dimulai ketika pembentukan negara Korea


Selatan pada 15 Agustus 1948, meskipun Syngman Rhee telah mendeklarasikan
pembentukannya di Seoul pada 13 Agustus. Setelah Penjajahan Jepang di Korea yang
berakhir karena kekalahan Jepang pada Perang Dunia II tahun 1945, Korea dibagi menjadi
dua wilayah berdasarkan garis 38 derajat lintang utara sesuai dengan perjanjian yang
diadakan oleh PBB. Uni Soviet di bagian utara dan Amerika Serikat di bagian selatan. Uni
Soviet dan Amerika Serikat tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai implementasi
penyatuan Korea. Hal ini mengakibatkan pembentukan pemerintahan yang terpisah dengan
masing-masing pemerintah mengklaim memiliki wilayah resmi atas seluruh Korea.
Sejarah Korea Selatan dalam perkembangannya diwarnai oleh pemerintahan yang demokratis
dan otokratis secara bergantian. Republik pertama yang awalnya diklaim sebagai
pemerintahan yang demokratis lama kelamaan menjadi otokratis hingga akhirnya jatuh pada
tahun 1960. Republik kedua yang benar-benar demokratis harus dijatuhkan oleh rezim militer
yang otokratis dalam waktu yang singkat. Republik keenam merupakan pemerintahan yang
stabil dan menganut asas demokrasi liberal.
Park Chung-hee (Korea: 박정희, lahir di Gumi-si, Gyeongsang Utara, Jepang-Berkuasa
di Korea (kini Korea Selatan), 30 September 1917 – meninggal di Seoul, Korea Selatan, 26
Oktober 1979 pada umur 62 tahun) adalah mantan jenderal Tentara ROK dan
pimpinan Republik Korea pada periode 1961-1979. Ia dianggap berjasa melakukan
modernisasi Korea Selatan melalui industrialisasi berorientasi ekspor, tapi juga dituduh
melakukan pelanggaran hak asasi manusia pada periode tambahan kepresidenannya. Ia dipilih
sebagai salah satu dari "100 Orang Asia Abad Ini" ("100 Asians of the Century") oleh Time
Magazine pada 1999. Ia pernah lolos dari beberapa percobaan pembunuhan sampai akhirnya
terbunuh pada 26 Oktober 1979 oleh Kim Jae-kyu, direktur KCIA dan teman lamanya.
Pada tanggal 15 Agustus 1974, dalam satu percobaan pembunuhan yang menewaskan
istrinya, Yuk Yeong-su, oleh agen Korea Utara, Mun Se-gwang, ia meneruskan pidatonya
tanpa memperdulikan kondisi istrinya yang kritis.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan dalam latar belakang, yang menjadi rumusan


masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peran Park Chunghee dalam sejarah
Korea.

1.3 Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan tentang sejarah dan peran penting Park Chunghee
dalam sejarah Korea.

1.4 Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis
maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep
dan menambah wawasan tentang budaya hidup sehat.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, mengasah kemampuan dalam pembuatan makalah yang benar sesuai dengan
PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan menambah wawasan
mengenai kesenian pansori.
2. Pembaca, memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana peran Park
Chunghee dalam sejarah Korea.

4
BAB II
ISI

Keberhasilan ekonomi di Korea Selatan tidak terlepas dari peranan Presiden Park
Chung Hee. Ia merupakan peletak dasar pembangunan ekonomi Korea Selatan. Park
Chung Hee memulai karier militernya pada dinas ketentaraan kolonial Jepang. Rezim
militer di Korea mulai muncul setelah terjadinya kudeta militer oleh Mayor Jenderal P
ark Chung Hee dibantu rekannya Kolonel Kim Jong Pil pada tanggal 16 Mei 1961 ter
hadap pemerintahan sipil Yun Po Son yang juga telah bersama-sama militer menjatuh
kan pemerintahan Syngman Rhee yang terkenal korup dan otoriter.
Setelah kudeta, sebagai bagian dari konsolidasi kekuatan politiknya, Park mengko
nsentrasikan semua kekuatan sosial, politik, dan ekonominya di bawah komandonya.
Sebagai mantan militer Presiden Park tertarik untuk menciptakan stabilitas, membang
un perekonomian, dan memperkuat pertahanan nasional. Ia tidak mengenal prinsip-pri
nsip demokrasi atau cara hidup demokrasi. Menurutnya cara demokrasi tidak hanya a
kan membawa kemajuan ekonomi yang lamban tetapi juga pemisahan sosial dan mem
perlemah pertahanan nasional. Baginya yang berlaku adalah demokrasi “terbatas”, me
mbatasi kebebasan sipil, kebebasan bicara dan pers. Ia sangat dekat dengan birokratis
me dan kepemimpinan militer ala Jepang pada periode Meiji, yang di bawah kepemim
pinan militer yang kuat mendorong modernisasi ekonomi dan pembangunan militer m
elalui ideologi ishin atau revitalisasi. Park Chung-hee membuat pemerintahannya bert
umpu pada kekuatan yang berasal dari militer, birokrat, dan teknokrat. Oleh karena itu
rezim Korea Selatan di bawah Park Chung-hee disebut Rezim Otoriter Birokratis. Pre
siden Park termasuk salah seorang peletak dasar strong military-dominated governme
nt di Asia.
Dalam rangka memenuhi tuntutan untuk mengatasi kebutuhan ekonomi yang men
dasar dan mendesak, pemerintahan militer di bawah Park Chung-hee mengambil bebe
rapa langkah penting. Pertama, membuka hubungan diplomasi dengan Jepang untuk
mengundang arus PMA dan bantuan ekonomi dari negara tersebut. Kedua, mengambil
sikap mengalah terhadap tekanan-tekanan dari AS (terutama untuk mendapatkan duku
ngan politik dan pengakuannya) serta menerima anjuran dari kelompok teknokrat untu
k menggalakkan usaha-usaha ekspor, terutama ekspor hasil-hasil industri manufaktur.

5
Kebijakan pembangunanisme menunjukkan dominasi negara (penguasa) sebagai
pihak yang paling menentukan hubungan industrial. Di pihak lain kekuatan demokrasi
yang mulai muncul semakin memperbesar tekanan rakyat terhadap kebijakan Park Ch
ung-hee. Untuk menjaga stabilitas programnya Park Chung-hee memilih garis politik
represif. Park Chung-hee membungkam seluruh potensi oposisi. Dengan demikian Par
k Chung-hee merasa perlu untuk mengadakan suatu perubahan mendasar untuk menja
tuhkan lawan-lawan politiknya. Maka pada tanggal 6 Desember 1971 dengan dalih m
engamankan negara dari demonstrasi-demonstrasi, presiden dengan dukungan militer
mengumumkan negara dalam keadaan darurat perang, membubarkan Majelis Nasiona
l, menutup semua universitas yang menjadi basis demonstrasi, melarang semua kegiat
an politik, dan pada bulan Oktober 1972 mengeluarkan dekrit presiden yang kemudia
n dikenal sebagai Konstitusi Yushin.

Economic Planning Board (EPB)


Peran negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Korea adalah de
ngan mengarahkan dan menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan unt
uk investasi modal, produksi, dan juga ekspor. Salah satunya adalah dengan m
embentuk Badan Perencanaan Ekonomi (EPB) pada bulan Juni 1961. EPB yan
g diketuai Wakil Perdana Menteri bertanggung jawab terhadap Repelita (Renc
ana Pembangunan Lima Tahun). Program Repelita disusun dalam empat tahap
dimulai pada tahun 1962. Tahap pertama dan kedua diarahkan untuk pembang
unan industri. Tahap ketiga (1972-1976) untuk menciptakan keseimbangan ant
ara pembangunan industri dan pertanian, dan tahap keempat (1977-1981) adal
ah pembangunan ekonomi yang mandiri dan pemerataan hasil pembangunan.
Perencanaan, penentuan anggaran dan pelaksanaan rencana-rencana yang
dilakukan oleh Kementrian-kementrian Perdagangan dan Industri, Keuangan,
Bangunan, Transportasi, Komunikasi, serta Pertanian dan Perikanan berada di
bawah pengawasan EPB. EPB mencanangkan target-target untuk semua varia
bel ekonomi terpenting termasuk investasi, konsumsi, tabungan, tingkatan-ting
katan output, impor dan ekspor, serta alokasi-alokasi terinci oleh sektor-sektor
industri. EPB bersama dengan kementrian-kementrian itu mempunyai wewena
ng untuk mengubah pajak, tarif, subsidi, tarif keperluankeperluan umum, men
gontrol harga barang-barang tertentu, dan juga mengubah lisensi-lisensi impor,

6
lisensi-lisensi investasi, penggunaan devisa,dan lisensi-lisensi pendirian usaha
baru tanpa membutuhkan persetujuan Majelis Nasional.
EPB mempunyai kekuasaan yang sangat besar termasuk menguasai bank-
bank komersial. Negara merupakan pemegang saham terbesar sehingga sangat
berkuasa dalam menentukan kebijakan-kebijakan perbankan. EPB mempunyai
kekuasaan untuk memelihara sekaligus menekan kaum borjuis nasional Korea
Selatan. EPB juga mengorganisir informasi-informasi terinci mengenai pasar i
nternasional dan perubahan-perubahannya dari laporanlaporan yang diserahka
n perusaahaan ekpor.

Kebijakan Export-Oriented Industrialization (EOI)


Sejarah industri di Korea sudah berlangsung sejak masa penjajahan Jepan
g di Korea. Banyak industri dibangun untuk menopang ekonomi Jepang. Kore
a Selatan diuntungkan dengan warisan Jepang berupa sarana-sarana infrastrukt
ur seperti jalan raya, rel kereta api, listrik, saluran irigasi, tenaga terdidik dala
m industri dan manajemen, dan sejumlah pabrik yang mampu menyediakan su
atu basis industri ringan meskipun dalam jumlah dan kekuatan terbatas. Korea
Selatan sudah memiliki basis sosial dan ekonomi yang cukup kuat dan memad
ai untuk memulai kembali program-program industrialisasi subtitusi impornya.
Di bawah tekanan kuat AS, pihak Jepang terpaksa menjual pabrikpabrikn
ya dengan harga yang relatif murah pada para pengusaha Korea. Pada masa pe
merintahan Presiden Syngman Rhee proses industrialisasi yang berbasis pada i
ndustri substitusi impor mulai bangkit. Pelan-pelan industri tradisional Korea
Selatan yang sudah hidup sejak jaman kolonial seperti industri tekstil, pengila
ngan tepung dan pabrik gula ikut tumbuh. Pada masa ini para chaebol9 mulai
memperoleh modal. Namun pemerintahan Rhee yang korup memporakporand
akan ekonomi Korea Selatan.
Pada masa Park pemerintah berperan aktif mengarahkan sektor swasta khususnya
chaebol untuk mewujudkan agenda pembangunan yang disusun oleh pemerintah beru
pa pengembangan industri manufaktur seperti elektronik, otomobil, dan semikondukto
r.10 Sebagian produk industri yang didukung pemerintah diarahkan untuk pasaran eks
por karena tidak memiliki pasaran dalam negeri. Pemerintah memberikan berbagai ke
mudahan dalam hal perkreditan bagi para eksportir. Pemerintah juga mengatur alokasi
kredit yang disesuaikan dengan pertumbuhan sektor-sektor industri dan ekonomi yang
7
pada umumnya lebih diprioritaskan. Pemerintah Korea Selatan juga mendapatkan pinj
aman luar negeri baik dari Jepang maupun Amerika Serikat.
Keberhasilan ekspor Korea Selatan yang pertama terjadi pada ekspor produk indu
stri ringan seperti tekstil dan pakaian jadi, komponen elektronik, plywood, wig, serta
barang-barang perantara (produk-produk kimia, minyak bumi, kertas, dan baja) yang
berlangsung dalam kurun waktu antara tahun 1964-1974. Keberhasilan Korea Selatan
pada periode tersebut sangat ditunjang oleh perkembangan ekonomi dunia yang tenga
h mengalami lonjakan pertumbuhan industri yang luar biasa, sehingga Korea Selatan t
idak menemui kesulitan yang berarti untuk memasarkan produk-produknya, terlebih
Korsel mendapatkan referensi untuk masuk ke pasar domestik Amerika.

Kebijakan Heavy Chemical Industry(HCI)


Korea Selatan memasuki tahap pembangunan industri yang disebut sebag
ai pendalaman (deepening proces) pada paruh kedua dasawarsa 1970-an. Pada
masa ini terjadi perubahan orientasi industri yaitu dari industri ringan ke indus
tri berat. Pada tahun 1973 pemerintah memberikan prioritas pada perkembang
an industri berat dan kimia, misalnya pembuatan kapal, industri permesinan, b
aja, mobil, dan petro kimia. Pertama karena terdapatnya keterbatasan dalam m
engekspor hasil industri ringan yang sangat tergantung pada tenaga kerja mura
h yang semakin sulit didapat. Kedua, terjadi perubahan dalam struktur impor.
Pesatnya perkembangan dalam pemakaian bahan penengah impor untuk jadi b
arang ekspor mempengaruhi balance of payment. Rencana pembangunan i
ndustri berat dan kimia merupakan usaha Korea Selatan untuk membuat kekua
tan industrinya lebih mandiri. Rencana besar yang didukung oleh presiden, Mi
nistry of International Trade and Industry (MITI), dan sejumlah perusahaan be
sar nasional (chaebol) dilaksanakan tanpa menghiraukan tantangan kelompok t
eknokrat. Rencana ini justru mendapatkan dukungan dari militer dan hal ini er
at berhubungan dengan sumbangannya untuk industri militer kelak.
Para chaebol mendapat dana pinjaman tanpa bunga untuk mendirikan pabr
ik untuk kegiatan ekspor. Misalnya Hyundai ditugasi untuk membangun sektor
otomotif. Daewoo yang merupakan spesialis di bidang tekstil diperintahkan un
tuk menangani pembuatan perkakas mesin, membuat kapal dan mobil. Park m
emaksakan pembangunan sejumlah industri dasar di antaranya industri baja, sa
lah satunya adalah Pohang Steel Company (POSCO).
8
Sayangnya kebijakan ini terhambat oleh sejumlah kesulitan eksternal yait
u krisis minyak dan resesi perekonomian dunia. Di dalam negeri terjadi lonjak
an inflasi dan perkembangan ekspor Korea Selatan juga mulai terancam. Nam
un Korea Selatan masih beruntung sebab sektor-sektor konstruksinya memper
oleh peluang bisnis yang sangat besar terutama dengan berlangsungnya pemba
ngunan ekonomi di negara-negara Timur Tengah yang kaya minyak. Kebanya
kan industri di Korea Selatan memperoleh manfaat yang sangat besar dari arus
PMA dan proses alih teknologi dari Jepang yang mulai digalakkan kembali sej
ak pembukaan kembali hubungan diplomasi antara kedua negara.

Gerakan Saemaul Undong


Gerakan saemaul merupakan gerakan yang dimaksudkan untuk mengemb
angkan dan memodernisasikan daerah pedesaan. Tujuannya adalah untuk mem
bangkitkan semangat kemerdekaan (indipendence), kemandirian (self-help) un
tuk mewujudkan gerakan desa baru (New Village Movement), dan kerja sama
atau sifat gotong royong (Mutual Cooperation) dalam rangka meningkatkan ta
raf hidup masyarakat setempat. Konsep ini diperkenalkan pada tahun 1971 ket
ika Korea Selatan menghadapi permasalahan disparitas pedesaan-perkotaan ak
ibat prioritas pembangunan yang selalu menekankan industrialisasi berorientas
i ekspor. Keberhasilan pembangunan ekonomi Korea Selatan ternyata menimb
ulkan masalah-masalah sosial. Pada saat itu tingkat pertumbuhan sektor pertan
ian tertinggal jauh dari sektor industrial. Ketika terjadi pertumbuhan ekonomi,
gap antara pendapatan rumah tangga petani dengan pendapatan masyarakat ur
ban semakin besar. Hal ini mengakibatkan eksodus pemuda desa ke wilayah ur
ban, meninggalkan desanya tanpa kemampuan yang memadai dan menciptaka
n tekanan penduduk di wilayah-wilayah urban.
Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara desa dengan kota, Preside
n Park mencanangkan Gerakan Masyarakat Baru dengan tujuannya sebagai pe
ncerahan rakyat pedesaan melalui ‘pendidikan masyarakat baru’ untuk mengu
bah bentuk pandangan dan tingkah laku ikatan tradisional dan jeratan kemiski
nan masyarakat desa, membantu mengembangkan kerajinan dan penghematan,
semangat untuk kerja sama dan menolong diri sendiri, dan memodernisasi mas
yarakat pedesaan.

9
Selain mencegah kecenderungan tak seimbang antara industriperkotaan de
ngan pertanian-pedesaan, konsep ini berupaya memperbesar saluran pembang
unan sektor ekonomi pertanian-pedesaan. Gerakan dimulai dengan menginven
tarisasi aset lokal yang jarang dimanfaatkan dan diolah menjadi sesuatu yang d
apat memperbaiki standar hidup setempat dan memperbesar keuntungan yang
diperoleh warga. Esensi lain Saemaul Undong adalah wujud pembangunan dar
i bawah berdasarkan inisiatif dan partisipasi lokal. Proyek ini diwujudkan mel
alui pembentukan koperasi warga setempat yang berpedoman pada inisiatif lo
kal, pemanfaatan tenaga kerja serta material dan ketrampilan mereka.
Saemaul undong dioperasikan melalui tiga tahapan. Pada tahap awal dilak
ukan berbagai perbaikan lingkungan hidup pedesaan terutama yang menyangk
ut fasilitas fisik. Tahap selanjutnya adalah memperbaiki infrastruktur dasar, da
n tahap terakhir adalah memperluas kesempatan kerja pertanian dan non-perta
nian di samping menggarap aktivitas lain yang dapat meningkatan pendapatan
dan kesejahteraan warga setempat.
Pada tahun 1973 pemerintah membuat Village Cooperative Scheme (VC
S) untuk memperluas cakupan wilayah proyek saemaul. Sebuah desa dapat me
mbentuk kerja sama atau sebuah unit produksi bersama dengan desa tetangga.
Proyek-proyek komunitas baru menghasilkan modernisasi perumahan masyara
kat desa, pembangunan jalan-jalan dan saluran air, pembangunan sistem sanita
s, dan memberikan pengetahuan ilmu sain dan teknologi bagi masyarakat desa,
industri di pedesaan, dan fasilitas pemasaran. Gerakan komunitas baru membe
rikan hasil-hasil yang menguntungkan bagi wilayahwilayah pedesaan, juga wil
ayah-wilayah urban. Gerakan nasional ini merupakan cara untuk memelihara s
emangat kerja sama dan persatuan.
Sejak diperkenalkannya Saemaul Undong, pada tahun 1978 terdapat 706 p
abrik yang dibangun di kawasan pedesaan yang hampir seluruhnya mendapat i
nsentif pemerintah berupa subsidi. Investasi pemerintah hanya sebagai peleng
kap dalam kaitannya dengan organisasi dan mobilisasi sumber.17 Tahun 1970-
1979 pendapatan petani mengalami peningkatan sebesar 9,5% per tahun. Gera
kan Saemaul mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan investasi di da
erah pedesaan. Pada tahun 1960-an laju investasi sebesar 10%, setelah diterap
kannya gerakan Saemaul meningkat menjadi 20%.

10
BAB III
KESIMPULAN

Kemajuan ekonomi Korea Selatan yang berjalan dengan sangat mengesankan sa


mpai saat ini telah dimulai dari kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Park Chung-
hee. Korea Selatan mampu membangun kekuatan industri yang begitu dahsyat meski
pun tidak didukung oleh sumber daya alam yang memadai. Hal ini menunjukkan bah
wa kesuksesan pembangunan ekonomi Korea terletak pada kemampuan manusianya,
terutama pada pemimpinnya berkaitan dengan strategi kebijakan yang dijalankannya.
Pemerintah menyadari pentingnya industri dasar yang akan menjadi katalis bagi berk
embangnya industri hilir lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/4336/3763
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11071/8312
https://bosscha.id/2019/10/26/sejarah-26-oktober-presiden-korea-selatan-park-
chung-hee-tewas-ditembak/
https://id.wikipedia.org/wiki/Park_Chung_Hee
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Korea_Selatan

12

Anda mungkin juga menyukai