TEKNIK PEMISAHAN
NIM : 011800014
KELOMPOK : H
ACARA : DRYING
I. TUJUAN
1. Memahami prinsip drying ( pengeringan ).
2. Mengetahui pengaruh kecepatan pengeringan terhadap kadar air dalam padatan.
3. Mengetahui pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air dalam padatan.
4. Menentukan koefisien perpindahan massa H2O dari padatan ke udara (ky) pada
periode kecepatan pengeringan tetap.
Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air karena perbedaan tekanan dari
potensial uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Penguapan kandungan
air yang terdapat dalam bahan juga terjadi karena adanya panas yang dibawa oleh media
pengering itu sendiri yaitu udara. Uap air tersebut akan dilepaskan dari permukaan
bahan ke udara pengering.. Penguapan air dari bahan meliputi empat tahap yaitu :
1. Pelepasan ikatan dari bahan
Peristiwa yang terjadi selama proses pengeringan meliputi dua proses, yaitu
perpindahan panas dan perpindahan massa. Perpindahan panas adalah suatu proses
pemberian panas pada bahan untuk menguapkan air dari dalam bahan atau proses
perubahan bentuk cair ke bentuk gas. Sedangkan perpindahan massa yaitu
pengeluaran massa uap air dari permukaan bahan ke udara. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan :
1. Luas permukaanbahan
Semakin luas permukaan bahan, maka semakin cepat bahan menjadi kering.
2. Suhu pengeringan
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan,
maka semakin cepat pula penghilangan air dari bahan.
3. Aliran Udara
Semakin tinggi kecepatan aliran udara, maka semakin banyak penghilang uap air dari permukaan
bahan.
4. Tekanan uap di udara Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan
udara untuk mengangkut air selama pengeringan (Risma,2015)
Pengeringan melibatkan proses pelepasan air dari sel-sel bahan yang dikeringkan, sehingga
pengeringan tersebut bukan saja melibatkan fenomena fisika tetapi juga melibatkan fenomena
biologi dan kimia atau ketiga-tiganya. Walaupun demikian secara umum kita menerima hakikat
bahwa apabila berlaku proses pengeringan maka akan berlaku:
a. Air akan menguap dari permukaan bahan
Fenomena inilah yang akan kita perhatikan dalam mengkaji proses pengeringan sesuatu
bahan dan faktor-faktor luar yang mempengaruhi proses pengeringan. Karakteristik proses
pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang di perlukan, sehingga kurva kandungan air
bahan terhadap waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari bahan, yang dinamakan
kurva pengeringan.
Pada proses pengeringan berlaku dua proses, yaitu pada permulaan proses air di
permukaan bahan akan diuapkan, seperti yang di gambarkan pada kurva pengeringan yang
berkemiringan rendah, kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bahagian dalam
bahan ke permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini berlangsung
sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut.
Proses penguapan air dari permukaan bahan ke udara memerlukan panas, yaitu panas
penguapan yang menukarkan sejumlah air menjadi uappada suhudantekanan tertentu. Udara
yang
Mengandung uap air harus dialirkan keluar untuk dipindahkan ke tempat lain. Dalam keadaan
setimbang hanya dua proses yang terlihat, panas diperlukan oleh air untuk menjadi uap dan
akibatnya udara disejukkan ketika proses penguapan berlangsung .(Skysang,2012)
Proses drying secara umum dapat diartikan sebagai proses menghilangkan
sejumlah air (dalam jumlah sedikit) yang terkandung dalam suatu material. Sedangkan
evaporasi dapat diartikan sebagai proses menghilangkan sejumlah air (dalam jumlah cukup
banyak) yang terkandung dalam suatu material. Dalam proses evaporasi, air dihilangkan
dari material dalam wujud uap pada saat material tersebut mencapai titik didihnya.
Sedangkan dalam proses drying, air biasanya dihilangkan dalam wujud uap dengan
bantuan gas panas.
Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif tertentu.
Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu, kandungan kebasahan di dalam zat
padat yang keluar dari pengering tidak bisa kurang dari kebasahan keseimbangan yang
berkaitan dengan kelembaban udara masuk. Bagian air yang terdapat di dalam zat padat yang
basah tidak dapat dikeluarkan dengan udara masuk, karena udara masuk itu mengandung
kelembaban pula, yang disebut kebasahan keseimbangan (equilibriummoisture). Jadi
meskipun telah mengalami proses drying, bahan tersebut tidak dapat sepenuhnya bebas dari
kandungan air. Air yang dapat dihilangkan hanya sampai pada batasan equilibriummoisture
contentnya.
Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara,yakni
proses batch dan proses kontinu. Proses drying diklasifikasikan sebagai proses batch, apabila
material dimasukkan ke dalam alat drying dan diproses pada waktu tertentu. Sedangkan
dalam proses kontinu, material dimasukkan secara terus-menerus ke dalam alat drying dan
material yang sudah dikeringkan dipindahkan secara terus-menerus juga.Proses drying juga
dapat dikategorikan menurut kondisi fisik saat menambah panas dan menghilangkan uap air,
yakni:
1. Pada kategori pertama, panas di tambahkan dengan cara kontak langsung dengan
udara yang dipanaskan pada tekanan atmosfer, dan uap air yang terbentuk
dihilangkan dengan udara.
2. Pada vacuum drying, evaporasi air bekerja dengan baik pada tekanan rendah,
dan panas ditambahkansecara tidak langsung dengan cara kontak dengan
dinding baja atau dengan radiasi.
3. Pada freeze drying, air mengalami proses penyubliman dari material
yang beku. (Anonim,2012)
III. METODE
A. ALAT
1. OVEN
2. Cawan Proselin
3. Neraca Analitik
4. Deksikator
5. Stopwatch / timer
6. Penggaris
7. Penjepit Besi
B. BAHAN
1. Jagung
2. Air
V. DATA PENGAMATAN
KELOMPOK H
SAMPEL KACANG KORO
DIAMETER CAWAN PETRI (CM) 8,30
BERAT BASAH MULA-MULA (Gr)(W) 38,48
BERAT KERING (Gr)(W) 35,33
TEMPERATUR OVEN 80
NO WAKTU BERAT BASAH (Gr)(W)
1 0 38,48
2 10 37,69
3 20 36,85
4 30 36,38
5 40 36,14
6 50 35,63
7 60 35,53
8 70 35,48
9 80 35,44
10 90 35,43
11 100 35,42
VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung luas permukaan sampel
Luas permukaan sampel dapat di hitung dengan menggunakan
rumus :
A= 2
A= 2
A = 54,11 cm2
X=
1 0 0,0892 8,92
2 10 0,0668 6,68
3 20 0,0430 4,30
4 30 0,0297 2,97
5 40 0,0229 2,29
6 50 0,0085 0,85
7 60 0,00057 0,57
8 70 0,0042 0,42
9 80 0,0031 0,31
10 90 0,0028 0,28
R=
0.18
0.16
0.14
0.12
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
10.0
9.0
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0 20 40 60 80 100
VIII. KESIMPULAN
Pengeringan (drying) merupakan proses penghilangan sejumlah air dari mineral
suatu bahan tertentu. Dalam pengeringan, air di hilangkan dengan prinsip perbedaan
kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang akan dikeringkan.
Material ini biasannya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian menjadi
perpindahan massa air dari material ke udara pengering.
Semakin tinggi kecepatan pengeringan maka kadar air yang hilang dari padatan
semakin kecil
Hal tersebut membuktikkan bahwa semakin lama waktu pengeringan maka kadar
air yang hilang dalam bahan juga semakin kecil
Dalam pengaruh kecepatan pengeringan terhadap kadar air, mempengaruhi
tingkat kadar air yang meningkat secara berkala seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1. Kadar air vs kecepatan pengeringan
Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air, mempengaruhi tingkat kadar air
yang menurun secara berkala seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Waktu vs
kadar air
Terjadi perpindahan massa air yang berada pada padatan ke udara, yang dapat
dilihat pada gambar 3. Waktu vs kecepatan pengeringan yang menunjukkan tren
menurun yang kurang stabil