Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK PEMISAHAN

NAMA : KHAIRUM HAWARI QOLBIYAH SIEGAR

NIM : 011800014

KELOMPOK : H

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR

ACARA : DRYING

PEMBIMBING : Harum Azizah, M.T

Tanggal Pengumpulan : 14 JANUARI 2021

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2021
DRYING

I. TUJUAN
1. Memahami prinsip drying ( pengeringan ).
2. Mengetahui pengaruh kecepatan pengeringan terhadap kadar air dalam padatan.
3. Mengetahui pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air dalam padatan.
4. Menentukan koefisien perpindahan massa H2O dari padatan ke udara (ky) pada
periode kecepatan pengeringan tetap.

II. DASAR TEORI


Pengeringan (Drying) adalah suatu proses dimana terjadi perpindahan massa dari
perpindahan panas secara simultan dari suatu bahan ke lingkungannya.
Pengeingan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air
tersebut dikurangi ccapai batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi
di dalamnya (Winarno, 1993)
Pengeringan (Drying) ini sendiri merupakan proses penghilangan sejumlah air dari
mineral suatu bahan tertentu. Dalam pengeringan ini air dihilangkan dengan prinsip
perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang akan
dikeringkan. Material ini biasannya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian
terjadi perpindahan massa air dari material ke udara pengering.

Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air karena perbedaan tekanan dari
potensial uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Penguapan kandungan
air yang terdapat dalam bahan juga terjadi karena adanya panas yang dibawa oleh media
pengering itu sendiri yaitu udara. Uap air tersebut akan dilepaskan dari permukaan
bahan ke udara pengering.. Penguapan air dari bahan meliputi empat tahap yaitu :
1. Pelepasan ikatan dari bahan

2. Difusi air dan uap air ke permukaan bahan

3. Perubahan tahap menjadi uap air

4. Perpindahan uap air ke udara

Peristiwa yang terjadi selama proses pengeringan meliputi dua proses, yaitu
perpindahan panas dan perpindahan massa. Perpindahan panas adalah suatu proses
pemberian panas pada bahan untuk menguapkan air dari dalam bahan atau proses
perubahan bentuk cair ke bentuk gas. Sedangkan perpindahan massa yaitu
pengeluaran massa uap air dari permukaan bahan ke udara. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan :

1. Luas permukaanbahan
Semakin luas permukaan bahan, maka semakin cepat bahan menjadi kering.
2. Suhu pengeringan
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan,
maka semakin cepat pula penghilangan air dari bahan.
3. Aliran Udara
Semakin tinggi kecepatan aliran udara, maka semakin banyak penghilang uap air dari permukaan
bahan.
4. Tekanan uap di udara Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan
udara untuk mengangkut air selama pengeringan (Risma,2015)
Pengeringan melibatkan proses pelepasan air dari sel-sel bahan yang dikeringkan, sehingga
pengeringan tersebut bukan saja melibatkan fenomena fisika tetapi juga melibatkan fenomena
biologi dan kimia atau ketiga-tiganya. Walaupun demikian secara umum kita menerima hakikat
bahwa apabila berlaku proses pengeringan maka akan berlaku:
a. Air akan menguap dari permukaan bahan

b. Air akan berpindah dari bagian dalam ke permukaan luar bahan.

Fenomena inilah yang akan kita perhatikan dalam mengkaji proses pengeringan sesuatu
bahan dan faktor-faktor luar yang mempengaruhi proses pengeringan. Karakteristik proses
pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang di perlukan, sehingga kurva kandungan air
bahan terhadap waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari bahan, yang dinamakan
kurva pengeringan.
Pada proses pengeringan berlaku dua proses, yaitu pada permulaan proses air di
permukaan bahan akan diuapkan, seperti yang di gambarkan pada kurva pengeringan yang
berkemiringan rendah, kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bahagian dalam
bahan ke permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini berlangsung
sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut.
Proses penguapan air dari permukaan bahan ke udara memerlukan panas, yaitu panas
penguapan yang menukarkan sejumlah air menjadi uappada suhudantekanan tertentu. Udara
yang
Mengandung uap air harus dialirkan keluar untuk dipindahkan ke tempat lain. Dalam keadaan
setimbang hanya dua proses yang terlihat, panas diperlukan oleh air untuk menjadi uap dan
akibatnya udara disejukkan ketika proses penguapan berlangsung .(Skysang,2012)
Proses drying secara umum dapat diartikan sebagai proses menghilangkan
sejumlah air (dalam jumlah sedikit) yang terkandung dalam suatu material. Sedangkan
evaporasi dapat diartikan sebagai proses menghilangkan sejumlah air (dalam jumlah cukup
banyak) yang terkandung dalam suatu material. Dalam proses evaporasi, air dihilangkan
dari material dalam wujud uap pada saat material tersebut mencapai titik didihnya.
Sedangkan dalam proses drying, air biasanya dihilangkan dalam wujud uap dengan
bantuan gas panas.
Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif tertentu.
Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu, kandungan kebasahan di dalam zat
padat yang keluar dari pengering tidak bisa kurang dari kebasahan keseimbangan yang
berkaitan dengan kelembaban udara masuk. Bagian air yang terdapat di dalam zat padat yang
basah tidak dapat dikeluarkan dengan udara masuk, karena udara masuk itu mengandung
kelembaban pula, yang disebut kebasahan keseimbangan (equilibriummoisture). Jadi
meskipun telah mengalami proses drying, bahan tersebut tidak dapat sepenuhnya bebas dari
kandungan air. Air yang dapat dihilangkan hanya sampai pada batasan equilibriummoisture
contentnya.
Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara,yakni
proses batch dan proses kontinu. Proses drying diklasifikasikan sebagai proses batch, apabila
material dimasukkan ke dalam alat drying dan diproses pada waktu tertentu. Sedangkan
dalam proses kontinu, material dimasukkan secara terus-menerus ke dalam alat drying dan
material yang sudah dikeringkan dipindahkan secara terus-menerus juga.Proses drying juga
dapat dikategorikan menurut kondisi fisik saat menambah panas dan menghilangkan uap air,
yakni:
1. Pada kategori pertama, panas di tambahkan dengan cara kontak langsung dengan
udara yang dipanaskan pada tekanan atmosfer, dan uap air yang terbentuk
dihilangkan dengan udara.
2. Pada vacuum drying, evaporasi air bekerja dengan baik pada tekanan rendah,
dan panas ditambahkansecara tidak langsung dengan cara kontak dengan
dinding baja atau dengan radiasi.
3. Pada freeze drying, air mengalami proses penyubliman dari material
yang beku. (Anonim,2012)

III. METODE
A. ALAT
1. OVEN
2. Cawan Proselin
3. Neraca Analitik
4. Deksikator
5. Stopwatch / timer
6. Penggaris
7. Penjepit Besi

B. BAHAN
1. Jagung
2. Air

IV. LANGKAH KERJA


1. Sampel jagung ditimang terlebih dahulu sebagai berat keing (ws)
2. Jagung direndam di dalam air selama 15 menit, kemudian ditimbang massanya
3. Jagung dipanaskan di dalam oven selama 10 menit dengan suhu 110oC yang
dijaga konstan
4. Sampel jagung dikeringkan di desikator selama 15 menit
5. Jagung ditimbang setiap interval waktu 10 menit hingga didapatkan massa
yang konstan

V. DATA PENGAMATAN
KELOMPOK H
SAMPEL KACANG KORO
DIAMETER CAWAN PETRI (CM) 8,30
BERAT BASAH MULA-MULA (Gr)(W) 38,48
BERAT KERING (Gr)(W) 35,33
TEMPERATUR OVEN 80
NO WAKTU BERAT BASAH (Gr)(W)
1 0 38,48
2 10 37,69
3 20 36,85
4 30 36,38
5 40 36,14
6 50 35,63
7 60 35,53
8 70 35,48
9 80 35,44
10 90 35,43
11 100 35,42

VI. PERHITUNGAN
1. Menghitung luas permukaan sampel
Luas permukaan sampel dapat di hitung dengan menggunakan
rumus :

A= 2

A= 2

A = 54,11 cm2

2. Menghitung kadar air (X)


Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

X=

Dari data pengalaman dihitung menggunakan rumus di atas yang


didapatkan nilai sebagai berikut :
NO WAKTU KADAR AIR KADAR AIR (%)

1 0 0,0892 8,92

2 10 0,0668 6,68

3 20 0,0430 4,30

4 30 0,0297 2,97

5 40 0,0229 2,29

6 50 0,0085 0,85

7 60 0,00057 0,57

8 70 0,0042 0,42

9 80 0,0031 0,31

10 90 0,0028 0,28

11 100 0,0025 0,25

3. Menghitung kecepatan pengeringan (R)


Kecepatan pengeringan dapat dihitung menggunakan rumus :

R=

Dari data di atas dihitung menggunakan rumus di atas didapatkan


nilai sebagai berikut :
4. Membuat grafik
a. kecepatan pengeringan (R) versus kadar air (X) dalam padatan.

0.18

0.16

0.14

0.12

0.10

0.08

0.06

0.04

0.02

0.00

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

Grafik 1. Kadar Air VS Kecepatan Pengeringan

b. Kadar air (X) dalam padatan vs waktu (t)

10.0
9.0
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0 20 40 60 80 100

Grafik 2. Waktu VS Kadar Air


5. Mendapatkan slope grafik yang kemudian duhubungkan dengan
persamaan regresi linier R untuk menentukan ky (ky = slope grafik
tersebut)
A. Kecepatan pengeringan (R) vs kadar air (X) dalam padatan

B. kecepatan pengeringan (R) vs waktu (t)


VII. PEMBAHASAN
Drying adalah proses dimana terjadi perpindahan massa perpindahan panas secara
simultan dari bahan ke lingkungannya. Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas
tertentu sehingga mikroorganisme tidak tumbuh ladi di dalamnya.
Bahan yang digunakkan pada praktikum kali ini adalah kacang koroo. Suhu yang
digunakan pada oven 110oC. sampel kacang koro ditimbang pada interval waktu
pengovenan selama 10 menit dan desikator selama 15 menit.
Pada grafik 1. Pengaruh dalam kadar air terhadap kecepatan pengeringan. Senakin
besar kadar air maka kecepatan pengeringan cenderung semakin cepat. Untuk grafik
kadar air < 8% kecepatan pengeringan konstan (tidak banyak yang berubah). Pada
rentang 0-20 % ada peningkatan pesat untuk kecepatan pengeringan. Ada nomali data
pada kadar air antara 2,0 - 4,0%. Disebabkan oleh alat baru yang beroperasi sehingga
proses pengeringan kurang maksimal. Kecepatan pengeringan terbaik berada pada
rentang kadar air 4,0 – 6,0 %.
Pada grafik 2. Pengaruh waktu terhadap kadar air dapat dilihat bahwa kadar air
selalu berkurang dengan semakin lamannya pengeringan. Praktikan memperoleh
persamaan regresi y = -0,0798 x + 6,5191 dengan kesesuaian data dengan grafik
regresi sebesar R2= 0,7976. Dapat dilihat pada grafik terjadi penurunan kadar air lebih
pesat lalu dilanjutkan dengan melambatnnya penuunan kadar air. Hal ini dikarenakan
pengeringan semakin sedikitnya kadar air yang terkandung pada kacang koro
sehingga membutuhkan panas yang lebih tinggi.
Grafik 3. Menunjukkan penurunan yang tidak stabil pada kecepatan pengeringan
kacang koro terhadap waktu yang berlangsung. Pada menit ke-10, terjadi kenaikkan
tiba-tiba pada kecepatan pengeringan. Yang kemudian di lanjutkan penurunan hingga
menit ke -30, lalu mengalami kenaikan tiba-tiba pada menit ke -40. Yang selanjutnya
penurunan yang konstan hingga menit ke -90.

VIII. KESIMPULAN
 Pengeringan (drying) merupakan proses penghilangan sejumlah air dari mineral
suatu bahan tertentu. Dalam pengeringan, air di hilangkan dengan prinsip perbedaan
kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang akan dikeringkan.
Material ini biasannya dikontakkan dengan udara kering yang kemudian menjadi
perpindahan massa air dari material ke udara pengering.
 Semakin tinggi kecepatan pengeringan maka kadar air yang hilang dari padatan
semakin kecil
 Hal tersebut membuktikkan bahwa semakin lama waktu pengeringan maka kadar
air yang hilang dalam bahan juga semakin kecil
 Dalam pengaruh kecepatan pengeringan terhadap kadar air, mempengaruhi
tingkat kadar air yang meningkat secara berkala seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1. Kadar air vs kecepatan pengeringan
 Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air, mempengaruhi tingkat kadar air
yang menurun secara berkala seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Waktu vs
kadar air
 Terjadi perpindahan massa air yang berada pada padatan ke udara, yang dapat
dilihat pada gambar 3. Waktu vs kecepatan pengeringan yang menunjukkan tren
menurun yang kurang stabil

IX. DAFTAR PUSTAKA


- Anonim. 2012. “Drying/Pengeringan”.
(https://artikelteknikkimia.blogspot.com/2012/11/drying-pengeringan.html) diakses pada
14 april 2019

- Risma, Shaila.2015. “Laporan Praktikum Drying”. http://%20shailarisma.blog-


%20upi.edu/2015/11/15/Laporan_Praktikum_Drying/html diakses pada 14 April 2019

- Mardiyah, Nurul. 2017. “Laporan Praktikum Drying”.


https://www.academia.edu/34730651/LAPORAN_PRAKTIKUM_OPERASI_TE
KNIK_KIMIA_I_DRYING_UPN_VETERAN_JAWA_TIMUR diakses pada 14 April 2019

- Darojati,H.A. (2018). Petunjuk Praktikum Teknik Pemisahan modul DRYING.


D.I.Yogyakarta : STTN

Yogyakarta, 14 Januari 2021


Dosen Pembimbing, Praktikan,

Harum Azizah D, ST, M.T Khairum Hawari Q Siregar

Anda mungkin juga menyukai