Anda di halaman 1dari 9

4.

2 Pelayanan Rawat Inap

4.2.1. Pengertian Pelayanan Rawat Inap


Pelayanan rawat inap adalah suatu bentuk perawatan terhadap pasien yang menginap
di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta atau fasilitas
kesehatan lainnya dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi,
rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya. Ruang rawat inap adalah ruang untuk
pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam (Kemenkes RI, 2012).

4.2.2. Tujuan Pelayanan Rawat Inap


Beberapa tujuan pelayanan rawat inap (Tethool, et al., 2019), yaitu:
a. Untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.
b. Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehubungan dengan
penyembuhan penyakitnya.
c. Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan perencanaan terapi yang tepat.
d. Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan dan harus didapatkan pasien.
e. Memudahkan pasien untuk mendapatkan berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang
diperlukan.

4.2.3. Tahap Pelayanan Rawat Inap


Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif
atau observasi ketat karena penyakitnya. Pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap
mengalami tingkat proses transformasi menurut Ravens dalam Tethool, et al (2019), yaitu:
a. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan di rawat untuk
tinggal di rumah sakit.
b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
c. Tahap Treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program
perawatan dan terapi.
d. Tahap Inspeksi, yaitu secara terus menerus di observasi dan dibandingkan pengaruh
dan respon pasien atas pengobatan.
e. Tahap Kontrol, yaitu setelah dianalisa kondisinya memungkinkan, pasien dapat
dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan namun dapat juga kembali ke proses
untuk didiagnosa ulang.
4.2.4. Alur dan Proses Pasien Rawat Inap
Alur pasien rawat inap menurut Wijaya dan Dewi (2017), sebagai berikut:
1) Pasien membawa surat pengantar rawat dari klinik rawat jalan/ gawat darurat/ kamar
bersalin ke pendaftaran rawat inap.
2) Pasien memesan kamar perawatan sesuai dengan jenis pembayaran (jika pasien
asuransi kesehatan akan dicek dengan pelayanan dan kamar perawatan sesuai dengan
plafon pasien) dan melakukan registrasi pendaftaran rawat inap.
3) Petugas menghubungi kamar perawatan untuk memesan kamar dan menyampaikan
hal-hal yang diperlukan dalam perawatan pasien berdasarkan catatan dalam surat
pengantar rawat.
4) Pasien diberi penjelasan general consent/persetujuan umum dan membubuhkan
nama, tanda tangan pada formulir tersebut
5) Pasien kembali ke klinik/ ruang gawat darurat untuk dipasang infus dan diberi gelang
pasien, kemudian perawat menghubungi ruang perawatan sebelum membawa pasien
ke ruang perawatan. Perawat akan serah terima pasien dan rekam medis serta
dokumen penunjang lainnya untuk tindaklanjut perawatan pasien.
6) Pasien masuk ruang perawatan diterima dokter ruangan/ perawat ruangan.

4.2.5. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap


Kegiatan pelayanan rawat inap dimulai setelah pasien diterima di bagian penerimaan
pasien, yaitu admission departement rumah sakit, kemudian bagian penerimaan pasien
akan mendata dan menempatkan pasien ke ruang atau kamar perawatan. Di ruang atau
kamar perawatan, pasien mendapatkan beberapa pelayanan, yaitu:
a) Pelayanan Tenaga Medis
Pelayanan tenaga medis di rumah sakit hanya akan didapatkan dari dokter
yang bertugas di rumah sakit. Dokter bertugas memberikan pelayanan kepada pasien
dan mempertanggungjawabkannya sesuai dengan tata cara dan teknik berdasarkan
ilmu kedokteran dan etik yang berlaku. Tenaga medis adalah dokter umum dan
spesialis yang bekerja di rumah sakit.
b) Pelayanan Tenaga Paramedis/Keperawatan
Bagian keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk bio-psiko sosio
spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan masyarakat,
baik yang sakit maupun sehat.
c) Lingkungan Fisik Ruang Perawatan
Adalah tempat pasien dirawat yang diharapkan dapat memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi pasien. Besarnya ruang, kebersihan, penata ruang
yang teratur, penerangan, ventilasi yang baik, tidak bising, dan bebas serangga
merupakan faktor yang harus diberikan oleh pihak rumah sakit.
d) Pelayanan Penunjang Medis
Pelayanan kepada pasien untuk membantu penegakan diagnosis, terapi, dan
penunjang lainnya
e) Pelayanan Administrasi dan Keuangan
Pelayanan administrasi dan keuangan adalah tempat dilakukannya prosedur
penerimaan uang pemasukan rumah sakit berupa uang muka perawatan, penagihan
berkala, dan penyelesaian rekening pada saat pasien akan keluar dari ruang
perawatan. Apabila pasien telah menyelesaikan pelayanan ini, maka pasien
diperbolehkan untuk pulang.
f) Pelayanan menu dan makanan
Pelayanan menu dan makanan terletak di bawah pengawasan ahli gizi
makanan yang dihidangkan harus sesuai dengan kebutuhan pasien, enak dipandang,
dirasa, dapat dicerna dengan baik, kualitas baik, bersih dan bebas dari kontaminasi,
dan disediakan pada waktu yang tepat dan teratur.

Penyelenggaraan pelayanan rawat inap di atur dalam Permenkes RI No. 3 tahun 2020
pasal 44 yaitu:
(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rumah sakit harus memiliki:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit:
1. 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
2. 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik swasta.
b. Jumlah tempat tidur perawatan di atas perawatan kelas I paling banyak 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit 8% (delapan persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit baik milik Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan swasta.
(2) Dalam hal pelayanan rawat inap di Rumah Sakit umum, jumlah tempat tidur
perawatan intensif terdiri atas 5% (lima persen) untuk pelayanan unit rawat intensif
(ICU), dan 3% (tiga persen) untuk pelayanan intensif lainnya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c) dikecualikan untuk Rumah
Sakit khusus mata dan Rumah Sakit khusus gigi dan mulut.

4.2.6. Indikator untuk Unit Rawat Inap


Indikator untuk unit rawat inap dalam Simanjuntak & Angelia (2019), antara lain:
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu.
2. AVLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
3. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
4. BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar.
6. GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.

4.2.7. Klasifikasi Rawat Inap di Rumah Sakit


a. Klasifikasi ruang rawat inap telah ditetapkan berdasarkan tingkat fasilitas
pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit menurut Kemenkes RI, yaitu:
1. Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).

Gambar 4.1 Ruang rawat inap VIP (Kemenkes RI, 2012)


2. Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)

Gambar 4.2 Ruang rawat inap kelas 1 (Kemenkes RI, 2012)


3. Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)

Gambar 4.3 Ruang rawat inap kelas 2 (Kemenkes RI, 2012)


4. Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (Kelas 3).

Gambar 4.4 Ruang rawat inap kelas 3 (Kemenkes RI, 2012)


b. Klasifikasi pasien berdasarkan kedatangannya
1. pasien baru
2. pasien lama
c. Klasifikasi pasien berdasarkan pengirimnya
1. Dikirim oleh dokter rumah sakit
2. Dikirim oleh dokter luar
3. Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain
4. Datang atas kemauan sendiri
4.3 Pelayanan Penunjang

Pelayanan penunjang terdiri dari pelayanan penunjang medik dan pelayanan


penunjang nonmedik. Pelayanan penunjang medik adalah pelayanan kepada pasien untuk
membantu penegakan diagnosis, terapi, dan penunjang lainnya (Permenkes RI, 2015).
Pelayanan penunjang medik menurut Permenkes No. 30 tahun 2019 terdiri dari:
a. Pelayanan penunjang medik spesialis
Meliputi pelayanan laboratorium radiologi, anastesi dan terapi intensif, rehabilitasi
medik, kedokteran nuklir, radioterapi, akupuntur, gizi klinik, dan pelayanan
penunjang medik spesialis lainnya.
1. Intensive Care Unit (ICU)
Pelayanan intensif disediakan dan diberikan kepada pasien yang dalam
keadaan sakit berat dan perlu dirawat di ruang khusus, memerlukan pemantauan
ketat dan terus menerus serta tindakan segera. Unit ini memerlukan ruang rawat
inap terpisah yang khusus dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis
dengan melibatkan tenaga terlatih khusus dan chdukung dengan peralatan khusus.
2. Pelayanan Radiologi
Adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi pengion dan energi
non pengion baik dalam bidang diagnostik maupun bidang terapi. Misalnya, USG,
CT, Nuklir, dan radio terapi.
b. Pelayanan penunjang medik subspesialis
Meliputi pelayanan subspesialis dibidang anastesi dan terapi terapi intensif,
dialisis, dan penunjang medik subspesialis lainnya.
c. Pelayanan penunjang medik lain
Meliputi pelayanan sterilisasi yang tersentral, pelayanan darah, gizi, rekam
medik, dan farmasi.
1. Central Sterile Supply Departement (CSSD)
Pelayanan ini melayani segala sesuatu yang menggunakan instrumen,
linen, baju dan bahan yang dibuat steril. Seiuruh instrumen, pakaian, dan
peralatan yang kontak dengan jaringan pasien harus dijamin strerilisasinya.
Disamping itu perlu dijamin penanganan yang aman bagi peralatan yang
terkontaminasi. Peralatan sterilisasi lainnya harus dipusatkan, sehingga staff yang
membutuhkan dapat segera memperolehnya.

2. Farmasi
Pelayanan kefarmasiaan adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasienyang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Instalasi farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasiaan di rumah sakit.

Pelayanan penunjang nonmedik menurut Permenkes RI (2019) terdiri dari: laundri/


binatu, jasa boga/ dapur, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, pengelolaan
limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah, sistem
penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.
a. Laundri/ binatu
Pelayanan laundri atau binatu merupakan pelayanan yang diberikan kepada
unit-unit yang membutuhkan linen bersih yang dipergunakan untuk melakukan
perawatan pasien yang kegiatannya mulai dari proses perencanaan, pengadaan,
pencucian/dekontaminasi, pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, serta
memberikan jaminan mutu kebersihannya.
b. Kamar Jenazah
Merupakan tempat untuk menyimpan sementara pasien yang meninggal.
Fasilitas ini harus dilengkapi dengan alat pendingin yang memadai untuk beberapa
mayat dan fasilitas untuk otopsi. Sistem pembuangan jaringan tubuh manusia pada
waktu operasi dan otopsi dengan menggunakan teknik insinerasi atau pembakaran.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan sisa-sisa jaringan harus diatur dengan
peraturan yang berlaku.
Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit
Ruang Rawat Inap. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan
Direktorat Bina Upaya Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2015. Tentang Pola Tarif
Nasional Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2019. Tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020. Tentang Klasifikasi
Dan Perizinan Rumah Sakit
Simanjuntak, E., dan Angelia S, C. 2019. Analisa Indikator Rawat Inap Periode Tahun 2017-
2018 Di Rumah Sakit Sinar Husni Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi
Kesehatan Imelda (JIPIKI), 4(2), 614-619.
Tethool, Hendrik., Ogotan, Martha., Kolondam, Helly. 2019. Kepuasan Pelayanan Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Merauke Provinsi Papua. Jurnal Administrasi Publik,
5(76):12-21
Wijaya, Lily dan Dewi, Deasy Rosmala. 2017. Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi
Manajemen Informasi Kesehatan II: Sistem Dan Sub Sistem Pelayanan RMIK. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai