Anda di halaman 1dari 42

SISTEM SENSORI PERSEPS

MANAJEMEN KASUS OBSTRUKSI SERUMEN

OLEH :
KELOMPOK III
SITTI KHADJIRAH (NH0220031) MARWATI (NH0220038)
SRI WAHYUNI (NH0220032) NUR ANA (NH0220039)
ZULFATMA (NH0220033) NUR AYU (NH0220040)
ANNISA AULIA TENRY (NH0220034 ) RISKA AULIA (NH0220041)
HUSNUL KHATIMAH (NH0220035) RISMAWATI (NH0220042)
INDAH SARI (NH0220036) HARMAYANI HAKIM (NH0220043)
JULIANA (NH0220037) INDAH PRATIWI (NH0220044)
SARWIN MAHMUD (NH0220045)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “OBSTRUKSI SERUMEN”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul “Obstruksi Serumen”
dalam mata kuliah Persepsi Sensori” ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Makassar, 22 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi ..............................................................................3
2. Klasifikasi ..........................................................................4
3. Etiologi ..............................................................................4
4. Manifestasi Klinis..............................................................5
5. Patofisiologi ......................................................................6
6. Komplikasi ........................................................................6
7. Penatalaksanaan ................................................................7
B. Konsep Keperawatan .....................................................................7
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................15
B. Saran.............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pendengaran merupakan salah satu hal yang penting dalam
kehidupan manusia yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi satu
sama lain. Pada kondisi tertentu serumen dapat menyebabkan masalah
kesehatan dimana terdapat penumpukan serumen di liang telinga dalam
jumlah banyak sehingga berakibat pada timbulnya gangguan dengar yang
disebut dengan serumen obturan. Penumpukan serumen di dalam liang telinga
ini dapat terjadi pada semua usia baik dewasa maupun anak-anak dengan
prevalensi yang cukup tinggi dan menjadi penyebab utama dari masalah
kesehatan berupa gangguan pendengaran. Serumen obsturan merupakan suatu
kelainan telinga, dimana akumulasi dari serumen membentuk massa padat dan
melekat pada kanal auditori eksterna. Serum atau dikenal dengan sebutan
kotoran telinga. Serumen atau kotoran telinga secara fisiologis juga memiliki
fungsi untuk menghalangi serangga yang dapat masuk ke dalam telinga dan
sebagai pelumas sehingga dapat mencegah kekeringan akan tetapi tidak
memiliki sifat sebagai anti jamur dan anti bakteri (Yuliyani et al., 2020).
Menjaga kebersihan anggota tubuh sangatlah penting salah satunya
adalah kebersihan telinga. Membersihkan telinga haruslah dilakukan dengan
baik dan benar karena kecerobohan dalam membersihkan telinga dapat
menyebabkan iritasi pada liang telinga, tertinggalnya kapas di liang telinga,
tertimbunnya kotoran telinga hingga robeknya gendang telinga. Penumpukan
serumen di liang telinga dalam jumlah banyak sehingga berakibat pada
timbulnya gangguan dengar yang disebut dengan serumen obturan. Gangguan
serumen ini tentunya akan memberikan dampak(Yuliyani et al., 2019)
Tindakan mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti dengan metode irigasi, penghisapan, aplikator dengan ujung kapas

1
dan metode ekstraksi menggunakan alat pengait kotoran telinga (Zachreini et
al., 2018)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Obstruksi Serumen ?
2. Apa Etiologi Obstruksi Serumen ?
3. Apa Manifestasi Klinis Obstruksi Serumen ?
4. Bagaimana Patofisiologi Obstruksi Serumen ?
5. Apa saja Komplikasi Obstruksi Serumen ?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Obtruksi Serumen ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Obstruksi Serumen
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi Obstruksi Serumen
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis Obstruksi Serumen
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Obstruksi Serumen
5. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi Obstruksi Serumen
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada
Obtruksi Serumen

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Gangguan pendengaran merupakan suatu permasalahan yang
dapat terjadi pada setiap umur dan menyebabkan seseorang sulit
berkomunikasi verbal. Gangguan ini dapat dikategorikan sebagai
gangguan pendengaran konduktif, sensorineural, maupun keduanya.
Salah satu penyebab utama gangguan pendengaran konduktif adalah
serumen obsturan. Dalam keadaan normal serumen tidak akan
tertumpuk di liang telinga. Telinga mempunyai mekanisme sendiri
untuk mengeluarkan serumen. Serumen keluar bersama epitel kulit
liang telinga yang terkelupas, pergerakan serumen ini didukung oleh
gerakan mengunyah yang dilakukan rahang. Mekanisme ini membuat
serumen di liang telinga dalam keadaan seimbang(Istiqomah &
Imanto, 2019).
Serumen obsturan atau kotoran telinga adalah produk kelenjar
sebasea yang apokrin yang ada pada kulit liang telinga dalam kondisi
menumpuk dan keras. Pengerasan serumen atau kotoran telinga ini
lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa atau remaja.
Sebenarnya fungsi utama serumen ini adalah untuk menghalangi
serangga yang masuk kedalam tubuh kita, namun serumen tidak
bersifat anti jamur dan anti bakteri. Kondisi kulit liang telinga
biasanya dalam kondisi kering sehingga menyebabkan resiko
terjadinya serumen obsturan lebih cepat(Limijadi, E. K. S., Ningrum,
F. H., WSK, L. P., Lintang, 2020).

3
2. Etiologi
Factor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang
telinga, sehingga menyumbat antara lain ialah (Agustina, R., &
Choiruna, 2020) :
a. Luas diameter kanalis akustikus eksterna
Diameter kanalis akustikus eksterna memiliki peranan
yang penting dalam mempengaruhi risiko terbentuknya
serumen obsturan. Diameter normal kanalis akustikus
eksterna sekitar ± 9,4 mm. Semakin kecil diameter kanalis
akustikus eksterna maka semakin besar pula risiko
terjadinya serumen obsturan. Dengan luas diameter yang
cenderung sempit secara matematis dengan kecepatan
pembentukan serumen yang sama dan dengan jumlah yang
sama akan menimbulkan penumpukan serumen yang lebih
cepat menutup kanalis akustikus eksterna terhadap liang
telinga yang sempit dari pada yang liang telinga yang
mempunyai diameter normal/besar. Pada liang telinga
sempit serumen. Telinga akan lebih mudah terdorong ke
liang bagian dalam oleh invasi cotton bud yang digunakan
untuk membersihkan telinga yang dilakukan sendiri tanpa
bantuan ahli dibidangnya. Pada saat serumen sudah
terdorong ke liang bagian dalam maka proses pengeluaran
serumen secara alami yang dilakukan telinga tidak bisa
terjadi, pengeluaran harus dilakukan dengan tindakan
medis
b. Perilaku membersihkan telinga

4
Rata - rata orang menggunakan cotton bud untuk
membersihkan telinganya sendiri. Tetapi, penggunaan cotton
bud tidak dapat membersihkan serumen secara sempurna,
sebagian akan tertinggal dan akan menyebabkan terjadinya
penumpukan serumen jika tidak dikeluarkan semua. Faktor
predisposisi terjadinya serumen obsturan adalah
persepsi dan cara yang salah dalam membersihkan
telinga dengan menggunakan cotton bud Serumen dapat
keluar sendiri dari kanalis akustikus eksterna akibat migrasi
epitel kulit yang bergerak dari arah membran menuju
ke luar serta dibantu gerakan rahang sewaktu mengunyah.
Jika proses ini terganggu akibat adanya faktor dari luar
seperti kebiasaan membersihkan telinga menggunakan cotton
bud ataupun benda tajam yang dapat merusak lapisan
epidermis sehingga proses migrasi terganggu ditambah
produksi serumen yang terus terjadi maka akan menyebabkan
penumpukan dan sumbatan serumen pada kanalis akustikus
eksterna.
3. Manifestasi klinis
Impaksi serumen dapat menyebabkan berbagai gejala termasuk
(Jannah, Fina, K., Saraswati, L, D., Musyassaroh, M., & Udiyono,
2018) :
a. Gatal
b. Nyeri
c. Gangguan pendengaran
d. Tinnitus
e. Pusing
f. Risiko infeksi yang meningkat.

5
4. Patofisiologi
Serumen obsturan dapat disebabkan oleh karena gangguan
mekanisme pembersihan serumen atau produksi serumen yang
berlebihan. Pembersihan telinga yang berlebihan seperti menggunakan
kapas telinga, dapat mengganggu mekanisme pembersihan serumen
secara normal, bahkan dapat menyebabkan serumen obsturan.
Serumen obsturan terjadi akibat penumpukan serumen yang menutupi
liang telinga oleh ketidakmampuan telinga untuk memisahkan kornesit
di stratum korneum. Secara normal kornesit akan terpisah satu sama
lain dengan bantuan enzim dan zat lain serta proses migrasi stratum
korneum ke arah lateral dari bagian profunda ke jaringan ikat di CAE.
Ketidakmampuan ini mengakibatkan lapisan keratin menumpuk dan
tidak mengalami migrasi sehingga terakumulasi di CAE bagian dalam.
Faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan telinga memisahkan
kornesit yang terletak di stratum korneum adalah kekurangan enzim
arylsulphatase C yang terdapat di sel epitel, fibroblast dan leukosit
(Asri, P. M., Naftali, Z., & Marliyawati, 2018).
5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi disebabkan oleh serumen obsturan yaitu
(Martini, E., Probandari, A., & Pratiwi, 2017) :
a. Infeksi pada luar telinga (otitis ekterna)
b. Infeksi telinga tengah jejas pada meatus akustikus eksterna
c. Tinnitus atau telinga berdengung
d. Penyumbatan
e. Penurunan pendengaran

6
6. Penatalaksanaan Terapi

a. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang


dililitkan pada aplikator. Membersihkannya cukup 1 / 3 luar
liang telinga saja
b. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih
dahulu dengan karbogliserin 10 %, 3 X 5 tetes sehari, setelah
itu dikeluarkan dengan pengait. yang bertujuan untuk
mengurangi kesukaran pengeluaran serumen, serta rasa sakit
dan trauma pada liang telinga
c. Irigasi
Irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan spuit

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Biodata Pasien
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,  tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,
alamat dan rencana terapi.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan
masa lalu yang berhubungan degan gangguan
pendengaran karena sumbatan serumen,biasanya
kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang
tidak benar  atau klien suka berenang dapat
mempengaruhi penyakit ini.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

7
Penderita mengeluh nyeri, Penderita mengeluhkan
pendengarannya mulai menurun,  rasa tidak enak
ditelinga.   

   .
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit sumbatan
serumen dalam telinga seperti klien saat ini atau apakah ada
riwayat pendengaran  atau riwayat keluarga.
d. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan
tinggi badan klien. Dan kaji tanda-tanda
1) vital klien.
a) Kepala
 Amati bentuk kepala apakah ada
oedema,dan amati apakah ada kondisi
luka(jahitan)
 Rambut rambut klien tidak bersih,
rontok dan dikepala tidak ada
pembengkakan.
 Wajah wajah pasien kelihatan pucat
karna adanya nyeri
 Mata kedua mata klien simetris,reflek
cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis,biasanya palpebra klien tdak
udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor
 Telinga telinga klien Terjadi
penyumbatan Karena terdapat benda
asing yang masuk kedalam liang telinga,
Pendengaran terganggu, Rasa nyeri
telinga / otalgia
 Hidung klien tidak ada mengeluh
dengan masalah hidung.
 Bibir bibir pasien tampak pucat dan
kering.

8
 Gigi kelengkapan gigi, kondisi gigi klien
tampak normal dan
biasanya    kebersihan gigi  kurang.
 Lidah tampak normal tdakkotor,tdak
hiperik

b) Telinga
Biasanya telinga klien terjadi penyumbatan
benda asing yang masuk kedalam liang telinga,
pendengaran terganggu, rasa nyeri telinga/
otalgia
c) Dada
 Inspeksi bentuk dan kesemetrisan
rongga dada tampak normal. klien
tampak susah bernafas / mengatur
jalannya nafas dada, frekwensi nafas 12
sampai 20 X permeni,tidak dyspnea.
 Palpasi normal, biasanya dgn
menggunakan getaran vocal yg dsebut
vocal primitus
 Perkusi bunyi ketukan pada dinding
dada dan bunyi dada normal jaringan
sonor
 Auskultasi tidak ada terdengar bunyi
tambahan pada saat klien melakukan
insipirasi dan ekspirasi.
d) Jantung
 inspeksi : ictus cordis tampak normal
terlihat pada ICS -5
 palpasi   : lokasi ictus cordis teraba
normal tidak lebih dri 1cm
 perkusi   : batas-batas jantung klien pada
penyakit ini normal
 auskultasi : biasanya irama denyutan
jantung terdengar normal

9
e) Abdomen
 Inspeksi    : tidak adanya pembesaran
rongga abdomen
 Auskultasi : bunyi bising usus terdengar
frekuensinya tidak normal karna klien
mengalami penurunan nafsu makan
 Palpasi     : teraba normal saj
 Perkusi    : bunyi ketukannya terdengar
normal

f) Genitourinaria
klien tidak ada terpasang kateter
g) Ekstremitas
kekuatan otot kurang dari normal akibat klien
terasa letih menahan nyeri dan biasanya
ekstremitas atas terpasang infus untuk
menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu
makan klien berkurang dan biasanya kekuatan
otot klien ini menurun.
h) Sistem Integumen
warna kulit klien tampak pucat dan biasanya
suhu kulit meningkat
i) System Neurologi
sistem neuro pada klien penyakit  ini normal
saja.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses
peradangan pada telinga tengah
b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran.
c. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
d. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) berhubungan dengan
perubahan sensori persepsi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

10
a. Dx 1 :Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
proses peradangan  pada telinga.
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan
skala 2-0 darirentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
1) Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan
mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas
perlahan, teratur, atau nafas dalam)
R : Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat
mengurangi nyeri yang dirasa.
2) Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian
analgetik
R : Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri,
sehingga nyeri dapat berkurang.
3) Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30
menit pemberian analgetik.
R : Untuk mengetahui mengetahui keefektifan
keefektifan pemberian pemberian analgetik analgetik
4) Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang
penyebab nyeri yang dirasa.
R : Informasi Informasi yang cukup dapat mengurangi
mengurangi kecemasan kecemasan yang dirasa oleh
klien dan keluarga.  
b. Dx 2 : Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan
komunikasi
Kriteria hasil :
 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal :
komunikasi, tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
1) Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan
catat pada perawatan metode yang digunakan

11
digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan,
berbicara, ataupun bahasa isyarat.
2) Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.-
Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara
dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga
yang baik (hal ini lebih baik dari pada berbicara dengan
keras).
3) Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
4) Jika klien dapat membaca ucapan, Lihat langsung pada
klien dan bicaralah lambat dan jelas.
5) Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat
menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda.
6) Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi
klien.
7) Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau
gunakan komunikasi tertulis
8) Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
9) jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan
penerjemah.
10) Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran
dan pemahaman.

c. Dx 3 : Cemas berhubungan dengan nyeri yang semakin


memberat.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Klien mampu mengungkapkan
ketakutan/kekuatirannya.
 Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
1) Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan
gangguan yang dialami.
2) Diskusikan dengan klien mengenai
kemungkinan pendengarannya untuk mempertahankan
harapan klien dalam berkomunikasi.

12
3) Berikan informasi mengenai kelompok yang juga
pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien
untuk memberikan dukungan kepada klien.
4) Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-
lat yang tersedia yang dapat membantu klien.

d. Dx 4 : Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan


sensori persepsi.
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan
ketajaman pendengaran  pasien meningkat, dengan
kriteria hasil :
 Pasien dapat mendengar dengan baik
 Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan
yang diajukan kepadanya
Intervensi :
1) Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua
telinga terlibat.
R : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran
pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2) Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan
orang-orang terdekat, seperti menganjurkan pembicara
menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk
menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada
pasien.
R : untuk mempertahankan komunikasi dan hub
komunikasi dan hubungan yang baik antara  pasien
dengan orang-orang terdekat.
3) Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
R : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien.
4) Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi
program terapi yang diberikan
5) R : mematuhi program terapi akan mempercepat proses
penyembuhan.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

13
Implementasi merupakan rencana tindakan untuk mendapatkan tujuan
yang diinginkan bersama. Proses akan dilaksanakan setelah rencana
tindakan disusun, rencana tindakan yang bersifat khusus dilakukan
untuk memperbaiki faktor-faktor yang mempegaruhi masalah
kesehatan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan, tujuan dari implementasi adalah untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, yang mencakup
pemulihan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan memfasilitasi koping (Yulianingsih Kodim, 2015).

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak (Sutejo, 2016). Penentuan masalah
berhasil teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian, dengan cara
melihat SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
a. S (subjektive) adalah informasi atau ungkapan yang diperoleh
dari klien sesudah diberikan tindakan.
b. O (objective) adalah informasi yang didapat dari hasil
penilaian, pengukuran, pengamatan, tindakan untuk menilai
secara objektif ini dilakukan oleh perawat sesudah melakukan
tindakan keperawatan.
c. A (analisis) adalah proses membandingkan antara data dari
subjective dan objective sehingga dapat menilai kriteria hasil
yang telah ditentukan, kemudian menarik kesimpulan bahwa
masalah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian.
d. P (planning) adalah rencana keperawatan selanjutnya yang
dilakukan apabila masalah kesehatan klien tidak teratasi
berdasarkan hasil analisa.

14
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Data Umum
1) Nama : Ny. P
2) Tempat/tanggal lahir : Kendari, 21 November 1986
3) Umur : 34 tahun
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Agama : Islam
8) Status Perkawinan : Kawin
9) Alamat : Jl. Letda Reta Utara, Gg. Ratna No. 18
10) Tanggal Masuk RS : 11 Oktober 2019
11) Diagnose Medis : Impaksi Serumen
12) Ruangan : Mawar
b. Penangung Jawab
1) Nama : Tn. T
2) Umur : 38 tahun
3) Pekerjaan : Karyawan Swasta
4) Hubungan dengan klien: Suami
5) Alamat : Jl. Letda Reta Utara, Gg. Ratna No. 18

2. Riwayat Kesehatan Saat Ini


a. Keluhan Utama : klien datang ke rumah sakit bersama

15
Suaminya dengan keluhan nyeri dan
berdengung pada telinga kanan
1) Provocate : kebiasaan mengkorek telinga
2) Quality : nyeri seperti ditusuk tusuk
3) Region : telinga tengah
4) Severe : 5 (sedang)
5) Time : pada saat mendengar suara yang
ribut
b. Riwayat Penyakit : Ny. P datang ke IGD RSUD Karanganyar
diantarkan oleh suami dengan keluhan nyeri pada telinga. Klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk – tusuk, klien mengatakan fungsi
pendengarannya menurun, klien mengatakan kurang mengetahui cara
membersihkan lubang telinga dengan benar. Klien mengatakan jarang
membersihkan telingannya. Wajah klien Nampak meringis, lubang
telinga Nampak terdapat penumpukan serumen, lubang telinga
Nampak kotor, ketika berbicara dengan orang lain harus menggunakan
intonasi yang keras, klien Nampak kebingungan dengan penyakitnya,
klien banyak bertanya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya,
Pasien menyangkal adanya riwayat asma dan belum pernah masuk rumah
sakit
4. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
atau obat – obatan

16
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit ginjal,
hipertensi, jantung, asma, atau diabetes mellitus.
6. Kebiasaan :
Pasien mengatakan agak jarang membersihkan telinganya, pasien
membersihkan telinganya setiap 2- 4 hari sekali.
7. Pola Nutrisi :
Frekuensi/porsi makan : Pasien mengatakan sebelum MRS, klien makan 3
kali/hari dengan porsi satu piring, namun Setelah MRS, Pasien makan 3
kali sehari namun hanya seperempat sampai setengah piring saja
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 155 cm
a. Jenis Makanan : Nasi, sayur, tahu, tempe, ikan, pisang.
b. Makanan yang disukai : Pasien mengatakan makanan yang disukai
adalah kue kering dan tempe.
c. Makanan tidak disukai : Pasien mengatakan makanan yang tidak
disukai adalah sayur terong.
d. Makanan pantangan : Tidak ada makanan pantangan
e. Nafsu makan : Pasien mengatakan nafsu makannya kurang
baik, sering minum dan tidak ingin banyak makan karena merasa
mual.
f. Perubahan BB 3 bulan terakhir :
Pasien mengatakan berat badan berkurang 3 kg dari berat badan
sebelumnya : 55 kg, sehingga sekarang berat badan pasien 52 kg.
8. Pola Eliminasi :
a. Buang air besar
1) Frekuensi : 1 kali dalam sehari

17
2) Waktu : Tidak tentu
3) Warna : kuning kecoklatan
4) Konsistensi : Keras
5) Penggunaan Pencahar : Tidak ada
b. Buang air kecil
1) Frekuensi : 4 – 5 kali dalam sehari
2) Warna : Kuning keruh
3) Bau : Bau khas urin
9. Pola Tidur dan Istirahat :
a. Waktu tidur (jam) :
Pasien mengatakan tidur pukul 20.30 sampai pukul 05.00 WITA.
b. Lama tidur / hari : Pasien mengatakan lama tidurnys ± 8 jam /
hari.
c. Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada
d. Kebiasaan saat tidur : Tidur terlentang atau miring kiri/kanan
e. Kesulitan dalam hal tidur : Pasien mengatakan tidak mengalami
kesulitan ketika tidur.
10. Pola Aktivitas dan latihan :
a. Olah raga : Pasien mengatakan jarang berolahraga.
b. Kesulitan/keluhan dalam hal : Pasien mengatakan agak teganggu
dengan telinganya yang mendengung karena susah mendengar.
11. Pola Kerja :
a. Jenis pekerjaan : Pasien mengatakan pasien tidak bekerja
b. Jumlah jam kerja :-
c. Lamanya :-
d. Jadwal kerja :-
12. Aspek Psikososial :
a. Pola pikir dan persepsi

18
1) Alat bantu yang digunakan : Pasien tidak menggunakan alat bantu
seperti
kaca mata dan alat bantu pendengaran
2) Kesulitan yang dialami : Pasien mengatakan kesulitan dalam
bergerak karena nyeri yang dirasakan.
b. Persepsi diri
1) Hal yang diperkirakan saat ini : Pasien mengatakan hal yang
dipikirkan saat ini adalah mengenai proses kesembuhannya saat
ini.
2) Harapan setelah menjalani perawatan : Pasien mengatakan
harapannya setelah menjalani perawatan adalah pasien dapat
sembuh dan cepat pulang.
3) Suasana hati : Pasien mengatakan suasana hatinya gelisah karena
memikirkan kondisi kesehatannya saat ini.
c. Hubungan komunikasi :
1) Bicara : Pasien dapat berbicara dengan jelas menggunakan Bahasa
Indonesia
2) Tempat tinggal : Mempunyai rumah sendiri yang ditempati
bersama keluarga besarnya.
d. Kehidupan keluarga
1) Adat istiadat yang dianut : Pasien mengatakan biasa ikut dalam
kegiatan di lingkungan rumahnya seperti upacara adat
2) Pembuatan keputusan dalam keluarga : Pasien mengatakan
keputusan lebih sering diambil oleh suaminya sebagai penanggung
jawab keluarga.
3) Pola komunikasi : Pasien mampu berkomunikasi dengan
keluarga, dokter, dan perawat.

19
4) Keuangan ; Pasien mengatakan masalah keuangannya serba
berkecukupan dan ditanggung bersama
5) Kesulitan dalam keluarga :
Pasien mengatakan hubungan dengan ibu, bapak, kakek tidak ada
hambatan/kesulitan.
13. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan dalam hubungan seksual.
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : Pasien mengatakan sudah paham
mengenai fungsi seksual.
14. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan : Pasien mengatakan pengambilan keputusan
dibantu oleh orang tuanya
b. Yang disukai tentang diri sendiri : Pasien mengatakan walaupun
sekarang sedang sakit tapi ia bangga kepada keluarga yang tetap
mendukungnya meskipun dia dalam keadaan sakit
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Pasien mengatakan ingin hidup
sehat dan bersih
d. Yang dilakukan jika sedang stress : Pasien mengatakan jika sedang
stress pasien biasanya sholat dan berdoa
15. Sistem nilai kepercayaan
a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : Pasien mengatakan
sumber kekuatannya adalah keluarga dan Tuhan.
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : Ya. Pasien
mengatakan berkat karunia Tuhan, Ia masih dapat hidup dan diberikan
waktu untuk berkumpul bersama keluarganya.
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi) sebutkan : Pasien mengatakan biasa shalat setiap 5 X sehari

20
d. Kegiatan Agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di
rumah sakit, sebutkan : Pasien mengatakan selama dirumah sakit yang
ingin dilakukan hanya sebatas berdoa dalam hati.

Pengkajian Fisik
1. Vital sign
a. Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
b. Suhu : 36 0C
c. Nadi : 80 x/menit
d. Pernafasan : 20 x/menit
2. Kesadaran : Compos Mentis
a. GCS : 15
b. Eye :4
c. Motorik : 5
d. Verbal :6
3. Keadaan umum :
a. Status gizi : Normal
BB : 52 kg TB : 155 cm
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
 Bentuk : Mesochepale
 Lesi/luka : Tidak terdapat lesi/luka di kepala
b. Rambut
 Warna : Putih beruban
 Kelainan : tidak rontok atau berketombe
c. Mata
 Penglihatan : Normal
 Sclera : Tidak ikterik

21
 Konjungtiva : tidak anemis
 Pupil :Isokor
 Kelainan : Tidak ada kelainan pada penglihatan pasien
d. Hidung
 Penciuman : Normal
 Secret/darah/polip : Tidak terdapat sekret, darah, atau polip pada
hidung pasien
 Tarikan cuping hidung : Tidak ada tarikan cuping hidung saat
pasien bernapas
e. Telinga
 Pendengaran : terganggu, terutama di sebelah kanan pasien.
 Skret/cairan/darah : terdapat serumen pada telinga kanan pasien
f. Mulut dan Gigi
 Bibir : Lembab
 Mulut dan tenggorokan : Normal
 Gigi : Penuh/normal

g. Leher

 Pembesaran tyroid : Tidak terdapat pembesaran tyroid

 Lesi : Tidak terdapat lesi

 Nadi karotis :Teraba nadi karotis

 Pembesaran limfoid : Tidak terdapat pembesaran limfoid

h. Thorax
 Jantung : 1. Nadi : 80x/menit, 2. Kekuatan : Kuat
3. Irama :Teratur
 Paru : 1. Frekuensi Nafas : normal

22
2. Kualitas : Normal
3. Suara Nafas : Vesikuler
4. Batuk : Tidak
5. Sumbatan jalan nafas : Tidak ada sumbatan jalan napas
 Retraksi dada : Tidak ada
i. Abdomen
 Kembung : tidak
 Nyeri tekan : tidak
 Ascites : Tidak
j. Genetalia
 Pimosis : Tidak
 Alat bantu : Tidak
 Kelainan : Tidak
k. Kulit
 Turgor : Elastis
 Laserasi : Tidak
 Warna kulit : Normal (sawo matang)
l. Ekstrimitas
 Kekuatan otot : 444 444
444 444
 ROM : Terbatas
 Hemiplegi/parase : Tidak
 Akral : Hangat
 CRT : <3 detik
 Edema : Tidak ada

23
Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Laboratrium

Nama : Ny. P Tgl pemeriksaan : 12 Oktober 2019

JK/Tgl.Lahir : P / 21 November 1986

Alamat : Jl. Letda Reta Utara, Gg. Ratna No. 18

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keteran


gan

Darah lengkap

WBC 11.300 u/L 4000-10000

NEU 89.6 % 50-70

LYM 6.1 % 20-40

MON 4.1 % 3-12

EOS 0.0 % 0.5-5.0

BAS 0.2 % 00.0-1.0

RBC 4.63 Juta/mm 4.5 – 5.5


3

HGB 14.6 g/dL 14 – 18

24
HCT 42.2 % 40 – 52

MCV 91.2 fL 80- 96

MCH 31.5 Pg 27 -31

MCHC 34.5 g/dL 32- 36

PLT 361.000 u/L 150.000-450000

ANTI HIV

REAGEN 1 Non reaktif

REAGEN 2 - - Non reaktif

REAGEN 3 - Non reaktif

HBSAg

HbsAg Negatif NEGATIF

GLUKOSA
SEWAKTU

GULA DARAH 339 Mg/dl <200


SEWAKTU

 Obat yang diberikan/ Therapy

25
- Asam mefenamat 500 MG / 3x 1/ tab oral
- Pemberian terapi irigasi telinga

ANALISA DATA

26
No Data focus Analisis Masalah

1. Data Subjektif Factor prg/dLedisposisi Gangguan rasa


- Klien datang ke rumah (membersihkau/Ln nyaman : Nyeri akut
telinga yang salah,
sakit bersama suaminya
lubang telinga yang
dengan keluhan nyeri sempit, dsb)
pada telinga kanan

Data Objektif
- Provocate : kebiasaan Produksi Serumen

mengkorek telinga
- Quality : nyeri seperti
ditusuk – tusuk
Penumpukan serumen
- Region : telinga tengah
- Severe : 5 (sedsng )
- Time : pada saat
mendengarkan suara
Serumen mengeras
yang rebut
- Wajah klien Nampak
meringis
- Tekanan darah : 120 / Serumen menekan
90 mmHg dinding lubang telinga

- Suhu : 36 0C
- Nadi : 80
x/menit
Gangguan rasa nyaman
- Pernafasan : 20
x/menit Nyeri akut

2. Data Subyektif : Penumpukan serumen Gangguan persepsi


- Klien mengatakan sensori
fungsi pendengarannya (pendengaran)
menurun Serumen
- Klien mengatakan mengeras/membatu
jarang membersihkan
telinganya
- Klien mengeluh telinga
kanan kotor dan Menekan dinding liang
berdengung telinga
- telinganya setiap 2-4
hari sekali.
27 tersumbat
Telinga
Data Obyektif :
- Terdapat serumen pada Cara membersihkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan serumen
mengeras dan menekan dindimg lubang teinga ditandai dengan nyeri pada
telinga tengah , nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk, skala nyeri 5
2. Gangguan persepsi sensori ( pendengaran) berhubungan dengan fungsi
pendengaran menurun ditandai dengan lubang telinga terlihat kotor, dan
ketika berbicara harus menggunakan intonasi yang keras

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang mengetahui cara


membersihkan telinga yang benar ditandai dengan pasien tidak tahu cara
membersihkan telinga yang benar, jarang membersihkan telinganya

28
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

29
1 Gangguan rasa Setelah diberikan Observasi
nyaman : nyeri akut tindakan keperawatan 1. Identifikasi skala
berhubungan dengan selama 1x24 jam nyeri
serumen mengeras diharapkan nyeri dapat Terapeutik
dan menekan berkurang dengan 1. Berikan teknik
dindimg lubang kriteria hasil : nonfarmakologis
teinga ditandai - Skala nyeri untuk mengurangi
dengan nyeri pada berkurang rasa nyeri
telinga tengah , - Mamp 2. Control lingkungan
nyeri yang dirasakan mengontro rasa yang memperberat
seperti ditusuk nyeri dengan rasa nyeri
tusuk, skala nyeri 5 cara manajemen Edukasi
nyeri 1. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu

2. Gangguan persepsi Setelah dilakukan Observasi


sensori tindakan keperawatan 1 1. Kaji keluhan yang
(pendengaran) x 24 jam diharapkan dirasakan klien
berhubungan dengan gangguan dapat teratasi 2. Kaji ketajaman
fungsi pendengaran dengan kriteria hasil : pendengaran pasien
menurun ditandai - Pendengaran Edukasi
dengan lubang tidak terganggu 1. Anjurkan klien untuk
telinga terlihat - Dapat membersihkan telinga

30
kotor, dan ketika mendengar secara teratur dan
berbicara harus suara dengan rutin
menggunakan intonasi kecil Kolaborasi
intonasi yang keras 1. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan
dalam
penatalaksanaan
terapi
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Observasi
3. berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
kurang mengetahui selama 1x 24 jam , dan kemampuan
cara membersihkan diharapkan menerima informasi
telinga yang benar pengetahuan klien Terapeutik
ditandai dengan meningkat , dengan 1. Sediakan materi an
pasien tidak tahu kriteria hasil : media pendidikan
cara membersihkan - Pasien kesehatan
telinga yang benar, mengetahui cara 2. Berikan kesempatan
pasien jarang membersihkan untuk bertanya
membersihkan telinga dengan Edukasi
telinganya benar 1. Jelaskan factor risiko
- Ekspresi klien yang dapat
tenang mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersh dan sehat

31
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/TGL DIAGNOSA
NO IMPLEMENTASI PARAF
/JAM KEPERAWATAN

1. Senin, 14 Gangguan rasa Observasi


Oktober nyaman : nyeri akut 1. Mengidentifikasi skala nyeri
2019 Pukul berhubungan dengan H :pasien mengatakan skala

32
11.15 serumen mengeras nyeri 5
WITA dan menekan Terapeutik
dindimg lubang 1. Memberikan teknik
teinga ditandai nonfarmakologis untuk
dengan nyeri pada mengurangi rasa nyeri
telinga tengah , nyeri H : teknik relaksasi napas
yang dirasakan dalam
seperti ditusuk 2. Control lingkungan yang
tusuk, skala nyeri 5 memperberat rasa nyeri
H : keluarga pasien
menghindari kebisingan agar
pasien tidak merasa nyeri saat
ribut
Edukasi
1. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
H : pasien dan keluarga
mengerti

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik ,


jika perlu
H : pemberian asam mefenamat
500 MG / 3x 1/ tab oral
2 Senin, 14 Gangguan persepsi Observasi
Oktober sensori 1. Mengkaji keluhan yang
2019 Pukul (pendengaran) dirasakan klien

33
11.20 berhubungan dengan H : pasien mengatakan
WITA fungsi pendengaran merasakan nyeri pada telinga
menurun ditandai dan pendengarannya menurun
dengan lubang 2. Mengkaji ketajaman
telinga terlihat kotor, pendengaran pasien
dan ketika berbicara H : pasien mengatakan
harus menggunakan ketajaman pendengarannya
intonasi yang keras menurun
Edukasi
.
1. Menganjurkan klien untuk
membersihkan telinga secara
teratur dan rutin
H : pasien mengerti
Kolaborasi
1. Berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan dalam
penatalaksanaan terapi
H : pemberian terapi dengan
irigasi telinga
3. Senin, 14 Defisit pengetahuan Observasi
Oktober berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
2019 Pukul kurang mengetahui kemampuan menerima
11.30 cara membersihkan informasi
WITA telinga yang benar H : pasien mengatakan siap
ditandai dengan menerima informasi
pasien tidak tahu Terapeutik
cara membersihkan 1. Menyediakan materi dan
telinga yang benar, media pendidikan kesehatan
pasien jarang 2. Memberikan kesempatan

34
membersihkan untuk bertanya
telinganya Edukasi
1. Menjelaskan factor risiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan
H : pasien mulai mengerti
2. Mengajarkan perilaku hidup
bersh dan sehat
H : pasien mengerti

EVALUASI KEPERAWATAN

N NO
HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI PARAF
O DX
1 Senin, 14 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan skala nyeri 5
Pukul 11.35 WITA O : pasien nampak meringis
1
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

35
2 Senin, 14 Oktober 2019 S : pasien mengatakan merasakan nyeri pada
Pukul 11.40 WITA telinga dan pendengarannya menurun
O : Pasien nampak berbicara dengan intonasi
2
keras saat berbicara dengan orang lain
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

3. Senin, 14 Oktober 2019 S : pasien mengatakan siap menerima


Pukul 12.00 WITA informasi
3 O : Pasien nampak mulai mengerti
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

BAB III

PENUTUP

A. Kesmipulan
Gangguan pendengaran merupakan suatu permasalahan yang dapat terjadi
pada setiap umur dan menyebabkan seseorang sulit berkomunikasi verbal.
Serumen obsturan atau kotoran telinga adalah produk kelenjar sebasea yang
apokrin yang ada pada kulit liang telinga dalam kondisi menumpuk dan keras.
Pengerasan serumen atau kotoran telinga ini lebih sering terjadi pada anak-anak

36
dan orang dewasa atau remaja. Sebenarnya fungsi utama serumen ini adalah
untuk menghalangi serangga yang masuk kedalam tubuh kita, namun serumen
tidak bersifat anti jamur dan anti bakteri
B. Saran
Penggunaan cotton bud tidak dapat membersihkan serumen secara
sempurna, sebagian akan tertinggal dan akan menyebabkan terjadinya
penumpukan serumen jika tidak dikeluarkan semua. Faktor predisposisi
terjadinya serumen obsturan adalah persepsi dan cara yang salah
dalam membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud Serumen dapat
keluar sendiri dari kanalis akustikus eksterna akibat migrasi epitel kulit
yang bergerak dari arah membran menuju ke luar serta dibantu gerakan
rahang sewaktu mengunyah. Jadi jangan menggunakan cotton bud.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R., & Choiruna, H. P. (2020). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Terbentuknya Serumen Obsturan di RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kandangan. Nerspedia Journal, 2(April), 69–76.

Asri, P. M., Naftali, Z., & Marliyawati, D. (2018). Hubungan antara penggunaan
cotton bud dengan serumen obsturan. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2),
892–905. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/20760

37
Istiqomah, S. N., & Imanto, M. (2019). Hubungan Gangguan Pendengaran dengan
Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Majority, 8(2), 234–239.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2477

Jannah, Fina, K., Saraswati, L, D., Musyassaroh, M., & Udiyono, A. (2018).
Gambaran Faktor Predisposisi Impaksi Serumen Pada Siswa SMP di Wilayah
Kerja Puskesmas Bandarhajo. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 253–259.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19877

Limijadi, E. K. S., Ningrum, F. H., WSK, L. P., Lintang, S. K. (2020). Pelayanan


pemeriksaan kesehatan telinga hidung tenggorokan pada anak sekolah dasar di
pedesaan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin, 4(1), 12–19.
https://doi.org/https://doi.org/10.36341/jpm.v.4i1.1436

Martini, E., Probandari, A., & Pratiwi, D. (2017). Skrining dan Edukasi Gangguan
Pendengaran pada Anak Sekolah. IJMS-Indonesian Journal on Medical Science,
4(1), 110–118. http://www.ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/view/103

Sutejo. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip Dan Praktek Asuhan


Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Press.

Yulianingsih Kodim. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Trans Info Media.

Yuliyani, E. A., Setyorini, R. H., & Triani, E., Yudhanto, D., & Ajmala, I. E. (2020).
Pemeriksaan Telinga Hidung Tenggorok Pada Siswa SDN 16 Mataram. Jurnal
PEPADU, 1(3), 349–353.
http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/jurnalpepadu/article/view/120

Yuliyani, E. A., Yudhanto, D., & Setyorini, R. H. (2019). Penyuluhan Tentang


Kesehatan Telinga Pada Siswa Sekolah dasar. Prosiding PEPADU,
1(September), 308–311.
http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/prosidingpepadu/article/view/47

38
Zachreini, I., Rahayu, M. S., & Sawitri, H. (2018). Uji Banding Efektivitas H2O 3%,
dan Larutan Campuran H2O2 3 % dan Madu 1:1 Sebagai Seruminolitik Secara
Dilatometri. AVERROUS, 2(2), 82–88.
http://repository.unimal.ac.id/id/eprint/3405

39

Anda mungkin juga menyukai