Anda di halaman 1dari 7

Uji Banding Efektivitas H2O2 3%, dan Larutan Campuran H2O2 3% dan Madu 1:1

UJI BANDING EFEKTIVITAS H2O2 3%, DAN LARUTAN


CAMPURAN H2O2 3% DAN MADU 1:1 SEBAGAI
SERUMINOLITIK SECARA DILATOMETRI

Indra Zachreini1, Mulyati Sri Rahayu2, Harvina Sawitri3, Fachraniah4


1Bagian Ilmu THT, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara
2Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara

3Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Universitas Malikussaleh, Aceh Utara


4Jurusan Teknik Kimia, Politehnik Negeri Lhokseumawe

Corresponding author: indrazachreini@yahoo.com

Abstrak
Serumen adalah campuran material sebasea dan sekresi apokrin dari kelenjar
seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.Menurut data
World Health Organizationtahun 2007, insidensi serumen obsturan di Indonesia
sebesar 13% dan menempati urutan kedua terbanyak di Asia Tenggara.Serumen
obsturan tipe kering dan keras, memerlukan seruminolitik sebelum dilakukan
tindakan ekstraksi.Terdapat 2 jenis serumenolitik yaitu solutio aqueos dan solutio
organic. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan mengukur kerapatan
massaserumen menggunakan metode dilatometri pada serumen yang dilarutkan
dengan H2O2 3%, dan larutan campuran H2O2 3% dan madu perbandingan 1:1.
Dilakukan analisa kerapatan massa serumen berdasarkan perbandingan massa
serumen per volume serumen dalam masing-masing larutan. Hasil penelitian
diperoleh, larutan campuran H2O2 3% dan madu dengan perbandingan
1:1mempunyai kerapatan massa serumen lebih rendah dibanding larutan H2O2
3% sebagai serumenolitik , namun secara statistik tidak terdapat perbedaan
bermakna kerapatan massa serumen antara larutan H2O2 3% dengan larutan
campuran H2O2 3% dan madu perbandingan 1:1.
Kata Kunci: H2O2 3%; madu; 1:1; serumenolitik; dilatometri.

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 87


Indra Zachreini, Mulyati Sri Rahayu, Harvina Sawitri, Fachraniah

Comparative Test of Effectiveness H2O2 3%, and Mixed Solution of


H2O2 3% and Honey 1:1 as Seruminolytic using Dilatometry

Abstract
Cerumen is compound of cebacea material and secreted apocrine produced
bycerumenous gland which united with desquamation of ephitelial and hair.
World Health Organization in 2007 declared 13% of incidence rate related to
impacted cerumen in Indonesia and ranks as the second highest disorder in
Southeast Asia. Cerumenolytics is used prior to cerumen extraction for both type
of impacted cerumen.. There are 2 types of cerumenolytics, such as aqueos solution
and organic solution.This was an experimental stydy performed by measuring
density of impacted cerumen using dilatometry method, each dissolved by H2O2
3% solution and mixture of H2O2 3% and honey at 1:1 ratio. Mass density of
cerumen was analyzed based on ratio of cerumen mass to its culume in each
solution.The result showed mixture of H2O23% and honey 1:1 ratio had lower
density of cerumen mass compared to H2O2 3% solution. There was no
significantdifferent of mass density betweenH2O23% solution solely and mixtureof
H2O2 3% and honey at 1: 1 ratio statistically. (p>0,05).
Keywords: H2O2 3%; honey; 1:1; cerumenolytics; dilatometry

88 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh


Uji Banding Efektivitas H2O2 3%, dan Larutan Campuran H2O2 3% dan Madu 1:1

Pendahuluan siklus HMG-KoA reduktase yaitu skualan


Serumen adalah campuran material dan lanosterol. Perbedaan tipe serumen
sebasea dan sekresi apokrin kelenjar dipengaruhi oleh single nucleotide
seruminosa yang bersatu dengan epitel polymorphism pada ATP-binding cassette C-11
deskuamasi dan rambut.1Serumen obsturan gene.8
(impacted cerumen) adalah kumpulan kotoran Tindakan mengeluarkan serumen
yang membentuk massa padat dan dapat dilakukan dengan berbagai cara
menempel pada dinding meatus akustikus.2 seperti dengan metode irigasi, penghisapan,
Kotoran ini terbentuk dari hasil campuran aplikator dengan ujung kapas dan metode
sekresi kelenjar seruminosa dan sebasea ekstraksi menggunakan alat pengait kotoran
serta deskuamasi epitel kulit bagian liang telinga. Serumen tipe kering dan keras
telinga bagian kartilago.3 Serumen terdapat dilunakkan lebih dahulu dengan
dibagian sepertiga luar meatus akustikus seruminolitik yang bertujuan untuk
eksternus dan secara fisiologis akan keluar mengurangi kesukaran pengeluaran
sedikit demi sedikit akibat migrasi epitel serumen, serta rasa sakit dan trauma pada
kulit yang bergerak dari arah membran liang telinga. Terdapat 2 jenis seruminolitik
timpani menuju luar liang telinga pada saat yaitu solutio aqueos dan solutio organic.Solutio
mandibular digerakkan ketika mengunyah, aqueos dengan penyusun air dapat
menelan, berbicara dan lain-lain.1 Serumen melunakkan serumen seperti sodium
dibagi menjadi 2 jenis yaitu tipe basah dan bicarbonate 10% BPC, H2O23%, asam asetat
tipe kering. Serumen tipe kering dibagi lagi 2%, kombinasi aluminium asetat 0,5% dan
menjadi 2 jenis yaitu tipe lunak dan tipe benzetonium chloride 0,03%. Solutio organic
keras .4 dengan penyusun minyak berfungsi sebagai
Angka insiden serumen obsturan di lubrikan dan tidak berefek mengubah
Indonesia menurut World Health integritas keratin skuamosa, seperti
Organization (WHO) tahun 2007 sebesar carbamide peroxide 6,5% dan glycerine.
13% dan merupakan urutan terbanyak Berbagai larutan organik seperti propylene,
kedua di negara-negara Asia Tenggara.5 glycerol, almond oil, mineral oil, baby oil, olive
Terjadinya penumpukan serumen ini dapat oil dan larutan natrium dokusat sebagai
diakibatkan karena ketidakmampuan active ingredient.6
pemisahan korneosit di stratum korneum Madu merupakan larutan yang dapat
sehingga serumen tidak mengalami migrasi. berfungsi sebagai lubrikan. Komponen
Ketidakmampuan ini dapat disebabkan oleh terbesar larutan madu adalah karbohidrat
hilangnya keratinocyte attachment destroying sebanyak 75% dan air berkisar 15-25%. Jenis
substance (KADS) yang berfungsi sebagai karbohidrat paling dominan dalam madu
pemecah serumen menjadi bagian-bagian adalah levulosa dan dekstrosa, mencakup
kecil serta mendeskuamasikan serumen.6 85%-90% dari total karbonhidrat, sisanya
Faktor lain yang mempengaruhi terdiri dari disakarida dan oligosakrida.
terbentuknya serumen obsturan adalah Selain itu, , dalam madu juga terdapat
steroid sulfatase yaitu enzim arylsulfatase-C mineral seperti magnesium, kalium,
yang terdapat pada epitel kanalis akustikus potassium, sodium, klorin, sulfur, besi dan
eksternus. Enzim ini membantu proses fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1,
deskuamasi sel epidermal dan proses B2, B3,B6 dan vitamin C.9,10
pemisahan keratosit serta terjadinya migrasi Berbagai metode digunakan untuk
ke arah luar liang telinga.7Komponen utama mengukur efektifitas seruminolitik seperti
dari serumen merupakan hasil akhir dari spektrofotometri (mengukur panjang
gelombang cahaya suatu larutan),

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 89


Indra Zachreini, Mulyati Sri Rahayu, Harvina Sawitri, Fachraniah

densitometri (mengukur kepekatan suatu aluminium foil dan disimpan dalam lemari
larutan), picnometri (mengukur kerapatan pendingin.
massa dalam suatu larutan pada suhu Pemeriksaan kerapatan massa serumen
tertentu) dan dilatometri. Dilatometri adalah dalam larutan dapat diketahui dari
metode pengukuran kerapatan suatu berat perbandingan massa serumen dibagi
massa dibagi volume massa dalam suatu volume serumen dalam larutan (ρ =
larutan (ρ = m/v). Metode ini menilai m/v).Sebagai contoh penghitungan
efektifitas suatu larutan dalam memecahkan kerapatan massa serumen dalam larutan
suatu massa dengan mengukur tingkat yang diuji, larutan H2O2 3% adalah:
kerapatan suatu massa.11Sampai saat ini pertama-tama diukur berat tabung
belum ada publikasi penelitian larutan dilatometer kosong, didapat nilai
madu sebagai serumenolitik maupun a,kemudian ditambah bahan larutan yang
penelitian serumenolitik dengan diuji seperti H2O2 3%sehingga berat
menggunakan metode dilatometri. menjadi b. Massa H2O2 3% dalam larutan
adalah: b - a = c. Volume madu = volume
Metode dilatometer yaitu 5 ml, sehingga kerapatan
Besar Sampel (rho) madu adalah: c/5 = d. Selanjutnya
dilakukan lagi penimbangan dilatometer
Besar sampel pada penelitian ini
ditambah massa serumen, didapat nilai e,
dihitung dengan menggunakan rumus besar
maka massa serumen adalah: e - a = f. Massa
sampel eksperimental dari Frederer yaitu:
serumen dalam tabung dilatometer tersebut
(n-1)(t-1)>15, dimana n adalah jumlah
ditambahkan madu sampai penuh dan
sampel tiap kelompok perlakuan dan t
dibiarkan selama 10 menit kemudian
adalah jumlah kelompok perlakuan. Dari
ditimbang lagi sehingga massa madu
rumus diatas dilakukan perhitungan besar
adalah: g - e = h. Volume madu = massa
sampel denganjumlah perlakuan 2 (t=2),
madu/rho madu = h/d = i. Volume
didapati 6 sampel penelitian, sehingga
serumen = volume dilatometer – volume
dibutuhkan minimal 12 sampel pada
madu yaitu: 5 – i = j. Akhirnya kerapatan
penelitian ini.
(rho) serumen adalah massa
Alat dan Bahan serumen/volume serumen yaitu: f/j =
k.Pengukuran ini dilakukan pengulangan
Alat yang digunakan adalah disposable
sebanyak 6 kali. Demikian juga dengan
syringe 5 ml, pinset, pengukur waktu
pengukuran bahan lain yaitu larutanH2O2
(stopwatch), neraca analitik digital (Mettler
3% dan madu perbandingan 1:
Toledo®AB204-S/FACT) dan tabung
dilatometer (Pyrex© 5 ml). Bahan penelitian Hasil Penelitian
massa serumen tipe kering dan keras,
Analisis univariat
larutan H2O2 3% dan larutan campuran
madu dengan H2O23% perbandingan 1:1. Data lengkap perhitungan hasil
kerapatan massa serumen berupa rata-rata
Cara Kerja (mean) dan simpangan baku (standar
Penelitian dilakukan di Laboratorium deviasi/SD) pada masing- masing
Teknik Kimia Politeknik Lhokseumawe kelompok perlakuan dapat dilihat pada
pada bulan September 2015.Massa serumen tabel 1.
yang berasal dari penderita serumen
obsturan dikumpul dan dimasukkan dalam
botol kaca gelap, kemudian dibungkus

90 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh


Uji Banding Efektivitas H2O2 3%, dan Larutan Campuran H2O2 3% dan Madu 1:1

Tabel 1 Rerata dan simpangan bakukerapatan massaserumen


Kerapatan Massa Serumen
Kelompok Jumlah Sampel
(Mean ± SD)
P1 6 0,580 ± 0,279
P2 6 0,578 ± 0,245

Keterangan: Analisis bivariat


P1 : larutan H2O2 3% Sebelum dilakukan analisis,
P2 : larutan campuran madu dan H2O2 dilakukan uji normalitas data kerapatan
3% 1:1 massa serumen dengan uji Shapiro-Wilk.
Hasil uji normalitas kerapatan massa
Berdasarkan tabel 1, kerapatan massa
serumen dapat dilihat pada tabel 2.
serumen paling rendah didapatkan pada
kelompok P2 sebagai kelompok dengan
perlakuan larutan campuran H2O2 3% dan
madu dengan perbandingan 1:1.

Tabel 2. Uji Normalitas

KerapatanMassa Serumen
Kelompok Jumlah Sampel p value
(Mean ± SD)

P1 6 0,580 ± 0,279 0,574


P2 6 0,578 ± 0,245 0,065

Hasil uji normalitas menunjukkkan anova satu arah. Hasil uji anova kerapatan
kerapatan massa serumen berdistribusi massa serumen dapat dilihat pada lampiran
normal (p>0,05), dan dilanjutkan analisis tabel 3.
data dengan uji statistik parametrik yaitu uji

Tabel 3. Uji one way Anova

KerapatanMassa Serumen
Kelompok Jumlah Sampel p value
(Mean ± SD)

P1 6 0,580 ± 0,279
0,000
P2 6 0,578 ± 0,245

Berdasarkan uji anova satu larutan H2O2 3% dengan larutan campuran


arah,diperoleh nilai p=0,000. H hal ini H2O2 3% dan madu perbandingan 1: 1
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dimana nilai p > 0,05.
yang bermakna di antara kelompok
perlakuan (p<0,05). Untuk mengetahui Pembahasan
perbedaan di antara kelompok–kelompok Berdasarkan hasil penelitian ini didapat
yang bermakna selanjutnya dilakukan uji bahwa larutan campuran H2O2 3% dan
Least Significance Different.(LSD) . madu dengan perbandingan 1:1 mempunyai
Diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan nilai kerapatanlebih rendah dibanding
bermakna kerapatan massa serumen antara larutan H2O2 3 %.Penelitian Suprihati

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 91


Indra Zachreini, Mulyati Sri Rahayu, Harvina Sawitri, Fachraniah

(1991) mendapatkan bahwa pelarut serumen H2O2 3% dibanding campuran madu dan
yang paling efektif secara invitro adalah H2O2 3% perbandingan 1:1
karbonas gliserin, kemudian disusul
berturut-turut olium olivarum, hidrogen Kepustakaan
peroksida, borak gliserin, akuades, 1. Adam GL, Boeis LR, Highler PA,
trietanolamin dan olium cocos. 12 Hasil 1997.BOEIS Buku Ajar Penyakit THT
penelitian Soewito (1996) mendapatkan (BOEI Fundamentals of
terdapat perbedaan bermakna efektifitas Otolaryngology). Edisi 6, Jakarta, EGC.
larutan natrium dokusat dibanding larutan 2. Dorland, 2010. Kamus Kedokteran
sodium karbonat 5% dan gliserin sebagai Dorland. Edisi 13, Jakarta, EGC.
seruminolitik.13 3. Chai TJ and Chai TC, 1980.Bactericidal
Berdasarkan hasil penelitian ini tidak activity of wet serumen.
terdapat perbedaan bermakna efektifitas Ann.Otol.Rhinol.Laryngol. 93:183-186.
seruminolitik antara larutan H2O2 3% 4. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD,
dibanding larutan campuran madu dan 2006.Head & Neck Surgery
H2O2 3% perbandingan 1:1.Hal ini dapat Otolaryngology.4 Edition. Germany:
th

terjadi oleh karena perbedaan golongan Lippincot Williams & Wilkins.


antar larutan H2O2 3% dengan madu.Madu 5. World Health Organization, 2007.
merupakan golongan solutio organic dengan Situation Review and Update on
penyusun minyak yang tidak berefek Deafness, Hearing Loss and
mengubah integritas keratin skuamosa dan Intervention Programmes. Regional
tidak larut dalam larutan H2O2 3% yang Office for South East Asia.
merupakan golongan solutio aqueos dengan 6. Hawke, Michael, 2007. Update on
penyusun air.6 Cerumen and Ceruminolytics. Diakses
Larutan H2O2 3% atau dikenal sebagai tanggal 17 Juli 2011;
hidrogen peroksida merupakan asam lemah http://www.ENTJournal.com/search.
yang mempunyai efek oksidasi yang htm.02/20/2007
kuat.Larutan ini mampu menurunkan 7. Rajagopalan R, 2006. Role of Impacted
kerapatan massa serumen dengan proses Cerumen in Hearing Loss.ENT Journal.
oksidasi didalam massa serumen sehingga 8. Yoshiura K, Kinoshita A, Ishida T, et al,
serumen hancur menjadi bagian-bagian 2006. A SNP in the ABCC11 Gene is the
kecil. Madu, - dengan komposisi utamanya Determinant of Human Earwax Type.
levulosa dan dekstrosa-, dapat menurunkan Diakses tanggal 17 Juli 2011;
kerapatan massa serumen karena cairan www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16444
madu meresap kedalam serumen sehingga 273
serumen melunak. Konsistensinya 9. Sihombing DTH, 2008. Ilmu Ternak
menyerupai minyak sehingga madu dapat Lebah Madu, Yogyakarta, Gadjah
juga berfungsi sebagai lubrikan. Mada University Press.
10. Sarwono B, 2010. Kiat Mengatasi
Kesimpulan masalah Praktis Lebah Madu. Jakarta,
1. Larutan campuran H2O23% dan madu Agromedia Pustaka.
perbandingan 1:1 mempunyai tingkat 11. Sukardjo, 1998. Kimia Fisika. Penerbit
kerapatan massaserumen lebih rendah Erlangga, Jakarta.
dibandinglarutan H2O2 3%. . 12. Suprihati, 1991. Serumen, Komposisi
2. Tidak terdapat perbedaan bermakna dan Uji Laboratoris Berbagai Zat
efektifitas seruminolitik antara larutan Pelarut.Karya akhir program

92 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh


Uji Banding Efektivitas H2O2 3%, dan Larutan Campuran H2O2 3% dan Madu 1:1

pendidikan dokter spesialis. Karbonat 5% dan Gliserin.Kumpulan


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. naskah ilmiah Pertemuan Ilmiah
13. Soewito, Rianto BUD, Wardani, 1996. Tahunan PERHATI, Batu Malang.
WaxolR Sebagai Serumenolisis
Dibandingkan Dengan Sodium

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 93

Anda mungkin juga menyukai