Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Obstruksi Serumen

Oleh : Yusnaeni Y, S.Kep., Ns., M.Kep

SISTEM SENSORI PERSEPSI


“OBSTRUKSI SERUMEN”

OLEH :
KELOMPOK III
SITTI KHADJIRAH (NH0220031) MARWATI (NH0220038)
SRI WAHYUNI (NH0220032) NUR ANA (NH0220039)
ZULFATMA (NH0220033) NUR AYU (NH0220040)
ANNISA AULIA TENRY (NH0220034 ) RISKA AULIA (NH0220041)
HUSNUL KHATIMAH (NH0220035) RISMAWATI (NH0220042)
INDAH SARI (NH0220036) HARMAYANI HAKIM (NH0220043)
JULIANA (NH0220037) INDAH PRATIWI (NH0220044)
SARWIN MAHMUD (NH0220045)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 1


Uji Banding Efektivitas H2O2 3%, dan Larutan Campuran H2O2 3% dan Madu 1:1

UJI BANDING EFEKTIVITAS H2O2 3%, DAN


LARUTAN CAMPURAN H2O2 3% DAN MADU 1:1
SEBAGAI SERUMINOLITIK SECARA DILATOMETRI

Indra Zachreini1, Mulyati Sri Rahayu2, Harvina Sawitri3, Fachraniah4


1BagianIlmu THT, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara
2Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara

3Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Universitas Malikussaleh, Aceh Utara


4Jurusan Teknik Kimia, Politehnik Negeri Lhokseumawe

Corresponding author: indrazachreini@yahoo.com

Abstrak
Serumen adalah campuran material sebasea dan sekresi apokrin dari kelenjar
seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.Menurut data
World Health Organizationtahun 2007, insidensi serumen obsturan di Indonesia
sebesar 13% dan menempati urutan kedua terbanyak di Asia Tenggara.Serumen
obsturan tipe kering dan keras, memerlukan seruminolitik sebelum dilakukan
tindakan ekstraksi.Terdapat 2 jenis serumenolitik yaitu solutio aqueos dan solutio
organic. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan mengukur kerapatan
massaserumen menggunakan metode dilatometri pada serumen yang dilarutkan
dengan H2O2 3%, dan larutan campuran H 2O2 3% dan madu perbandingan 1:1.
Dilakukan analisa kerapatan massa serumen berdasarkan perbandingan massa
serumen per volume serumen dalam masing-masing larutan. Hasil penelitian
diperoleh, larutan campuran H2O2 3% dan madu dengan perbandingan
1:1mempunyai kerapatan massa serumen lebih rendah dibanding larutan H2O2
3% sebagai serumenolitik , namun secara statistik tidak terdapat perbedaan
bermakna kerapatan massa serumen antara larutan H2O2 3% dengan larutan
campuran H2O2 3% dan madu perbandingan 1:1.

Kata Kunci: H2O2 3%; madu; 1:1; serumenolitik; dilatometri.

2 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh


Uji Banding Efektivitas H2O2 3%, dan Larutan Campuran H2O2 3% dan Madu 1:1

Comparative Test of Effectiveness H2O2 3%, and Mixed Solution of


H2O2 3% and Honey 1:1 as Seruminolytic using Dilatometry

Abstract
Cerumen is compound of cebacea material and secreted apocrine produced
bycerumenous gland which united with desquamation of ephitelial and hair.
World Health Organization in 2007 declared 13% of incidence rate related to
impacted cerumen in Indonesia and ranks as the second highest disorder in
Southeast Asia. Cerumenolytics is used prior to cerumen extraction for both type
of impacted cerumen.. There are 2 types of cerumenolytics, such as aqueos solution
and organic solution.This was an experimental stydy performed by measuring
density of impacted cerumen using dilatometry method, each dissolved by H 2O2
3% solution and mixture of H2O2 3% and honey at 1:1 ratio. Mass density of
cerumen was analyzed based on ratio of cerumen mass to its culume in each
solution.The result showed mixture of H2O23% and honey 1:1 ratio had lower
density of cerumen mass compared to H2O2 3% solution. There was no
significantdifferent of mass density betweenH2O23% solution solely and mixtureof
H2O2 3% and honey at 1: 1 ratio statistically. (p>0,05).

Keywords: H2O2 3%; honey; 1:1; cerumenolytics; dilatometry


Pendahuluan siklus HMG-KoA reduktase yaitu skualan
Serumen adalah campuran material dan lanosterol. Perbedaan tipe serumen
sebasea dan sekresi apokrin kelenjar dipengaruhi oleh single nucleotide
seruminosa yang bersatu dengan epitel polymorphism pada ATP-binding cassette C-11
deskuamasi dan rambut.1Serumen obsturan gene.8
(impacted cerumen) adalah kumpulan kotoran Tindakan mengeluarkan serumen
yang membentuk massa padat dan dapat dilakukan dengan berbagai cara
menempel pada dinding meatus akustikus. 2 seperti dengan metode irigasi, penghisapan,
Kotoran ini terbentuk dari hasil campuran aplikator dengan ujung kapas dan metode
sekresi kelenjar seruminosa dan sebasea ekstraksi menggunakan alat pengait kotoran
serta deskuamasi epitel kulit bagian liang telinga. Serumen tipe kering dan keras
telinga bagian kartilago.3 Serumen terdapat dilunakkan lebih dahulu dengan
dibagian sepertiga luar meatus akustikus seruminolitik yang bertujuan untuk
eksternus dan secara fisiologis akan keluar mengurangi kesukaran pengeluaran
sedikit demi sedikit akibat migrasi epitel serumen, serta rasa sakit dan trauma pada
kulit yang bergerak dari arah membran liang telinga. Terdapat 2 jenis seruminolitik
timpani menuju luar liang telinga pada saat yaitu solutio aqueos dan solutio organic.Solutio
mandibular digerakkan ketika mengunyah, aqueos dengan penyusun air dapat
menelan, berbicara dan lain-lain.1 Serumen melunakkan serumen seperti sodium
dibagi menjadi 2 jenis yaitu tipe basah dan bicarbonate 10% BPC, H2O23%, asam asetat
tipe kering. Serumen tipe kering dibagi lagi 2%, kombinasi aluminium asetat 0,5% dan
menjadi 2 jenis yaitu tipe lunak dan tipe benzetonium chloride 0,03%. Solutio organic
keras .4 dengan penyusun minyak berfungsi sebagai
Angka insiden serumen obsturan di lubrikan dan tidak berefek mengubah
Indonesia menurut World Health integritas keratin skuamosa, seperti
Organization (WHO) tahun 2007 sebesar carbamide peroxide 6,5% dan glycerine.
13% dan merupakan urutan terbanyak Berbagai larutan organik seperti propylene,
kedua di negara-negara Asia Tenggara.5 glycerol, almond oil, mineral oil, baby oil, olive
Terjadinya penumpukan serumen ini dapat oil dan larutan natrium dokusat sebagai
diakibatkan karena ketidakmampuan active ingredient.6
pemisahan korneosit di stratum korneum Madu merupakan larutan yang dapat
sehingga serumen tidak mengalami migrasi. berfungsi sebagai lubrikan. Komponen
Ketidakmampuan ini dapat disebabkan oleh terbesar larutan madu adalah karbohidrat
hilangnya keratinocyte attachment destroying sebanyak 75% dan air berkisar 15-25%. Jenis
substance (KADS) yang berfungsi sebagai karbohidrat paling dominan dalam madu
pemecah serumen menjadi bagian-bagian adalah levulosa dan dekstrosa, mencakup
kecil serta mendeskuamasikan serumen.6 85%-90% dari total karbonhidrat, sisanya
Faktor lain yang mempengaruhi terdiri dari disakarida dan oligosakrida.
terbentuknya serumen obsturan adalah Selain itu, , dalam madu juga terdapat
steroid sulfatase yaitu enzim arylsulfatase-C mineral seperti magnesium, kalium,
yang terdapat pada epitel kanalis akustikus potassium, sodium, klorin, sulfur, besi dan
eksternus. Enzim ini membantu proses fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1,
deskuamasi sel epidermal dan proses B2, B3,B6 dan vitamin C.9,10
pemisahan keratosit serta terjadinya migrasi Berbagai metode digunakan untuk
ke arah luar liang telinga.7Komponen utama mengukur efektifitas seruminolitik seperti
dari serumen merupakan hasil akhir dari spektrofotometri (mengukur panjang
gelombang cahaya suatu larutan),

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 89


densitometri (mengukur kepekatan suatu aluminium foil dan disimpan dalam lemari
larutan), picnometri (mengukur kerapatan pendingin.
massa dalam suatu larutan pada suhu Pemeriksaan kerapatan massa serumen
tertentu) dan dilatometri. Dilatometri adalah dalam larutan dapat diketahui dari
metode pengukuran kerapatan suatu berat perbandingan massa serumen dibagi
massa dibagi volume massa dalam suatu volume serumen dalam larutan (ρ =
larutan (ρ = m/v). Metode ini menilai m/v).Sebagai contoh penghitungan
efektifitas suatu larutan dalam memecahkan kerapatan massa serumen dalam larutan
suatu massa dengan mengukur tingkat yang diuji, larutan H2O2 3% adalah:
kerapatan suatu massa.11Sampai saat ini pertama-tama diukur berat tabung
belum ada publikasi penelitian larutan dilatometer kosong, didapat nilai
madu sebagai serumenolitik maupun a,kemudian ditambah bahan larutan yang
penelitian serumenolitik dengan diuji seperti H2O2 3%sehingga berat
menggunakan metode dilatometri. menjadi b. Massa H2O2 3% dalam larutan
adalah: b - a = c. Volume madu = volume
Metode
dilatometer yaitu 5 ml, sehingga kerapatan
Besar Sampel (rho) madu adalah: c/5 = d. Selanjutnya
Besar sampel pada penelitian ini dilakukan lagi penimbangan dilatometer
dihitung dengan menggunakan rumus besar ditambah massa serumen, didapat nilai e,
sampel eksperimental dari Frederer yaitu: maka massa serumen adalah: e - a = f. Massa
(n-1)(t-1)>15, dimana n adalah jumlah serumen dalam tabung dilatometer tersebut
sampel tiap kelompok perlakuan dan t ditambahkan madu sampai penuh dan
adalah jumlah kelompok perlakuan. Dari dibiarkan selama 10 menit kemudian
rumus diatas dilakukan perhitungan besar ditimbang lagi sehingga massa madu
sampel denganjumlah perlakuan 2 (t=2), adalah: g - e = h. Volume madu = massa
didapati 6 sampel penelitian, sehingga madu/rho madu = h/d = i. Volume
dibutuhkan minimal 12 sampel pada serumen = volume dilatometer – volume
penelitian ini. madu yaitu: 5 – i = j. Akhirnya kerapatan
(rho) serumen adalah massa
Alat dan Bahan serumen/volume serumen yaitu: f/j =
Alat yang digunakan adalah disposable k.Pengukuran ini dilakukan pengulangan
syringe 5 ml, pinset, pengukur waktu sebanyak 6 kali. Demikian juga dengan
(stopwatch), neraca analitik digital (Mettler pengukuran bahan lain yaitu larutanH2O2
Toledo®AB204-S/FACT) dan tabung 3% dan madu perbandingan 1:
dilatometer (Pyrex© 5 ml). Bahan penelitian
Hasil Penelitian
massa serumen tipe kering dan keras,
larutan H2O2 3% dan larutan campuran Analisis univariat
madu dengan H2O23% perbandingan 1:1. Data lengkap perhitungan hasil
kerapatan massa serumen berupa rata-rata
Cara Kerja (mean) dan simpangan baku (standar
Penelitian dilakukan di Laboratorium deviasi/SD) pada masing- masing
Teknik Kimia Politeknik Lhokseumawe kelompok perlakuan dapat dilihat pada
pada bulan September 2015.Massa serumen tabel 1.
yang berasal dari penderita serumen
obsturan dikumpul dan dimasukkan dalam
botol kaca gelap, kemudian dibungkus
Tabel 1 Rerata dan simpangan bakukerapatan massaserumen
Kerapatan Massa Serumen
Kelompok Jumlah Sampel
(Mean ± SD)
P1 6 0,580 ± 0,279
P2 6 0,578 ± 0,245

Keterangan: Analisis bivariat


P1 : larutan H2O2 3%
Sebelum dilakukan analisis,
P2 : larutan campuran madu dan H2O2
dilakukan uji normalitas data kerapatan
3% 1:1
massa serumen dengan uji Shapiro-Wilk.
Berdasarkan tabel 1, kerapatan massa Hasil uji normalitas kerapatan massa
serumen paling rendah didapatkan pada serumen dapat dilihat pada tabel 2.
kelompok P2 sebagai kelompok dengan
perlakuan larutan campuran H2O2 3% dan
madu dengan perbandingan 1:1.

Tabel 2. Uji Normalitas

KerapatanMassa Serumen
Kelompok Jumlah Sampel p value
(Mean ± SD)
P1 6 0,580 ± 0,279 0,574
P2 6 0,578 ± 0,245 0,065

Hasil uji normalitas menunjukkkan anova satu arah. Hasil uji anova kerapatan
kerapatan massa serumen berdistribusi massa serumen dapat dilihat pada lampiran
normal (p>0,05), dan dilanjutkan analisis tabel 3.
data dengan uji statistik parametrik yaitu uji

Tabel 3. Uji one way Anova

KerapatanMassa Serumen
Kelompok Jumlah Sampel (Mean ± SD) p value

P1 6 0,580 ± 0,279
P2 6 0,578 ± 0,245 0,000

Berdasarkan uji anova satu larutan H2O2 3% dengan larutan campuran


arah,diperoleh nilai p=0,000. H hal ini H2O2 3% dan madu perbandingan 1: 1
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dimana nilai p > 0,05.
yang bermakna di antara kelompok
perlakuan (p<0,05). Untuk mengetahui Pembahasan
perbedaan di antara kelompok–kelompok Berdasarkan hasil penelitian ini didapat
yang bermakna selanjutnya dilakukan uji
bahwa larutan campuran H2O2 3% dan
Least Significance Different.(LSD) .
madu dengan perbandingan 1:1 mempunyai
Diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan
nilai kerapatanlebih rendah dibanding
bermakna kerapatan massa serumen antara
larutan H2O2 3 %.Penelitian Suprihati
(1991) mendapatkan bahwa pelarut serumen H2O2 3% dibanding campuran madu dan
yang paling efektif secara invitro adalah
H2O2 3% perbandingan 1:1
karbonas gliserin, kemudian disusul
berturut-turut olium olivarum, hidrogen
Kepustakaan
peroksida, borak gliserin, akuades,
trietanolamin dan olium cocos.12 Hasil 1. Adam GL, Boeis LR, Highler PA,
penelitian Soewito (1996) mendapatkan 1997.BOEIS Buku Ajar Penyakit THT
terdapat perbedaan bermakna efektifitas (BOEI Fundamentals of
larutan natrium dokusat dibanding larutan Otolaryngology). Edisi 6, Jakarta, EGC.
sodium karbonat 5% dan gliserin sebagai 2. Dorland, 2010. Kamus Kedokteran
seruminolitik.13 Dorland. Edisi 13, Jakarta, EGC.
Berdasarkan hasil penelitian ini tidak 3. Chai TJ and Chai TC, 1980.Bactericidal
terdapat perbedaan bermakna efektifitas activity of wet serumen.
seruminolitik antara larutan H 2O2 3% Ann.Otol.Rhinol.Laryngol. 93:183-186.
dibanding larutan campuran madu dan 4. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD,
H2O2 3% perbandingan 1:1.Hal ini dapat 2006.Head & Neck Surgery
terjadi oleh karena perbedaan golongan Otolaryngology.4th Edition. Germany:
antar larutan H2O2 3% dengan madu.Madu Lippincot Williams & Wilkins.
merupakan golongan solutio organic dengan 5. World Health Organization, 2007.
penyusun minyak yang tidak berefek Situation Review and Update on
mengubah integritas keratin skuamosa dan Deafness, Hearing Loss and
tidak larut dalam larutan H2O2 3% yang Intervention Programmes. Regional
merupakan golongan solutio aqueos dengan Office for South East Asia.
penyusun air.6 6. Hawke, Michael, 2007. Update on
Larutan H2O2 3% atau dikenal sebagai Cerumen and Ceruminolytics. Diakses
tanggal 17 Juli 2011;
hidrogen peroksida merupakan asam lemah
http://www.ENTJournal.com/search.
yang mempunyai efek oksidasi yang
htm.02/20/2007
kuat.Larutan ini mampu menurunkan
7. Rajagopalan R, 2006. Role of Impacted
kerapatan massa serumen dengan proses
Cerumen in Hearing Loss.ENT Journal.
oksidasi didalam massa serumen sehingga
8. Yoshiura K, Kinoshita A, Ishida T, et al,
serumen hancur menjadi bagian-bagian
2006. A SNP in the ABCC11 Gene is the
kecil. Madu, - dengan komposisi utamanya
Determinant of Human Earwax Type.
levulosa dan dekstrosa-, dapat menurunkan
Diakses tanggal 17 Juli 2011;
kerapatan massa serumen karena cairan
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16444
madu meresap kedalam serumen sehingga
273
serumen melunak. Konsistensinya
9. Sihombing DTH, 2008. Ilmu Ternak Lebah
menyerupai minyak sehingga madu dapat
Madu, Yogyakarta, Gadjah Mada
juga berfungsi sebagai lubrikan.
University Press.
10. Sarwono B, 2010. Kiat Mengatasi
Kesimpulan
masalah Praktis Lebah Madu. Jakarta,
1. Larutan campuran H2O23% dan madu Agromedia Pustaka.
perbandingan 1:1 mempunyai tingkat 11. Sukardjo, 1998. Kimia Fisika. Penerbit
kerapatan massaserumen lebih rendah Erlangga, Jakarta.
dibandinglarutan H2O2 3%. . 12. Suprihati, 1991. Serumen, Komposisi
2. Tidak terdapat perbedaan bermakna dan Uji Laboratoris Berbagai Zat
efektifitas seruminolitik antara larutan Pelarut.Karya akhir program
pendidikan dokter spesialis. Karbonat 5% dan Gliserin.Kumpulan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. naskah ilmiah Pertemuan Ilmiah
13. Soewito, Rianto BUD, Wardani, 1996. Tahunan PERHATI, Batu Malang.
WaxolR Sebagai Serumenolisis
Dibandingkan Dengan Sodium

Anda mungkin juga menyukai