Anda di halaman 1dari 6

PERANAN 

 PERAWAT GIGI  DALAM  PEMELIHARAAN KESEHATAN 
GIGI DAN MULUT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 
(DISABLED CHILDREN)
I Gede Surya Kencana
Dosen Jurusan Keperawatan Gigi
 

Abstract

Dental health is one of the most important things for growing children. However, in
Indonesia, not many parents are concerned about the dental health of children, especially
in children with special needs. Children with special needs are children who have mental
disorders are like autism, Down syndrome and cerebral palsy, "children with special needs
have a higher risk of oral health problems. Dental nurse role in the maintenance of oral
health in children with special needs is the oral health examination as early as possible,
which made treatment plan should involve family or caregiver / person day-to-day help
patients with activities, Doing modification of diet on children with special needs is to
reducing diet kaarbohidrat and snack between meals and build method of oral health
maintenance realistic for each of each child with special needs

Keywords: Children with special needs; Dental nurse; maintenance of oral health

Pendahuluan gigi dan mulut pasien. Pasien-pasien


tertentu terkadang memiliki masalah
Kesehatan gigi merupakan salah satu sehubungan dengan usia, hambatan
hal terpenting bagi pertumbuhan anak. fisik, psikologis dan mental yang
Namun, di Indonesia tidak banyak orang tua menghambat kemampuan pasien
yang peduli akan kesehatan gigi anak, tersebut dalam mencapai status
terlebih pada anak dengan kebutuhan khusus kesehatan gigi yang optimal. Seseorang
(disabled children). “Mereka” (anak dengan hambatan fisik, psikologis dan
berkebutuhan khusus) adalah anak-anak mental seringkali diberi label ‘cacat’
yang mengalami gangguan mental seperi padahal sebetulnya mereka tidak mau
autis, down syndrome dan celebral palsy,” disebut cacat. Banyak pemberi jasa
anak berkebutuhan khusus memiliki resiko layanan kesehatan khususnya dokter
yang lebih tinggi akan masalah kesehatan gigi dan perawat gigi menolak untuk
gigi dan mulut. “Itu karena mereka memiliki memberikan pelayanan kesehatan
kekurangan dan keterbatasan mental kepada mereka padahal secara hukum
maupun fisik untuk melakukan pembersihan mereka mempunyai hak yang sama
gigi sendiri yang optimal. untuk mendapatkan pelayanan
Dalam melaksanakan profesinya kesehatan yang optimal. Pasien dengan
perawat gigi mempunyai kompetensi kebutuhan khusus tersebut memerlukan
sebagai dental hygienist yang berperan penanganan secara khusus pula hal ini
dalam upaya pemeliharaan kesehatan tentu saja berimbas kepada perawat gigi
 
 
Jurnal Kesehatan Gigi  Vo.2  No.2  ( Agustus, 2014)                                                                                          
260 
 
yang dituntut untuk dapat memberikan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui
pelayanan kesehatan gigi secara satuan pendidikan khusus, satuan
profesional. pendidikan umum, satuan pendidikan
Anak berkebutuhan khusus adalah kejuruan, dan/atau satuan pendidikan
anak dengan karakteristik khusus yang keagamaan. Pasal 133 ayat (4) menetapkan
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan
selalu menunjukan pada ketidakmampuan khusus dapat dilaksanakan secara
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk terintegrasi antarjenjang pendidikan
kedalam Anak Berkebutuhan Khusus dan/atau antarjenis kelainan. Adapun bentuk
(ABK) antara lain: tunanetra, tunarungu, satuan pendidikan/lembaga sesuai dengan
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
anak dengan gangguan kesehatan. istilah untuk tunarungu, SLB bagian C untuk
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa,
anak luar biasa dan anak cacat. Karena SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB
karakteristik dan hambatan yang dimiliki, bagian G untuk cacat ganda.
ABK memerlukan bentuk pelayanan Tunanetra adalah individu yang
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan memiliki hambatan dalam penglihatan.
kemampuan dan potensi mereka, contohnya tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam
bagi tunanetra mereka memerlukan dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan low vision. Definisi Tunanetra menurut
Braille dan tunarungu berkomunikasi Kaufman & Hallahan adalah individu yang
menggunakan bahasa isyarat. memiliki lemah penglihatan atau akurasi
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun penglihatan kurang dari 6/60 setelah
2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis dikoreksi atau tidak lagi memiliki
pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus penglihatan. Karena tunanetra memiliki
adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU keterbataan dalam indra penglihatan maka
No. 20 tahun 2003 memberikan batasan proses pembelajaran menekankan pada alat
bahwa Pendidikan khusus merupakan indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses harus diperhatikan dalam memberikan
pembelajaran karena kelainan fisik, pengajaran kepada individu tunanetra adalah
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki media yang digunakan harus bersifat taktual
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. dan bersuara, contohnya adalah penggunaan
Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan tulisan braille, gambar timbul, benda model
Khusus untuk peserta didik yang dan benda nyata. sedangkan media yang
berkelainan atau peserta didik yang bersuara adalah perekam suara dan peranti
memiliki kecerdasan luar biasa dapat lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
diselenggarakan secara inklusif atau berupa beraktivitas di sekolah luar biasa mereka
satuan pendidikan khusus pada tingkat belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas.
pendidikan dasar dan menengah. Jadi Orientasi dan Mobilitas diantaranya
Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang mempelajari bagaimana tunanetra
pendidikan dasar dan menengah. Untuk mengetahui tempat dan arah serta
jenjang pendidikan tinggi secara khusus bagaimana menggunakan tongkat putih
belum tersedia. Menurut pasal 130 (1) PP (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi alumunium)
peserta didik berkelainan dapat Tunarungu adalah individu yang
diselenggarakan pada semua jalur dan jenis memiliki hambatan dalam pendengaran baik
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar permanen maupun tidak permanen.
dan menengah. (2) Penyelenggaraan Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
 
 
Jurnal Kesehatan Gigi  Vo.2  No.2  ( Agustus, 2014)                                                                                          261 
 
gangguan pendengaran adalah:1) Gangguan Tunalaras adalah individu yang
pendengaran sangat ringan (27-40dB), 2) mengalami hambatan dalam mengendalikan
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras
3)Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), biasanya menunjukan prilaku menyimpang
4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB), yang tidak sesuai dengan norma dan aturan
5) Gangguan pendengaran ekstrem/tuli yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
(diatas 91dB). Karena memiliki hambatan disebabkan karena faktor internal dan faktor
dalam pendengaran individu tunarungu eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
memiliki hambatan dalam berbicara sekitar.
sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Kesulitan Belajar adalah individu yang
Cara berkomunikasi dengan individu memiliki gangguan pada satu atau lebih
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad kemampuan dasar psikologis yang
jari telah dipatenkan secara internasional mencakup pemahaman dan penggunaan
sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda- bahasa, berbicara dan menulis yang dapat
beda di setiap negara. saat ini dibeberapa memengaruhi kemampuan berfikir,
sekolah sedang dikembangkan komunikasi membaca, berhitung, berbicara yang
total yaitu cara berkomunikasi dengan disebabkan karena gangguan persepsi, brain
melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan
dan bahasa tubuh. Individu tunarungu afasia perkembangan. individu kesulitan
cenderung kesulitan dalam memahami belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas
konsep dari sesuatu yang abstrak rata-rata, mengalami gangguan motorik
Tunagrahita adalah individu yang persepsi-motorik, gangguan koordinasi
memiliki intelegensi yang signifikan berada gerak, gangguan orientasi arah dan ruang
dibawah rata-rata dan disertai dengan dan keterlambatan perkembangan konsep.
ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan. Pembahasan
klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada
tingkatan IQ.1) Tunagrahita ringan (IQ : 51- Masalah kesehatan gigi dan mulut yang
70), 2) Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), 3) sering dialami anak-anak berkebutuhan
Tunagrahita berat (IQ : 20-35), 4) khusus.
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). 1. Gigi berlubang (karies gigi) disebabkan
Pembelajaran bagi individu tunagrahita antara lain oleh kelainan bentuk dan struktur
lebih di titik beratkan pada kemampuan bina gigi(anomali), frekuensi muntah atau
diri dan sosialisasi. gastroesophangeal refluks, jumlah air ludah
Tunadaksa adalah individu yang kurang, pengobatan yang mengandung gula
memiliki gangguan gerak yang disebabkan atau diet khusus yang memerlukan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur pemberian susu botol yang diperpanjang dan
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau keterbatasan anak ataupun kemauan dari
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, orang-orang sekitar untuk membantu
amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat membersihkan gigi dan mulut secara rutin
gangguan pada tunadaksa adalah ringan setiap hari.
yaitu memiliki keterbatasan dalam 2. Penyakit jaringan penyangga gigi
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat (periodontal) seperti gusi berdarah,
ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu kegoyongan gigi dan karang gigi. Kondisi
memilki keterbatasan motorik dan ini disebabkan oleh kebersihan mulut yang
mengalami gangguan koordinasi sensorik, kurang diperhatikan karena ketidak-
berat yaitu memiliki keterbatasan total mampuan menggunakan sikat gigi dengan
dalam gerakan fisik dan tidak mampu benar, pola makan yang kurang baik dan
mengontrol gerakan fisik. efek samping dari obat-obatan yang
dikonsumsi. Radang pada jaringan
 
 
Jurnal Kesehatan Gigi  Vo.2  No.2  ( Agustus, 2014)                                                                                          262 
 
periodontal yang parah dapat penjaringan atau pemeriksaan secara
mengakibatkan anak kehilangan gigi. sederhana/sepintas dengan tujuan untuk
3. Maloklusi terjadi karena adanya mengumpulkan data dan dijadikan bahan
keterlambatan erupsi gigi, tidak ada benih pertimbangan dalam perencanaan pelayanan
gigi, gigi berlebih, gangguan fungsi kesehatan gigi dan mulut. Jenis pemeriksaan
hubungan otot-otot dalam mulut dan yang dapat dilakukan dalam hal ini, seperti :
periodontal sehingga rahang atas maju, OHI-S, DMF-T, def-t, dan lain-lain1.
gigitan terbuka dan gigitan silang. Bruksism Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada
(ngerot) pada penderita cerebral palsy anak berkebutuhan khusus sebaiknya
mengakibatkan gigi rahang atas maju ke dilakukan sedini mungkin sehingga dapat
depan. Untuk menangani bruksism dapat mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut
digunakan bite guard. anak dengan efektif dan efisien serta dapat
4. Bernafas melalui mulut (pernapasan menghindarkan tindakan yang dapat
mulut kronik) disebabkan oleh jalan nafas membahayakan khususnya pada pasien
yang lebih sempit sehingga anak dengan penyakit yang berat (medically
berkebutuhan khusus cenderung bernafas compromised patients) seperti pencabutan
melalui mulut. Pernafasan mulut kronis ini gigi, bedah periodontal dan lain-lain.
menyebabkan ukuran lidah membesar Penting untuk selalu melakukan informed
(makroglosia) dan permukaan lidah consent serta rujukan kepada dokter yang
beralur dalam dan kering sehingga menangani pasien tersebut untuk
menimbulkan bau mulut (halitosis) dan mengetahui tindakan apa saja di bidang
iritasi pada sudut bibir (angular cheilitis). kedokteran gigi yang boleh dan tidak boleh
Kondisi ini akan mempengaruhi fungsi dilakukan terhadap pasien tersebut.
bicara dan pengunyahan.
5. Trauma atau benturan sering terjadi pada 1. Rencana perawatan yang dibuat harus
anak-anak dengan gangguan psikososial dan melibatkan keluarga atau pengasuh/orang
perilaku karena jatuh ataupun kecelakaan. yang sehari-harinya membantu pasien
Perawat gigi sebagai dental hygenist beraktifitas. Rencana perawatan terhadap
merupakan anggota dari tim kesehatan gigi pasien juga harus melibatkan orang
yang salah satu tugasnya adalah memelihara tua/keluarga atau pengasuh yang sehari-
kesehatan gigi dan mulut pasiennya serta harinya membantu pasien melakukan
mencegah timbulnya penyakit gigi dan aktifitasnya. Terutama pada pasien
mulut. Pada perawatan pasien dengan dengan keterbatasan mental maupun
kebutuhan khusus ini seorang dental psikologis (mental retardasi). Mereka
hygienist dituntut untuk bersikap tidak dapat melakukan pemeliharaan
profesional serta memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulutnya tanpa
kepada pasiennya dengan bersikap empati, bantuan. Tugas perawat gigi untuk
benar-benar tulus dalam memberikan memberikan penyuluhan dan edukasi
perawatan. Khusus pada pasien yang kesehatan gigi dan mulut kepada orang
memiliki keterbelakangan mental, dibu- tua maupun pengasuh. Menurut
tuhkan kesabaran dan ketulusan lebih
Herijulianti, dkk³, penyuluhan kesehatan
sehingga pasien dapat bersikap kooperatif
gigi merupakan upaya-upaya yang
dalam perawatan kesehatan giginya.
dilakukan untuk merubah perilaku
Peranan perawat gigi dalam pemeliharaan
seseorang, sekelompok orang, maupun
kesehatan gigi dan mulut pada anak
masyarakat sedemikian rupa, sehingga
berkebutuhan khusus5 adalah:
memiliki kemampuan dan kebiasaan
berpola hidup sehat di bidang kesehatan
1. Pemeriksaan kesehatan gigi dan
gigi. Hal ini karena kadang-kadang
mulut sedini mungkin. Pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut pasien ini
Kebersihan Gigi dan Mulut, merupakan
 
 
Jurnal Kesehatan Gigi  Vo.2  No.2  ( Agustus, 2014)                                                                                          263 
 
kurang mendapatkan perhatian dari orang Saran
tua maupun pengasuh padahal kesehatan Anak berkebutuhan khusus memiliki
gigi dan mulut berpengaruh terhadap resiko yang lebih tinggi akan masalah
kualitas hidup pasien dengan kebutuhan kesehatan gigi dan mulut dibandingkan
khusus ini dengan anak yang normal. Hal itu karena
2. Melakukan modifikasi diet pada anak mereka memiliki kekurangan dan
berkebutuhan khusus yaitu dengan keterbatasan mental maupun fisik untuk
mengurangi diet karbohidrat dan snack melakukan pembersihan gigi sendiri yang
diantara waktu makan. Selain hal tersebut optimal. Untuk itu dapat disarankan bagi
pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut perawat gigi untuk dapat memberikan
pada anak berkebutuhan khusus dalam penyuluhan tentang pemeliharaan
hal ini meliputi : pembersihan plak kesehatan gigi, melakukan tindakan
dengan cara menyikat gigi, pembersihan preventiv dan kuratif sederhana gigi dan
karang gigi supra gingiva, kumur-kumur mulut bagi anak berkebutuhan khusus di
dengan larutan fluor, pengulasan fluor Sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB)
pada gigi, pengisian pit dan fisura gigi1.

3. Membuat metode pemeliharaan Daftar Pustaka


kesehatan gigi dan mulut yang realistik
bagi tiap tiap anak berkebutuhan khusus. 1. Depkes R.I., Tata Cara Kerja Pelayanan
Upaya Kuratif Sederhana dalam hal ini Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di
yang dapat dilakukan oleh seorang Puskesmas, Jakarta : Dirjen Yan Medik,
perawat gigi pada anak berkebutuhan Direktorat Kesehatan Gigi, 1995.
khusus adalah tindakan untuk 2. Gejir, I.N., Kencana, S., I.G, dan
menghilangkan rasa sakit, seperti : Widhiasti, N.M, 2013, Changing The
tindakan kegawatdaruratan, pencabutan Behaviour in Tooth Brushing in Students
gigi susu, penambalan tanpa merusak of Sixth Grade of SDN 6 Mas, Ubud,
jaringan (Atraumatic Restorative Gianyar, Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 1 (2)
Treatment/ ART), penumpatan dengan : 69 – 75.
glass ionomer, dan penambalan dengan 3. Herijulianti, E., Indriani, T.S., dan Artini,
amalgam1. S., Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta :
EGC, 2002.
4. Anonim, 2003, Anak Berkebutuhan Khusus
Smpulan Available:http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_b
erkebutuhan_khusus.
Berdasarkan pembahasan diatas 5. Yenni Hendriani, Praptiwi, 2009, Peranan
yaitu tentang peranan perawat gigi dalam Dental Hygienist dalam Pemeliharaan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada Kesehatan Gigi pada Pasien dengan
anak berkebutuhan khusus maka dapat Kebutuhan Khusus. Available
disimpulkan bahwa peranan perawat gigi http://yennihatori.wordpress.com/2009/08/22/.
untuk dapat meningkatkan status kesehatan
gigi dan mulut pada anak berkebutuhan
khusus melaui upaya-upaya promotif,
preventiv dan kuratif sederhana.

 
 
Jurnal Kesehatan Gigi  Vo.2  No.2  ( Agustus, 2014)                                                                                          264 
 
 

 
 
Jurnal Kesehatan Gigi  Vo.2  No.2  ( Agustus, 2014)                                                                                          
265 
 

Anda mungkin juga menyukai