KEPERAWATAN MATERNITAS
1. Persiapan Alat:
a. Catatan keperawatan
b. Alat untuk mencatat
c. Stetoskop mono aura/dopler
d. Thermometer
e. Pita pengukur
f. Stetoskop
g. Spigmmomanometer
h. Reflek hammer
i. Alat perineal hgiene: kom tutup berisi kapas lembab dalam tempatnya, bengkok, sarung
tangan, perlak dan pengalas.
j. Timbang berat badan dan pengukur tinggi badan
k. Penlight
l. Selimut
m. Jam detik
2. Persiapan Pasien
a. Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan
b. Menyarankan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemih
c. Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan (jika dibutuhkan)
d. Memperhatikan keadaan umum, emosi, postur ibu selama dilakukan pemeriksaan
LANGKAH-LANGKAH
1. Lakukan pemeriksaan keadaan umum & kesadaran klien. Apakah keadaan umum baik atau
sakit, kesadaran compos mentis/ penuh atau mengalami penurunan kesadaran
2. Periksa tanda- tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu serta ukur
berat badan ibu hamil dan tinggi badan ibu hamil
3. Pemeriksaan TTV tersebut menggunakan alat seperti spigmomanometer, stetoskop,
termometer, dan jam detik.
4. Kaji kesimetrisan kepala, rambut. Lihat apakah ada benjolan pada kepala ibu, apakah rambut
ibu mudah dicabut.
5. Kaji konjungtiva, sklera. Lihat apakah konjungtiva ibu anemis (pucat) atau tidak, sklera apakah
ikterik / kuning atau tidak
6. Kaji hidung, penciuman. Apakah hidung ibu ada massa, benjolan, apakah fungsi penciuman baik
atau tidak
7. Kaji bibir, gigi. Apakah membran mukosa bibir lembap atau kering, gigi apakah utuh atau ada
karies/bolong
8. Kaji telinga, mastoid. Apakah ada massa pada telinga, tulang mastoid ditekan apakah
mengalami nyeri tekan
9. Kaji adanya pembesaran KGB, thyroid. Apakah ibu hamil mengalami pembesaran Kelenjar Getah
Bening (KGB) atau kelenjar thyroid
10. Auskultasi jantung paru. Auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop pada Intracostae (ICS)
II kanan, II kiri, IV kiri. Auskultasi suara paru dengan menggunakan stetoskop pada paru kiri dan
kanan mulai ICS II kanan dan kiri, bandingkan apakah ada perbedaan suara antara paru kanan dan
paru kiri
11. Inspeksi kesimetrisan payudara, areola mamae & penonjolan puting susu. Kaji apakah payudara kiri
dan kanan simetris atau tidak, areola mamae apakah hitam atau tidak, apakah puting susu menonjol
keluar atau tidak. Jika puting susu ibu hamil menonjol ke dalam atau datar (inverted) maka anda
dianjurkan untuk mengajarkan ibu teknik hoffman yaitu teknik menekan areola mamae ke arah luar
pada seluruh lingkaran puting susu. Hal ini dimaksudkan agar puting susu ibu hamil dapat keluar
12. Palpasi seluruh area mamae & kaji pengeluaran kolostrum. Anda harus mengkaji, area mamae
diraba dengan menekan seluruh kuadran/ sisi. Payudara kiri dan kanan harus dikaji. Kaji adanya
pengeluaran ASI/ kolostrum. Namun sebelum anda mengkaji pengeluaran kolostrum/ ASI anda
harus menanyakan pada klien apakah ibu pernah mengalami keguguran atau tidak, apakah ibu
pernah mengalami persalinan prematur atau tidak. Jika ibu pernah mengalami keguguran atau
persalinan prematur, maka anda tidak dianjurkan untuk banyak memanipulasi/melakukan
pemeriksaan pada puting susu ibu. Hal ini dapat menyebabkan ibu mengeluarkan hormon oksitosin
sehingga dapat merangsang kontraksi uterus dan keguguran atau persalinan prematur.
13. Lakukan inspeksi abdomen. Lihat abdomen ibu hamil, lihat apakah terdapat linea nigra, striae
gravidarum. Jika ibu hamil sudah masuk ke trimester II atau III, maka anda dapat melanjutkan
pemeriksaan leopold
14. Lakukan manuver leopold 1. Sebelum anda melakukan pemeriksaan Leopold, anjurkan ibu untuk
BAK, agar ibu merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan. Kemudian posisikan ibu
supine/terlentang dengan satu bantal di bawah kepala & dengan posisi lutut fleksi/ menekuk.
Tempatkan gulungan handuk kecil di bawah pinggang kanan atau kiri klien untuk memindahkan
uterus jauh dari pembuluh darah mayor (untuk mencegah terjadinya sindrom hipotensi akibat
LPK Asy Sifaul Qolbi | 2
supine/ terlentang). Jika menggunakan tangan kanan, berdiri di sebelah kanan klien, lihat wajah
klien. Leopold I bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada fundus uterus ibu
hamil. Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat, keras, mudah digerakkan, maka bagian itu
adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut, agak melenting, maka bagian itu adalah bokong
janin. Jika bagian fundus itu teraba memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin.
Jika bagian fundus itu teraba bagianbagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin.
15. Lakukan manuver leopold 2. Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat
pada bagian kanan dan kiri uterus ibu hamil. Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat,
keras, mudah digerakkan, maka bagian itu adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut,agak
melenting, maka bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu teraba
memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin. Jika bagian kanan atau kiri itu teraba
bagian- bagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin.
16. Lakukan manuver leopold 3. Leopold III bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat
pada bagian presentasi/ bawah uterus ibu hamil Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat,
keras, mudah digerakkan, maka bagian itu adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut, agak
melenting, maka bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu teraba
memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin. Jika bagian kanan atau kiri itu teraba
bagian- bagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin. Jika saat anda palpasi hasilnya adalah
kepala, maka goyangkan bagian kepala janin tersebut, apakah kepala masih goyang atau terfiksasi.
Jika kepala masih dapat digoyangkan dengan tangan anda maka anda tidak perlu melakukan
pemeriksaan Leopold IV. Namun jika saat melakukan palpasi anda merasakan bahwa kepala tidak
dapat digoyangkan maka anda lanjutkan pemeriksaan ke Leopold IV.
17. Lakukan manuver leopold 4. Leopold IV bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepala masuk ke
dalam pintu atas panggul (PAP). Cara pemeriksaannya adalah Tempatkan jari-jari tangan anda
dengan tertutup di sebelah kiri dan kanan pada segmen bawah rahim kemudian tentukan letak dari
bagian presentasi tersebut (konvergen/ divergen)
18. Tentukan TFU. Untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU), anda harus pastikan apakah ibu
hamil sudah memasuki trimester II atau III atau belum. Jika sudah memasuki trimester II atau III,
maka anda harus menentukan TFU dengan cara mengumpulkan rahim/ uterus ibu kemudian
tentukan fundus uterus. Lalu gunakan meteran/ metline dan lakukan pengukuran dengan cara
mengukur fundus uterus ibu hamil sampai simfisis pubis ibu. Lihat berapa cm TFU ibu hamil.
19. Auskultasi DJJ. Cara menentukan punctum maksimum (pusat terdengarnya DJJ) maka pastikan
dimana posisi punggung dan kepala janin. Tentukan pusar/ pusat ibu. Jika punggung janin berada
pada uterus kiri ibu dan kepala janin berada di fundus maka tarik garis lurus dari pusat ke arah
ketiak kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah ketiak kiri, kemudian tempelkan monoaural atau
dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. Jika punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan
kepala janin berada di fundus maka tarik garis lurus dari pusat ke arah ketiak kanan ibu, hitung 3 jari
dari arah pusar ke arah ketiak kanan, kemudian tempelkan monoaural atau dopler. Hitung DJJ
selama menit penuh.
Jika punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan kepala janin berada di simfisis pubis maka
tarik garis lurus dari pusat ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kanan ibu,
hitung 3 jari dari arah pusar ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kanan,
kemudian tempelkan monoaural atau dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. Jika punggung janin
berada pada uterus kiri ibu dan kepala janin berada di simfisis pubis maka tarik garis lurus dari pusat
ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar
ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kiri, kemudian tempelkan monoaural
2. Perawatan Payudara
Perawatan payudara biasanya dilakukan karena ibu tidak bisa menyusui, dikarenakan air
susu tidak keluar dan akhirnya mengakibatkan pembekakan payudara atau bendungan ASI.
Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga
sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan,
penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan
panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Jika
payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis.
Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada nanah
disebut abses. Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan dan harus diinsisi untuk mengeluarkannya.
LANGKAH-LANGKAH
1. Memberi salam
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3. Menjaga privacy ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Meletakkan handuk di atas perut ibu dan di daerah pundak ibu
6. Melakukan pijat oksitosin
7. Melakukan kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak atau kapas yang
dilumuri baby oil selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk lalu bersihkan
kerak-kerak pada puting susu.
8. Kompres payudara dan bersihkan payudara sekitar puting susu dengan air hangaat dan air
dingin secara bergantian.
Petugas Perawat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien
dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
Prosedur Pelaksanaan
C. Tahap Kerja
1. Pasang perlak dan pengalas
disamping kanan bayi
2. Bersihkan tali pusat dengan kassa
Alkohol 70%
3. Bila tali pusat masih basah,
bersihkan dari arah ujung ke
pangkal
4. Bila tali pusat sudah kering,
bersihkan dari arah pangkal ke
ujung
5. Setelah selesai, pakaian bayi
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang
baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat
ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan
Vulva Hygene yaitu memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya. Tindakan
dilakakukan pada ibu setelah melahirkan.
Tujuan :
NO LANGKAH – LANGKAH
Alat – alat :
LPK Asy Sifaul Qolbi | 8
Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air hangat)
Kapas
Handuk besar: 2 buah
Peniti: 2 buah
Air hangat dan dingin dalam baskom
Waslap: 2 buah
Bengkok
Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan
pispot, sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas
plastic yang berbeda
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil kapas basah.
Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan,
labia minora kiri, labia minora kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke
bawah dengan kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)
13.Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan apakah
lepas/longgar, bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
Keluarga berencana adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau
masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat dari kelahiran
tersebut.
e. Memberi penerapan pada masyarakat mengenai umur yang terbaik untuk kehamilan yang
pertama dan kehamilan yang terakhir (20 tahun dan 35 tahun).
Manfaat KB
Untuk Ibu
Untuk Ayah
Untuk anak
b. Perkembangan mental dan emosi lebih baik karena perawatan cukup dan lebih dekat dengan
ibu.
IUD
b. IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum. Sehingga keduanya tidak bisa bertemu dan
tidak terjadi pembuahan.
c. Kontaindikasi IUD:
5) Ibu dengan pendarahan yang tidak normal dan tidak diketahui penyebabnya.
9) Alergi tembaga.
d. Keuntungan
e. Efek samping
PIL KB
a. Kontaindikasi pil KB :
7). Hipertensi.
9). Migrain.
b. Keuntungan:
Sangat mudah digunakan, cocok bagi pasangan muda yang baru menikah untuk menunda
kehamilan pertama.
c. Efek samping:
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk mencegah lepasnya sel
telur, menipiskan endometrium sehingga nidasi melekat, pertumbuhan hasil pembuahan terlambat dan
mengentalkan mulut rahim.
a. Kontra indikasi
3) Mengidap tumor.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 13
4) Mempunyai penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, paru-paru.
c. Keuntungan:
Praktis, efektif, aman, dan cocok untuk para ibu yang menyusui.
d. Efek samping
Terlambat atau tidak mendapatkan haid, perdarahan diluar haid, keputihan, jerawat, libido menurun,
perubahan berat badan.
Kontrasepsi suntikan di Indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi
suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN)
dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama
dagang Depoprovera. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik penyuntikannya yaitu
secara intramusculer dalam, di daerah m. gluteus maksimus atau deltoideus. Kontraindikasi
kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping
yang berupa gangguan haid ialah amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang
bukan merupakan gangguan haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan
kontrasepsi hormonal lainnya.
1. Sangat efektif.
2. Aman.
Jenis
Cara Kerja:
1. Mencegah ovulasi.
Keuntungan:
3. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah.
Keterbatasan :
3. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B Virus, atau infeksi
virus HIV.
8. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau kelainan pada
organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya
(tempat suntikan).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan
libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.
1. Usia reproduksi.
8. Perokok.
9. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 16
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).
14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.
1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran).
4. Terutama amenorea.
1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut
tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak
perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dan
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah di suatukan tidak boleh berhubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan
setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.
5. Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak
dalam satu periode masa haid.
SUSUK KB (IMPLAN)
Adalah suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian dalam,
digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak siapnya
endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
a. Kontra indikasi
c. Efek samping : Tidak mendapatkan haid, perdarahan, timbul jerawat,mual berat badan
menurun, migrain, libido menurun.
Adalah alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya
lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu
0,02 mm.
Jenis Kondom
a. Kondom biasa
c. Kondom beraroma
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum
populer.
Efektivitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif.
Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan per tahun.
Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan
nonkontrasepsi.
Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah
KONDOM
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi
apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan
untuk melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi Tidak peduli dengan berbagai persyaratan
saat berhubungan dan Berisiko tinggi Kontrasepsi
tertular/menularkan PMS
Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan
kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan
dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya.
Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan
anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.
c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya
pada saat membuka kemasan.
d. Pemasangan kondom pada saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan
jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.
f. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada
saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.
i. Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
j. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 22
k. Jangan gunakan minyak goreng atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur/ovulasi.
1) MANFAAT
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi.
b. Manfaat konsepsi : dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan
bisa hamil.
2) KEUNTUNGAN
3) KETERBATASAN
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
4) EFEKTIVITAS
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan
kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan
dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun.
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi.
Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
6) PENERAPAN
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali
siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah
dicatat.
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-
12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan
hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Rumus:
LANGKAH / KEGIATAN
KONSELING UMUM
1. Mengucapkan salam
2. Memberikan informasi umum tentang KB. KB adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya
jumlah kelahiran.
3. Memberikan informasi tentang jenis alat kontrasepsi yang ter sedia di pelayanan dan
menjelaskan masing-masing alatkontrasepsi dimana dan bagaimana alat kontrasepsi tersebut
digunakan, mekanisme kerja masing-masing kontrasepsi:
a. Alat kontrasepsi hormonal
1) Pil
Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone yang diminum rutin setiap
hari pada jam yang sama, digunakan untuk mencegah terjadinya evulasi dan
mengentalkan lendir mulut rahim.
2) Suntik
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk
mencegah lepasnya sel telur, menipiskan endometrium, pertumbuhan hasil pembuahan
terlambat dan mengentalkan mulut rahim.
3) Implant
Suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian
dalam, digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak
LPK Asy Sifaul Qolbi | 26
siapnya endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
4) Alat kontrasepsi nonhormonal
b. IUD
Alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T, dan
berbentuk kipas, IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum dan sperma.
c. Kondom
Alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
KONSELING SPESIFIK
4. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
5. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat dsb).
6. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kehamilan atau ingin membatasi jumlah anaknya).
7. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin menentang penggunaan salah
satu metode KB.
8. Diskusikan pertimbangan, kebutuhan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang simpatik.
9. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
10. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien
KONSELING PRA-PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN
11. Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
kesehatan untuk menggunakan AKDR.
Riwayat Reproduksi :
Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan haid.
Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir.
Riwayat kehamilan ektopik.
Nyeri yang hebat setiap haid.
Anemia yang berat (Hb < 9 gr% atau Hematokrit <30).
Riwayat infeksi system genitalia (ISG), Penyakit menular seksual (PMS atau infeksi
panggul.
Berganti-ganti pasangan (resiko ISG tinggi).
Kangker serviks.
12. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang akan
dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
Pemeriksaan Panggul
13. Pastikan klien untuk mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia dengan
menggunakan sabun dan air.
14. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
15. Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan.
16. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di daerah
supra pubik
6. Pijat Oksitosin
Prosedur Pijat Oksitosin:
1. Tahap Persiapan
Menyiapkan alat–alat dan bahan
3 Buah handuk besar bersih
Air hangat dan air dingin dalam baskom
2 buah Waslap atau sapu tagan dari handuk
Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya
Tissue
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin:
Menyapa pasien
Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)
Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
2. Tahap Pelaksanaan
1) Mencuci tangan
2) Melepaskan baju ibu bagian atas
3) Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi
duduk
4) Memasang handuk
5) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
6) Membersihkan aerola dan sekitarnya dengan air hangat
7) Menstimulasi dengan cara menekan aerola
PAKET 2
KEPERAWATAN ANAK
3. Pemberian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan
cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) ke
dalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen tersebut dimasa
yang akan datang. Imunisasi boleh saja diberikan pada semua umur. Namun beberapa imunisasi
akan lebih efektif apabila diberikan pada usia tertentu. Misalnya ada yang efektif pada bayi,
anak-anak, remaja, dewasa bahkan Manula. Semua itu tergantung jenis imunisasi yang
diinginkan.
Beberapa alasan mengapa imunisasi dasar penting untuk diberikan:
NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Melilitkan plastik pada leher ampul dengan erat
6. Mempertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati keluar dari lilitan
7. Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut vaksin BCG
Gunakan semprit 5 cc yang steril
8. Menggoyang-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara merata
9. Mengisi semprit dengan vaksin BCG menggunakan semprit 0,1 cc
10. Mengeluarkan gelembung udara
Perhatikan agar vaksin tidak terlalu banyak atau sedikit, ukur agar piston tepat
pada skala 0,05 cc
11. Mengatur posisi bayi
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12. Membersihkan lengan kiri bayi dengan menggunakan kapas yang dibasahi air
matang
13. Memegang lengan anak dengan tangan kiri dan memegang semprit dengan
tangan kanan, lubang jarum semprit menghadap ke atas
14. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit sedikit mungkin melukai kulit
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 lengan kanan bagian atas, suntikan dilakukan
secara intra cutan
LPK Asy Sifaul Qolbi | 32
15. Meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ujung barrel. Memegang pangkal barrel
antara jari telunjuk dan jari tengah, lalu dorong piston dengan ibu jari tangan
kanan
16. Menyuntikkan 0,05 cc vaksin BCG
17. Mencabut jarum setelah vaksin habis
18. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
19. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
20. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH - LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka tutup metal dan tutup karet pada flakon vaksin polio
Pastikan vaksin belum kadaluarsa
5. Memasang pipet plastik pada flakon
6. Mengatur posisi bayi, untuk lebih memudahkan bayi dapat sambil dipangku oleh
ibunya
7. Menekan kedua pipi bayi dengan menggunakan kedua jari tangan kiri, sehingga
bayi membuka mulutnya
Lakukan dengan lembut dan hati-hati, jangan sampai melukai bayi
8. Tangan kanan memegang flakon vaksin polio, lali meneteskan 2 tetes vaksin ke
mulut bayi
9. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
10. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
11. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
LPK Asy Sifaul Qolbi | 33
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas basah sebagai
tindakan desinfeksi
6. Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum DPT ke dalam
semprit tersebut
7. Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit sebanyak 0,5 cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
8. Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan udaranya ke
dalam flakon
9. Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu menyedot
0,5 cc vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin perhatikan
vaksin sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin yang beku
10. Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk melihat
apakah terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga gelembung udara
keluar
11. Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan dengan
dipegangi oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12 Menyuntikkan vaksin DPT sebanyak 0,5 cc pada paha sebelah luar dengan
suntikan IM
13 Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
14 Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
15 Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Mempersiapkan posisi bayi
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 paha bagian luar secara IM
5. Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari pendingin
Pastikan uniject tidak kadaluarsa
LPK Asy Sifaul Qolbi | 34
6. Membuka kantong alumunium/plastik dan mengeluarkan uniject
7. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya di
antara jari telunjuk dan jempol
8. Mendorong tutup jarum ke arah lateral dengan tekanan
9. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher
Saat uniject diaktifkan akan terasa ada hambatan dan rasa menembus lapisan
10. Membuka tutup jarum
11. Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan jarum pada bayi
Pada imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi. Sewaktu penyuntikan
usahakan anak berada dalam keadaan tenang
12. Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan vaksin, setelah reservoir
kempis cabut uniject dari paha bayi dengan cepat. Pastikan seluruh uniject masuk
ke tubuh bayi
13. Membuang uniject yang sudah tidak terpakai di tempat benda tajam
14. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
15. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
16. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
NO LANGKAH-LANGKAH
1 Persiapan alat :
Handscoon, gas steril dalam tempatnya, lampu senter, tong spatel, thermometer,
LPK Asy Sifaul Qolbi | 36
kapas steril, stetoskop, jam, buku catatan, meja periksa
2 Persiapan pasien :
Menjelaskan kepada ibu tentang tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan, dan
mengatur bayi dalam posisi yang nyaman
3 Mencuci tangan dengan benar
4 Mengamati KU bayi, memeriksa tanda-tanda vital, suhu, nadi dan pernafasan
5 Melakukan pemeriksaan bayi yang meliputi inspeksi :
posisi, (normal/tidak normal), memeriksa kulit (warna, vernix, caseosa,
petechiae, sclerena neonatorium), memeriksa rambut lanugo
6 Palpasi : molding, caput sucedoneum, cephal hematoma, meningocele
Kepala : Menentukan fontanela mayor/minor (cemung, cekung, meunutup /
terbuka)
7 Mata : Menentukan conjungtivis/gonorrhoe, perdarahan sub konjungtiva / retina
8 Mulut : Menentukan kelainan congentinal (microglosus, makroglosus,
labioskizys)
9 Telinga : Menentukan kelainan congentinal, menentukan maturitas bayi
10 Leher : Menentukan kelainan kongentina, webbed neck, goiter
11 Thoraks : Menentukan bentuk thoraks (silindris, tak simetris), kesukaran
bernafas, tarikan dinding dada, grandula mamae (witen milk)
12 Paru : Menentukan type pernafasan (irregular), frekuensi pernafasan
13 Jantung : Menentukan kuat/lemahnya suara jantung
14 Abdomen : Menentukan bentuk abdomen yang tepat (silindris, datar, cekung)
menentukan palpasi hepar, lien dengan tepat, massa tumor
15 Umbilicus : Menentukan infeksi tali pusat benar, menentukan kelainan
(omphalocele, hernia umbilikalis, perdarahan)
16 Genetalia :
Laki-laki : Menentukan kelainan congenital (epispadi, hypospadi, hernia
scrotalis, hydrocele)
Perempuan : Menentukan bentuk/posisi labia mayora dan minora dengan benar,
menentukan kemungkinan normal pengaruh hormonal dari ibu
(perdarahan/ menstruasi)
17 Anus : Menentukan kelainan pada anus dengan tepat (atresia ani)
18 Ekstermitas : Menentukan kelainan congenital pada tangan dan kaki, menentukan
adanya paralyse atau fracture
19 Refleks-refleks bayi : Memeriksa refleks menghisap/memelan dengan benar,
memeriksa refleks moro, memeriksa rooting refleks, graph refleks, babinsky
20 Meconium : Menentukan bentuk dan warna meconium, menentukan sifat tinja
bayi
21 Urine : Menentukan kondisi normal / tidak normal yang berhubungan dengan
pengeluaran urine, menentukan jumlah urine normal untuk bayi sesuai usia
LPK Asy Sifaul Qolbi | 37
dengan benar
22 Penyelesaian : Merapihkan alat dengan benar
Tujuannya:
Peralatan:
1. Air panas
2. Botol aqua 600 ml
3. Gelas 250 ml
4. Aroma terapi seperti minyak kayu putih
Prosedur:
Waktu yang dibutuhkan untuk menjelaskan dan melakukan pemberian terapi inhalasi sederhana
yaitu 15 menit. Pasien/keluarga diminta untuk memperhatikan cara menggunakan terapi inhalasi
sederhana.
1. Tahap PraInteraksi
- Mencuci tangan
- Menyiapkan peralatan
2. Tahap Orientasi
- Memberikan salam pada pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan persetujuan/persiapan pasien
3. Tahap Kerja
- Menjaga privacy pasien, ruangan tertutup
- Mencuci tangan
- Mengatur pasien dalam posisi duduk
- Menempatkan meja/troly di depan pasen
LPK Asy Sifaul Qolbi | 41
- Meletakkan gelas, botol aqua berisi air panas di atas meja pasien yang diberi pengalas
- Measukkan obat-obatan aromaterapi (minyak kayu putih) ke dalam gelas dan air panas
- Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Berpamitan dengan pasien/keluarga
- Membereskan alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
7. Postural Drainage
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan bantuan
gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang memungkinkan gaya gravitasi
membantu mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke
bronki dan trakea lalu membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan.
Tujuan postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang
disebabkan oleh akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah
dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.
Prosedur:
1. Perkusi
a. Persiapan Alat :
1) Handuk (jika perlu)
2) Peniti (jika perlu)
2. Vibrasi
a. Persiapan Alat: sama seperti pada perkusi.
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri
perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan didrainase,
satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara
lain tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku lalu getarkan,
gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan
gerakan jika klien inspirasi.
5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke tempat sputum.
7) Cuci tangan
8. Postural Drainase
i. Persiapan Alat:
1. Bantal ( 2 atau 3 buah)
LPK Asy Sifaul Qolbi | 43
2. Tisue
3. Segelas Air hangat
4. Sputum Pot
ii. Prosedur Pelaksanaan:
1. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri
perawat, pastikan identitas klien,jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2. Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada pengkajian semua bidang
paru, data klinis dan gambaran foto dada. Agar efektif, tindakan harus dibuat individual
untuk mengatasi spesifik dari paru yang tersumbat.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. Bantu klien untuk
memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan
kaki yang tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan. Posisi khusus
dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Anak-anak, prosedur ini
cukup 3-5 menit.
5. Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada atau
gerakan iga di atas area yang didrainase.Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan
memobilisasi sekresi pada jalan napas.
6. Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi
yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa batuk, harus dilakukan
pengisapan. Setiap sekresi yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan
melalui batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase
selanjutnya.Batuk akan sangat efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan.
7. Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.
Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan
membantu klien menoleransi terapi dengan lebih baik.
8. Minta klien minum sedikit air.
Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi sekresi.
9. Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase.
Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase postural digunakan hanya untuk
mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual.
10. Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru.
Tujuannya adalah terciptanya suhu lingkungan yang normal dimana panas yang di
hasilkan dapat mempertahankan suhu tetap.
Prosedur:
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat
- Inkubator tertutup/terbuka
- Thermometer
- Jam tangan dengan detik
- Oksigen
3. Pelaksanaan
- Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
- Inkubator harus selalu tertutup hanya terbuka jika diperlukan dalam keadaan
darurat, misalnya apnea, jika incubator di buka maka usahakan untuk
memepertahankan suhu bayi tetap hangat, oksigen harus di sediakan.
- Perawatan dan pengobatan di lakukan melalui lobang
- Bayi dalam keadaan incubator harus berada dalam keadaan telanjang (tidak
memakai pakaian) untuk mememudahkan observasi keadaan umum misalnya:
pernafasan dan warna tubuh
- Pengaturan panas bagi bayi harus sesuai dengan hati-hati sesuai dengan berat
badan dan kondisi tubuh
- Pengaturan oksigen dan kelembaban di dalam incubator harus di observasi
1. Pemasangan Suction
Suction adalah penghisapan sekret di jalan napas melalui karet/polyethylene yang dihubungkan
dengan mesin suction.
Tujuan :
Mengeluarkan sekret/cairan pada jalan napas
Melancarkan jalan napas
Peralatan :
Mesin suction
Bak instrumen steril berisi:
1. Kateter suction
2. Handschoon
3. Pinset anatomi 2 buah
4. Kasa
5. Kom
6. NaCl atau air steril
7. Perlak/pengalas
8. Tempat sputum, jika spesimen dikumpulkan selama dilakukan suction.
Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
LPK Asy Sifaul Qolbi | 47
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1. Posisi klien yang sadar dan mempunyai refleks muntah adalah posisi semifowler
dengan kepala klien diputar ke sisi untuk suction oral dan leher ekstensi untuk
suction nasal, untuk memudahkan kateter masuk dan membantu mencegah aspirasi.
2. Posisi klien yang tidak sadar adalah lateral, sehingga lidah tidak jatuh dan tidak
menutup pemasukan kateter. Posisi lateral juga mengalirkan sekret dari faring dan
mencegah aspirasi.
3. Tempatkan handuk diatas bantal dibawah dagu klien
4. Beberapa suction mempunyai tiga daerah tekanan : tinggi (120-150 mmHg), sedang
(80-120 mmHg), rendah (0-80 mmHg). Umumnya tekanan 100-120 mmHg untuk
orang dewasa, dan 50-75 mmHg untuk anak-anak dan bayi.
5. Buka bak instrumen steril, masukkan NaCl/air steril pada tempatnya
6. Pakai sarung tangan steril
7. Ambil kateter dan hubungkan dengan suction
8. Buat ukuran kedalaman, tandai selang dengan jari. Ukuran tepat sepanjang hidung
dan lobang telinga / 13 cm untuk orang dewasa.
9. Basahi ujung kateter dengan air steril/saline, untuk mengurangi hambatan dan
memudahkan pemasukan
10. Suction di tes dan tempatkan jari tangan ke tempat ibu jari, buka cabang Y connector
(control suction) untuk menimbulkan pengisapan
11. Masukkan kateter suction dengan hati-hati (nasopharing ± 5 cm, oropharing± 10 cm),
tanpa menutup kateter suction.
12. Hisap lendir dengan menutup lubang kateter suction, tarik keluar perlahan sambil
memutar (± 5 detik untuk anak-anak, ± 10 detik untuk dewasa). Penghisapan
dilakukan hanya 15 detik.
13. Bilas kateter suction dengan air steril atau NaCl, sambil memberi kesempataan pasien
bernapas.
14. Ulangi penghisapan 3 – 5 kali
15. Dorong klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara suction. Nafas dalam dan
batuk membantu mengeluarkan sekret dari trachea dan bronchi ke faring, yang dapat
dijangkau kateter suction.
16. Observasi keadaan umum klien dan status pernapasannya.
17. Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 48
18. Jika dibutuhkan pemeriksaan spesimen, tampung dalam tempat sputum
19. Setelah selesai, bersihkan mulut dan hidung
20. Rapikan kateter, sarung tangan, air dan tempat sampah
d. Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan
Tingkat kenyamanan
2. Observasi :
Balutan selang dada dan sisi sekitar insersi selang. Gunakan handschoon bersih jika
terdapat drainase
Kekakuan selang, ikatan yang tergantung, atau pembekuan
Sistem drainase dada tetap tegak lurus dan berada di bawah tingkat insersi selang.
Catat jumlah drainase.
3. Berikan dua hemostat berujung karet atau penjepit yang dianjurkan pada tiap selang
dada, tempelkan pada bagian atas tempat tidur klien dengan pita perekat. Selang dada
hanya dijepit pada waktu kondisi tertentu atas perintah dokter atau kebijakan keperawatan dan
prosedur :
Untuk mengkaji kebocoran udara
Untuk mengosongkan dengan cepat atau mengubah sistem sekali pakai
Jika terdapat putusnya hubungan selang drainase secara tidak sengaja dari alat
pengumpul drainase atau kerusakan alat
Untuk mengkaji apakah klien siap untuk dilakukan pelepasan selang dada (yang
dilakukan atas perintah dokter).
4. Posisikan klien :
Posisi semi fowler untuk mengevakuasi udara (pneumothorak)
Posisi fowler tinggi untuk drainase cairan (hemothorak, efusi)
5. Pastikan hubungan selang antara dada dan selang drainase masih baik dan terikat :
Tentukan apakah lubang penutup air tidak tersumbat
Pastikan lubang ruang kontrol pengisap tidak tersumbat ketika menggunakan
4. Pemasangan Nebulizer
Nebulisasi adalah pemberian inhalasi uap dengan obat / tanpa obat menggunakan nebulator.
Tujuan :
Nebulisasi Nebulator
5. Perawatan Trakheotomy
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Tujuan :
1. Mencegah obstruksi jalan nafas
2. Sarana untuk mengangkat sekret
3. Meningkatkan kerja paru
4. Mencegah infeksi
5. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakeostomi
Indikasi :
1. Tumor laring
2. Injuri/trauma berat
3. Obstruksi jalan nafas
4. Memasang alat bantu pernafasan (respirator)
5. Mengeluarkan sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fiisologis, misalnya
pada pasian dalam keadaan koma
6. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah,
dan faring.
Persiapan Pasien :
Atur posisi terlentang atau semifowler.
Persiapan Alat :
1. Tali pengikat trakeostomi
2. Kom/mangkuk steril, cairan Nacl, Hydrogen Peroksida (H202), spuit 10cc.
3. Stetoskop
6. Perawatan Kolostomi
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara
berkala sesuai kebutuhan.
Tujuan :
Persiapan Pasien :
Persiapan Alat :
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
LPK Asy Sifaul Qolbi | 56
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri
menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat
(air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan
pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan
7. Bilas Lambung
Alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur bilas lambung yaitu sebagai berikut:
1. Selang NGT/Stomach Tube berbagai ukuran.
2. Corong NGT.
3. Cairan yang diperlukan sesuai keperluan (susu, air putih, air es)
4. Plester yang digunting.
5. Sarung tangan (handscoen)
6. Ember penampung cairan.
7. Stetoskop.
8. Spuit 10 cc.
9. Tissue / kain kasa
10. Gliserin / jelly pelicin.
11. Bengkok / nierbeken.
12. Klem.
13. Obat-obatan yang diperlukan (sulfas Atropin, Norit)
14. Gelas Ukuran
B. PROSEDUR
1. Tahap Persiapan Menyiapkan
ala-alat dan bahan Menyiapkan
persiapan Pasien :
Menyapa pasien
Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi – tepi luka dan mempertahankan dengan
1. Handscoon
2. Cairan NaCl
3. Larutan H2O2/perhidrol
4. Kassa steril
5. Plester
6. Lidocain
7. Spuit 3 cc
8. Catgut
9. Bak instrumen
10. Needle holder/pemegang jarum
11. Jarum dengan ujung segitiga
12. Jarum dengan ujung bulat
13. Pinset anatomi
14. Pinset chirrurgis
15. Gunting benang
16. Gunting jaringan
17. Klem arteria berujung lurus
18. Bengkok
Langkah-langkah:
1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan alat
3) Memakai sarung tangan
4) Membersihkan luka dengan cairan NaCl 0,9%
5) Memberikan suntikan anastesi lokal
6) Memberikan larutan H2O2/perhidrol 3% dan bilas dengan NaCl 0,9 %
7) Bila luka terbuka dan dalam, jari – jari petugas meraba mencari sisa kotoran yang menempel
pada luka dan bilas kembali dengan NaCl 0,9%
8) Membersihkan luka dengan cairan antiseptik
Mengangkat Jahitan (Aff Hecting/ Hecting Up adalah satu tindakan melepaskan jahitan yang
biasanya dilakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).
Tujuannya adalah:
Persiapan alat:
1. Set heating up steril yang berisi: pinset cirugis 2, pinset anatomis 2, gunting heating
up, kassa steril dalam bak instrumen steril.
2. Bengkok
3. Korentang
4. Gunting plester
5. Kassa dalam bak instrumen
6. Plester
7. Betadine
8. Alkohol 70%
9. Wadah sampah infeksius
Prosedur:
1. Tahap Interaksi
1. Mengeksplorasi kemampuan diri
2. Tahap Orientasi
1. Megecek intruksi dari dokter
2. Memastikan identitas pasien
3. Perawat memberi salam
4. Perawat menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
5. Perawat melakukan kontrak waktu tindakan pada pasien
6. Jaga privasi pasien
3. Tahap Kerja
1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat di dekat pasien\
3. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
4. Perawat cuci tangan
5. Meletakkan bak instrument steril ke dekat pasien atau di darah yang mudah dijangkau
3. Persiapan Lingkungan
Siapkan lingkungan senyaman mungkin, lingkungan yang kondusif, dan privacy klien tetap
terjaga.
1. Pemasangan EKG
Elektrokardiogram merupakan alat diagnostik yang di gunakan untuk merekam aktifitas listrik
jantung.
Tujuan Pemasangan EKG
Pemsangan EKG di lakukan untuk mengetahui :
1. Mengetahui kelainan irama jantung pasien
2. Mengetahui kelainan Miokardium
3. Mengetahui Efek penggunaan obat jantung
4. Mengetahui terjadinya gangguan
elektrolit pada pasien
5. Mengetahui infeksi lapisan jantung
2. Kertas EKG
3. Jelly
4. Tissu
5. Bengkok
6. Kapas alkohol
6. Pasang elektroda pada Ekstermitas atas dan bawah untuk merekam ektermitas lead
a. Merah pada ektermitas kanan atas
b. Kuning pada ekstermitas kiri atas
c. Hitam pada ekstermitas kanan bawah
d. Hijau pada ekstermitas kiri bawah
7. Pasang elektroda parakardial untuk merekam prekardial lead.
a. Pasang V1 pada interkostal ke 4 garis sternum kanan
b. Pasang V2 pada interkostal ke 4 garis sternum kiri
c. Pasang V3 pada pertengahan V2 dan V4
d. Pasang V4 pada pada interkostal ke5 pada midklavikula kiri
2. Perawatan Gips
Melakukan tindakan perawatan terhadap luka dengan pemasangan gips untuk
mencegah terjadinya risiko infeksidan meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis bagiklien
tanpa menimbulkan trauma baru. Prosedur ini bertujuan untuk merawat gips tanpamenimbulkan
trauma baru.
Persiapan alat:
1. Bak instrumen steril berisi: balutan kasa, kom untuk larutan antiseptik atau larutan
pembersih.
2. Larutan garam faal (NaCl 0,9%) atau air.
3. Sarung tangan bersih
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Plaster
6. Tempat sampah
Persiapan pasien:
1. Pasein diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan klien disiapkan pada
posisi nyaman.
Persiapan lingkungan:
Prosedur:
i. Persiapan pasien - Jelaskan maksud dan tujuan dari tindakan tersebut - Jelaskan prosedur
tindakan yang harus dilakukan klien
ii. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan
berkemihnya tidak dapat di tahan. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam
rentang waktu yang telah ditentukan 2-3 jam sekali - 30 menit kemudian, tepat pada jadwal
berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik
latihan dasar panggul.
iii. Latihan
Latihan I
a. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
b. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
c. Praktikan setiap kali berkemih
Latihan II
a. Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
b. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
Latihan IV
a. apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada
klien
Evaluasi
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :
1. Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal
misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam.
2. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein.
4. Minum obat diuretik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretik.
Prosedur:
A. Persiapan Peralatan
B. Persiapan Pasien
C. Langkah-Langkah
1. Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu pemberian dan
rute obat.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien langsung.
4. Jelaskan prosedur pemberian obat
5. Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak hiperekstensi (mendongak)
6. Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau kantung dalam, basuh dengan
perlahan. Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di buang dengan memakai lap
basah atau bola kapas mata selama beberapa menit. Selalu membersihkan dari bagian dalam ke
luar kantus.
7. Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas tulang pipi pasien tepat di
bawah kelopak mata bawah
8. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan tekan bagian bawah dengan
ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang orbita
9. Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
10. Teteskan obat tetes mata, dengan cara:
o Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata atau larutan
mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva
o Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
o Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggiran
o luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.
o Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata dengan perlahan.
Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan SPGDT
Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu)
dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan
Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis, jika nadi
carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
selama 1menit
Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas
buatan dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30 pijat
jantung, 2 nafas buatan/ventilasi) dengan kecepatan 100-
120x/menit selama 5-7 siklus
Cek nadi carotis tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5 siklus