Anda di halaman 1dari 80

PAKET 1

KEPERAWATAN MATERNITAS

1. Pemeriksaan Fisik pada Ibu Hamil (ANC)


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk
mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima
klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan
membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang
tepat bagi klien.
Anamnesis/ wawancara adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu hamil, untuk
mengetahui keadaan ibu dan factor resiko yang dimilikinya. Tujuan melakukan wawancara/ anamnesa
pada ibu hamil: mengidentifikasi informasi untuk menentukan risiko yang terkait dengan ibu hamil.

Prosedur Pemeriksaan Fisik pada Ibu Hamil (kunjungan awal):

1. Persiapan Alat:
a. Catatan keperawatan
b. Alat untuk mencatat
c. Stetoskop mono aura/dopler
d. Thermometer
e. Pita pengukur
f. Stetoskop
g. Spigmmomanometer
h. Reflek hammer
i. Alat perineal hgiene: kom tutup berisi kapas lembab dalam tempatnya, bengkok, sarung
tangan, perlak dan pengalas.
j. Timbang berat badan dan pengukur tinggi badan
k. Penlight
l. Selimut
m. Jam detik

2. Persiapan Pasien
a. Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan
b. Menyarankan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemih
c. Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan (jika dibutuhkan)
d. Memperhatikan keadaan umum, emosi, postur ibu selama dilakukan pemeriksaan

LPK Asy Sifaul Qolbi | 1


3. Prosedur Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil

LANGKAH-LANGKAH
1. Lakukan pemeriksaan keadaan umum & kesadaran klien. Apakah keadaan umum baik atau
sakit, kesadaran compos mentis/ penuh atau mengalami penurunan kesadaran
2. Periksa tanda- tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu serta ukur
berat badan ibu hamil dan tinggi badan ibu hamil
3. Pemeriksaan TTV tersebut menggunakan alat seperti spigmomanometer, stetoskop,
termometer, dan jam detik.
4. Kaji kesimetrisan kepala, rambut. Lihat apakah ada benjolan pada kepala ibu, apakah rambut
ibu mudah dicabut.
5. Kaji konjungtiva, sklera. Lihat apakah konjungtiva ibu anemis (pucat) atau tidak, sklera apakah
ikterik / kuning atau tidak
6. Kaji hidung, penciuman. Apakah hidung ibu ada massa, benjolan, apakah fungsi penciuman baik
atau tidak
7. Kaji bibir, gigi. Apakah membran mukosa bibir lembap atau kering, gigi apakah utuh atau ada
karies/bolong
8. Kaji telinga, mastoid. Apakah ada massa pada telinga, tulang mastoid ditekan apakah
mengalami nyeri tekan
9. Kaji adanya pembesaran KGB, thyroid. Apakah ibu hamil mengalami pembesaran Kelenjar Getah
Bening (KGB) atau kelenjar thyroid
10. Auskultasi jantung paru. Auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop pada Intracostae (ICS)
II kanan, II kiri, IV kiri. Auskultasi suara paru dengan menggunakan stetoskop pada paru kiri dan
kanan mulai ICS II kanan dan kiri, bandingkan apakah ada perbedaan suara antara paru kanan dan
paru kiri
11. Inspeksi kesimetrisan payudara, areola mamae & penonjolan puting susu. Kaji apakah payudara kiri
dan kanan simetris atau tidak, areola mamae apakah hitam atau tidak, apakah puting susu menonjol
keluar atau tidak. Jika puting susu ibu hamil menonjol ke dalam atau datar (inverted) maka anda
dianjurkan untuk mengajarkan ibu teknik hoffman yaitu teknik menekan areola mamae ke arah luar
pada seluruh lingkaran puting susu. Hal ini dimaksudkan agar puting susu ibu hamil dapat keluar
12. Palpasi seluruh area mamae & kaji pengeluaran kolostrum. Anda harus mengkaji, area mamae
diraba dengan menekan seluruh kuadran/ sisi. Payudara kiri dan kanan harus dikaji. Kaji adanya
pengeluaran ASI/ kolostrum. Namun sebelum anda mengkaji pengeluaran kolostrum/ ASI anda
harus menanyakan pada klien apakah ibu pernah mengalami keguguran atau tidak, apakah ibu
pernah mengalami persalinan prematur atau tidak. Jika ibu pernah mengalami keguguran atau
persalinan prematur, maka anda tidak dianjurkan untuk banyak memanipulasi/melakukan
pemeriksaan pada puting susu ibu. Hal ini dapat menyebabkan ibu mengeluarkan hormon oksitosin
sehingga dapat merangsang kontraksi uterus dan keguguran atau persalinan prematur.
13. Lakukan inspeksi abdomen. Lihat abdomen ibu hamil, lihat apakah terdapat linea nigra, striae
gravidarum. Jika ibu hamil sudah masuk ke trimester II atau III, maka anda dapat melanjutkan
pemeriksaan leopold
14. Lakukan manuver leopold 1. Sebelum anda melakukan pemeriksaan Leopold, anjurkan ibu untuk
BAK, agar ibu merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan. Kemudian posisikan ibu
supine/terlentang dengan satu bantal di bawah kepala & dengan posisi lutut fleksi/ menekuk.
Tempatkan gulungan handuk kecil di bawah pinggang kanan atau kiri klien untuk memindahkan
uterus jauh dari pembuluh darah mayor (untuk mencegah terjadinya sindrom hipotensi akibat
LPK Asy Sifaul Qolbi | 2
supine/ terlentang). Jika menggunakan tangan kanan, berdiri di sebelah kanan klien, lihat wajah
klien. Leopold I bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada fundus uterus ibu
hamil. Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat, keras, mudah digerakkan, maka bagian itu
adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut, agak melenting, maka bagian itu adalah bokong
janin. Jika bagian fundus itu teraba memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin.
Jika bagian fundus itu teraba bagianbagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin.
15. Lakukan manuver leopold 2. Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat
pada bagian kanan dan kiri uterus ibu hamil. Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat,
keras, mudah digerakkan, maka bagian itu adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut,agak
melenting, maka bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu teraba
memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin. Jika bagian kanan atau kiri itu teraba
bagian- bagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin.
16. Lakukan manuver leopold 3. Leopold III bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat
pada bagian presentasi/ bawah uterus ibu hamil Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat,
keras, mudah digerakkan, maka bagian itu adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut, agak
melenting, maka bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu teraba
memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin. Jika bagian kanan atau kiri itu teraba
bagian- bagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin. Jika saat anda palpasi hasilnya adalah
kepala, maka goyangkan bagian kepala janin tersebut, apakah kepala masih goyang atau terfiksasi.
Jika kepala masih dapat digoyangkan dengan tangan anda maka anda tidak perlu melakukan
pemeriksaan Leopold IV. Namun jika saat melakukan palpasi anda merasakan bahwa kepala tidak
dapat digoyangkan maka anda lanjutkan pemeriksaan ke Leopold IV.
17. Lakukan manuver leopold 4. Leopold IV bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepala masuk ke
dalam pintu atas panggul (PAP). Cara pemeriksaannya adalah Tempatkan jari-jari tangan anda
dengan tertutup di sebelah kiri dan kanan pada segmen bawah rahim kemudian tentukan letak dari
bagian presentasi tersebut (konvergen/ divergen)
18. Tentukan TFU. Untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU), anda harus pastikan apakah ibu
hamil sudah memasuki trimester II atau III atau belum. Jika sudah memasuki trimester II atau III,
maka anda harus menentukan TFU dengan cara mengumpulkan rahim/ uterus ibu kemudian
tentukan fundus uterus. Lalu gunakan meteran/ metline dan lakukan pengukuran dengan cara
mengukur fundus uterus ibu hamil sampai simfisis pubis ibu. Lihat berapa cm TFU ibu hamil.
19. Auskultasi DJJ. Cara menentukan punctum maksimum (pusat terdengarnya DJJ) maka pastikan
dimana posisi punggung dan kepala janin. Tentukan pusar/ pusat ibu. Jika punggung janin berada
pada uterus kiri ibu dan kepala janin berada di fundus maka tarik garis lurus dari pusat ke arah
ketiak kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah ketiak kiri, kemudian tempelkan monoaural atau
dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. Jika punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan
kepala janin berada di fundus maka tarik garis lurus dari pusat ke arah ketiak kanan ibu, hitung 3 jari
dari arah pusar ke arah ketiak kanan, kemudian tempelkan monoaural atau dopler. Hitung DJJ
selama menit penuh.
Jika punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan kepala janin berada di simfisis pubis maka
tarik garis lurus dari pusat ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kanan ibu,
hitung 3 jari dari arah pusar ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kanan,
kemudian tempelkan monoaural atau dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. Jika punggung janin
berada pada uterus kiri ibu dan kepala janin berada di simfisis pubis maka tarik garis lurus dari pusat
ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar
ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kiri, kemudian tempelkan monoaural

LPK Asy Sifaul Qolbi | 3


atau dopler.
Hitung DJJ selama 1 menit penuh.
20. Nilai frekuensi, keteraturan, kekuatan, detak jantung. Anda kaji berapakah frekuensi DJJ,
keteraturan, kekuatan, detak jantung janin
21. Kaji kebersihan perineum. Anjurkan ibu untuk membuka pakaian bawah dan pakaian dalamnya.
22. Kaji adanya perdarahan/ pengeluaran pervaginam, hemoroid, varises, leukorhea, luka parut, massa,
cairan. Anda harus mengkaji apakah ibu mengalami perdarahan pervaginam, apakah ada hemoroid,
apakah ada varises pada vagina/ vulva, apakah ada keputihan/ leukorhea/apakah ada luka/ jaringan
parut, apakah ada massa di vulva.
23. Kaji ada/ tidaknya edema. Anda kaji apakah ada edema pada kedua tungkai/ kaki ibu hamil dengan
cara menekan area di atas mata kaki/ maleolus. Lihat apakah saat ditekan ada cekungan atau tidak
pada permukaan yang ditekan. Jika terdapat cekungan maka ibu mengalami edema
24. Kaji adanya varises. Anda kaji apakah ada varises didaerah kaki atau belakang lutut ibu.
25. Lakukan reflex patella. Lakukan pemeriksaan reflex patella pada kedua lutut ibu
26. Setelah selesai, rapikan alat dan ibu
27. Lakukan evaluasi: Evaluasi respon klien setelah dilakukan pemeriksaan, Rencanakan tindakan yang
akan datang, Kontrak waktu yang akan datang
28. Lakukan evaluasi: Evaluasi respon klien setelah dilakukan pemeriksaan, Rencanakan tindakan yang
akan datang, Kontrak waktu yang akan datang

2. Perawatan Payudara
Perawatan payudara biasanya dilakukan karena ibu tidak bisa menyusui, dikarenakan air
susu tidak keluar dan akhirnya mengakibatkan pembekakan payudara atau bendungan ASI.
Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga
sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan,
penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan
panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Jika
payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis.
Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada nanah
disebut abses. Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan dan harus diinsisi untuk mengeluarkannya.

Perawatan payudara sering disebut Breast Care bertujuan untuk:

1. Memelihara kebersihan payudara


2. Melenturkan dan menguatkan puting susu.
3. Mengeluarkan puting susu yang masuk ke dalam/datar
4. Memperlancar produksi ASI
5. Agar waktu menyusui, ASI dapat keluar dengan lancar dan menghindari kesulitan dalam
menyusu

LPK Asy Sifaul Qolbi | 4


Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan. Perawatan payudara sangat penting
dilakukan selama hamil sampai menyusui.
Prinsip perawatan payudara:
1. Dikerjakan secara sistematis
2. Menjaga kebersihan sehari-hari
3. Memakai BH yang menopang payudara
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
2. Hindari pemakaian sabun pada payudara
3. Usahakan menyusui dengan kedua payudara secar bergantian kanan dan kiri
4. Hindari gerakan yang kasar yang dapat mememarkan payudara
5. Hindari stress
6. Gizi ibu harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi ASI.

Prosedur Perawatan Payudara:


1. Persiapan Alat:
a. Handuk 2 buah
b. Kapas yang dibentuk bulat
c. Baby oil
d. Waslap atau handuk kecil untuk kompres
e. Dua baskom masing-masing berisi air hangat dan air dingin
2. Persiapan Ibu:
a. Buka pakaian
b. Ibu duduk bersandar

LANGKAH-LANGKAH
1. Memberi salam
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3. Menjaga privacy ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Meletakkan handuk di atas perut ibu dan di daerah pundak ibu
6. Melakukan pijat oksitosin
7. Melakukan kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak atau kapas yang
dilumuri baby oil selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk lalu bersihkan
kerak-kerak pada puting susu.
8. Kompres payudara dan bersihkan payudara sekitar puting susu dengan air hangaat dan air
dingin secara bergantian.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 5


9. Bersihkan kedua payudara menggunakan waslap.

3. Perawatan Tali Pusat


Tali pusat dalam istilah medisnya umbilical cord. Merupakan suatu tali yang
menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab semasa dalam rahim, tali inilah yang
menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin
dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat bernapas sendiri
melalui hidungnya. Oleh kerena itu sudah tidak diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera
dipotong dan dijepit atau diikat (Vivian, 2010).
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi
baru lahir. Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui
tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang
ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi Menyatakan bahwa tujuan
merawat tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir,
sehingga tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada
tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat karena perawatan atau tindakan
yang kurang bersih.

Prosedur Perawatan Tali Pusat:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERAWATAN TALI PUSAT

Memberikan perawatan tali pusat pada


Pengertian bayi dimulai hari 1 kelahiran sampai
dengan tali pusat lepas (puput)

Tujuan Mencegah terjadinya infeksi

Mulai dilakukan pada bayi baru lahir


Kebijakan
sampai dengan tali pusat lepas (puput)

Petugas Perawat

LPK Asy Sifaul Qolbi | 6


1. Kassa steril dalam tempatnya
2. Alkohol 70% pada tempatnya
Peralatan
3. Bengkok 1 buah
4. Perlak dan pengalas
A. Tahap Pra-Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien
dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
Prosedur Pelaksanaan

C. Tahap Kerja
1. Pasang perlak dan pengalas
disamping kanan bayi
2. Bersihkan tali pusat dengan kassa
Alkohol 70%
3. Bila tali pusat masih basah,
bersihkan dari arah ujung ke
pangkal
4. Bila tali pusat sudah kering,
bersihkan dari arah pangkal ke
ujung
5. Setelah selesai, pakaian bayi

LPK Asy Sifaul Qolbi | 7


dikenakan kembali. Sebaiknya bayi
tidak boleh dipakaikan gurita karena
akan membuat lembab daerah tali
pusat sehingga kuman/bakteri tumbuh
subur dan akhirnya menghambat
penyembuhan. Tetapi juga harus
dilihat kebiasaan orang tua/ibu
(personal hygiene)

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang
baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat
ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan

4. Perawatan Vulva Hygiene

Vulva Hygene yaitu memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya. Tindakan
dilakakukan pada ibu setelah melahirkan.

Tujuan :

 Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun uterus


 Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
 Untuk kebersihan perineum dan vulva
 Memberikan rasa nyaman pasien
Prosedur Perawtan Vulva Hygiene

NO LANGKAH – LANGKAH
Alat – alat :
LPK Asy Sifaul Qolbi | 8
 Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air hangat)
 Kapas
 Handuk besar: 2 buah
 Peniti: 2 buah
 Air hangat dan dingin dalam baskom
 Waslap: 2 buah
 Bengkok
Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan
pispot, sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas
plastic yang berbeda
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil kapas basah.
Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan,
labia minora kiri, labia minora kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke
bawah dengan kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)
13.Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan apakah
lepas/longgar, bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah

LPK Asy Sifaul Qolbi | 9


14. Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17.Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan selimut
Pasien
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

5. Konseling Keluarga Berencana (KB)

Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau
masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat dari kelahiran
tersebut.

Tujuan dari Keluarga Berencana

a. Mencegah kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 10


b. Mengusahakan kelahiran yang diinginkan, yang tidak akan terjadi tanpa campur tangan ilmu
kedokteran.

c. Pembatasan jumlah anak dalam keluarga.

d. Mengusahakan jarak yang baik antara kelahiran.

e. Memberi penerapan pada masyarakat mengenai umur yang terbaik untuk kehamilan yang
pertama dan kehamilan yang terakhir (20 tahun dan 35 tahun).

Manfaat KB

Untuk Ibu

a. Perbaikan kesehatan, mencegah terjadinya kurang darah.

b. Peningkatan kesehatan mental karena mempunyai waktu banyak untuk istirahat.

Untuk Ayah

a. Memperbaiki kesehatan fisik karena tuntutan kebutuhan lebih sedikit.

b. Peningkatan kesehatan mental karena mempunyai waktu banyak untuk istirahat.

Untuk anak

a. Perkembangan fisik menjadi lebih baik.

b. Perkembangan mental dan emosi lebih baik karena perawatan cukup dan lebih dekat dengan
ibu.

c. Pemberian kesempatan pendidikan lebih baik.

IUD

LPK Asy Sifaul Qolbi | 11


a. IUD adalah alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T,
dan berbentuk kipas.

b. IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum. Sehingga keduanya tidak bisa bertemu dan
tidak terjadi pembuahan.

c. Kontaindikasi IUD:

1) Ibu yang dicurigai hamil.

2) Ibu yang mempunyai infeksi hamil.

3) Ibu dengan erosi leher rahim.

4) Ibu yang dicurigai mempunyai kanker rahim.

5) Ibu dengan pendarahan yang tidak normal dan tidak diketahui penyebabnya.

6) Ibu yang waktu haid perdarahannnya sangat hebat.

7) Ibu yang pernah hamil diluar kandungan.

8) Kelahiran bawaan rahim dan jaringan perut.

9) Alergi tembaga.

d. Keuntungan

Praktis, ekonomis, mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang.

e. Efek samping

Timbul nyeri atau mules, bercak-bercak perdarahan, keputihan.

PIL KB

LPK Asy Sifaul Qolbi | 12


Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone, digunakan untuk mencegah terjadinya
evulasi dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak menembus kedalam rahim.

a. Kontaindikasi pil KB :

1). Ibu sedang menyusui.

2). Pernah mengidap penyakit kuning.

3). Mengandung tumor.

4). Kelainan jantung.

5). Varises berat.

6). Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.

7). Hipertensi.

8). Penyakit gondok.

9). Migrain.

b. Keuntungan:

Sangat mudah digunakan, cocok bagi pasangan muda yang baru menikah untuk menunda
kehamilan pertama.

c. Efek samping:

Perdarahan,berat badan naik, pusing, mual,muntah, perubahan libido, rambut rontok.

KB SUNTIK (KONTRASEPSI HORMONAL)

Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk mencegah lepasnya sel
telur, menipiskan endometrium sehingga nidasi melekat, pertumbuhan hasil pembuahan terlambat dan
mengentalkan mulut rahim.

a. Kontra indikasi

1) Wanita yang disangka hamil.

2) Wanita dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.

3) Mengidap tumor.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 13
4) Mempunyai penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, paru-paru.

c. Keuntungan:

Praktis, efektif, aman, dan cocok untuk para ibu yang menyusui.

d. Efek samping

Terlambat atau tidak mendapatkan haid, perdarahan diluar haid, keputihan, jerawat, libido menurun,
perubahan berat badan.

Kontrasepsi suntikan di Indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi
suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN)
dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama
dagang Depoprovera. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik penyuntikannya yaitu
secara intramusculer dalam, di daerah m. gluteus maksimus atau deltoideus. Kontraindikasi
kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping
yang berupa gangguan haid ialah amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang
bukan merupakan gangguan haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan
kontrasepsi hormonal lainnya.

Profil SUNTIK PROGESTIN:

1. Sangat efektif.

2. Aman.

3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.

5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

Jenis

Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:

1. Depo medroksiprogesteron asetat (depo proveta), mengandung 150 mg DMPA, yang


diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).

LPK Asy Sifaul Qolbi | 14


2. Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron
enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.

Cara Kerja:

1. Mencegah ovulasi.

2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan:

1. Sangat efektif Pencegahan kehamilan jangka panjang.

2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

3. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah.

4. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

5. Sedikit efek samping.

6. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.

7. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

8. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

9. Mencegah beberapa penyebab terjadinya penyakit radang panggul.

10. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

Keterbatasan :

1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).


LPK Asy Sifaul Qolbi | 15
2. Tidak haid sama sekali.

3. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).

4. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

5. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B Virus, atau infeksi
virus HIV.

7. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

8. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau kelainan pada
organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya
(tempat suntikan).

9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).

10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan
libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Usia reproduksi.

2. Nulipara yang telah memiliki anak.

3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi.

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6. Setelah abortus atau keguguran.

7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8. Perokok.

9. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau
anemia bulan sabit.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 16
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).

11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13. Anemia defesiensi besi.

14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran).

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

4. Terutama amenorea.

5. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

6. Diabetes mellitus disertai komplikasi

Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut
tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak
perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 17


5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dan
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah di suatukan tidak boleh berhubungan seksual.

7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.

8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan
setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin

1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.

2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.

3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.

5. Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak
dalam satu periode masa haid.

SUSUK KB (IMPLAN)

Adalah suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian dalam,
digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak siapnya
endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.

a. Kontra indikasi

1) Wanita yang disangka hamil.

2) Wanita dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.


LPK Asy Sifaul Qolbi | 18
3) Wanita yang mengidap tumor.

4) Wanita yang mengidap penyakit jantung, hipertensi, kencing manis.

b. Keuntungan : Praktis dan efektif selama 5 tahun.

c. Efek samping : Tidak mendapatkan haid, perdarahan, timbul jerawat,mual berat badan
menurun, migrain, libido menurun.

KONDOM (KB ALAMIAH)

Adalah alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya
lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya
berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu
0,02 mm.

Jenis Kondom

Ada beberapa jenis kondom, di antaranya:

a. Kondom biasa

b. Kondom berkontur (bergerigi)

c. Kondom beraroma

d. Kondom tidak beraroma.

Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum
populer.

Cara Kerja Kondom

Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:

a. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.

b. Sebagai alat kontrasepsi.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 19


c. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transisi mikroorganisme penyebab (IMS termasuk
HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom
yang terbuat dari lateks dan vinil).

Efektivitas Kondom

Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif.

Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan per tahun.

Manfaat Kondom

Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan
nonkontrasepsi.

Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:

a. Efektif bila pemakaian benar.

b. Tidak mengganggu produksi ASI.

c. Tidak mengganggu kesehatan klien.

d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

e. Ekonomis/Murah dan tersedia di berbagai tempat.

f. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.

g. Metode kontrasepsi sementara.

Manfaat kondom secara nonkontrasepsi antara lain:

a. Peran serta suami untuk ber-KB.

b. Mencegah penularan IMS.

c. Mencegah ejakulasi dini.

d. Mengurangi insidensi kanker serviks.

e. Adanya interaksi sesama pasangan.


LPK Asy Sifaul Qolbi | 20
f. Mencegah imuno infertilitas.

Keterbatasan Kondom

Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

a. Efektivitas tidak terlalu tinggi.

b. Tingkat efektivitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.

c. Adanya pengurangan sensitivitas pada penis.

d. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

e. Perasaan malu membeli di tempat umum.

f. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

Penilaian Klien

Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah

KONDOM
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi
apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan
untuk melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi Tidak peduli dengan berbagai persyaratan
saat berhubungan dan Berisiko tinggi Kontrasepsi
tertular/menularkan PMS
Kunjungan Ulang

Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan
kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan
dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya.
Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan
anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 21


Penanganan Efek Samping

Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.

Efek samping atau masalah Penanganan


Kondom rusak atau bocor sebelum Buang dan pakai kondom yang baru atau
Pemakaian gunakan spermisida
Kondom bocor saat berhubungan Pertimbangkan pemberian Morning After Pil
Adanya reaksi alergi Berikan kondom jenis alami atau ganti
metode kontrasepsi lain
Mengurangi kenikmatan berhubungan Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti
Seksual metode kontrasepsi lain

Cara Penggunaan/Instruksi bagi Klien

a. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.

b. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom.

c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya
pada saat membuka kemasan.

d. Pemasangan kondom pada saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan
jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.

e. Kondom dilepas sebelum penis melembek

f. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada
saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.

g. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.

h. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.

i. Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.

j. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 22
k. Jangan gunakan minyak goreng atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom

PANTANGAN BERKALA (KB ALAMIAH)

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur/ovulasi.

1) MANFAAT

Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun
konsepsi.

a. Manfaat kontraseps : sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

b. Manfaat konsepsi : dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan
bisa hamil.

2) KEUNTUNGAN

Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:

a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.

d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 23


e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari risiko kesehatan
yang berhubungan dengan kontrasepsi.

f. Tidak memerlukan biaya.

g. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

3) KETERBATASAN

Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:

a. Memerlukan kerja sama yang baik antara suami istri.

b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.

d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

e. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

4) EFEKTIVITAS

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan
kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan
dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun.

5) FAKTOR PENYEBAB METODE KALENDER TIDAK EFEKTIF

Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:

LPK Asy Sifaul Qolbi | 24


a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).

b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan


sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan
setelah ovulasi menjadi tidak tepat.

c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.

d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis


mukus/lendir serviks yang menyertainya.

e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi.
Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.

6) PENERAPAN

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:

a. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).

b. Fertility phase (masa subur).

c. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali
siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah
dicatat.

1. Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-
12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.

Contoh:

Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada

LPK Asy Sifaul Qolbi | 25


tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila
ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontras 2.

2. Bila haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan

hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.

Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus:

Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18.

Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11.

Prosedur Keterampilan Konseling KB

LANGKAH / KEGIATAN
KONSELING UMUM
1. Mengucapkan salam
2. Memberikan informasi umum tentang KB. KB adalah suatu upaya yang mengatur banyaknya
jumlah kelahiran.
3. Memberikan informasi tentang jenis alat kontrasepsi yang ter sedia di pelayanan dan
menjelaskan masing-masing alatkontrasepsi dimana dan bagaimana alat kontrasepsi tersebut
digunakan, mekanisme kerja masing-masing kontrasepsi:
a. Alat kontrasepsi hormonal
1) Pil
Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone yang diminum rutin setiap
hari pada jam yang sama, digunakan untuk mencegah terjadinya evulasi dan
mengentalkan lendir mulut rahim.
2) Suntik
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk
mencegah lepasnya sel telur, menipiskan endometrium, pertumbuhan hasil pembuahan
terlambat dan mengentalkan mulut rahim.
3) Implant
Suatu alat yang dimasukkan kebawah kulit, misalnya pada lengan atas bagian
dalam, digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah servik, membuat tidak
LPK Asy Sifaul Qolbi | 26
siapnya endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
4) Alat kontrasepsi nonhormonal
b. IUD
Alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T, dan
berbentuk kipas, IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum dan sperma.
c. Kondom
Alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
KONSELING SPESIFIK
4. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
5. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat dsb).
6. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kehamilan atau ingin membatasi jumlah anaknya).
7. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin menentang penggunaan salah
satu metode KB.
8. Diskusikan pertimbangan, kebutuhan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang simpatik.
9. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat.
10. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien
KONSELING PRA-PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN
11. Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
kesehatan untuk menggunakan AKDR.
Riwayat Reproduksi :
 Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan haid.
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir.
 Riwayat kehamilan ektopik.
 Nyeri yang hebat setiap haid.
 Anemia yang berat (Hb < 9 gr% atau Hematokrit <30).
 Riwayat infeksi system genitalia (ISG), Penyakit menular seksual (PMS atau infeksi
panggul.
 Berganti-ganti pasangan (resiko ISG tinggi).
 Kangker serviks.
12. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang akan
dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
Pemeriksaan Panggul
13. Pastikan klien untuk mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia dengan
menggunakan sabun dan air.
14. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
15. Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan.
16. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di daerah
supra pubik

LPK Asy Sifaul Qolbi | 27


17. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul.
18. Atur arah sumber cahaya untuk pemeriksaan serviks.
19. Pakai sarung tangan DTT.
KONSELING PASCA PEMASANGAN
20. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus dilakukan.
21. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
22. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol.
23. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380 A adalah 10 tahun.
24. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila ia memerlukan konsultasi,
pemeriksaan medik atau bila ia menginginkan AKDR tersebut dicabut.
25. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
26. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien.

6. Pijat Oksitosin
Prosedur Pijat Oksitosin:
1. Tahap Persiapan
Menyiapkan alat–alat dan bahan
 3 Buah handuk besar bersih
 Air hangat dan air dingin dalam baskom
 2 buah Waslap atau sapu tagan dari handuk
 Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya
 Tissue
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin:
 Menyapa pasien
 Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)
 Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
2. Tahap Pelaksanaan
1) Mencuci tangan
2) Melepaskan baju ibu bagian atas
3) Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi
duduk
4) Memasang handuk
5) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
6) Membersihkan aerola dan sekitarnya dengan air hangat
7) Menstimulasi dengan cara menekan aerola

LPK Asy Sifaul Qolbi | 28


8) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan
tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan (enflurage)
9) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar
kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya (circle)
10) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari leher ke
arah tulang belikat, selama 2-3 menit
11) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
12) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian
13) Mencuci tangan
3. Tahap Dokumentasi
Dokumentasikan hasil

PAKET 2

KEPERAWATAN ANAK

1. Cara Pemberian Asi/Teknik Menyusui


Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu.
Kebanyakan putting nyeri disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi
tidak menyusu sampai kalangan payudara. Bila bayi menyusu hanya pada putting susunya, maka
bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus,
sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri pada putting susunya.

Prosedur Cara Pemberian Asi/Teknik Menyusui


1. Persiapan
a. Ruangan yang nyaman

LPK Asy Sifaul Qolbi | 29


b. Kursi 1 buah
2. Tindakan
a. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
b. Menjaga privacy ibu.
c. Menganjurkan ibu untuk duduk dengan nyaman dan tidak menggantungkan kaki.
d. Mencuci tangan
e. Mengeluarkan sedikit ASI dengan menekan areola dan oleskan ASI di sekitar puting.
f. Mendekatkan bayi dengan menopang kepala dengan lengan ibu.
g. Memposisikan bayi sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu dan
seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus atau perut bayi bertemu
perut ibu), muka bayi menghadap ke payudara ibu. Seluruh badan bayi tersangga dengan
baik, tidak hanya leher dan bahu saja. Memegang payudara dengan satu tangan dengan
cara meletakaan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jar dan
telunjuk harus membentuk huruf C.
h. Memastikan pelekatan bayi dengan cara: mengamati mulut bayi saat mencari puting susu.
Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting
susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Memastikan bahwa
sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudaraa ibu dan
hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
i. Mengeluarkan puting dari mulut bayi bila bayi sudah selesai menyusu, dengan cara
memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara.
j. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi
melintang kemudian menepuk punggung bayi.

2. Memandikan Bayi Baru Lahir


Memandikan bayi adalah membersihkan dan memberikan kenyamanan pada bayi dengan
memandikannya pada 6 jam setelah kelahiran.
Prosedur Memandikan Bayi Baru Lahir:
1. Persiapan:
a. Cuci tangan efektif dengan sabun dan air mengalir
b. Siapkan keperluan mandi seperti:
- Pakaian bersih
- Popok
- Alat perekat
LPK Asy Sifaul Qolbi | 30
- Sabun
- Handuk
- Selimut
c. Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
d. Siapkan air hangat, dalam bak/jolang mandi
e. Lepaskan pakaian bayi
f. Bersihkan tinja dari daerah pantat sebelum memandikan agar air mandi tetap bersih
2. Langkah-langkah
a. Sanggalah kepala bayi sambil mengusapkan air ke muka, tali pusat dan tubuh bayi.
b. Letakkan bayi pada selembar handuk.
c. Pakaikan sabun di sebelah mak mandi. (jangan memberi sabun pada muka dan cuci
mukanya dahulu sampai bersih)
d. Jika bayi laki-laki, tarik kulup (preputium) ke belakang dan cucilah lipatan-lipatan pada
penis.
e. Bilas sabun dengan cepat, sambil menyangga kepala dan terutama punggung bayi. Tidak
perlu menghilangkan verniks, yaitu zat berwarna putih dan lengket pada kulit bayi,
terutama pada lipatan-lipatan kulit. Verniks ini berfungsi memberikan perlindungan dan
akan diserap oleh tubuh dalam waktu singkat.
f. Keringkan betul-betul bayi dengan handuk yang hangat dan kering.
g. Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering (singkirkan handuk basah
ke pinggir).
h. Kenakan popok dengan pas dan tidak terlalu ketat.
i. Pakaikan baju dan selimuti bayi agar kehangatan tetap terjaga.

3. Pemberian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan
cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan (vaksin) ke
dalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen tersebut dimasa
yang akan datang. Imunisasi boleh saja diberikan pada semua umur. Namun beberapa imunisasi
akan lebih efektif apabila diberikan pada usia tertentu. Misalnya ada yang efektif pada bayi,
anak-anak, remaja, dewasa bahkan Manula. Semua itu tergantung jenis imunisasi yang
diinginkan.
Beberapa alasan mengapa imunisasi dasar penting untuk diberikan:

LPK Asy Sifaul Qolbi | 31


a. Imunisasi diberikan supaya bayi siap dengan lingkungan baru (setelah lahir) karena tidak ada
lagi kekebalan tubuh alami yang ia dapatkan dari ibu seperti ketika masih dalam kandungan.
b. Apabila belum dilakukan vaksinasi dan kemudian terkena kuman yang menular, maka
kemungkinan besar tubuhnya belum kuat untuk melawan penyakit tersebut. Sehingga degan
adanya imunisasi ini tubuh sang buah hati menjadi lebih kuat.
Manfaat dari Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
a. Untuk menjaga daya tahan tubuh sang buah hati
b. Untuk mencegah bayi terkena penyakit-penyakit menular yang berbahaya
c. Untuk menjaga buah hati agar selalu sehat
d. Sebagai upaya pencegahan dari kecacatan dan kematian
e. Sebagai upaya untuk menjaga dan membantu perkembangan sang buah hati secara optimal.
1. Prosedur Imunisasi BCG

NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Melilitkan plastik pada leher ampul dengan erat
6. Mempertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati keluar dari lilitan
7. Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut vaksin BCG
Gunakan semprit 5 cc yang steril
8. Menggoyang-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara merata
9. Mengisi semprit dengan vaksin BCG menggunakan semprit 0,1 cc
10. Mengeluarkan gelembung udara
Perhatikan agar vaksin tidak terlalu banyak atau sedikit, ukur agar piston tepat
pada skala 0,05 cc
11. Mengatur posisi bayi
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12. Membersihkan lengan kiri bayi dengan menggunakan kapas yang dibasahi air
matang
13. Memegang lengan anak dengan tangan kiri dan memegang semprit dengan
tangan kanan, lubang jarum semprit menghadap ke atas
14. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit sedikit mungkin melukai kulit
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 lengan kanan bagian atas, suntikan dilakukan
secara intra cutan
LPK Asy Sifaul Qolbi | 32
15. Meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ujung barrel. Memegang pangkal barrel
antara jari telunjuk dan jari tengah, lalu dorong piston dengan ibu jari tangan
kanan
16. Menyuntikkan 0,05 cc vaksin BCG
17. Mencabut jarum setelah vaksin habis
18. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
19. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
20. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

2. Prosedur Imuniasai Polio

NO LANGKAH - LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka tutup metal dan tutup karet pada flakon vaksin polio
Pastikan vaksin belum kadaluarsa
5. Memasang pipet plastik pada flakon
6. Mengatur posisi bayi, untuk lebih memudahkan bayi dapat sambil dipangku oleh
ibunya
7. Menekan kedua pipi bayi dengan menggunakan kedua jari tangan kiri, sehingga
bayi membuka mulutnya
Lakukan dengan lembut dan hati-hati, jangan sampai melukai bayi
8. Tangan kanan memegang flakon vaksin polio, lali meneteskan 2 tetes vaksin ke
mulut bayi
9. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
10. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
11. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

3. Prosedur Imunisasi DPT

NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
LPK Asy Sifaul Qolbi | 33
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas basah sebagai
tindakan desinfeksi
6. Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum DPT ke dalam
semprit tersebut
7. Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit sebanyak 0,5 cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
8. Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan udaranya ke
dalam flakon
9. Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu menyedot
0,5 cc vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin perhatikan
vaksin sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin yang beku
10. Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk melihat
apakah terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga gelembung udara
keluar
11. Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan dengan
dipegangi oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12 Menyuntikkan vaksin DPT sebanyak 0,5 cc pada paha sebelah luar dengan
suntikan IM
13 Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
14 Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
15 Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

4. Pemberian Imunisasi Hepatitis B Jenis Uniject

NO LANGKAH – LANGKAH
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Mempersiapkan posisi bayi
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 paha bagian luar secara IM
5. Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari pendingin
Pastikan uniject tidak kadaluarsa
LPK Asy Sifaul Qolbi | 34
6. Membuka kantong alumunium/plastik dan mengeluarkan uniject
7. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya di
antara jari telunjuk dan jempol
8. Mendorong tutup jarum ke arah lateral dengan tekanan
9. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher
Saat uniject diaktifkan akan terasa ada hambatan dan rasa menembus lapisan
10. Membuka tutup jarum
11. Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan jarum pada bayi
Pada imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi. Sewaktu penyuntikan
usahakan anak berada dalam keadaan tenang
12. Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan vaksin, setelah reservoir
kempis cabut uniject dari paha bayi dengan cepat. Pastikan seluruh uniject masuk
ke tubuh bayi
13. Membuang uniject yang sudah tidak terpakai di tempat benda tajam
14. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
15. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
16. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

Pemberian vaksin yang tepat secara aman meliputi:


- Kualitas vaksin yang terjamin
- Penyuntikan yang steril
- Melarutkan vaksin secara benar
- Lokasi penyuntikan yang tepat
- Penapisan indikasi dan kontra indikasi
- Teknik penyuntikan yang benar

LPK Asy Sifaul Qolbi | 35


4. Pemeriksaan Fisik pada Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari). Periode neonatal adalah
periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis
yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang
tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin
ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada
bayi baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia,
Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.

Prosedur Pemeriksaan Fisik pada Neonatus

NO LANGKAH-LANGKAH
1 Persiapan alat :
Handscoon, gas steril dalam tempatnya, lampu senter, tong spatel, thermometer,
LPK Asy Sifaul Qolbi | 36
kapas steril, stetoskop, jam, buku catatan, meja periksa
2 Persiapan pasien :
Menjelaskan kepada ibu tentang tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan, dan
mengatur bayi dalam posisi yang nyaman
3 Mencuci tangan dengan benar
4 Mengamati KU bayi, memeriksa tanda-tanda vital, suhu, nadi dan pernafasan
5 Melakukan pemeriksaan bayi yang meliputi inspeksi :
posisi, (normal/tidak normal), memeriksa kulit (warna, vernix, caseosa,
petechiae, sclerena neonatorium), memeriksa rambut lanugo
6 Palpasi : molding, caput sucedoneum, cephal hematoma, meningocele
Kepala : Menentukan fontanela mayor/minor (cemung, cekung, meunutup /
terbuka)
7 Mata : Menentukan conjungtivis/gonorrhoe, perdarahan sub konjungtiva / retina
8 Mulut : Menentukan kelainan congentinal (microglosus, makroglosus,
labioskizys)
9 Telinga : Menentukan kelainan congentinal, menentukan maturitas bayi
10 Leher : Menentukan kelainan kongentina, webbed neck, goiter
11 Thoraks : Menentukan bentuk thoraks (silindris, tak simetris), kesukaran
bernafas, tarikan dinding dada, grandula mamae (witen milk)
12 Paru : Menentukan type pernafasan (irregular), frekuensi pernafasan
13 Jantung : Menentukan kuat/lemahnya suara jantung
14 Abdomen : Menentukan bentuk abdomen yang tepat (silindris, datar, cekung)
menentukan palpasi hepar, lien dengan tepat, massa tumor
15 Umbilicus : Menentukan infeksi tali pusat benar, menentukan kelainan
(omphalocele, hernia umbilikalis, perdarahan)
16 Genetalia :
Laki-laki : Menentukan kelainan congenital (epispadi, hypospadi, hernia
scrotalis, hydrocele)
Perempuan : Menentukan bentuk/posisi labia mayora dan minora dengan benar,
menentukan kemungkinan normal pengaruh hormonal dari ibu
(perdarahan/ menstruasi)
17 Anus : Menentukan kelainan pada anus dengan tepat (atresia ani)
18 Ekstermitas : Menentukan kelainan congenital pada tangan dan kaki, menentukan
adanya paralyse atau fracture
19 Refleks-refleks bayi : Memeriksa refleks menghisap/memelan dengan benar,
memeriksa refleks moro, memeriksa rooting refleks, graph refleks, babinsky
20 Meconium : Menentukan bentuk dan warna meconium, menentukan sifat tinja
bayi
21 Urine : Menentukan kondisi normal / tidak normal yang berhubungan dengan
pengeluaran urine, menentukan jumlah urine normal untuk bayi sesuai usia
LPK Asy Sifaul Qolbi | 37
dengan benar
22 Penyelesaian : Merapihkan alat dengan benar

5. Pengkajian Tumbuh Kembang Anak


Seorang anak dikatakan tumbuh apabila ia bertambah berat dan tinggi setiap harinya. Untuk
mengetahui sejauhmana keadaan pertumbuhan anak dan apakah proses pertumbuhan tersebut
berjalan normal atau tidak, maka diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan parameter-
parameter tertentu yang telah ditentukan. Parameter yang sering digunakan untuk menilai
pertumbuhan anak adalah dengan melakukan pengukuran antropometrik. Pengukuran
antropometrik dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan
menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). Ukuran
antropometrik ini dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya berat badan
(BB) terhadap umur, tinggi badan (TB) terhadap umur, lingkar kepala (LK) terhadap umur
dan lingkar lengan atas (LLA) terhadap umur.
2. Tidak tergantung umur yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya
tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur. Misalnya berat badan terhadap tinggi
badan (BB/TB), lingkaran lengan atas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).

Pemeriksaan antropometri yang paling sering digunakan untuk menentukan keadaan


pertumbuhan pada masa Balita adalah (Nursalam, 2005):
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Lingkar kepala
4. Lingkar lengan atas
5. Tebal lipatan kulit
Pertumbuhan seorang anak dapat dinilai dengan cara melakukan serangkaian pemeriksaan
pertumbuhan yang disebut dengan pemeriksaan antropometrik yang terdiri dari pengukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut dapat diketahui status nutrisi anak, tingkat pertumbuhannya, serta deteksi
adanya kemungkinan penyakit kongenital seperti hidrosepalus atau retardasi mental.
Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
dengan menggunakan tes DDST. DDST merupakan salah satu metode yang bisa dilakukan untuk

LPK Asy Sifaul Qolbi | 38


menilai kemampuan anak dalam melakukan tugas perkembangannya. DDST bukan pemeriksaan
diagnostik bukan pula pemeriksaan IQ.
Tetapi hasil DDST dapat menjadi indikator perkembangan anak sehingga apabila hasil
pemeriksaan banyak item yang gagal dilakukan anak, maka orang tua harus waspada dan
hendaknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Indikator perkembangan yang diperiksa dalam DDST terdiri dari 4 sektor yaitu personal
sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar. Kesemuanya dijabarkan menjadi 125 item tugas
perkembangan yang harus dilewati anak sesuai dengan usianya.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 39


Ga
m
ba
r
Fo
rm
uli
r
pe
m
eri
ks
aa
n
DD
ST
II
ta

LPK Asy Sifaul Qolbi | 40


Gambar Formulir pemeriksaan DDST II tampak belakang

6. Pemberian Inhalasi Sederhana

Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat.


Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam
saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat
dilakukan dalam lingkungan keluarga.

Tujuannya:

1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar


2. Melonggarkan jalan nafas

Peralatan:

1. Air panas
2. Botol aqua 600 ml
3. Gelas 250 ml
4. Aroma terapi seperti minyak kayu putih

Prosedur:

Waktu yang dibutuhkan untuk menjelaskan dan melakukan pemberian terapi inhalasi sederhana
yaitu 15 menit. Pasien/keluarga diminta untuk memperhatikan cara menggunakan terapi inhalasi
sederhana.

1. Tahap PraInteraksi
- Mencuci tangan
- Menyiapkan peralatan
2. Tahap Orientasi
- Memberikan salam pada pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan persetujuan/persiapan pasien
3. Tahap Kerja
- Menjaga privacy pasien, ruangan tertutup
- Mencuci tangan
- Mengatur pasien dalam posisi duduk
- Menempatkan meja/troly di depan pasen
LPK Asy Sifaul Qolbi | 41
- Meletakkan gelas, botol aqua berisi air panas di atas meja pasien yang diberi pengalas
- Measukkan obat-obatan aromaterapi (minyak kayu putih) ke dalam gelas dan air panas
- Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Berpamitan dengan pasien/keluarga
- Membereskan alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

7. Postural Drainage
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan bantuan
gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang memungkinkan gaya gravitasi
membantu mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke
bronki dan trakea lalu membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan.

Tujuan postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang
disebabkan oleh akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah
dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.

Prosedur:
1. Perkusi
a. Persiapan Alat :
1) Handuk (jika perlu)
2) Peniti (jika perlu)

LPK Asy Sifaul Qolbi | 42


3) Tempat sputum
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri
perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian tipis untuk
mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung.
3) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.
5) Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat untuk
menepuk dada.
6) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
7) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti
mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.
8) Cuci tangan

2. Vibrasi
a. Persiapan Alat: sama seperti pada perkusi.
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri
perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan didrainase,
satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara
lain tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku lalu getarkan,
gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan
gerakan jika klien inspirasi.
5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke tempat sputum.
7) Cuci tangan

8. Postural Drainase
i. Persiapan Alat:
1. Bantal ( 2 atau 3 buah)
LPK Asy Sifaul Qolbi | 43
2. Tisue
3. Segelas Air hangat
4. Sputum Pot
ii. Prosedur Pelaksanaan:
1. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri
perawat, pastikan identitas klien,jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2. Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada pengkajian semua bidang
paru, data klinis dan gambaran foto dada. Agar efektif, tindakan harus dibuat individual
untuk mengatasi spesifik dari paru yang tersumbat.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. Bantu klien untuk
memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan
kaki yang tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan. Posisi khusus
dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Anak-anak, prosedur ini
cukup 3-5 menit.
5. Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada atau
gerakan iga di atas area yang didrainase.Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan
memobilisasi sekresi pada jalan napas.
6. Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi
yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa batuk, harus dilakukan
pengisapan. Setiap sekresi yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan
melalui batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase
selanjutnya.Batuk akan sangat efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan.
7. Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.
Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan
membantu klien menoleransi terapi dengan lebih baik.
8. Minta klien minum sedikit air.
Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi sekresi.
9. Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase.
Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase postural digunakan hanya untuk
mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual.
10. Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 44


Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya atau mengganti program
drainase.
11. Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.

9. Perawatan Bayi dalam Inkubator


Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang
optimal. Perawatan bayi dalam incubator adalah perawatan bayi dalam suhu
lingkungan yang netral yaitu suatu keadaan dimana panas yang di hasilkan dapat
mempertahankan suhu tubuh bayi tetap.

Tujuannya adalah terciptanya suhu lingkungan yang normal dimana panas yang di
hasilkan dapat mempertahankan suhu tetap.

Prosedur:
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat
- Inkubator tertutup/terbuka
- Thermometer
- Jam tangan dengan detik
- Oksigen
3. Pelaksanaan
- Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
- Inkubator harus selalu tertutup hanya terbuka jika diperlukan dalam keadaan
darurat, misalnya apnea, jika incubator di buka maka usahakan untuk
memepertahankan suhu bayi tetap hangat, oksigen harus di sediakan.
- Perawatan dan pengobatan di lakukan melalui lobang
- Bayi dalam keadaan incubator harus berada dalam keadaan telanjang (tidak
memakai pakaian) untuk mememudahkan observasi keadaan umum misalnya:
pernafasan dan warna tubuh
- Pengaturan panas bagi bayi harus sesuai dengan hati-hati sesuai dengan berat
badan dan kondisi tubuh
- Pengaturan oksigen dan kelembaban di dalam incubator harus di observasi

LPK Asy Sifaul Qolbi | 45


- Inkubator harus di bersihkan didesinfeksi setiap 1 minggu 1 kali dengan membuka
incubator untuk sementara bayi di pindahkan dahulu ke incubator lain
- Inkubator tidak di tempatkan dekat dengan jendela atau dinding serta alat
pendingin
- Inkubator harus di tempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27
derajat C
- Perawatan bayi dalam incubator terbuka :
- Inkubator ini harus di buka jika hendak melakukan perawatan (model kuno). Pada
prinsipnya perawatan dalam incubator sama dengan incubator tertutup, perbedaan
hanya dalam melaksanakan perawatan.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 46


PAKET 3
KEPERAWATAN BEDAH

1. Pemasangan Suction

Suction adalah penghisapan sekret di jalan napas melalui karet/polyethylene yang dihubungkan
dengan mesin suction.
Tujuan :
 Mengeluarkan sekret/cairan pada jalan napas
 Melancarkan jalan napas
Peralatan :
 Mesin suction
 Bak instrumen steril berisi:
1. Kateter suction
2. Handschoon
3. Pinset anatomi 2 buah
4. Kasa
5. Kom
6. NaCl atau air steril
7. Perlak/pengalas
8. Tempat sputum, jika spesimen dikumpulkan selama dilakukan suction.
Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
LPK Asy Sifaul Qolbi | 47
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1. Posisi klien yang sadar dan mempunyai refleks muntah adalah posisi semifowler
dengan kepala klien diputar ke sisi untuk suction oral dan leher ekstensi untuk
suction nasal, untuk memudahkan kateter masuk dan membantu mencegah aspirasi.
2. Posisi klien yang tidak sadar adalah lateral, sehingga lidah tidak jatuh dan tidak
menutup pemasukan kateter. Posisi lateral juga mengalirkan sekret dari faring dan
mencegah aspirasi.
3. Tempatkan handuk diatas bantal dibawah dagu klien
4. Beberapa suction mempunyai tiga daerah tekanan : tinggi (120-150 mmHg), sedang
(80-120 mmHg), rendah (0-80 mmHg). Umumnya tekanan 100-120 mmHg untuk
orang dewasa, dan 50-75 mmHg untuk anak-anak dan bayi.
5. Buka bak instrumen steril, masukkan NaCl/air steril pada tempatnya
6. Pakai sarung tangan steril
7. Ambil kateter dan hubungkan dengan suction
8. Buat ukuran kedalaman, tandai selang dengan jari. Ukuran tepat sepanjang hidung
dan lobang telinga / 13 cm untuk orang dewasa.
9. Basahi ujung kateter dengan air steril/saline, untuk mengurangi hambatan dan
memudahkan pemasukan
10. Suction di tes dan tempatkan jari tangan ke tempat ibu jari, buka cabang Y connector
(control suction) untuk menimbulkan pengisapan
11. Masukkan kateter suction dengan hati-hati (nasopharing ± 5 cm, oropharing± 10 cm),
tanpa menutup kateter suction.
12. Hisap lendir dengan menutup lubang kateter suction, tarik keluar perlahan sambil
memutar (± 5 detik untuk anak-anak, ± 10 detik untuk dewasa). Penghisapan
dilakukan hanya 15 detik.
13. Bilas kateter suction dengan air steril atau NaCl, sambil memberi kesempataan pasien
bernapas.
14. Ulangi penghisapan 3 – 5 kali
15. Dorong klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara suction. Nafas dalam dan
batuk membantu mengeluarkan sekret dari trachea dan bronchi ke faring, yang dapat
dijangkau kateter suction.
16. Observasi keadaan umum klien dan status pernapasannya.
17. Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi.
LPK Asy Sifaul Qolbi | 48
18. Jika dibutuhkan pemeriksaan spesimen, tampung dalam tempat sputum
19. Setelah selesai, bersihkan mulut dan hidung
20. Rapikan kateter, sarung tangan, air dan tempat sampah
d. Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan

Suction Mulut Suction Trakhea Mesin Suction

2. Perawatan Luka WSD

Perawatan WSD adalah perawatan pasien yang dipasang selang dada.


Tujuan :
a. Mencegah infeksi tempat tusukan
b. Mencegah kerusakan kulit sekitar tempat tusukan
Peralatan :
a. Botol WSD beserta selang
b. Penjepit (klem/karet)
c. Handschoon
d. Pita/perekat
Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan

LPK Asy Sifaul Qolbi | 49


3. Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1. Kaji klien :
 Status pulmonal : respirasi, nyeri dada, suara napas pada daerah paru yang terkena.
 Vital sign dan SpO2

 Tingkat kenyamanan
2. Observasi :
 Balutan selang dada dan sisi sekitar insersi selang. Gunakan handschoon bersih jika
terdapat drainase
 Kekakuan selang, ikatan yang tergantung, atau pembekuan
 Sistem drainase dada tetap tegak lurus dan berada di bawah tingkat insersi selang.
Catat jumlah drainase.
3. Berikan dua hemostat berujung karet atau penjepit yang dianjurkan pada tiap selang
dada, tempelkan pada bagian atas tempat tidur klien dengan pita perekat. Selang dada
hanya dijepit pada waktu kondisi tertentu atas perintah dokter atau kebijakan keperawatan dan
prosedur :
 Untuk mengkaji kebocoran udara
 Untuk mengosongkan dengan cepat atau mengubah sistem sekali pakai
 Jika terdapat putusnya hubungan selang drainase secara tidak sengaja dari alat
pengumpul drainase atau kerusakan alat
 Untuk mengkaji apakah klien siap untuk dilakukan pelepasan selang dada (yang
dilakukan atas perintah dokter).
4. Posisikan klien :
 Posisi semi fowler untuk mengevakuasi udara (pneumothorak)
 Posisi fowler tinggi untuk drainase cairan (hemothorak, efusi)
5. Pastikan hubungan selang antara dada dan selang drainase masih baik dan terikat :
 Tentukan apakah lubang penutup air tidak tersumbat
 Pastikan lubang ruang kontrol pengisap tidak tersumbat ketika menggunakan

LPK Asy Sifaul Qolbi | 50


pengisap. Sistem tanpa air memiliki katup pelepas tanpa penutup.
6. Hindari kelebihan selang : letakkan selang horisontal berseberangan dengan tempat
tidur atau kursi klien sebelum menjatuhkan secara vertikal ke dalam botol drainase.
Jika klien berada pada kursi dan selang digulung, angkat selama 15 menit untuk
meningkatkan drainase.
7. Atur selang tergantung pada garis lurus dari atas alas tidur sampai ruang drainase.
8. Urut dan peras selang hanya jika diindikasikan :
 Selang dada mediastinal paska operasi dimanipulasi jika pengkajian
mengindikasikan adanya obstruksi sekunder akibat adanya bekuan atau debris di
dalam selang.
 Observasi paska operasi dilakukan tiap 15 menit dalam 2 jam pertama. Interval
pengkajian ini kemudian berubah sesuai dengan status klien.
9. Observasi kepatenan selang dada, drainase, fluktuasi, tanda-tanda vital, dan tingkat
kenyamanan.
d. Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan

4. Pemasangan Nebulizer

Nebulisasi adalah pemberian inhalasi uap dengan obat / tanpa obat menggunakan nebulator.
Tujuan :

LPK Asy Sifaul Qolbi | 51


a. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
b. Melonggarkan jalan napas
Peralatan :
a. Set nebulisasi
b. Obat bronkhodilator
c. Bengkok
d. Tissue
e. Spuit 5 cc
f. Aquades
Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
 Cuci tangan
 Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
 Beri salam, panggil klien dengan namanya
 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1. Jaga privacy klien
2. Atur klien dalam posisi duduk
3. Tempatkan meja / troli yang berisi set nebulisasi di depan pasien
4. Pastikan alat dapat berfungsi dengan baik
5. Isi nebulator dengan aquades sesuai takaran
6. Masukkan obat sesuai dosis
7. Pasang masker menutupi hidung dan mulut klien
8. Hidupkan nebulator dan minta klien napas dalam sampai obat habis.
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tisu.
d. Tahap terminasi :
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
LPK Asy Sifaul Qolbi | 52
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan

Nebulisasi Nebulator

5. Perawatan Trakheotomy

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Tujuan :
1. Mencegah obstruksi jalan nafas
2. Sarana untuk mengangkat sekret
3. Meningkatkan kerja paru
4. Mencegah infeksi
5. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakeostomi
Indikasi :
1. Tumor laring
2. Injuri/trauma berat
3. Obstruksi jalan nafas
4. Memasang alat bantu pernafasan (respirator)
5. Mengeluarkan sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fiisologis, misalnya
pada pasian dalam keadaan koma
6. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah,
dan faring.
Persiapan Pasien :
Atur posisi terlentang atau semifowler.
Persiapan Alat :
1. Tali pengikat trakeostomi
2. Kom/mangkuk steril, cairan Nacl, Hydrogen Peroksida (H202), spuit 10cc.
3. Stetoskop

LPK Asy Sifaul Qolbi | 53


4. Suction set
5. Set ganti balut steril
6. 1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen steril
7. Kapas apus (swab), alkohol 70%
8. Nierbeken/bengkok, plester, dan gunting
9. Sikat pembersih
10. Handuk, perlak, dan kantung plastik
11. Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker, gaun/ skort (jika perlu)
Penatalaksanaan :
1. Menjelaskan prosedur dan tujuannya kepada klien
2. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman (supine atau semifowler)
3. Membentangkan handuk didada klien
4. Menjaga kebutuhan privacy klien
5. Mendekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
6. Menutup sampiran
7. Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih
8. Membuka set peralatan dan bungkus alat-alat yang dibutuhkan untuk pembersihan trakeostomi.
 Meletakkan perlak paling bawah
 Mengatur mangkuk steril kedua dekat, jangan menyentuh bagian dalam mangkuk
 Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk, jangan sampai menetes ke perlak
 Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrgen peroksida
 Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrogen peroksida
 Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen peroksida diatas kasa pertama, dan normal
salin pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga dibiarkan kering.
 Jika trakeostomi menggunakan kanule dalam sekali pakai ( disposible), buka bungkusnya
sehingga dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilisasi kanule dalam
 Menentukan panjang tali pengikat trakeostomi yang diperlukan dengan menggandakan
lingkar leher dan menambah 5 cm dan gntung tali pada panjang tersebut.
9. Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah mengguanakan skort, kaca mata pelindung,
dan handscoen steril
10.Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan handscoen steril yang baru. Pertahankan
agar tangan dominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan.
11.Membersihkan kanule dalam

LPK Asy Sifaul Qolbi | 54


12.Mengganti kanule dalam sekali pakai ( disposible inner-canule)
 Buka dan lepaskan kanul dalam dengan menggunakan tangan yang tidak dominan dengan
hati-hati
 Lakukan teknik penghisapan dengan teknik steril (jika diperlukan)
 Mengeluarkan kanul dalam baru steril dari bungkusnya dan siramkan normal salin steril
pada kanul baru tersebut. biarkan normla salin menetes dari kanul dalam.
 Memasang kanul dalam dengan hati-hati dan cermat dan kunci kembali agar tetap pada
tempatnya
 Menghubungkan kembali klien dengan sumber oksigen
13.Membersihkan dalam tak disposible
 Lepaskan kanule dalam menggunakan tangan tidak dominan dan masukkan kanule tersebut
ke dalam mangkuk berisi hidrogen peroksida
 Membersihkan kanule dalam dengan menggunakan sikat (tangan dominan memegang sikat
dan tangan yang tidak dominan memegang kanul).
 Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan tuangkan normal
saline pada kanula sampai semua bagian kanula terbilas dengan baik. Biarkan normal saline
menetes dari kanule dalam.
 Memasang kembali kanule dalam dan kunci
 Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen
14.Membersihkan bagian luar/sekitar kanula dan kulit sekitarnya dengan menggunakan hidrogen
peroksida, lalu bilas dengan Nacl dan keringkan dengan kasa
15.Mengganti tali pengikat trakeostomi:
 Membiarkan tali yang lama tetap pada tempatnya sementara memasang tali yang baru
 Menyisipkan tali yang baru pada salah satu sisi faceplate.  Melingkarkan kedua ujung
bebasnya mengelilingi bagian belakang leher klien ke sisi lainnya faceplate dan ikat
dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali trakeostomi yang lama.
16. Memasang kasa mengelilingi kanul luar dibawah tali pengikat dan faceplate. Periksa kembali
untuk memastikan bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi pipa trakeostomi tertahan
dengan aman pada tempatnya.
17. Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa trakeostomi:
 memakai hanscoen
 jika terdapat klem pada pipa cuff lepaskan klemnya dan sambungkan dengan spuit
 meminta klien menghirup nafas dalam (biasanya 5cc). Amati kesulitan bernafas
LPK Asy Sifaul Qolbi | 55
18.Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman tempat tidur dan atur kembali ketinggian
tempat tidur.
19. Rapikan peralatan
20.Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.
Dokumentasi
1. Form lembar catatan perkembangan terintegrasi
2. Form observasi tanda-tanda vital

6. Perawatan Kolostomi

Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara
berkala sesuai kebutuhan.
Tujuan :

 Menjaga kebersihan pasien


 Mencegah terjadinya infeksi
 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
 Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Persiapan Pasien :

 Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll


 Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
 Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu,
memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar
kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien

Persiapan Alat :

1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
LPK Asy Sifaul Qolbi | 56
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri
menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat
(air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan
pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan

7. Bilas Lambung

LPK Asy Sifaul Qolbi | 57


Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan
mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT (Naso Gastric Tube). Lavase lambung
adalah aspirasi isi lambung dan pencucian lambung dengan menggunakan selang lambung. Bilas
lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang dilakukan
untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya. Lavase lambung dikontraindikasikan setelah
mencerna asam atau alkali, pada adanya kejang, atau setelah mencerna hidrokarbon atau petroleum
disuling. Hal ini terutama berbahaya setelah mencerna agen korosif kuat. Kumbah lambung merupakan
metode alternatif yang umum pengosongan lambung, dimana cairan dimasukkan kedalam lambung
melalui orogastrik atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk
membuang bagian agen yang mengandung toksik. Selama lavage, isi lambung dapat dikumpulkan
untuk mengidentifikasi toksin atau obat. Selama dilakukan bilas lambung, cairan yang dikeluarkan
akan ditampung untuk selanjutnya diteliti racun apa yang terkandung.

Alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur bilas lambung yaitu sebagai berikut:
1. Selang NGT/Stomach Tube berbagai ukuran.
2. Corong NGT.
3. Cairan yang diperlukan sesuai keperluan (susu, air putih, air es)
4. Plester yang digunting.
5. Sarung tangan (handscoen)
6. Ember penampung cairan.
7. Stetoskop.
8. Spuit 10 cc.
9. Tissue / kain kasa
10. Gliserin / jelly pelicin.
11. Bengkok / nierbeken.
12. Klem.
13. Obat-obatan yang diperlukan (sulfas Atropin, Norit)
14. Gelas Ukuran

B. PROSEDUR
1. Tahap Persiapan Menyiapkan
ala-alat dan bahan Menyiapkan
persiapan Pasien :
 Menyapa pasien

LPK Asy Sifaul Qolbi | 58


 Memberitahukan dan memberikan penjelasan kepada pasien atau
keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan.
 Mengatur posisi pasien, telentang dengan kepala ekstensi.
2. Tahap Pelaksanaan
1. Perawat mencuci tangan menggunakan 6 langkah sesuai dengan ketentuan WHO
2. Ember diletakkan dibawah tempat tidur pasien.
3. Memakai sarung tangan.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 59


4. Mengukur NGT, NGT di klem kemudian oleskan gliserin / pelican pada
bagian ujung NGT.
5. Memasukan selang NGT melalui hidung secara perlahan-lahan, jika pasien sadar
anjurkan untuk menelan.
6. Jika terjadi clynosis atau tahanan, NGT segera dicabut.
7. Pastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara :
 Masukkan ujung NGT kedalam air, jika tidak terdapat gelembung maka
NGT masuk ke lambung.
 Masukkan udara dengan spuit 10 cc dan didengarkan pada daerah lambung
dengan menggunakan stetoskop. Setelah yakin pasang plester pada hidung
untuk memfiksasi NGT.
8. Pasang corong pada pangkal NGT, kemudian dimasukkan ± 500 cc,
kemudian dikeluarkan lagi / ditampung pada ember.
9. Lakukan berulang kali sampai cairan yang keluar bersih, jernih dan tidak berbau.
10. Setelah selesai, pasien dirapikan dan peralatan dibersihkan.
11. Perawat mencuci tangan menggunakan 6 langkah sesuai dengan ketentuan WHO

LPK Asy Sifaul Qolbi | 60


3. Tahap Dokumentasi
 Perhatikan jenis cairan, bau cairan yang keluar
 Mengobservasi keadaan umum pasien dan vital sign pada saat dilakukan tindakan
 Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan pada pasien

8. Hecting dan Up Hecting

Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi – tepi luka dan mempertahankan dengan

benang atau jahitan tensile strength luka tersebut dapat tersambung.

Tujuannya untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat proses penyembuhan.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

1. Handscoon
2. Cairan NaCl
3. Larutan H2O2/perhidrol
4. Kassa steril
5. Plester
6. Lidocain
7. Spuit 3 cc
8. Catgut
9. Bak instrumen
10. Needle holder/pemegang jarum
11. Jarum dengan ujung segitiga
12. Jarum dengan ujung bulat
13. Pinset anatomi
14. Pinset chirrurgis
15. Gunting benang
16. Gunting jaringan
17. Klem arteria berujung lurus
18. Bengkok

Langkah-langkah:

1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan alat
3) Memakai sarung tangan
4) Membersihkan luka dengan cairan NaCl 0,9%
5) Memberikan suntikan anastesi lokal
6) Memberikan larutan H2O2/perhidrol 3% dan bilas dengan NaCl 0,9 %
7) Bila luka terbuka dan dalam, jari – jari petugas meraba mencari sisa kotoran yang menempel
pada luka dan bilas kembali dengan NaCl 0,9%
8) Membersihkan luka dengan cairan antiseptik

LPK Asy Sifaul Qolbi | 61


9) Melakukan penjahitan luka lapis demi lapis lalu kompres dengan larutan antiseptik
10) Menutup luka dengan kassa steril
11) emberitahu pasien untuk menjaga luka tetap bersih dan kering,obat yang harus diminum dan
kapan kontrol
12) Membersihkan alat
13) Mencuci tangan
14) Dokumentasi

Mengangkat Jahitan (Aff Hecting/ Hecting Up adalah satu tindakan melepaskan jahitan yang
biasanya dilakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).

Tujuannya adalah:

1. Mempercepat proses penyembuhan luka


2. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alinineum

Persiapan alat:

1. Set heating up steril yang berisi: pinset cirugis 2, pinset anatomis 2, gunting heating
up, kassa steril dalam bak instrumen steril.
2. Bengkok
3. Korentang
4. Gunting plester
5. Kassa dalam bak instrumen
6. Plester
7. Betadine
8. Alkohol 70%
9. Wadah sampah infeksius

Prosedur:

1. Tahap Interaksi
1. Mengeksplorasi kemampuan diri
2. Tahap Orientasi
1. Megecek intruksi dari dokter
2.  Memastikan identitas pasien
3. Perawat memberi salam
4. Perawat menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
5. Perawat melakukan kontrak waktu tindakan pada pasien
6. Jaga privasi pasien
3. Tahap Kerja
1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat di dekat pasien\
3. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
4.  Perawat cuci tangan
5. Meletakkan bak instrument steril ke dekat pasien atau di darah yang mudah dijangkau

LPK Asy Sifaul Qolbi | 62


6. Membuka bak instrumen secara steril
7. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan dimasukkan ke dalam ember bak
sampah
8. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas alkohol
9. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan betadhin 10%
10. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara:menjepit simpul
jahitan dengan pinset cirugis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang
tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau disisi lain yang tidak ada
simpul
11. Mengolesi luka dengan kasa steril kering dan di plester
12. Menutup luka dengan kassa steril kering dan di plester
13. Merapikan klin
14. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
15. Perawat cuci tangan
16. Mencatat pada catatan perawatan

9. Perawatan Luka Laparatomi


1. Persiapan Klien
- Sapa klien dengan komunikasi terapeutik
- Jelaskan prosedur pelaksanaan pada klien
- Bersikap kooperatif dengan klien
2. Persiapan alat
- Pinset cirugris
- Pinset anatomi
- Gunting
- Handscoen disposible dan steril
- Larutan NaCl
- Kasa steril
- Korentang steril
- Mikrofor
- Kantong keresek
-  Nierbekken
- Was bensin
- Betadine kompres 3%\
- Kom sterile
- Kapas lidi

NB : Prinsip perawatan luka laparatomi adalah steril.

3. Persiapan Lingkungan
Siapkan lingkungan senyaman mungkin, lingkungan yang kondusif, dan privacy klien tetap

terjaga.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 63


4. Langkah Kerja
- Tutup pintu kamar atau pasang sampiran.
- Atur posisi yang nyaman bagi kliendan tutupi bagian selain bagian luka
dengan selimut mandi.
- Letakkan kantong sampah pada area yang mudah dijangkau. Lipat bagian
atasnya membentuk mangkok.
- Kenakan masker muka atau pelindung mata (biasanya diperlukan jika luka
mengeluarkan drainase yang mungkin muncrat ke muka perawat)dan cuci
tangan secara menyeluruh.
- Kenakan handscoen disposible bersih sekali pakai dan lepas plester, perban,
kasa, atau ikatan.
- Lepaskan plester , tarik secara paralel dari kulit ke arah balutan. Hilangkan
perekat yang tersisa dari kulit.
- Dengan tangan yang memakai handscoen , angkat balutan kasa secara hati-
hati, jaga jangan sampai menekan luka post op. Angkat balutan secara
perlahan.
- Observasi jenis luka , ada tidaknya komplikasi pasca operasi.
- Buang balutan yang kotor ke tempat sampah. Buang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
- Lepaskan handscoen dengan bagian dalamnya berada di luar. Buang ke
tempat sampah.
- Buka set balutan steril atau perlengkapan sterile yang dibungkus satu
persatu. Letakkan pada meja samping tempat tidur.
- Buka botol larutan dan tuangkan kedalam baskom steril dan tambahkan
kassa yang berserat halus.
- Kenakkan handscoen steril.
- Inspeksi warna luka,jenis jahitan, dan  integritas luka. Hindarkan kontak
dengan bahan  yang teerkontaminasi.
- Bersihkan luka dengan salin normal sesuai program. Bersihkan dari area
yang kurang terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi.
- Pasang kasa berserat halus yang lembab langsung ke permukaan luka.
Apabila luka dalam, masukkan kassa dengan hati-hati ke dalam luka dengan
mennggunakan forsep sampai semuua permukaan luka dapat kontak dengan
kasa yang lembab.
- Pijat daerah sekitar luka dengan perlahan, untuk memastikan ada tidaknya
pus.
- Pasang kasa steril berukuran 4x4 diatas kasa yang basah.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 64


- Tutupi balutan dengan bantalan ABD, Surgi-Pad, atau kasa.
- Pasang plester diatas balutan.
- Lepas handscoen dan buang ke kantong sampah.
-   Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.
- Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan.

Hal- hal yang perlu diperhatikan :


  

- Jaga kesterilan saat merawat luka


- Bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke daerah yang banyak
terkontaminasi.
- Gunakkan swab yang terpisah untuk setiap usapan.
- Kaji klien kembali untuk menentukan respons terhadap penggantian
balutan.
- Pantau status balutan minimal setiap jadwal pergantian dinas.
- Catat penampakkan luka dan drainase, toleransi klien, dan jenis balutan
yang akan digunakan ke dalam catatan keperawatan.
- Catat frekuensi penggantian balutan dan perlengkapan yang dibutuhkan
kedalam kardeks.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 65


PAKET 4

GAWAT DARURAT DAN MEDICAL SURGICAL

1. Pemasangan EKG

Elektrokardiogram merupakan alat diagnostik yang di gunakan untuk merekam aktifitas listrik
jantung.
Tujuan Pemasangan EKG
Pemsangan EKG di lakukan untuk mengetahui :
1. Mengetahui kelainan irama jantung pasien
2. Mengetahui kelainan Miokardium
3. Mengetahui Efek penggunaan obat jantung
4. Mengetahui terjadinya gangguan
elektrolit pada pasien
5. Mengetahui infeksi lapisan jantung

Perlengkapan Pemasangan EKG :


1. Mesin Elektrokardiogram ( EKG )

2. Kertas EKG

3. Jelly

4. Tissu

5. Bengkok

6. Kapas alkohol

Prosedur Tindakan Pemasangan EKG :


1. Baca Orderan / instruksi pemasangan
2. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan
3. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien
4. Melonggarkan atau melepaskan pakaian bagian atas klien.
5. Mengoleskan jelly pada elektorde

6. Pasang elektroda pada Ekstermitas atas dan bawah untuk merekam ektermitas lead
a. Merah pada ektermitas kanan atas
b. Kuning pada ekstermitas kiri atas
c. Hitam pada ekstermitas kanan bawah
d. Hijau pada ekstermitas kiri bawah
7. Pasang elektroda parakardial untuk merekam prekardial lead.
a. Pasang V1 pada interkostal ke 4 garis sternum kanan
b. Pasang V2 pada interkostal ke 4 garis sternum kiri
c. Pasang V3 pada pertengahan V2 dan V4
d. Pasang V4 pada pada interkostal ke5 pada midklavikula kiri

LPK Asy Sifaul Qolbi | 66


e. Pasang V5 pada garis axila anterior
f. Pasang V6 pada pertengahan axila sejajar V4
8. Hidupkan mesin Elektrokardiograam
9. Lakukan pencatatan indentitas klien pada EKG
10. Lakukan kalibrasi dengan kecepatan ml/detik
11. Lauakn perekaman sesuai order
12. Matian EKG dan lepaskan elektoda pada tubuh klien
13. Bantu klien memakai pakaian kembali.

2. Perawatan Gips
Melakukan tindakan perawatan terhadap luka dengan pemasangan gips untuk
mencegah terjadinya risiko infeksidan meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis bagiklien
tanpa menimbulkan trauma baru. Prosedur ini bertujuan untuk merawat gips tanpamenimbulkan
trauma baru.
Persiapan alat:
1. Bak instrumen steril berisi: balutan kasa, kom untuk larutan antiseptik atau larutan
pembersih.
2. Larutan garam faal (NaCl 0,9%) atau air.
3. Sarung tangan bersih
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Plaster
6. Tempat sampah

Persiapan pasien:

1. Pasein diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan klien disiapkan pada
posisi nyaman.

Persiapan lingkungan:

1. Menjaga privasi pasien dengan menutup sampiran

Prosedur:

1. Tahap Pra Interaksi


a. Mengkaji program/instruksi medik tentang perawatan GIPS (Prinsip 6
benar: Nama klien,  obat/jenis  insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan
pendokumentasian.
b. Mengkaji tindakan yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, serta efek samping yang
mungkin timbul.
c. Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
2. Tahap Orientasi
a. Memberi salam pada pasien
b. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur perawatan GIPS.
c. Menutup sampiran (kalau perlu).

LPK Asy Sifaul Qolbi | 67


3. Tahap Interaksi
a. Mencuci tangan
b. Menggunakan handscoon bersih
c. Perawatan gips:
- Cuci tangan
- Susun semua peralatan yang diperlukan dan dekatkan pada pasien
- Tutup ruangan atau tirai tempat tidur
- Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya
- Letakkan kantung dalam jangkauan area kerja anda
- Bantu klien pada posisi yang nyaman. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh
area gips atau peralatan steril
- Gunakan sarung tangan bersih.
- Buka balutan gips, kemudian buang kasa balutan tersebut pada tempat yang telah
disediakan sebelumnya.
- Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya.
- Perhatikan bau yang timbul pada luka dan gips, daerah yang terdapat noda, daerah
hangat, dan daerah yang tertekan.
- Gunakan sarung tangan steril.
- Bersihkan kotoran pada permukaan dengan kasa yang basah.
- Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah yang telah disediakan
- Keringkan area yang telah dibersihkan dengan kasa yang kering.
- Buang kasa yang telah digunakan pada tempat sampah yang telah disediakan.
- Jika terdapat noda, dapat dihilangkan dengan selapis semir sepatu putih.
- Pasang kembali gips dan balut kembali dengan menggunakan kasa balutan yang
baru.
- Segara laporkan bila pasien merasakan nyeri yang menetap, perubahan sensasi,
berkurangnya kemampuan menggerakkan jari tangan dan kaki yang terbuka,
perubahan warna, dan temperatur kulit.
- Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
- Buang semua bahan yang telah dipakai dan bantu klien pada posisi yang nyaman\
- Cuci tangan
- Catat pada catatan perawat mengenai hasil observasi pada gips.
- Dokumentasikan perawatan gips yang telah dilakukan, termasuk pernyataan
respon klien.
4. Tahap Terminasi
a. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
b. Membereskan alat
c. Melepaskan handscoon dan mencuci tangan
5. Tahap Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan.
b. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 68


c. Menginspeksi tempat perawatan dan mengamati apakah terjadi pembengkakan atau
muncul tanda infeksi.
6. Tahap Dokumentasi
a. Mencatat respon klien setelah tindakan perawatan gips
b. Mencatat kondisi tempat perawatan gips
c. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan perawatan gips

3. Pelaksanaan Blader Training


Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry,
2010).
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai
teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7
kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi
berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien pasca bedah yang di pasang kateter
(Suharyanto,2008).

Peralatan yang dibutuhkan:


a. Jam
b. Air minum dalam tempatnya
c. Obat diuretik jika diperlukan

Prosedur yang dilaksanakan:

i. Persiapan pasien - Jelaskan maksud dan tujuan dari tindakan tersebut - Jelaskan prosedur
tindakan yang harus dilakukan klien
ii. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan
berkemihnya tidak dapat di tahan. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam
rentang waktu yang telah ditentukan 2-3 jam sekali - 30 menit kemudian, tepat pada jadwal
berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik
latihan dasar panggul.
iii. Latihan
Latihan I
a. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
b. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
c. Praktikan setiap kali berkemih

Latihan II
a. Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
b. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus

LPK Asy Sifaul Qolbi | 69


Latihan III
a. Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot
anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
b. Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
c. Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan

Latihan IV
a. apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada
klien

Evaluasi
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :
1. Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal
misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam.
2. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein.
4. Minum obat diuretik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretik.

4. Pengukuran Tekanan Vena Central


Pengukuran CVP dilakukan untuk menilai tingkat kegagalan sirkulasi (disertai gambaran klinis
pasien), untuk menentukan besarnya tekanan di dalam atrium kanan dan vena-vena sentral,
sebagai pedoman dalam melakukan jumlah cairan yang dibutuhkan oleh pasien gawat.

Pengukuran CVP dapat digunakan untuk mengkaji


1) Terapi penggantian volume
2) Gagal jantung kanan (gagal ventrikel kiri akut akhirnya meningkatkan CVP, tetapi edema
paru sudah terjadi)
3) Respon terhadap obat vasoaktif intravena (IV).

Alat yang dibutuhkan:


1. Set infus dan cairan yang akan dipakai
2. Triway
3. Standar infus
4. Manometer
5. Plester
6. Garisan carpenter (waterpass)

LPK Asy Sifaul Qolbi | 70


Prosedur:
Persiapan:
1. Mencuci tangan
2. Mempersiapkan alat-alat
3. Memberikan salam dan inform consent
4. Menempatkan pasien pada posisi datar yang diinginkan untuk mencapai titik nol
Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Menentukan titik nol manometer sesuai dengan tinggi atrium kanan yang diperkirakan
3. Memutar triway sehingga cairan infus mengalir ke dalam manometer sampai batas 20-
25 cmH2O
4. Memutar triway sehingga cairan dalam manometer mengalir kearah/kedalam pembuluh
darah klien.
5. Mengamati fluktuasi cairan yang terdapat dalam manometer.
6. Menentukan besar tekanan vena sentral
7. Mengembalikan klinen ke posisi semula
Evaluasi:
1. Evaluasi respon klien sebelum, selama dan setelah tindakan
Dokumentasi:
1. Catat hasil pemeriksaan
2. Catat respon klien selama dilakukan pemeriksaan
3. Catat nama pemeriksa serta waktu pemeriksaan

5. Perawatan Kacamata dan Lensa Kontak


Kacamata dan lensa kontak membutuhkan perawatan dan perhatian yang khusus, antara lain :
1. Dijaga kebersihannya dengan menggunakan kertas lensa khusus atau tisu lembut yang
nonabrasive
2. Disimpan dalam wadahnya jika tidak digunakan
3. Selalu diletakkan dalam jangkauan pasien (Hegner & Caldwell,2003 p.307).

Tindakan awal prosedur:


1. Cuci tangan anda
2. Siapkan peralatan yang diperlukan
3. Pergi ke ruangan pasien, ketuk dan berhenti sebentar sebelum masuk
4. Perkenalkan diri anda dan identifikasi pasien dengan memeriksa gelang identitas
5. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan dan informasikan pada mereka dimana
mereka bisa menunggu
6. Beri privasi
7. Jelaskan apa yang akan terjadi dan jawab pertanyaan
8. Naikkan tempat tidur sampai tinggi yang nyaman untuk bekerja

LPK Asy Sifaul Qolbi | 71


Tindakan penyelesaian prosedur:
1. Posisikan pasien nyaman
2. Letakkan bel panggil, telepon dan air minum dalam jangkauan
3. Kembalikan tempat tidur keposisi terendah
4. Lakukan pemeriksaan keselamatan umum pasien dan lingkungan
5. Lakukan perawatan peralatan sesuai dengan kebijakan fasilita
6. Cuci tangan anda
7. Laporkan penyelesaian tugas
8. Beritahu pengunjung bahwa mereka boleh masuk kembali
9. Dokumentasikan tindakan dan hasil observasi anda
Catatan : Jika ada luka terbuka, linen basah atau kemungkinan kontak dengan cairan tubuh
pasien atau darah, pakailah sarung tangan sekalai pakai selama prosedur. Pakai sarung tangan
sebelum berhubungan dengan pasien atau linen. Buang sarung tangan dengan tepat setelah
dilepaskan.

Prosedur:

1. Lakukan semua tindakan awal prosedur


2. Ingatlah untuk mencuci tangan anda, mengidentifikasi residen dan memberi privasi
3. Siapkan peralatan yang diperlukan :
b. Kacamata residen
c.  Larutan pembersih
d. Air bersih
e. Tisu pembersih yang lembut
4. Jelaskan apa yang akan anda lakukan dan bagaimana residen dapat membantunya.
5. Pegang kacamata pada bingkainya
6.  Bersihkan dengan larutan pembersih atau air bersih
7. Keringkan dengan tisu
8. Kembalikan kacamata pada tempatnya. Letakkan di meja sisi tempat tidur atau kembalikan
pada residen
9. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah untuk mencuci tangan anda,
melaporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasikan waktu, tanggal, membersihkan
kacamata dan reaksi residen.
        Perawatan lensa kontak menurut Potter & perry (2005, p. 1391) adalah sebagai berikut :
Langkah Rasional
Inspeksi mata atau Tanya pasien apakah Lensa biasanya dipakaii dan pasien mungkin lupa
kontak lensa dikenakan kalau lensa dikenakan
Kaji kemampuan pasien untuk Tentukan tingkat bantuan yang dibutuhkan dalam
memanipulasi dan memegang kontak lensa perawatan
Setelah kontak lensa dilepas, inspeksi mata Tanda-tanda iritasi kornea dibutuhkan pasien
terhadap tanda-tanda iritasi kornea, air mata untuk dihentikan penggunaan lensa kontak
yang berlebihan, kemerahan, rasa perih
terbakar
Persipakan peralatan dan bahan yang
diperlukan untuk melepaskan lensa :
a.       Tempat penyimpanan lensa kontak. beri Mangkuk yang terpisah berlabel R untuk lensa

LPK Asy Sifaul Qolbi | 72


label nama pasien kanan dan L untuk lensa kiri akan melindungi
lensa terhadap keretakan, (lensa tertentu disimpan
b.      Mangkuk pengisap lensa (tambahan) dalam keadaan kering, sementara yang lain
disimpan dalam larutan.
c.       Larutan saline steril Digunakan untuk melepas lensa yang keras dari
d.      Handuk mandi pasien yang tidak sadar atau gelisah
Digunakan untuk melembabkan kornea sebelum
melepaskan lensa
Persiapkan peralatan dan bahan untuk
pembersihan dan insersi :
a.       Lensa didalam tempat penyimpanan yang
bersih, diberi label nama pasien
b.      Peralatan desinfektan termal (tambahan) Panaskan sampai 80°C untuk sterilisasi lensa yang
c.       Pembersih surfaktan lunak
d.      Larutan pembilas
e.       Desinfektan lensa steril dan larutan enzim
Membersihkan permukaan lensa dan mengurangi
f.       Larutan pembasah steril untuk lensa keras jumlah mikroorganisme yang ada.
g.      Bola kapas atau kapas bertangkai Membuat lensa mudah tergelincir diatas kornea
h.      Handuk mandi selama insersi
i.        Mankuk piala ginjal Digunakan untuk menyebabkan pembersih lensa
j.        Gelas berisi air hangat diatas permukaan lensa kontak yang kaku
Diskusikan prosedur dengan pasien Klien dapat membantu dalam perencanaan dengan
penjelasan teknik yang membantu pengangkatan
dan insersi. Pasien mungkin menjadi cemas saat
perawat meretraksi kelopak mata dan
memanipulasi lensa
Atur posisi pasien yaitu terlentang atau Memberikan kemudahan saat meretraksi kelopak
duduk ditempat tidur atau kursi mata dan memanipulasi lensa
Melepaskan lensa lunak
a.      Cuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme
b.      Letakkan handuk dibawah wajah pasien Menangkap lensa jika secara tidak sengaja jatuh
c.      Tambahkan beberapa tetes salin steril dari mata
kemata pasien
d.     Minta pasien untuk memandang lurus
kedepan Lubrikasi pada mata untuk memfasilitasi
e.      Menggunakan jari tengah, tarik kelopak pelepasan lensa
mata bagian bawah Memudahkan pengangkatan lensa selama
f.       Dengan telapak jari telunjuk pada tangan pelepasan
yang sama, geser lensa keluar kornea kearah Menampilkan ujung bawah lensa
bagian putih dari mata Memposisikan lensa agar mudah diambil
g.      Tarik kelopak mata bagian atas kearah
bawah secara lembut dengan ibu jari pada Menggunakan bantalan jari mencegah cedera pada
tangan yang lain dan tekan lensa sedikit di kornea dan kerusakan lensa
antara ibu jari dan jari telunjuk Menyebabkan lensa lunak untuk meringkuk.
h.      Ambil mensa secara perlahan dan angkat Udara masuk kebawah lensa melepaskan pengisap
keluar tanpa membuat dua ujung-ujung Melindungi lensa dari kerusakan. Mencegah
lensa berhimpitan pinggir lensa menempel satu sama lain
i.        Jika ujung-ujung lensa menempel, Membantu mengembalikan lensa kebentuk normal
letakkan lensa di telapak tangan dan rendam
keseluruhan dengan salin steril. Secara
lembut balikkan lensa dengan jari telunjuk
dengan gerakan kedepan kebelakang. Jika
gosokan tidak memisahkan ujung-ujung
lensa maka lensa dapat direndam dalam
larutan steril
j.        Bersihkan dan bilas lensa. Letakkan lensa
kedalam kotak tempat penyimpanan yang Memastikan bahwa lensa yang sesuai akan
sesuai. R untuk lensa kanan dan L sebelah dimasukkan kembali kedalam mata yang tepat.
kiri. Pastikan lensa berada ditengah Penyimpanan yang sesuai mencegah keretakan
k.      Ulangi langkah c-j untuk lensa yang lain. atau goresan.
Amankan penutup dan penyimpanan

LPK Asy Sifaul Qolbi | 73


l.        Kembalikan hhanduk dan cuci tangan Penyimpanan yang sesuai mencegah kerusakan
lensa

Mengurangi transmisi infeksi. Mengurangi


transmisi mikroorganisme
Melepaskan lensa kaku
a.       Cuci tangan Menangkap lensa jika secara tidak sengaja jatuh
b.      Letakkan handuk dibawah wajah pasien dari mata
c.       Pastikan lensa berada pada posisi tepat
diatas kornea. Jika tidak, maka pasien Posisi lensa yang tepat memudahkan pelepasan
menutup mata. Letakkan jari telunjuk dan dari mata
jari tengah dari satu tangan dibelakang
lensa, secara perlahan tapi kuat pijat lensa
kembali ketempatnya
d.      Letakkan jari telunjuk pada pojok luar
mata dan tarik kulit secara lembut
kebelakang arah telinga Mengencangkan kelopak mata terhadap bola mata
e.       Minta pasien berkedip. Jangan melepas
tekanan pada kelopak dampai kedipan Manuver harus menyebabkan lensa terlepas dan
selesai kluar. Batas-batas kelopak atas dan bawah lensa
f.       Jika lensa gagal keluar, secara lembut harus jelas sampai berkedip.
tarik kelopak mata melebihi ujung lensa. Tekanan menyebabkan pinggir atas lensa keluar
Tekan kelopak mata bawah berlawanan
dengan ujung bawah lensa
g.      Biarkan kelopak mata menutup sedikit dan
pegang lensa saat naik dari mata. Mangkuk Manuver menyebabkan lensa ditarik keluar
pengisap dapat digunakan untuk pasien dengan mudah
gelisah dan tidak sadar.
h.      Letakkan lensa ditangan anda
i.        Bersihkan dan bilas lensa. Letakkan lensa
pada tempat penyimpananya yang sesuai, Melindungi lensa dari kerusakan
letakkan lensa ditengah penyimpanan, sisi Kedua lensa mungkin tidak mempunyai resep
konveks dibawah yang sama. Penyimpanan yang tepat emncegah
j.        Ulangi langkah c-i untuk lensa lain. retak, tergores, atau pecah.
Amankan penutup atas kotak penyimpanan
k.      Kembalikan handuk dan cuci tangan. Penyimpanan yang tepat mencegah kerusakan
pada lensa

Mengurangi penyebaran infeksi dan memelihara


lingkungan tetap rapi.
Membersihkan dan mendesinfeksi lensa
kontak
a.       Cuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme
b.      Susun peralatan disamping tempat tidur Memberikan kemudahan pada peralatan
c.       Letakkan handuk diatas area kerja
d.      Buka tempat lensa hati-hati, perhatikan Handuk membantu mencegah lensa pecah
jangan membuka tutup lensa tiba-tiba Mencegah lensa terjatuh atau keluar dari kotak
e.       Setelah mengangkat lensa dari mata. secara kebetulan
berikan 1-2 tetes larutan pembersih pada
lensa ditelapak tangan anda (gunakan Mengangkat komponen air mata termasuk mucus,
pembersih yang direkomendasi) oleh pabrik lemak, dan protein yang terkumpul pada lensa
lensa atau praktisi perawatan mata
f.       Gosok lensa dengan lembut, tetapi merata
pada kedua sisi selama 20-30 detik.
Gunakan jari telunjuk (lensa lunak) atau jari Lebih mudah memanipulasi dan membersihkan
kelingking atau aplikator kapas bertangkai dengan menggunakan ujung jari. Membersihkan
yang direndam dengan pembersih (lensa semua permukaan dari mikroorganisme.
kaku) untuk membersihkan lensa bagian
dalam. Hati-hati untuk tidak menyentuh atau
menggores lensa dengan kuku jari
g.      Pegang lensa diatas mangkuk piala ginjal,
nilas keseluruhan dengan larutan pembilas

LPK Asy Sifaul Qolbi | 74


yang direkomendasi pabrik (lensa lunak)
atau air dingin (lensa kaku). Mengangkat kotoran dan zat pembersih dari
h.      Letakkan lensa dikotak penyimpanan dan permukaan lensa
isi dengan larutan desinfeksi yang
direkomendasi pabrik atau praktisi
perawatan mata. Lepaskan lensa. Letakkan
lensa ditengah tempat penyimpanan, sisi Mendesinfeksi lensa, mengangkat sisa-sisa,
konveks kearah bawah, isi dengan larutan. menambah kelembaban lensa, dan mencegah
goresan dari kotak kering
Memasukkan lensa kaku
a.       Cuci tangan secara merata dengan sabun Melapisi tangan dengan sabun yang mengandung
nonkosmetik yang ringan. Bilas dengan parfum, deodorant, atau krim kompleks dapat
bersih. Keringkan dengan handuk bersih berpindah kelensa dan mengiritasi mata
b.      Letakkan handuk diatas dada pasien Handuk akan menangkap lensa yang jatuh dan
mencegah lensa pecah, tergores atau retak
Lensa yang tergelincir keluar dari kotak dapat
c.       Pindahkan lensa kanan dari tempat menyebabkan goresan pada permukaan
penyimpanannya, usahankan mengangkat Air panas menyebabkan lensa melengkung.
lensa lurus keatas Melubrakasi lensa sehingga memudahkan untuk
d.      Bilas dengan air dingin dapat menggelincir diatas dan melekat pada
e.       Basahi lensa pada kedua sisi dengan kornea.
menggunakan laturan basah yang diresepkan Manipulasi lensa yang sesuai memastikan
f.       Letakkan lensa kanan sisi konkaf diatas pemasukan yang mudah, permukaan dalam lensa
ujung jari telunjuk tangan dominan harus menghadap keatas lensa sehingga dapat
dipakai pada kornea.
g.      Intruksi pasien untuk melihat lurus Lensa kaku dan dapat diletakkan saat leher
kedepan dengan mata terbuka lebar melihat lurus kedepan. Retraksi kelopak
sementara meretraksi kelopak mata bawah. meningkatkan pemasukan yang mudah di antara
Letakan lensa secara lembut diatas pusat batas kelopak
kornea.
h.      Minta pasien menutup mata sebentar dan Membantu mengamankan posisi lensa
menghindari kedipan
i.        Minta pasien membuka mata. Pastikan Jika pasien tergeser kesamping kornea atau
lensa berada tepat ditengah dengan kedalam kantong konjungtiva maka penglihatan
menanyakan pasien apakah penglihatannya akan kabur
kabur
j.        Ulangi langkah c-i untuk mata kiri
k.      Bantu pasien untuk posisi nyaman Meningkatkan kenyamanan pasien
l.        Buang peralatan yang kotor, buang Penggunaan larutan penyegar setiap hari
larutan didalam tempat penyimpanan bila mencegah infeksi
keseluruhan tempat penyimpanan, keringkan
dan cuci tangan.
Memasukkan lensa lunak
a.       Cuci tangan dengan sabun nonkosmetik Melapisi tangan dengan sabun kosmetik atau
yang ringan, bilas dengan bersih, keringkan deodorant dapat berpindah ke lensa dan
dengan handuk bersih mengiritasi mata
b.      Letakkan handuk diatas dada pasien
Handuk akan menangkap lensa yang jatuh dan
mencegah lensa pecah, tergores atau retak.
c.       Angkat lenda kanan dari tempat Mengangkat alrutan desinfektan, Mencegah iritasi
penyimpananya dan bilas dengan larutan atau kerusakan pada mata.
pembilas yang direkomendasi, periksa lensa
terhadap benda asing, airmata atau
kerusakan lain.
d.      Periksa bahwa lensa tidak terbalik (bagian
dalam berada diluar) Lensa lunak terbalik jika mangkuk mempunyai
bibir, lensa berada dalam posisi tepat jika
lengkung sama dari dasar sampai pinggiran.
e.       Menggunakan jari tengah atau telunjuk Lensa lunak tidak melekat semudah lensa keras.
dari tangan yang berlawanan, tarik kelopak Memisahkan kelopak sejauh mungkin
mata atas sampai iris terlihat menyediakan ruang untuk lensa berkontak dengan
kornea tanpa menyentuh kelopak atau bulu mata.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 75


f.       Gunakan jari tengah atau tangan
memegang lensa untuk menarik kebawah
kelopak mata bagian bawah
g.      Minta pasien untuk melihat lurus kedepan
dan “melalui” lensa dan jari. Secara lembut Memastikan ketepatan yang aman dan nyaman.
letakkan lensa langsung dari kornea, dan
lepaskan lensa secara perlahan, mulai dari
kelopak mata bawah
h.      Jika lensa berada pada sclera daripada
kornea, beritahu pasien untuk menutup mata Pastikan kesesuaian yang aman dan kenyamanan
secara perlahan dan putar kerah lensa
i.        Minta pasien untuk berkedip beberapa
kali Manuver memusatkan lensa kontak diatas kornea
j.        Yakinkan lensa berada tepat ditengah Memastikan bahwa lensa berada ditengah, bebas
dengan menanyakan apakah penglihatan dari udara, dan nyaman
pasien kabur.
k.      Jika pandangan pasien kabur, tarik Jika lensa bergeser kesamping kornea atau
kelopak mata, tentukan lokasi posisi lensa, kedalam kantung konjungtiva, penglihatan akan
minta psien untuk melihat kearah yang kabur.
berlawanan dari lensa dan dengan jari
telunjuk anda, beri tekanan pada batas
kelopak mata bawah dan atur posisi lensa
diatas kornea. Minta pasien melihat secara
perlahan kearah lensa
l.        Ulangi lankah c-k untuk mata lain
Mereposisi lensa diatas pusat kornea saat pasien
m.    Bantu pasien untuk posisi nyaman melihat kearah lensa.
n.      Buang peralatan yang kotor, buang larutan Meningkatkan kenyamanan pasien
didalam tempat penyimpanan bila Mencegah infeksi dan mempertahankan
keseluruhan tempat penyimpanan, keringkan lingkungan tetap rapi.
dan cuci tangan.
Tanya pasien apakah lensa terasa nyaman Menentukan apakah kotoran tertahan diantara
setalah pemasukan kembali lensa dan kornea
Catat atau laporkan setiap tanda atau gejala Dapat mengidentifikasikan cedera mata atau
perubahan visual yang tercatat selama penyakit
prosedur
Catat pada rencana asuhan keperawatan atau Menentukan periode waktu yang aman untuk
kardeks waktu pemasukan dan pelepasan pemasangan lens
lensa

6. Pemberian Obat Mata


Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep
mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang
biasa dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor.
Obat mata diberikan adalah untuk:
- Mendilatasi pupil
- Pemeriksaan struktur internal mata
- Melemahkan otot lensa
- Pengukuran refraksi lensa
- Menghilangkan iritasi lokal
- Mengobati gangguan mata
- Meminyaki kornea dan konjungtiva

LPK Asy Sifaul Qolbi | 76


Prosedur:

A. Persiapan Peralatan

1. Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube


2. Kartu atau formulir obat
3. Bola kapas atau tisu
4. Baskom cuci dengan air hangat
5. Penutup mata (bila diperlukan)
6. Sarung tangan

B. Persiapan Pasien

1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat


2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien

C. Langkah-Langkah

1. Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu pemberian dan
rute obat.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien langsung.
4. Jelaskan prosedur pemberian obat
5. Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak hiperekstensi (mendongak)
6. Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau kantung dalam, basuh dengan
perlahan. Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di buang dengan memakai lap
basah atau bola kapas mata selama beberapa menit. Selalu membersihkan dari bagian dalam ke
luar kantus.
7. Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas tulang pipi pasien tepat di
bawah kelopak mata bawah
8. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan tekan bagian bawah dengan
ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang orbita
9. Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
10. Teteskan obat tetes mata, dengan cara:
o Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata atau larutan
mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva
o Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
o Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggiran
o luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.
o Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata dengan perlahan.

LPK Asy Sifaul Qolbi | 77


o Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi jari Anda dengan
sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan lembut pada duktus nasolakrimalis
pasien selama 30-60 detik
11. Memasukkan salep mata, dengan cara:
o Minta pasien untuk melihat ke langit langit
o Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan tube sehingga memberikan
aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
o Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva dalam.
o Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan gerakan sirkular menggunakan
bola kapas.
12. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan perlahan dari bagian dalam ke
luar.
13. Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih di atas mata yang sakit
sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada mata
14. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
15. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata yang menerima obat (kiri,
kanan atau keduanya).

7. Resusitasi Jantung Paru


1. Pengertian Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan
fungsi pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mengembalikan fungsi
jantung dan paru
3. Alat dan Bahan Alat :
1. Alat pelindung diri (masker, hanscoon)
2. Laryngoscope lurus dan bengkok (jika ada)
3. Orofaring /Mayo berbagai ukuran
4. Perlengkapan infus (blood set)
5. Gunting verban
6. Papan resusitasi (long spine board)
7. Spuit dan jarum
8. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai (Bag valve mask, Masker)
9. Set penghisap lendir lengkap dan siap pakai
10. EKG monitor (bila ada& bila memungkinkan)
4. Langkah – 1. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang tindakan
langkah
yang akan dilakukan
2. Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa apakah ada cedera/
trauma)
4. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoon)
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
a. Memanggil nama

LPK Asy Sifaul Qolbi | 78


b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu/ mencubit pasien
6. Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan SPGDT
(Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
7. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu)
dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan
8. Menilai pernafasan dengan cara :
a. Melihat pergerakan dada/ perut
b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung pipi
9. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan sebanyak 2x secara
perlahan
10. Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis, jika nadi
carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali selama
1menit
11. Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas buatan
dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30 pijat jantung, 2
nafas buatan/ ventilasi) dengan kecepatan 100-120x/menit selama 5-
7 siklus
12. Cek nadi carotis tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5 siklus
13. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi dengan kompresi
14. Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis
5. Diagram Alir
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan

Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras


Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa apakah ada cedera/
trauma)
Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu/ mencubit pasien

Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan SPGDT

Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu)
dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

Menilai pernafasan dengan cara :


a. Melihat pergerakan dada/ perut
b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung pipi
LPK Asy Sifaul Qolbi | 79
Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan sebanyak 2x
secara perlahan

Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis, jika nadi
carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
selama 1menit
Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas
buatan dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30 pijat
jantung, 2 nafas buatan/ventilasi) dengan kecepatan 100-
120x/menit selama 5-7 siklus
Cek nadi carotis tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5 siklus

Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi dengan kompresi

Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dalam


rekam medis

6. Hal – hal yang Resusitasi jantung paru dilakukan sampai:


perlu
1. Timbul nafas spontan
diperhatikan
2. Diambil alih alat/ petugas lain
3. Timbul lebam mayat/ pasien dinyatakan meninggal
4. Penolong kelelahan/ setelah 30 menit dilakukan RJP tapi pasien tidak
ada respon

LPK Asy Sifaul Qolbi | 80

Anda mungkin juga menyukai