Anda di halaman 1dari 39

Materi:

1. Pendahuluan
2.Interaksi pelarut dan zat terlarut
3.Kelarutan gas dalam cair
4.Kelarutan cair dalam cair
5.Kelarutan padat dalam cair
6.Distribusi zat terlarut pada pelarut tak tercampur

Oleh : Indri Dwi R, S.Farm, M.Sc, Apt


LARUTAN

Merupakan suatu campuran dari


dua atau lebih komponen yang
membentuk suatu dispersi
molekul yang homogen
KOMPONEN LARUTAN

Larutan terdiri dari 2 komponen


yaitu zat yang terlarut (solute) dan
zat yang melarutkan/pelarut
(solvent)
 JENIS ZAT TERLARUT
 Elektrolit
 Zat yang membentuk ion dalam larutan, serta mampu
menghantarkan listrik
 Terdiri dari elektrolit kuat dan elektrolit lemah

 Contoh : NaCl  Na+ + Cl-


 Non elektrolit
 Zat yang tidak menghantarkan listrik dan tidak
menghasilkan ion bila dilarutkan dalam air
 Contoh: glukosa
KELARUTAN
 Konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada
suhu dan tekanan tertentu
 Satuan bagi kelarutan secara kuantitatif dapat
dinyatakan dalam molalitas, molaritas, persentase

KONSENTRASI
Konsentrasi suatu larutan menyatakan jumlah zat yang
terlarut (solute) dalam pelarut (solvent)
 Larutan jenuh:
zat terlarut (solut) berada dalam kesetimbangan dengan fase
padat (solut).
 Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh:
larutan yang mengandung solut dalam konsentrasi dibawah
konsentrasi yang diperlukan supaya terjadi penjenuhan yang
sempurna pada suhu tertentu.
 Larutan lewat jenuh:
larutan pada suhu tertentu yang mengandung solut lebih banyak
dari pada normal, sehingga terdapat solut yang tak terlarut.
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut
diperlukan untuk melarutkan
1 bagian zat
Sangat mudah larut(very soluble) Kurang dari 1
Mudah larut (freely soluble) 1 sampai 10
Larut (soluble) 10 sampai 30
Agak sukar larut (sparingly soluble) 30 sampai 100
Sukar larut (slightly soluble) 100 sampai 1000
Sangat sukar larut (very slightly 1000 sampai 10.000
soluble)
Praktis tidak larut (practically Lebih dari 10.000
insoluble)
ATURAN PELARUTAN

LIKE DISSOLVES LIKE

Suatu pelarut akan melarutkan zat


yang ‘disukainya’ memiliki sifat
atau kepolaran yang sama
dengannya
JENISPELARUT
a. Pelarut Polar
 Momen dipol tinggi; konstanta dielektrik tinggi
 Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut
 Contoh: Air

b. Pelarut Semi Polar


 Bertindak sebagai pelarut perantara, yang dapat menyebabkan
cairan polar dan non polar dapat tercampur
 Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi
suatu derajat Polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar,
sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol
 Contoh: Alkohol
c. Pelarut Non Polar
 Momen dipol rendah dan konstanta dielektrik rendah
 Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik
menarik antara ion-ion elektrolit karena tetapan
dieletriknya rendah.
 Contoh:minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida,
benzena dan minyak mineral.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KELARUTAN

1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)


 Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent
yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Sedangkan zat terlarut yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa
organik) larut dalam kloroform.

2. Co-solvensi (zat penambah kelarutan)


 Co-solvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin

3. Kelarutan
 Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat
yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.
4. Temperatur
 Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat
padat tersebut dikatakan bersifat endoterm karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas.
 Contoh:
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
 Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan
tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada
proses kelarutannya menghasilkan panas.
 Contoh:
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
 Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak
boleh dipanaskan, misalnya:
 Zat-zat yang atsiri, Contohnya: Etanol dan minyak atsiri.
 Zat yang terurai, misalnya: natrium karbonat.
 Senyawa-senyawa kalsium
5. Salting Out
 Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya
endapan karena ada reaksi kimia.
 Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke
dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In
 Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam
larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks
 Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi
antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks. Contohnya: Iodium larut dalam
larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

a. Ukuran partikel.
 Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat
larut.

b. Suhu.
 Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

c. Pengadukan.
 Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan
dibanding jika tidak diaduk.
KELARUTAN
GAS
DALAM CAIRAN
fenomena
GAS kelarutan gas
Co2 dalam cairan.

 Sediaan effervecent ini merupakan sediaan


yang akan mengeluarkan buih bila dilarutkan
dalam air.
 Buih ini merupakan gas karbondioksida yang
terlarut dan terdapat dalam larutan.
Dipengaruhi oleh :

 Temperatur
 Tekanan
 adanya zat terlarut lain
 dan adanya reaksi kimia
PENGARUH TEMPERATUR

Temperature ↑  Kelarutan Gas ↓

(disebabkan pada suhu tinggi gas cenderung untuk


berekspansi)
 Kelarutan gas naik, sebanding dengan kenaikan
tekanan pada gas,
 sebaliknya kelarutan gas turun sebanding dengan
penurunan tekanan pada gas
 Karena itu, kadang-kadang gas terlepas dengan hebat
apabila tekanan di atas larutan dihilangkan.
KELARUTAN
CAIRAN
DALAM CAIRAN
 Terkadang dalam dunia farmasi cairan dicampur dengan cairan seperti
air-alkohol, minyak atsiri –air (air beraroma)

 Ketika suatu cairan dicampur dengan cairan lain maka dapat terjadi
kondisi (tergantung kepolaran)
 Tercampur sempurna
 Tercampur sebagian

 Kelarutan cairan dalam cairan dipengaruhi oleh Temperatur dan


Penambahan Zat Asing

 Temperatur sangat berpengaruh terutama untuk campuran yang


bersifat tercampur sebagian, dimana bisa terjadi kondisi:
 Temperatur konsolut maksimum
 Temperatur konsolut minimun
PENGARUH TEMPERATUR
(TEMPERATUR KONSOLUT MAKSIMUM)
Contoh : Dalam sistem campuran fenol dalam air

Temperatur ↑, Ketercampuran ↑ sampai pada


Temperatur kritis larutan
(temperatur konsolut maksimum)

Pada temperatur ini tercapai kehomogenan campuran


atau terbentuk sistem satu fase.
PENGARUH TEMPERATUR
(TEMPERATUR KONSOLUT MINIMUM)
Contoh: Campuran Triethylamine dalam Air

Semakin temperatur maka kelarutan akan ↑


sampai akhirnya dapat tercampur sempurna
KELARUTAN
ZAT PADAT
DALAM
ZAT CAIR
Dipengaruhi oleh :
1. Temperatur
2. Penambahan Zat Terlarut Lain
3. Polaritas Pelarut
4. Konstanta Dielektrik Pelarut
5. pH Larutan
6. Ukuran Partikel
7. Ukuran Molekul
8. Polimorfisme
1. TEMPERATUR

Kenaikan temperature akan menambah


kelarutan zat yang proses melarutnya
menyerap panas (reaksi endotermik), dan
menurunkan kelarutan zat yang proses
melarutnya mengeluarkan panas (reaksi
eksotermik)
TEMPERATUR

Sebagian besar garam


memiliki kelarutan yang besar
dalam air panas
Beberapa garam memiliki
panas pelarutan negatif
(exothermic) dan kelarutannya
akan menurun dengan
meningkatnya temperatur Kelarutan beberapa garam sebagai fungsi dari
temperatur
2. PENGARUH PENAMBAHAN ZAT LAIN

 Penambahan Ion Sejenis


Kelarutan menurun dengan adanya ion sejenis, meningkat
dengan penambahan ion tidak sejenis

 Pengaruh Penambahan surfaktan


 Surfaktan merupakan molekul ampifilik yang tersusun dari
bagian polar/hidrofilik (head), dan bagian
nonpolar/hidrofobik (tail)
 Dengan adanya misel dari surfaktan dapat meningkatkan
kelarutan zat yang sulit larut dalam air
3. Pengaruh pH

 Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat


dipengaruhi oleh pH, sedangkan kelarutan senyawa non
elektrolit yang tidak terionisasi dalam air hanya sedikit
dipengaruhi oleh pH
 Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa asam
lemah karena berada dalam bentuk garam yang larut
 Penurunan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa basa
lemah karena berada dalam bentuk garam yang larut
 Penentuan pH optimum, untuk menjamin larutan yang jernih
dan kefektifan terapi yang maksimum
4. PENGARUH POLARITAS PELARUT DAN KONSTANTA
DIELEKTRIK

 Polaritas molekul pelarut dan zat terlarut dapat mempengaruhi


kelarutan
 Molekul zat terlarut polar akan terlarut pada pelarut polar
 Molekul zat terlarut non-polar akan terlarut dalam pelarut
nonpolar.
 Kepolaran juga dilihat dari harga konstanta dielektrik (KD),
semakin polar suatu zat maka konstanta dielektrik semakin
tinggi
 Suatu zat memiliki kelarutan yang tinggi dalam suatu pelarut
bila memiliki KD yang sama atau mendekati KD pelarut
5. Pengaruh Ukuran Partikel

Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan

Semakin kecil ukuran partikel

luas permukaan semakin besar

interaksi antara solut dan solvent lebih besar


6. Pengaruh Ukuran Molekul

 Semakin besar ukuran molekul  semakin berkurang


kelarutan suatu senyawa
 Semakin besar ukuran molekul zat terlarut semakin sulit
molekul pelarut mengelilinginya untuk memungkinkan
terjadinya proses pelarutan
7. Pengaruh Polimorfisme

 Polimorfisme adalah kapasitas suatu senyawa


untuk terkristalisasi menjadi lebih dari satu jenis
bentuk kristal.
 Bentuk polimorf dapat mempengaruhi warna,
kekerasan, kelarutan, titik leleh dan sifat –sifat lain
dari senyawa.
 Karena titik leleh merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan, maka polimorf akan
memiliki kelarutan yang berbeda.
KELARUTAN ZAT TERLARUT
(PADAT) DALAM PELARUT YANG
TIDAK BERCAMPUR
Zat padat akan terdistribusi diantara dua
fase pelarut yang tidak bercampur.

Perbandingan konsentrasi zat terlarut


dalam setiap fase pelarut dinyatakan
sebagai koefisien partisi, atau koefisien
distribusi (K)
K = C1/C2
C = konsentrasi keseimbangan zat dalam pelarut
Dalam Proses Ekstraksi
K = C1 K= konsentrasi zat dalam pelarut semula
C2 konsentrasi zat dalam pelarut pengekstrasi

K = W1/V1 W1 = w KV1
(W – W1)/V2 KV1 +V2

Wn = w KV1 n
KV1 +V2
W=konsentrasi zat terlarut dalam pelarut awal
W1=konsentrasi zat terlarut yang tersisa dalam pelarut awal

“Ekstraksi berulang lebih baik dilakukan dibandingkan dengan ekstraksi


tunggal meskipun dilakukan dengan volume pengekstrak total yang sama”
 Koefisien distribusi untuk iodium di antara air dan CCl4 pada 25oC
adalah K = CH2O/CCCl4 = 0,012. Berapa gram iodium terekstraksi dari
larutan dalam air yang mengandung 0,1 gram dalam 50 ml oleh satu
kali ektraksi dengan 10 ml CCl4? Berapa gram iodium terekstraksi
oleh 5 ml CCl4?

 Jawaban:
Dik : K = 0,012
w = 0,1 gram
V1 = 50 ml
V2 = 10 ml
V2 untuk ekstraksi ke dua kali = 5 ml
n = 2 kali

Dit : a) W1
b) W2
Jawab:
a. W1= 0,1 x 0,012x 50
(0,012x50)+10
W1 = 0,0057 gr
 Jadi, 0,0057 g iodium tertinggal dalam fase air, dan
CCl4 telah mengekstraksi 0,0943 gram.
2
b. W2 = 0,0057 0,012x 50
(0,012x50)+5

W2 = 0,0011 g
 Jadi, 0,0011 gram iodium tertinggal dalam fase air,
dan CCl4 telah mengekstraksi 0,0989 gram.

Anda mungkin juga menyukai