Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

SLE merupakan penyakit yang menyerang berbagai organ, dengan berbagai


manifestasi klinis pada SLE, yaitu: defisit neurologis, mukokutaneus, vaskulitis,
arthritis, miositis, lupus nefritis, serositis, dan hemolysis. Data prevalensi SLE di
Indonesia berdasarkan survey oleh Prof.Handono di Malang memperlihatkan angka
sekitar 1.250.000 (asumsi prevalensi 0,5% terhadap total populasi). Risiko periferal
artery disease meningkat seiring bertambahnya usia. lndividu berusia >40 tahun
memiliki risiko menderita periferal artery disease sebesar 4,3%, dibandingkan
dengan individu berusia >70 tahun yang memiliki risiko sebesar 14,5%.1,2
Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang ditandai
adanya proses inflamasi dan nekrosis dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang
terkena dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran, Vaskulitis terjadinya akibat
aktivasi proses imunologi pada dinding pembuluh darah. Vaskulitis pada LES
dihubungkan dengan gambaran klinik, histopatologik dan kriteria arteriografi,
Kejadian vaskulitis pada penderita LES bisa secara kutaneus ataupun viseral.
Kelainan kulit pada vaskulitis kutaneus di kulit dapat berupa lesi pungtuata (bintik-
bintik), purpura, papula, urtikaria, ulkus, dan plakat, sedang vaskulitis viseral dapat
berupa mono-neuritis multiplek, nekrosis jari-jari dan pembuluh darah besar seperi
arteritis mesenterika dan arteritis arteri koronaria. Vaskulitis pada lupus berkisar 4 %.
Pembuluh darah yang terlibat bisa pembuluh darah kecil, sedang ataupun besar
ataupun kombinasinya.3,4
Periferal artery disease (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada
pembuluh darah setelah keluar dari jantung dan aorta. Periferal artery disease
meliputi arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan
setelah melewati aorta iliaka, termasuk ekstremitas bawah dan ekstremitas atas.
Stenosis atau oklusi pada usia > 40 tahun paling banyak disebabkan karena
aterosklerosis, sisanya disebabnya trombosis, emboli, vaskulitis, displasia

1
2

fibromuskular, dan trauma. Pada kondisi berat (Fontaine IV) atau disebut juga dengan
iskemia tungkai kritis (Critical Limb lschemia) nyeri dapat muncul meskipun pada
saat istirahat. Lokasi primer terjadi di aorta abdominalis dan arteri iliaka (30% pada
pasien dengan gejala), arteri femoral dan poplitea (80-90 % pasien), dan arteri tibia
dan peroneus (40-50% pasien).5
Pada laporan kasus ini adalah seorang wanita, usia 47 tahun dengan SLE
manifestasi Lupus Nefritis dan vaskulitis (Periferal artery disease pedis dekstra dan
deep Vein Thrombosis cruris sinistra (perbaikan)), Hipertensive Heart Disease,
dislipidemia, malnutrisi. Kasus ini diangkat sebagai kasus demonstratif menegakkan
diagnostik dan tata laksana Serta pencarian etiologi Periferal artery disease. Adanya
tatalaksana yang kompleks sebagai pembelajaran mengenai proses mencari
penegakan diagnosis serta tatalaksana yang holistik pada pasien SLE untuk
mencegah komplikasi. Diharapkan penyajian kasus ini dapat bermanfaat untuk
pasien, keluarga pasien dan kita semua.

Anda mungkin juga menyukai