Anda di halaman 1dari 8

KITABEBAS

Pemberdayaan Wanita Tunasusila (PSK) Melalui Pemerhatian Kesehatan Mental Demi


Pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Unggul

Latar Belakang dan Tujuan

Profesi prostitusi atau PSK merupakan salah satu bentuk penyakit mayarakat yang
harus diberhentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencegahan dan usaha
perbaikan. Prostitusi dilakukan wanita pekerja seks komersial yang menjual diri kepada
seseorang untuk memuaskan nafsu seks dan mendapatkan imbalan seks.

Mendengar kata Pekerja Seks Komersial (PSK), kita semua sepakat yang ada dibenak
banyak orang adalah tentang sosok perempuan kotor yang menjual kehormatannya. Seorang
perempuan abmoral, tuna susila, dan bekerja dalam limbah kenistaan. PSK selalu mendapat
stigma negatif dari masyarakat.

Selain mendapat diskriminasi dan perlakuan tidak menyenangkan dari masyarakat


termasuk keluarga, seorang PSK juga kerap mendapatkan penganiayaan dari para pelanggan.
Tak jarang banyak perempuan pekerja seks yang tewas karena disiksa dan dianiaya. Apalagi,
tidak ada jaminan keamanan untuk pekerjaan mereka, maka lengkap sudah kenestapaan yang
dialami. Sudah dimarjinalkan oleh masyarakat, kerap dianiaya pelanggan pula.

Dari kacamata moral kebanyakan masyarakat Indonesia, memang seorang PSK


merupakan seseorang yang telah melanggar nilai dan norma kesusilaan. Tetapi yang perlu
kita perhatikan, tidak setiap hal di dunia ini bisa diukur dengan kacamata moral. Dalam
melihat masalah perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks misalnya, tak bijaksana
nampaknya jika hanya melihat sisi buruk tanpa mengetahui kehidupan mereka secara lebih
objektif.
Menurut Saptari dalam Suyanto (2010), paling tidak ada tiga faktor yang mendorong
seseorang menjadi PSK. Pertama, karena keadaan ekonomi atau kondisi kemiskinan rumah
tangga perempuan PSK. Kedua, karena pandangan tentang seksualitas yang cenderung
menekankan arti penting keperawanan, sehingga tidak memberi kesempatan bagi perempuan
yangsudah tidak perawan kecuali masuk ke dalam peran tersebut. Ketiga, karena dengan
kekerasan atau paksaan.

PSK yang menjalani profesinya secara terpaksa dan tekanan dari linkungan sekitar
(masyarakat, keluarga) akan menimbulkan ganguan psikologis berupa rasa dihantui perasaan
bersalah dan menurunnya rasa percaya diri sehingga merasa sungkan dalam bergaul
dilingkungan masyarakat. Sedangkan yang menjalanakan profesinya secara tidak terpaksa
akan menimbulkan efek kecanduan dan merasa tidak pernaah puas dengan pasanganya,
sehingga akan terus menari pasangan yangsesuai dengan kriterinnya.

Menarik dari pembahasan diatas, dapat kita pahami bahwa pelaku tunasusila
mengalami deskriminasi dan kekerasaan dalam bentuk verbal maupun bentuk fisik. Yang
kedua hal tersebut sangat berpengaruh akan kesehatan mental mereka. Hal ini sangat penting
untuk diperhatikan karena kesehatan mental masuk dalam segala aspek dan aktifitas
kehidupan manusia, mulai darikehidupan pribadi, keluarga, sosial, politik, agama serta
sampai pada bidang pekerjaan dan profesi.

Kondisi kesehatan mental sangat berdampak pada kehidupaan seseoarang, mulai dari
pengambilan keputusan, pengambilan tindakan.Orang yang tengah mengalami kecemasan
dan depresi,cenderung kesulitan untuk melewati aktivitas hariannya.. Disini gerakan “Kita
Bebas” menjadi forum diskusi, curhat, dan pelatiahn kepa mereka kaum tunasusila untuk
mencurahkan hal yang selama mereka ini takutkan untuk berbagi kepada lingkungan. Karena
setiap manusia itu beharga termasuk PSK, kita harus memberi dukungan mental tanpa
membenarkan perilaku mereka.
Oleh karena itu sebelum kita melakukan berbagai macam pelatihan untuk
mengembangkan berbagai macam minat dan bakat mereka, maka diperlukan pembenaran
/pemerhatian kesahatan mental pada merka untuk mengoptimalisasi kedepannya.

Deskripsi Projek Sosial

KitaBebas merupakan sebuah projek sosial yang berhubungan erat dengan kaum tunasusila.
Dimana pada program KitaBebas ini menyediakan pelayanan konseling mental kaum
tunasusila dengan mendirikan rumah pelatihan .Kegiatan pemerhatian kesehatan mental ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti :

1. Bimbingan kesehatan fisik


Bimbingan fisik merupakan pembinaan yang diarahkan untuk melakukan kegiatan
olahraga. Kebiasaan ini baik untuk diterapkan sebab selain membuat tubuh bugar,
rasa jenuh dan stress juga bisa dikikis menjadi terapi dalam bimbingan fisik
2. Bimbingan kesehatan dalam bidang psikologis
Upaya penyembuhan kondisi mental dan mengembangkan kemampuan
penyesuain diri baik dengan dirinya, dengan orang lain, dengan alam
lingkungannya serta Tuhannnya.
3. Bimbingan kesehatan dalam bidang sosial
Pada tahap ini kegiatan bimbingan bersifat dua arah. Pertama mempersiapkan
penerima pelayanan ( wanita tunasusila yang dibina) agar dapat berinterkasi penuh
ke dalam kehidupan maysarakat secara normatif. Kedua mempersiapakan
keluarga mereka agar dapat menerima dan mengajak untuk berinteraksi dalam
kegiatan masyarakat.
4. Bimbingan kesehatan dalam bidang agama
Keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari unsur-unsur kepribadian itu,
akan mengatur setiap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam,
fungsi dan peran agama tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar
untuk menghindari sifat-sifat yang dialami oleh para wanita tunasusila
5. Bimbingan dalam bidang keterampilan
Bimbingan keterampilan lebih diarahkan untuk mengetahui dan menguasai suatu
bidang keterampilan. Keterampilan tersebutdiharapkan mampu digunakan jika
masuk kedalam lingkungan masyarakat.

Selain itu, KitaBebas akan memperluas jaringan untuk memberikan kebermanfaatn


tidak hanya didaerah saja. Melalui kecanggihan teknologi saat ini. KitaBebas akan memasuki
ranah kampanye daring. Agar sedikit banyak pelaku tunasusila diluar daerah dapat
menenemukan media untuk penyembuhan/media curhat yang tepat.

Didalam sosial projek ini, KitaBebas mampu bersinergi bersama berbagai pihak untuk
mengoptimalkan kegiatan ini. Maka dari itu KitaBebas akan berkolaborasi bersama :

1. Mahasiswa Psikolgi
2. Ikatan Psikolog Sumatera Selatan
3. Dinas Ketanagakerjaan Sumatera Selatan
4. Dinas Sosial Sumatera Selatan
5. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat
Sumatera Selatan

Note : Jikalau kedepan program KitaBebas ini mengalami perkembangan grafik


yang bagus,maka tahap selanjutnya KitaBebas tidak hanya melakukan
kampanye dengan target kaum tunasusil saja, tetapi juga akan
mengembangkan KitaBeas memasuki ranah kampanye sex education pada
anak-anak serta kampanye stop nikah muda kepada kaum remaja.
Hambatan dan Tantangan
Pada projek sosial KitaBebas ini ditemukan berbagai macam hambatan didalam perwujudan
serta pelaksanaannya seperti :
1. Kerena projek sosial yang bergerak di kesehatan mental kaum tunasusila masih
tergolong baru, dan diperlukan kualifikasi dalam siapa yang memberikan berbagai
macam pelatihan. Maka dari itu diperlukannya bimbingan dari para ahli diberbagai
macam bidang.
2. Perlunya pendekatan lebih kepada target (PSK) dikarenakan dari berbagai sumber,
banyak dari WTS merasa malu untuk mengungkapkan/ berbagi identitas mereka
dengan orang lain.
3. Pembinaan terhadap masyarakat luas agar mereka dapat menerima dan
memperlakukan esk-wanita tunasusila menjadi bagian masyarakat.Akan tetapi
tampaknya masih sangat kurang efektif. Hal ini disebabkan pembinaan terhadap
masyarakat tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit.
4. Dibutuhkan kerjasama dengan berbagai perusahaan yang dimaksudkan untuk
mempersipakan hasil pembinaan agar dapat ditampug diberbagai perusaan yang ada
sesuai dengan profesi dan keterampilan masing-masing penerima pelayanan.
5. Perlunya relasi untuk dapat bersinegeri bersamadengan lembaga yang dinaungi
pemerintah.
6. Ketakutan kami akan timbulnya konflik antara KitaBebas dengan germo atau pihak
yang merasa dirugikan dari kegiatan ini.

Perencanaan dan Strategi Pelaksanaan


Pada bagaian perencanaan dan strategi pelaksanaan dilakukan berbagai tahap untuk
merealisasikan projek sosial ini
a) Tahapan Pra-kegiatan
i) Melalukan kajian lokasi dimana “sarang” dari kegiatan prostitusi itu dilakukan
dan mengkaji kondisi lapangan
ii) Menginisiasi pendekatan kepada kaum tunasusila
iii) Mencari/menetukan beberapa orang PSK sebagai respondensi untuk ditanya
bagaimana kegiatan prostitusi ini mempengaruhi kehidupan dan kesehatan
mentalnya
iv) Mengurus berkas untuk diajukan kepada ikatan psikolog sumsel, dinas sosial, dll
v) Mencari relawan yang sesuai kualifikasi
vi) Menentukan lokasi kegiatan KitaBebas dilakukan

b) Tahapan Kegiatan
Pada tahap ini dilakukan pemberian konseling mental kepada kaum wanita tunasusila
melalui 5 cara yang telah ditulis pada bagain deskripsi projek.

Gambaran Lokasi Kegiatan


Dari berbagai macam observasi/survei langsung kepada masyarakat di daerah
Palembang, maka diketahui daerah yang merupakan “sarang” dari kegiatan prostitusi ini
adalah Kambang Iwak (KI), KM 9 , dan daerah sekitaran Soekarno-Hatta. Namun Kambang
Iwak menjadi promadona didalam wanita tunasusila untuk menjajahkan dirinya.
Ditarik kesimpulan dari fakta tersebut maka daerah yang cocok untuk dijadikan
tempat projek sosial ini adalah daerah “Bukit” dikarenakan Bukit tidak terlalu jauh dan
terlalu dekat dari daerah Kambang Iwak untuk memudahkan mobilisisasi dalam pemantauan
dan jika lau ada hal yang tidak diinginkan seperti amukan dari germo yang merasa terdampak
negatif dari kegiatan projek sosial ini.

Anda mungkin juga menyukai