Anda di halaman 1dari 46

STATISTIK DASAR KEDOKTERAN Resthie Rachmanta Putri,

|PERSIAPAN UKMPPD dr, M.Epid, M.Sc


TENTANG SAYA
S1 dan Pendidikan profesi dokter - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
S2 Epidemiologi Klinik – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
S2 Nutrition Science – Karolinska Institutet, Swedia

Dokter umum, Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat


Pengajar dan tim UKDI Optima preparation
Reviewer Medical Journal of Indonesia
Pediatric obesity research group, Karolinska Institutet, Swedia

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Why does statistics feel so hard for students?
Because a large fraction of students unconsciously refuse to understand statistics.

- Unknown

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


UJI HIPOTESIS

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Penelitian prospektif hendak membandingkan outcome ibu hamil merokok dan tidak
merokok. Sample dibagi dalam dua kelompok yaitu ibu hamil perokok dan bukan
perokok. Outcome adalah berat badan bayi baru lahir. Metode uji hipotesis yang
tepat adalah...
A. Korelasi Spearman
B. Korelasi Pearson
C. Chi-square
D. T independen
E. ANOVA

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Penelitian prospektif hendak membandingkan outcome ibu hamil merokok dan tidak
merokok. Sample dibagi dalam dua kelompok yaitu ibu hamil perokok dan bukan
perokok. Outcome adalah berat badan bayi baru lahir. Metode uji hipotesis yang
tepat adalah...
A. Korelasi Spearman
B. Korelasi Pearson
C. Chi-square
D. T independen
E. ANOVA

Rokok pada ibu hamil → Berat badan bayi baru lahir

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


STEP 1. IDENTIFIKASI APA YANG MAU DITELITI

Rokok pada ibu hamil → Berat badan bayi baru lahir


Variabel 1 Variabel 2

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


STEP 2. IDENTIFIKASI JENIS VARIABELNYA:
KATEGORIK ATAU NUMERIK?
Apakah datanya didapat dengan cara dihitung (count) atau diukur
(measure)?
• Ya → variabel numerik
• Tidak → variabel kategorik
Contoh:
Kunci jawaban:
• Hemoglobin Hemoglobin – diukur → numerik
• Jenis kelamin Jenis kelamin – tidak diukur/dihitung → kategorik
Pendapatan – (uang) dihitung → numerik
• Pendapatan Stadium kanker – tidak diukur/tidak dihitung → kategorik
• Stadium kanker

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


KEMBALI KE SOAL 1

Rokok pada ibu hamil → Berat badan bayi baru lahir


Variabel 1 Variabel 2
Penelitian prospektif hendak membandingkan outcome ibu hamil merokok dan tidak merokok. Sample dibagi dalam dua kelompok
yaitu ibu hamil perokok dan bukan perokok. Outcome adalah berat badan bayi baru lahir.

KATEGORIK NUMERIK

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


STEP 3. MENENTUKAN UJI HIPOTESIS
Variabel 1 Variabel 2 Uji hipotesis
Kategorik Kategorik Chi-square
Numerik Numerik Korelasi Pearson, Regresi Linier
Kategorik Numerik Uji t independen, ANOVA one-way

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


KEMBALI KE SOAL 1
Rokok pada ibu hamil → Berat badan bayi baru lahir

KATEGORIK NUMERIK

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


UJI T INDEPENDEN VS ANOVA ONE-WAY
Prinsip: digunakan untuk menguji hubungan variabel kategorik-variabel numerik

Uji T independen
 Variabel kategoriknya berisi dua kategori
 Misalnya: jenis kelamin (laki-laki/perempuan), adanya diabetes (ya/tidak)

Uji ANOVA one-way


 Variabel kategoriknya berisi lebih dari dua kategori
 Misalnya: pendidikan (SD/SMP/SMA/Sarjana), stadium kanker (I/II/III/IV)

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


KEMBALI KE SOAL 1
Penelitian prospektif hendak membandingkan outcome ibu hamil merokok dan tidak merokok. Sample dibagi dalam dua kelompok
yaitu ibu hamil perokok dan bukan perokok. Outcome adalah berat badan bayi baru lahir.

Rokok pada ibu hamil → Berat badan bayi baru lahir

KATEGORIK NUMERIK
(2 kategori)

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Penelitian prospektif hendak membandingkan outcome ibu hamil merokok dan tidak
merokok. Sample dibagi dalam dua kelompok yaitu ibu hamil perokok dan bukan
perokok. Outcome adalah berat badan bayi baru lahir. Metode uji hipotesis yang
tepat adalah...
A. Korelasi Spearman
B. Korelasi Pearson
C. Chi-square
D. T independen
E. ANOVA

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Seorang dokter hendak mengetahui hubungan antara kadar gula
darah dan kadar kolesterol LDL . Gula darah dan kolesterol LDL
diukur dalam satuan mg/dl. Dokter menduga bahwa semakin
tinggi kadar gula darah seseorang, maka kolesterol LDLnya juga
tinggi. Untuk membuktikan dugaan dokter tersebut, uji statistik
apa yang tepat untuk digunakan?

A. Korelasi Pearson
B. Uji t
C. Korelasi Spearman
D. Regresi Linier
E. Chi-square

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Dokter di sebuah puskesmas hendak mengetahui dampak tingkat pendidikan ibu terhadap keberhasilan ASI ekslusif. Ia mendata
bayi berusia 6 bulan ke atas yang mendapat ASI eksklusif dan dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Setelah data terkumpul,
uji statistik yang tepat untuk digunakan adalah ….

Step 1. Identifikasi apa yang mau diteliti?


Tingkat pendidikan ibu → ASI eksklusif

Step 2. Identifikasi jenis variabelnya: kategorik atau numerik?

Tingkat pendidikan ibu – variabel kategorik


ASI eksklusif (ya / tidak) – variabel kategorik

Step 3. Ingat tabel uji hipotesis


RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
Dokter di sebuah puskesmas hendak mengetahui dampak vaksinasi dalam mengurangi kejadian campak. Ia
mendata bayi yang telah mendapat vaksinasi campak dan jumlah bayi yang belum mendapatkan vaksinasi
campak. Setelah data terkumpul, uji statistik yang tepat untuk digunakan adalah ….
A. Korelasi Spearman
B. Chi-square
C. ANOVA satu arah
D. Uji t independen
E. Uji t berpasangan

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Seorang dokter hendak mengetahui hubungan antara kadar gula darah dan kadar
kolesterol LDL . Gula darah dan kolesterol LDL diukur dalam satuan mg/dl. Dokter
menduga bahwa semakin tinggi kadar gula darah seseorang, maka kolesterol
LDLnya juga tinggi. Untuk membuktikan dugaan dokter tersebut, uji statistik apa yang
tepat untuk digunakan?
A. Korelasi Pearson
B. Uji t
C. Korelasi Spearman
D. Regresi Linier
E. Chi-square

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Seorang dokter hendak mengetahui hubungan antara kadar gula darah dan kadar kolesterol LDL . Gula darah dan kolesterol LDL
diukur dalam satuan mg/dl. Dokter menduga bahwa semakin tinggi kadar gula darah seseorang, maka kolesterol LDLnya juga
tinggi. Untuk membuktikan dugaan dokter tersebut, uji statistik apa yang tepat untuk digunakan?

Step 1. Identifikasi apa yang mau diteliti?


Gula darah → Kolesterol LDL

Step 2. Identifikasi jenis variabelnya: kategorik atau numerik?

Gula darah – diukur dalam satuan mg/dl → variabel numerik


Kolesterol LDL – diukur dalam satuan mg/dl → variabel numerik

Step 3. Ingat tabel uji hipotesis


RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
Korelasi Pearson
• Menilai arah dan kekuatan hubungan
• Misalnya:
• Hubungan antara jumlah kalori makanan dengan kadar gula darah: semakin tinggi kalorinya, maka semakin tinggi kadar
gula darahnya.
• Hubungan antara durasi olahraga (menit/hari) dengan kadar LDL: semakin panjang durasi olahraga, maka semakin rendah
kadar LDL.

Regresi linier
• Memprediksi satu variabel dari nilai variabel lainnya (persamaan: y = a + b x)
• Misalnya:
• jumlah kalori makanan dengan kadar gula darah: setiap penambahan 100 kalori makanan, gula darah akan naik sebesar
5 mg/dl
• Durasi olahraga (menit/hari) dengan kadar LDL: Setiap penambahan durasi olahraga 30 menit per hari, LDL akan turun
sebesar 10 mg/dl

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Seorang dokter hendak mengetahui hubungan antara kadar gula darah dan kadar
kolesterol LDL . Gula darah dan kolesterol LDL diukur dalam satuan mg/dl. Dokter
menduga bahwa semakin tinggi kadar gula darah seseorang, maka kolesterol
LDLnya juga tinggi. Untuk membuktikan dugaan dokter tersebut, uji statistik apa yang
tepat untuk digunakan?
A. Korelasi Pearson
B. Uji t
C. Korelasi Spearman
D. Regresi Linier
E. Chi-square

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


JENIS VARIABEL

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Kategorik Numerik

Nominal Interval

Ordinal Rasio
RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
HIPOTESIS DAN P-VALUE

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Dugaan: Obat A mengobati penyakit lebih baik dibandingkan obat B

Obat A Obat B

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Obat A Obat B

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


1000 orang 1000 orang

Obat A Obat B

950 dari 1000 orang sembuh 5 dari 1000 orang sembuh


(95%) (0,5%)

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


1000 orang 1000 orang

Obat A Obat B

500 dari 1000 orang sembuh 400 dari 1000 orang sembuh
(50%) (40%)

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


• Dugaan benar jika nilai P mendekati angka nol.
Dugaan: Obat A mengobati penyakit lebih baik dibandingkan obat B

• Kesepakatan internasional: nilai P < 0.05

• P = 0.05 (5/100)
• artinya: Jika penelitian ini diulang sebanyak 100 kali, maka hanya 5 penelitian
Obat A Obat B
yang memberikan hasil tidak sesuai dengan dugaan peneliti.

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


• Dugaan kita benarHIPOTESIS
jika nilai ALTERNATIF (HA)/ HIPOTESIS 1 (H1):
P penelitian kita < 0.05
Obat A mengobati penyakit lebih baik dibandingkan obat B

• P < 0.05 : hipotesis alternatif diterima

• P < 0.05 : hipotesis nol ditolak


Obat A Obat B

HIPOTESIS NOL:
Obat A tidak lebih baik dari obat B dalam menyembuhkan penyakit.

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


DESAIN PENELITIAN
RR, OR, PR

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Jumlah kejadian gizi buruk di kabupaten A pada tahun 2019 meningkat. Kepala
Puskesmas ingin mengetahui apakah kejadian gizi buruk tersebut disebabkan karena
anak-anak tersebut terbiasa mendapatkan makanan instan. Kepala puskesmas
menyuruh mahasiswa kedokteran di tempatnya untuk meneliti hal tersebut. Mereka
hanya memiliki waktu singkat dan dana yang terbatas. Desain penelitian apa yang
paling tepat untuk digunakan?
A. Cross-sectional
B. Kasus kontrol
C. Kohort prospektif
D. Kohort retrospektif
E. Deskriptif

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Jumlah kejadian gizi buruk di kabupaten A pada tahun 2019 meningkat. Kepala
Puskesmas ingin mengetahui apakah kejadian gizi buruk tersebut disebabkan
karena anak-anak tersebut terbiasa mendapatkan makanan instan. Kepala
puskesmas menyuruh mahasiswa kedokteran di tempatnya untuk meneliti hal tersebut.
Mereka hanya memiliki waktu singkat dan dana yang terbatas. Desain penelitian
apa yang paling tepat untuk digunakan?

Makanan instan → Gizi buruk


Dapat makanan instan/ Gizi buruk /
Tidak dapat makanan instan Tidak gizi buruk

Variabel sebab/ Variabel akibat/


Variabel paparan (exposure) / Variabel luaran (outcome) /
Variabel independen Variabel dependen

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Cross-sectional / potong lintang

Variabel makanan instan


Variabel gizi buruk
Januari Desember

Kohort

Var. makanan instan Variabel gizi buruk

Januari Desember

Case-control
Var. Makanan instan Variabel gizi buruk

Januari Desember
RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
Jumlah kejadian gizi buruk di kabupaten A pada tahun 2019 meningkat. Kepala
Puskesmas ingin mengetahui apakah kejadian gizi buruk tersebut disebabkan
karena anak-anak tersebut terbiasa mendapatkan makanan instan. Kepala
puskesmas menyuruh mahasiswa kedokteran di tempatnya untuk meneliti hal tersebut.
Mereka hanya memiliki waktu singkat dan dana yang terbatas. Desain penelitian
apa yang paling tepat untuk digunakan?
A. Cross-sectional
B. Kasus kontrol
C. Kohort prospektif
D. Kohort retrospektif
E. Deskriptif

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


UKURAN ASOSIASI

Cross- Case Kohort


sectional control • Relative
• Prevalence • Odds ratio risk (RR)
ratio (RR) (OR)

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


TABEL STATISTIK 2X2
Penyakit
Gizi buruk
(+)(+) Penyakit
Gizi buruk
(-)(-)
Faktor risiko
Makanan instan
(+) (+) 80 20
Faktor risiko
Makanan instan
(-) (-) 20 80

Dari 100 anak yang mengalami gizi buruk, 80 anak sering mendapatkan makanan instan.
Dari 100 anak yang tidak mengalami gizi buruk, 80 anak tidak mendapatkan makanan instan.

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


TABEL STATISTIK 2X2
Gizi buruk (+) Gizi buruk (-)
Makanan instan (+) 80 (a) 20 (b)
Makanan instan (-) 20 (c) 80 (d)

Odds ratio (OR) = a d / b c


Anak yang mendapatkan makanan instan
Odds ratio (OR) = 80 x 80 memiliki odds/risiko 16 kali lebih tinggi untuk
20 x 20 mengalami gizi buruk, dibandingkan dengan
anak yang tidak mendapatkan makanan instan.
Odds ratio (OR) = 16

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


TABEL STATISTIK 2X2
Gizi buruk (+) Gizi buruk (-)
Makanan instan (+) 80 (a) 20 (b)
Makanan instan (-) 20 (c) 80 (d)

Relative risk (RR) = a / (a+c)


b / (b+d) Anak yang mendapatkan makanan instan
memiliki odds/risiko 4 kali lebih tinggi untuk
Relative risk (RR) = 80 / 100 mengalami gizi buruk, dibandingkan dengan
20 / 100 anak yang tidak mendapatkan makanan instan.

Relative risk (RR) = 4


RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
INTERPRETASI RR / OR / PR
Makanan instan → Gizi buruk
RR = 4 (anak yang makan makanan instan berisiko 4 kali lipat mengalami gizi buruk
dibandingkan anak yang tidak makan makanan instan) • RR > 1 : variabel sebab/ independen
merupakan FAKTOR RISIKO.
RR = 1 (anak yang makan makanan instan berisiko 1 kali lipat mengalami gizi buruk
dibandingkan anak yang tidak makan makanan instan) → • makan
RR = 1atau
: variabel sebab tidak
tidak makanan berhubungan
instan,
risiko gizi buruknya sama saja! dengan variabel akibat.

• RR < 1 : variabel sebab merupakan


RR = 0,2 (anak yang makan makanan instan berisiko 0,2 kali lipat mengalami
FAKTOR PROTEKTIF.gizi buruk
dibandingkan anak yang tidak makan makanan instan) → yang makan makanan instan justru
lebih terproteksi dari gizi buruk.

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


PREVALENCE RATIO (PR)
Rumus prevalence ratio (PR) sama dengan rumus relative risk (RR).

PR adalah ukuran asosiasi yang digunakan untuk studi cross-sectional.

RR adalah ukuran asosiasi yang digunakan untuk studi kohort.

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


95% CONFIDENCE INTERVAL

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


Makanan instan → gizi buruk
RR = 4 (95% confidence interval: 2,2-4,5)

Interpretasi RR =4
Pada penelitian ini, anak yang mendapatkan makanan
instan berisiko 4 kali lipat untuk mengalami gizi buruk
CONTOH dibandingkan anak yang tidak mendapatkan makanan
instan.

Interpretasi 95% CI dari RR = 2,2 – 4,5


Jika penelitian diulang 95 kali, anak yang mendapatkan
makanan instan berisiko 2,2-4,5 kali lipat untuk mengalami
gizi buruk dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
makanan instan.

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC


RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC
TERIMA KASIH! ☺
Email: resthie.putri@ki.se
DM Instagram: @winnerresthie
LinkedIn: Resthie Rachmanta Putri

RESTHIE RACHMANTA PUTRI, DR, M.EPID, M.SC

Anda mungkin juga menyukai