Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2011: 335 – 346

PENGARUH PELATIHAN TAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA


LANJUT USIA (LANSIA) YANG TINGGAL DI PANTI WERDHA HARGO DEDALI

Esterina Fitri Lestari1

Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya

This study aims to determine is there influence between laughter training on reducing
stress levels in the elderly in a nursing institution Hargo Dedali. Stress that occurs in
the elderly caused by an inability to adapt or adjust themselves to the environment as
well as lower the changes that occurred in his life,
feeling depressed and lonely, and feeling isolated, removed, and is not required. The
research was conducted in elderly in nursing InstitutionHargo Dedali. the number of
study subjects 14 people, consisting of a control group of 7 people and 7 experimental
groups. Scale data collection tool in the form of stress levels in the elderly consisting of
59 items. Data analysis was performed with statistical techniques Mann-Whitney U-
Test, with the help of statistical program SPSS version 12.0. From the analysis of
research data obtained siginifikansi value of 0.04. This suggests that there is influence
between laughter training to decrease the stress levels in the elderly in a nursing
institution Hargo Dedali.

Keywords: Training Laughter, Stress, Elder

1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat
dilakukan dengan menghubungi:
esterina_fitri@yahoo.com

335
LESTARI

Proses menua (aging) merupakan seseorang memutuskan untuk tinggal di panti


suatu perubahan progresif pada organisme werdha, mempunyai sisi positif dan sisi
yang telah mencapai kematangan dan negatif. Sisi positif tinggal di panti werdha
menunjukkan adanya kemunduran. Pada adalah lansia bisa bergaul dengan orang
lansia menunjukkan penurunan fisik yang seusianya karena merasa sama dalam hal
lebih besar dibandingkan periode-periode usia umur yang memasuki usia dewasa akhir
sebelumnya serta rentan terkena penyakit (lansia), bisa bersosialisasi dan berinteraksi.
tertentu berkaitan dengan penurunan fisiknya Tapi dari sisi negatifnya, lansia yang tinggal
yang mulai melemah dan sakit-sakitan di panti werdha padahal mereka masih
(Santrock, John W, 2002:198), meskipun mempunyai keluarga, keluarganya dianggap
sebenarnya juga ada lansia yang sehat dan telah melupakan orang tuanya (Arixs, 2006)
produktif. (Bondan P, 2007). Selain serta lebih membuat lansia merasa kesepian.
mengalami penurunan fisik dan rentan terkena Keputusan keluarga untuk
penyakit tertentu, lansia juga rentan terhadap menempatkan orang lansia di panti werdha
stres. Masalah yang paling sering belum tentu dapat diterima oleh lansia.
menyebabkan stres pada lansia adalah post Mereka mungkin merasa terbuang, tidak
power syndrome. Pada umumnya lansia dibutuhkan lagi, terisolasi, dan kehilangan
merasa tidak diperhatikan lagi oleh anak atau orang-orang yang dicintai. Selain itu, panti
menantunya. Lansia merasa kesepian, padahal werdha merupakan tempat yang relatif asing
dulu mereka selalu dekat dengan anak. (Arixs, bagi lansia jika dibandingkan dengan tinggal
2006). di rumahnya sendiri bersama keluarganya.
Secara statistik, jumlah kelompok Hal ini dapat menjadi stressor, baik yang
lansia mengalami jumlah peningkatan secara berasal dari dirinya maupun dari lingkungan.
cepat. Kelompok lansia yang berusia 60 tahun Walaupun kadang-kadang penempatan lansia
keatas ini, secara potensial dapat di suatu panti maupun lembaga-lembaga
menimbulkan permasalahan yang akan sosial disebabkan oleh keinginan para lansia
mempengaruhi kelompok penduduk lainnya. itu sendiri atau karena kondisi keluarga
Meningkatnya jumlah kelompok lansia ini (Papalia&Olds dalam Soekamto, 2000:185).
tentunya diperlukan suatu tempat yang Pada kenyataan sekarang ini
menyediakan fasilitas perawatan kesehatan memperlihatkan bahwa para lansia yang
bagi lansia. Salah satu instansi yang tinggal di panti sosial atau panti perawatan
menyediakan hal tersebut adalah panti sosial dan jauh dari anak cucu, ternyata dapat
tresna werdha atau panti werdha. Panti membuat lansia tersebut merasa kesepian,
werdha merupakan pelayanan untuk lansia sendiri dan terisolasi. Apalagi jika tiba saat-
dengan cara pemberian santunan berupa saat liburan yang berarti saat berkumpul
sandang, pangan, papan, kesehatan, dan bersama keluarga dan mengingatkan lansia
penyuluhan keagamaan. Mereka mendapatkan pada masa-masa bahagia saat masih banyak
pelayanan khusus sampai akhir hayat atau orang yang mereka cintai ada di sekitar
pengurusan kematian. mereka. Data penelitan terdahulu
Tinggal di panti werdha seringkali menyebutkan bahwa kelompok lansia yang
menimbulkan stres, karena mereka harus mengalami perasaaan kesepian menempati
beradaptasi dengan lingkungan baru dan urutan yang paling atas dengan prosentase
bertemu dengan orang-orang baru yang 37,37% yang berarti secara keseluruhan
berasal dari kebudayaan keluarga yang mereka mengalami kesepian. Dan keadaaan
berbeda-beda. Namun demikian, ketika

JURNAL PSIKOLOGI 336


PELATIHAN TAWA TERHADAP PENURUNAN STRES

ini menonjol pada penghuni panti werdha besar dalam pola hidupnya, menentukan
(Haditono, 1988:16). kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan
Perasaan-perasaan tersebut diatas, ekonomi dan fisik, mencari teman baru untuk
akan berdampak kurang baik bagi kesehatan menggantikan suami atau istri yang telah
psikisnya, karena perasaan-perasaan seperti meninggal dan/atau pergi jauh dan/atau cacat,
itu menimbulkan seseorang menjadi stres. mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi
Padahal tujuan didirikannya panti werdha, waktu luang yang semakin bertambah, belajar
selain untuk peningkatan perawatan untuk memperlakukan anak yang sudah besar
kesehatan, juga untuk menghindari perasaan sebagai orang dewasa, mulai terlibat dalam
kesepian ataupun tidak diperhatikan oleh kegiatan masyarakat yang secara khusus
anak-anaknya karena di panti, mereka akan direncanakan untuk orang dewasa, mulai
bertemu dengan orang-orang seusianya. merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang
sesuai untuk orang berusia lanjut dan
Tujuan Penelitian memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk lama yang berat dengan kegiatan yang cocok
mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan dengan kondisi badannya, dimanfaatkan oleh
tawa terhadap penurunan tingkat stres pada para penjual obat dan kriminalitas karena
lanjut usia yang tinggal di panti werdha. merasa tidak sanggup lagi untuk
mempertahankan diri.
Tinjauan Pustaka
1. Lanjut Usia 2. Stres
Menurut Undang-undang no. 13 tahun Dalam pengertian umum, stres terjadi jika
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, seseorang dihadapkan dengan suatu peristiwa
mendefinisikan lanjut usia sebagai seseorang yang dirasakan sebagai sesuatu yang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas mengancam kesehatan fisik atau
yang dapat dikategorikan dalam 2 kelompok psikologisnya. Peristiwa yang mengancam
lanjut usia, yaitu lanjut usia potensial dan tersebut disebut sebagai stresor dan reaksi
lanjut usia tidak potensial. orang terhadap peristiwa tesebut disebut
Menurut Hardywinoto dan Tony respon stres (Atkinson Rita L, dkk. 1987. hal
Setiabudhi, (2005, hal 8). yang dimaksud 338).
dengan lanjut usia adalah seseorang yang Defini lain berasal dari Richard S Lazarus
telah berusia 60 tahun ke atas dan (dalam Christian M, dkk, 2005: 4) yang
memerlukan perhatian khusus di abad ke 21, berbunyi ”Stress is a condition or feeling
karena selain jumlahnya meningkat dengan experienced when a person perceives that
cepat, juga secara potensial dapat demand exceed the personal and social
menimbulkan permasalahan yang akan resources the individual is able to mobilize”
berpengaruh pada kelompok usia yang lebih (Stress adaah situasi dan perasaan yang
muda. dialami ketika seseorang merasakan adanya
Menurut Hurlock (1980, hal: 387) tuntutan yang melebihi daya kemampuan
menyebutkan beberapa permasalahan umum pribadi dan sosial yang bisa dia kerahkan).
yang unik pada orang lanjut usia, yaitu: Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa
keadaan fisik menjadi lemah dan tidak stres terjadi ketika ada tekanan di luar
berdaya sehingga harus tergantung pada orang kemampuan kita.
lain, status ekonominya berkurang dan Stres tidak selalu bersifat negatif karena
mengancam sehingga melakukan perubahan pada dasarnya stres merupakan respon-respon

337 JURNAL PSIKOLOGI


LESTARI

tertentu dari tubuh terhadap adanya tuntutan- kaki dingin dan nyeri, sering keluar angin,
tuntutan dari luar. Adanya berbagai tuntutan sering buang air kecil, susah buang air
ini, tubuh manusia akan berusaha mengatasi besar, diare, dorongan seks rendah,
dengan menciptakan keseimbangan antara kesulitan orgasme.
tuntutan luar, kebutuhan, dan nilai-nilai 3. Gejala Mental Stress, seperti: gelisah,
internal, kemampuan coping personal, serta khawatir, rasa bersalah, dan tenang,
kemampuan lingkungan untuk memberikan peningkatan rasa marah dan frustasi,
dukungan. Hasil dari interaksi tersebut adalah moody (perasaan berubah-ubah), depresi,
persepsi terhadap stres. afsu makan meningkat atau malah
Stres bisa diketahui dari gejala-gejalanya. menurun, pikiran terburu-buru, mimpi
Gejala stres sebenarnya terjadi setiap hari buruk, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan
sehingga banyak yang mengabaikannya dan belajar sesuatu yang baru, mudah lupa,
menganggapnya biasa. Dalam buku The disorganisasi atau kebingungan, kesulitan
Doctor’s Guide to Instant Stress Relief: A membuat keputusan, merasa berat beban
Psychological and Medical System” yang dan terlindas masalah, lebih sering
ditulis oleh Ronald G. Nathan, Ph. D., menangis, pikiran-pikiran bunuh diri,
Thomas E. Staats, Ph.D., dan Paul J. Rosch, takut dengan orang lain, kesepian.
M.D., disebutkan empat kelompok gejala 4. Gejala Perilaku Stress, seperti: tidak
yang terjadi pada tubuh seseorang yang peduli pada cara berpakaian atau
sedang dilanda stres (Christian M, dkk, 2005: penampilan, keterlambatan yang
5-7): meningkat, kenampilan yang lebih serius,
1. Gejala Fisik Stress Yang Melibatkan perilaku yang tidak biasa, perilaku tegang,
Otot-Otot Sekitar Tulang, seperti: sakit seperti memukul-mukul jari tangan dan
kepala, wajah berkerut, gigi menghentak-hentak kaki, jalan bolak-
bergemeretak, nyeri rahang, gagap, bibir balik atau menyusuri lantai, meningkatnya
dan tangan bergetar, otot tegang, rasa frustasi dan kejengkelan, gampang
mengkerut, dan nyeri. nyeri leher, nyeri bereaksi pada hal-hal kecil, meningkatnya
punggung, bahasa tubuh agresif. kecelakaan kecil, perfeksionisme,
2. Gejala Fisik Stress Yang Melibatkan produktifitas dan efisiensi kerja menurun,
Sistem Syaraf Otonom, seperti: sakit berbohong atau berdalih untuk menutupi
kepala migraine, peningkatan sensitifitas pekerjaan yang jelek, bicaranya terlalu
terhadap cahaya dan suara, pusing, cepat atau tidak jelas, bicaranya terlalu
pusing, lemah seperti mau jatuh, bunyi cepat atau tidak jelas, sikap defensif dan
denging di telinga, bola mata membesar, penuh curiga, komunikasi yang tegang
wajah memerah, mulut kering, kesulitan dengan orang lain, menarik diri secara
menelan, sering demam dan flu, jerawat, sosial, rasa lelah terus menerus,
kulit memerah, ubuh menggigil dan bulu mengalami masalah tidur, sering
roma berdiri, heartburn (nyeri dada), menggunakan obat-obatan, rasa lelah
kram perut, dan mual-mual, detak jantung terus menerus, mengalami masalah tidur,
tinggi dan tidak teratur meskipun tanpa sering menggunakan obat-obatan, tubuh
olahraga, kesulitan bernafas, panik yang makin gemuk atau makin kurus walau
mendadak dan menyesakkan seolah mau tidak diet, makin banyak merokok, sekali-
mati, nyeri jantung dan dada, peningkatan kali menggunakan obat-obatan untuk
keringat, keringat pada malam hari, hiburan, meningkatnya penggunaan
tangan dingin dan berkeringat, tangan dan alkohol, berjudi dan banyak keluar uang.

JURNAL PSIKOLOGI 338


PELATIHAN TAWA TERHADAP PENURUNAN STRES

berkumpul bersama keluarga dan masa-masa


3. Stres Pada Lanjut Usia bahagia saat masih banyak orang yang
Stres bisa dialami oleh setiap orang, mereka cintai ada di sekitar mereka. Kesepian
demikian juga pada lanjut usia (lansia). Ada yang terjadi pada kelompok lansia merupakan
beberapa hal yang menjadi penyebab orang urutan paling atas yang berarti secara
lansia mengalami stres. Penyebab stres pada keseluruhan para lansia mengalami kesepian.
lansia adalah ketika seseorang memasuki Dan keadaaan ini menonjol pada penghuni
masa lansia, akan mengalami perubahan- panti werdha (Haditono, 1988:16). Hal ini
perubahan yang dalam kehidupannya. juga dinyatakan oleh Dr. Madan Kataria
Menurut Havighrust (dalam Hurlock, 1980: dalam bukunya Laugh For No Reason, bahwa
10), lansia yang berada di tahap banyak juga orang yang tinggal di panti
perkembangan terakhir, dituntut untuk dapat werdha merasa kesepian dan tertekan,
menyesuaikan diri dengan kondisi atau meskipun mereka hidup bersama dengan
keadaannya yang mengalami perubahan. orang tua lain dan ada rasa kebersamaan
Kemudian ketika lansia tersebut berada atau (Kataria Madan, 2004, hal: 247).
tinggal di panti werdha, selain dituntut untuk Apabila lansia tidak segera mampu
menyesuaikan atau beradaptai dengan menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan dalam kehidupannya, juga dituntut perubahan yang terjadi pada dirinya dan
untuk beradaptasi dengan lingkungan menyesuaikan diri pada lingkungan baru di
maupun dengan penghuni panti werdha. Jika panti werdha, akan muncul stres atau
kemampuan beradaptasi mereka tidak baik, ketegangan jiwa. Selain itu, perasaan-
akan menyebabkan seseorang merasa tidak perasaan tersebut, seperti dibuang, terkadang
nyaman dan kurangnya sosialisasai dengan kesepian karena adanya keinginan untuk
penghuni yang lain. bertemu keluarganya, merasa dibuang serta
Keputusan seseorang untuk tinggal di tidak dibutuhkan lagi akan menimbulkan
panti werdha, membuatnya bisa bergaul seseorang menjadi stres. Stres yang
dengan orang seusianya karena merasa sama berkepanjangan dapat memperbesar peluang
dalam hal umur yang memasuki usia dewasa penyakit fisik dan atau mental (Papalia&Olds
akhir (lansia), bisa bersosialisasi dan dalam Soekamto, 2000:185).
berinteraksi. Namun ketika mereka berada di
panti werdha sementara masih mempunyai 4. Pelatihan Tawa
keluarga, mereka merasa terbuang, tidak Pelatihan tawa adalah sebuah program
dibutuhkan lagi, terisolasi, dan kehilangan yang bertujuan menurunkan tingkat stres
orang-orang yang dicintai. Walaupun kadang- dengan menerapkan metode Sesi Tawa dari
kadang penempatan lansia di suatu panti buku terapi tawa ”Laugh For No Reason”
maupun lembaga-lembaga sosial disebabkan oleh Dr. Mahdan Kataria yang merupakan
oleh keinginan para lansia itu sendiri atau pendiri dari gerakan klub tawa dunia.
karena kondisi keluarga (Papalia&Olds dalam Pelatihan tawa merupakan suatu pelatihan
Soekamto, 2000:185). yang bisa membuat hidup lebih sehat, tenang,
Selain itu, lansia yang jauh dari anak cucu dan nyaman, serta menunjukkan getaran otak
apalagi lansia yang tinggal di panti sosial atau pada frekuensi gelombang alfa yang membuat
panti perawatan, ternyata dapat membuat orang merasa rileks dan santai. Dengan
lansia tersebut merasa kesepian, sendiri dan tertawa akan menunjang kesehatan karena
terisolasi. Perasaan kesepian ini terjadi jika menghambat aliran kortisol, yaitu hormon
tiba saat-saat liburan yang mengingatkan saat stres yang meningkatkan tekanan darah.

339 JURNAL PSIKOLOGI


LESTARI

Sementara itu, menurut dr. William Foy dari sehingga kekebalan tubuh akan bertambah.
Universitas Stanford, tertawa terbahak-bahak Jika kita bisa hidup dengan senyuman dan
amat bermanfaat bagi orang sakit. Hasil tawa, akan membuat tubuh lebih segar serta
penelitiannya menunjukkan bahwa tertawa bermanfaat dalam menekan stres yang sering
terpingkal-pingkal akan menggoyangkan- kita hadapi. Tertawa yang kelihatannya kecil
goyangkan otot perut, dada, bahu, serta dan hanya berlangsung sesaat ternyata sangat
pernafasan, sehingga membuat tubuh seakan- bermanfaat dalam hidup dan bertahan cukup
akan sedang joging di tempat, dan setelah lama (Simanungkalit Bona, Bien Pasaribu,
tertawa, tubuh akan terasa rileks, segar dan 2007, hal 33).
tenang (Simanungkalit Bona, Bien Pasaribu,
2007, hal 15). Hipotesis
Menurut Dr. Lee S. Berg, peneliti dari Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
Universitas Loma Linda California Amerika pengaruh antara pelatihan tawa dengan
Serikat, mengatakan bahwa tertawa bisa penurunan tingkat stres pada lansia yang
mengurangi tingkat hormon stres di dalam tinggal di panti werdha Hargo Dedali.
tubuh sekaligus meningkatkan imunitas

Metode
Tipe penelitian yang dilakukan ini tingkat stres pada lansia yang diperoleh lewat
termasuk dalam tipe penelitian kuantitatif pengujian terhadap isi tes dengan analisis
dengan menggunakan teknik pengambilan rasional atau melalui profesional judgement.
data eksperimen. Hal ini sesuai dengan Untuk menguji validitas item-item instrumen
maksud penelitian ini yang ingin mengetahui tersebut maka selanjutnya akan
apakah ada pengaruh pelatihan tawa terhadap dikonsultasikan dengan ahli.
penurunan tingkat stres pada lanjut usia yang Perhitungan reliabilitas skala tingkat
tinggal di panti werdha.Variabel bebas (X) stres menggunakan Alpha Cronbach dengan
dalam penelitian ini adalah pelatihan tawa bantuan program SPSS 12.0 for Windows.
sedangkan variabel terikat (Y) adalah stres Teknik korelasi yang dipakai
pada lanjut usia yang tinggal di panti werdha. menganalisa data dari penelitian ini adalah
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini teknik Mann-Whitney U-Test. Operasionalisai
adalah seluruh lanjut usia yang tinggal di teknik ini menggunakan program komputer
panti werdha Hargo Dedali. SPSS 12.0 for Windows.
Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner tingkat stres pada lansia, diukur
dengan menggunakan skala Likert.
Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi kuesioner

Hasil dan Pembahasan

Stres yang dialami para lansia yang tinggal di akan berpengaruh pada kondisi tubuhnya dan
panti werdha, jika direspon secara negatif memperbesar peluang penyakit fisik dan

JURNAL PSIKOLOGI 340


PELATIHAN TAWA TERHADAP PENURUNAN STRES
mental. Beberapa hal yang menyebabkan banyak gerakan fisik, seharusnya bisa
lansia mengalami stres adalah diterapkan pada para lansia, apalagi Armand
ketidakmampuan beradaptasi pada Archisaputra yang juga pendiri klub tawa di
lingkungan baru, seperti lingkungan di panti Indonesia mengatakan bahwa anggota klub
werdha, serta beradaptasi pada perubahan- tawa miliknya diikuti oleh lansia.
perubahan yang terjadi ketika memasuki usia Tingkat stres pada lansia yang tinggal di
lanjut. Permasalahan lain adalah lansia yang panti werdha diukur dengan skala tingkat
tinggal di panti werdha merasa kesepian dan stres pada lansia. Berdasarkan hasil uji coba,
teretekan (Kataria Madan, 2004: 247), serta alat ukur tersebut didapatkan reliabilitas
lansia tersebut merasa terbuang, terisolasi, sebesar 0,94. Sedangkan dari hasil pre test
dan tidak dibutuhkan lagi. pada subyek penelitian, didapatkan reliabilitas
Terkait dengan adanya stres, diperlukan sebesar 0,89, hal ini berarti alat ukur yang
suatu coping stres, yaitu suatu strategi atau digunakan memiliki reliabilitas yang hampir
cara untuk merespon pikiran dan perilaku sama antara subyek uji coba dengan subyek
yang digunakan dalam memecahkan penelitian, sehingga reliabilitasnya stabil dan
permasalahan agar dapat beradaptasi dalam sampelnya relatif identik.
permasalahan mereka. Menurut Lazarus dan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Folkman (1984, dalam Mu’tadin, 2002) dilakukan peneliti dengan menggunakan alat
mengklasifikasikan 2 strategi coping,yaitu ukur skala tingkat stres pada lansia,
problem focused coping dan emotional didapatkan hasil perhitungan spss dengan
focused coping. signifikansi sebesar 0.04. Hasil tersebut
Strategi coping yang diteliti dalam kurang dari 0.05 yang berarti signifikan atau
penelitian ini adalah memberikan pelatihan ada pengaruh pelatihan tawa terhadap
tawa untuk mengurangi tingkat stres pada penurunan tingkat stres pada lansia yang
lansia yang tinggal di panti werdha. Pelatihan tinggal di panti werdha. Dari hasil penelitian
tawa ini lebih berfokus pada emotional juga didapatkan hasil bahwa, ada perbedaan
focused coping karena merupakan usaha antara kelompok yang tidak mendapatkan
untuk mengontrol emosi dengan cara tertawa. pelatihan (kelompok kontrol) dengan
Setelah melakukan pelatihan tawa, tubuh kelompok yang mendapatkan pelatihan
akan merasa tileks, segar dan tenag sehingga (kelompok eksperimen).
emosi seseorang akan lebih terkontrol Hasil pre test dan pos test dari kelompok
Pelatihan tawa yang diperkenalkan pertama kontrol, menunjukkan tidak ada perubahan,
kali oleh Dr. Madan Kataria dari India, bisa kalaupun ada perubahan, itupun hanya sedikit
digunakan untuk lansia karena mudah sekali. Sedangkan hasil pre test dan pos test
dilakukan dan tidak membutuhkan gerakan dari kelompok eksperimen, ada perubahan
fisik. Tertawa dapat merangsang berbagai setelah mendapatkan pelatihan tawa.
bagian otak dan menghambat aliran hormon Pengaruh dari pelatihan tawa terhadap
kortisol, yaitu hormon stres yang kelompok eksperimen menunjukkan pengaruh
meningkatkan tekanan darah. yang sedikit, hal ini disebabkan waktu
Mengetahui efek dari tertawa dapat pelaksanaan penelitian kurang sesuai, karena
mengurangi tingkat stres, maka peneliti ingin pada waktu diadakannya penelitian mendekati
melihat pegaruh pelatihan tawa terhadap waktu makan siang dan istirahat. Namun
penurunan tingkat stres pada lansia penghuni secara keseluruhan, subyek terlihat antusias
panti werdha. Pelatihan tawa yang mudah untuk mengikuti pelatihan tawa. Peneliti juga
untuk dilakukan dan tidak membutuhkan menyediakan tenaga medis karena subyek

341 JURNAL PSIKOLOGI


LESTARI

dalam penelitian ini sudah lansia sehingga helper/suppressor yang penting untuk
ketika melakukan tertawa terlalu berlebihan menghilangkan infeksi/peradangan (Parrish
dikhawatirkan dapat mengganggu Monique M, Quinn Patricia 1999).
kesehatannya. Ketika seseorang mengalami stres,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya pada lansia, akan berpengaruh
pelatihan tawa telah terbukti mempunyai pada kondisi tubuhnya dan memperbesar
pengaruh terhadap penurunan tingkat stres peluang penyakit fisik dan mental. Dengan
pada lansia. Hal tersebut dapat dijelaskan diberikan pelatihan tawa ini, para lansia yang
bahwa ketika kita dapat tertawa secara alami, menjadi subyek penelitian terlihat lebih ceria
dapat merangsang pengeluaran zat-zat yang dan bersemangat. Selain itu, teknik-teknik
baik bagi otak, yaitu endorphine, serotonin, dalam pelatihan tawa dapat diterapkan pada
dan metanonin, dan tertawa secara alami lansia dan mudah untuk dilakukan. Pelatihan
dapat dilatih dengan melakukan pelatihan tawa ini bisa berpengaruh juga karena adanya
tawa. antusiasme para lansia untuk mengikuti
Pelatihan tawa merupakan suatu kegiatan pelatihan ini. Meskipun terkadang beberapa
yang membuat hidup lebih sehat, tenang, mengeluhkan capek, namun setelah
nyaman, serta menunjukkan getaran otak pada beristirahat sebentar, subyek bersemangat
frekuensi gelombang alfa yang membuat untuk mengkuti pelatihan tawa dan
orang merasa rileks dan santai. Ketika melakukan teknik dalam pelatihan tawa.
seseorang mengalami stres, akan keluar Berdasarkan hasil evaluasi setelah
hormon adrenalin yang mempengaruhi melaksanakan pelatihan tawa, subyek
tekanan darah dan mengakibatkan jantung menyatakan merasa lebih senang dan rileks,
berdebar keras. Pada saat kita tertawa, tubuh proses pelatihan tawa juga diakui menarik,
akan melepaskan hormon adrenalin dan tidak begitu melelahkan, cepat dan relatif
secara otomatis tercipta efek antiadrenalin dan mudah untuk dilakukan. Beberapa hari
menghambat kerja hormon adrenalin dalam setelah penelitian, peneliti mengunjungi
aliran darah, sehingga ketegangan merada dan subyek penelitian dan subyek masih
tekanan darah menurun (Simanungkalit Bona, mengingat beberapa teknik pelatihan tawa.
Bien Pasaribu, 2007:15). Teknik yang paling diingat adalah tawa
Beberapa peneliti yang melakukan studi singa, karena bagi mereka tawa ini yang lucu
mengenai tertawa dan mendukung penelitian dan mudah untuk dilakukan.
ini, diantaranya adalah menurut dr. William Hal lain yang juga mempengaruhi hasil
Foy (dalam Simanungkalit Bona, Bien penelitian adalah pedoman dasar dalam
Pasaribu, 2007:15), hasil penelitiannya pelaksanaan pelatihan tawa, setiap peserta
menunjukkan bahwa tertawa tepingkal- sebaiknya jangan berdiri berjauhan dan harus
pingkal akan menggoyang-goyangkan otot terus menjaga kontak mata. Melalui kontak
perut, dada, bahu, serta pernafasan, sehingga mata ini, tertawa bisa ditularkan dan hal ini
membuat tubuh seakan-akan joging di tempat dilakukan dalam pelaksanaan pelatihan tawa
dan setelah tertawa, tubuh terasa rileks, segar, ini. Bagi subyek yang bisa berpindah tempat,
dan tenang. Studi yang dilakukan oleh Loma biasanya mengajak subyek yang lain untuk
Linda dari Universitas Imunologi tertawa, begitupun peneliti sebagai trainer
Obat/Kedokteran (Berk, 1989), yang yang dibantu oleh co trainer, mengajak
menyimpulkan bahwa tertawa menurunkan subyek yang kurang bisa tertawa lepas dengan
serum kortisol dan meningkatkan sel mendatanginya untuk mengajak tertawa dan
pembunuh alami seperti T sel dengan reseptor tetap terus menjaga kontak mata. Kontak mata
JURNAL PSIKOLOGI 342
PELATIHAN TAWA TERHADAP PENURUNAN STRES
ini merupakan salah satu komunikasi tanpa rendah, juga bermanfaat untuk menjauhkan
ada kata-kata untuk menjelaskannya yang stres dari orang yang belum atau tidak
digunakan untuk mengirimkan pesan mengalami stres. Hal ini terlihat dari hasil
emosional atau sikap terhadap orang lain. penelitian bahwa subyek yang memiliki stres
Komunikasi ini disebut dengan komunikasi rendah tetap memiliki stres rendah atau bisa
non verbal. dikatakan tidak mengalami peningkatan stres
Pelatihan tawa ini, selain bermanfaat setelah melakukan pelatihan tawa. Sehingga
untuk menurunkan tingkat stres, yaitu subyek dengan melakukan pelatihan tawa, dapat
yang memiliki tingkat stres tinggi setelah mengurangi stres bagi yang telah menderita
diberikan pelatihan tawa menjadi stres sedang stres dan menjauhkan stres bagi yang belum
ataupun stres rendah, dan subyek yang stres stres.
sedang menjadi stres rendah atau stres sangat

Kesimpulan werdha yaitu sebagai upaya yang terencana


1. Kesimpulan dan berkesinambungan dalam memberikan
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pelayanan kepada lanjut usia atau jompo
apakah ada pengaruh pelatihan tawa terhadap terlantar sehingga mereka dapat menikmati
penurunak tingkat stress pada lansia yang sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman
tinggal di panti werdha. Dari hasil penelitian, lahir dan batin, karena dengan pelatihan tawa
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh memberikan pengaruh terhadap penurunan
pelatihan tawa terhadap penurunan tingkat tingkat stres yang memegang peranan yang
stres pada lansia yang tinggal di panti werdha. penting dalam lebih dari 50 persen segala
masalah dan penyakit.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran Saran untuk Peneliti Selanjutnya
yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: 1. Dalam pelaksanaan pelatihan, sebaiknya
dilakukan dalam waktu rutin, misalnya 2
Saran Teoritik minggu sekali atau 1 bulan sekali.
Adanya penelitian ini akan menambah 2. Melatih orang-orang lansia yang menjadi
wacana baru bahwa pelatihan tawa subyek penelitian (kelompok eksperimen)
berpengaruh dalam penurunan tingkat stres untuk bisa melatih lansia yang lain.
sehingga pelatihan tawa ini bisa digunakan 3. Perlu diadakan sosialisasi pelatihan tawa
sebagai salah satu teknik coping stress sebagai terapi kesenangan/rekreasi untuk
khususnya untuk lanjut usia (lansia). mengurangi stres.

Saran untuk Panti Werdha


Pelatihan tawa sebaiknya digunakan
sebagai kegiatan dalam panti werdha dan
sebagai penunjang tujuan didirikannya panti

Kepustakaan

Arixs (2006, 30 Oktober). Plus Minus (on-line). Diakses pada tanggal 28 Mei
Menitipkan Orang Tua di Panti Jompo 2007 dari

343 JURNAL PSIKOLOGI


LESTARI

http://cybertokoh.com/mod.php?mod=pub diterbitkan. Universitas Airlangga


lisher&op=viewarticle&artid=1767. Surbaya: Fakultas Psikologi.
Asti (2006, 11 September). Ragam Terapi Dini Budiman. (2004, 30 Mei). Hangatnya
Stres Gratis (on-line). Diakses pada Keluarga, Impian di Masa Tua (0n-line).
tanggal 28 Desember 2007 dari Diakses pada tanggal 28 Desember 2007
http://www.tujuhtujuhtiga.com/73/index.p dari http://www.pikiran-
hp?name=News&file=article&sid=37. rakyat.com/cetak/0504/30/hikmah/lainnya
Atkinson Rita L, Atkinson Richard C, Hilgard 05.htm.
Ernest R. (1983). Pengantar Psikologi ed. Gunawart Rindang, Hartati Sri, Listiara Anita
Kesebelas jilid 2 (terjemahan). Batam: (2006). Hubungan Antara Efektifitas
Interaksara. Komunikasi Mahasiswa Dosen
Bondan, P. (2007, April). Ranah Penelitian Pembimbing Utama Skripsi Dengan Stres
Keperawatan Gerontologi (on-line). Dalam Menyusun Skripsi Pada
Diakses pada tanggal 28 Mei 2007 dari Mahasiswa Program Studi Psikologis
http://www.inna- Fakultas Kedokteran Universitas
ppni.or.id/index.php?name=News&file=a Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas
rticle&sid=33. Diponegoro. Vol. 3 No. 2.
Catur Firmanto Micha. (2006). Pengaruh Ha..Ha..Ha.., Sembuhlah Sakit Kepala (2007,
Pelatihan Tawa Terhadap Penurunan November). Yayasan Lembaga SABDA
Tingkat Stres Pegawai Lembaga (on-line). Diakses pada tanggal 28
Pemasyarakatan Kelas 1 Surabaya di Desember 2007 dari
Desa Kebon Agaung Kemtu Porong. http://www.glorianet.org/berita/b4360.ht
Skripsi tidak diterbitkan. Universitas ml.
Airlangga Surbaya: Fakultas Psikologi. Haditono, Sr (1988). Kebutuhan dan Citra
Chandan Jit S.(1994). Organizational Diri Orang Lanjut Usia. Lembaga
Behaviour (rev ed). New Delhi: Vikas Penelitian Universitas Gajah Mada
Publishing House PVT LTD. Jogjakarta: Fakultas Psikologi.
Christian M, Jacken T.A, A. Ryan, Sith Hardywinoto, Tony Setiabudhi. (2005).
Caeth. (2005). Jinakkan Stres Kiat Hidup Psikologi Gerontologi Tinjauan dari
Bebas Tekanan. Bandung: Nexx Media Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia
Inc. Pustaka Utama.
Cholicul Hadi dkk. (1995). Bahan Ajar SP4 Hawkley Louise C, Berntson Gary G,
Mata Kuliah Psikologi Eksperimen. Engelend Christopher G, Marucha Philip
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. T. (2005, Agustus). Stress, Aging, and
Dewi, Sri Utami Soraya. (2006). Hubungan Resilience: Can Accurated Wear and Tear
Tingkat Penyesuaian Diri dan Tingkat Be Slowed? Journals Psychology
Depresi pada lanjut Usia yang Tinggal di ProQuest (on-line). Diakses pada tanggal
Panti Wreda Hargo Dedali Surabaya. 15 April 2008 dari
Tidak diterbitkan. Universitas Airlangga http://www.proquest.umi.com/pqdweb.
Surbaya: Fakultas Psikologi. Hurlock Elizabeth B. (1980). Psikologi
Dian Ariani Atika. (2005). Efektifitas Terapi Perkembangan Suatu Pendekatan
Humor terhadap Penurunan Tingkat Stres Sepenajang Rentang Kehidupan (ed.5
pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Universias Airlangga. Skripsi tidak Indirwati Emma (2006). Hubungan Antara
Kematangan Beragama Dengan
JURNAL PSIKOLOGI 344
PELATIHAN TAWA TERHADAP PENURUNAN STRES
Kecenderungan Strategi Coping. Jurnal line). Diakses pada tanggal 24 April 2008
Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 dari
No. 2. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=4
Ismayanti (2006, 28 April). Senyum dan &did=43694523&SrchMode=1&sid=15&
Tawa Sehatkan Raga-Jiwa (on-line). Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&R
Diakses pada tanggal 28 Desember 2007 QT=309&VName=PQD&TS=120904385
dari 5&clientId=72459.
http://ismadiary.blogspot.com/2006/04/se Partiknya, T.W. (2004). Depresi Lanjt Usia
nyum-tawa-sehatkan-raga-jiwa.html. Yang Tinggal di Panti Sosial Tresna
Jurnal online. American Institute of Stress. Werdha Sejahtera Pandan. Skripsi tidak
http://www.stress.org/topic-definition- diterbitkan. Universitas Airlangga
stress.htm?AIS=c03cc1b5eef743dfc793fa Surbaya: Fakultas Psikologi.
1e03ed6851 (diakses tanggal 23-01- Pratinidia Santi (2007). Prospek Jaminan
2008). Sosial Lansia DIY (on-line). Diakses pada
Latipun. (2008). Psikologi Eksperimen (ed. tanggal 28 Desember 2007 dari
2). Malang: UMM. http://www.indomedia.com/bernas/06200
Madan Kataria. (2004). Laugh For No Reason 1/04/UTAMA/04opi2.htm
(Terapi Tawa). Jakarta: PT. Gramedia Saifuddin A .( 2000). Reliabilitas dan
Pustaka Utama. Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Metta (2007, 31 Desember). Mabindo Saifuddin A .( 2006). Penyusunan Skala
Perincian Dana Masuk Bantuan untuk PSikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Panti Jompo Hisosu Kota Binjai (on-line). Santrock, John W. (2002). Life Span
Diakses pada tanggal 19 Januari 2008 dari Development Perkembangan Masa Hidup
http://www.mail- Jilid 2(terjemahan). Jakarta: Erlangga.
archive.com/mabindo@yahoogroups.com Sebelum Depresi Datanglah ke Klub Tawa
/msg04944.html. (2005, 10-16 Januari). Wanita Indonesia.
Monks F.J, Knoers A.M.P, Haditono Siti No. 790.
Rahayu. (1994). Psikologi Perkembangan Setiawati, Dra (2007, Februari). Optimalisasi
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Peran Wanita Di Keluarga
Yogyakarta: Gadjah Mada University Dalam Membentuk Sumber Daya
Press. Manusia Berkualitas
Muluk Hamdi (1996). Ketidakberdayaan Dan (Tinjauan Peranserta Wanita Dalam
Perilaku “Ugal-ugalan: Sopir Metromini. Membangun
Jurnal Psikologi Sosial. No. 5 Tahun VI/ Generasi Cinta Tanah Air Dan Siap Bela
Januari 1996. Negara) (on-line). Diakses pada tanggal
Mu’tadin Zainun, S.Psi, M.Psi. (2002, 22 28 Mei 2007 dari
Juli). Strategi Coping (on-line). Diakses http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.as
pada tanggal 19 Januari 2008 dari p?vnomor=16&mnorutisi=10
http://www.e- Simanungkalit Dr. Bona, Pasaribu Drs. Bien,
psikologi.com/remaja/220702.htm. 2007, Terapi Tawa. Jakarta: Papas Sinar
Parrish Monique M, Quinn Patricia (1999). Sinanti.
Laughing your way to peace of mind: Soekamto, ME, Afrida N & Wahyuningsih, S
How a little humor helps caregivers (2000). Hubungan Antara Pemenuhan
survive. New York: Vol. 27, Edisi 2; pg. Kebutuhan Berafiliasi dengan Tingkat
203. Clinical Social Work Journal (on- Depresi Pada Wanita Lanjut Usia di Panti

345 JURNAL PSIKOLOGI


LESTARI

Werdha. Anima Indonesian Psychologicsl


Journal. 15 (2).
Sugiyono Prof Dr (2005). Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suster Perawat (2008, 25 Januari). Panti
Werdha Kediri. Pukul 10.00-11.00 WIB.
Swasono Meutia Farida. (2005). Lansia
Dalam Upacara Adat Batak. Jurnal
Masyarakat dan Politik. Th XVIII, no. 3,
ISSN 0216.2407.
Taylor, E Shelley. (1993). Health Psychology.
New York: McGraw-Hill.
Versayanti Sabine (2008, 18 Juni).
Merawat Lansia: Di Rumah Sendiri atau
Rumah Jompo?. Diakses tanggal 22 Juni
2008 dari
http://tanyadokteranda.com/artikel/2008/0
6/merawat-lansia-di-rumah-sendiri-atau-
rumah-jompo
Weiss Donald, H. (1990). Manajemen Stres
(Alih Bahasa: Drs. Budi). Jakarta:
Binarupa Aksara.
Winarsunu Tulus (2004). Statistik Dalam
Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Malang: Universitas Muhammadiyah.
Wiwik (2008, 30 Januari 2008). Petugas Panti
Werdha Hargo Dedali Surabaya. Pukul
09.00-10.00 WIB.
Yayasan Idayu. (1984). Manula (Manusia
Usia Lanjut). Jakarta: Inti Idayu Press.
Zainuddin (2000). Metodologi Pendidikan.
Surabaya.

JURNAL PSIKOLOGI 346

Anda mungkin juga menyukai