KAK LAPAS KLAS I MEDAN 2016 Perencanaan
KAK LAPAS KLAS I MEDAN 2016 Perencanaan
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan Lapas atau Rutan perlu dibuat skala
prioritas pembangunan Lapas dan Rutan pada wilayah yang mengalami over kapasitas
atau wilayah yang dimungkinkan sebagai penyangga over kapasitas. Pembangunan UPT
Pemasyarakatan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok prioritas:
2. Prioritas II yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas 50% sampai dengan 75%
Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Sumatera Selatan 4028 6187 2169 54
2 Nanggroe Aceh 1973 3433 1460 74
Darussalam
3 Kalimantan Selatan 2404 3716 1312 55
4 Kalimantan Barat 1500 2523 1023 68
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
3. Prioritas III yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas kurang dari 50%
Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Lampung 2887 4312 1425 49
2 Sumatera Barat 1951 2448 497 25
3 D.I. Yogyakarta 913 1241 328 36
4 Jawa Timur 10682 15513 4831 45
5 Sulawesi Tengah 1180 1576 396 34
6 Sulawesi Tenggara 1035 1498 463 42
7 Bangka Belitung 860 969 109 12
8 Jawa Tengah 11736 9805 - -
9 Kalimantan Tengah 1912 1711 - -
10 Sulawesi Utara 1630 1539 - -
11 Gorontalo 410 566 156 19
12 Sulawesi Selatan 4661 3717 - -
13 Bali 1432 1712 280 17
14 Nusa Tenggara 2820 2828 8 6
Timur
15 Maluku 1360 772 - -
16 Maluku Utara 1023 554 - -
17 Papua Barat 436 401 - -
18 Papua 1558 1199 - -
19 Nusa Tenggara 1196 1616 420 36
Barat
20 Banten 3163 4542 1379 44
21 Sulawesi Barat 334 400 66 20
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Sumatera Utara 6674 15194 8520 128
2 Riau 1555 4697 3142 202
3 DKI Jakarta 5056 10921 5865 116
4 Jawa Barat 7808 15206 7398 95
5 Kalimantan Timur 1642 3814 2172 132
6 Sumatera Selatan 4028 6187 2169 54
7 Jawa Timur 10682 15513 4831 45
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011
1. Pembangunan Baru
Pembangunan baru dilakukan pada wilayah yang mengalami over kapasitas lebih
dari 75% (tujuh puluh lima persen) dengan ambang kelebihan kapasitas melebihi
1500 (seribu lima ratus) orang.
2. Pembangunan Kembali
Pembangunan kembali atau rekonstruksi dilakukan sebagaiupaya penataan kembali
UPT Pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas 50 % (lima puluh persen)
sampai dengan 75 % (tujuh puluh lima persen). Pembangunan kembali dilakukan
apabila pada lokasi tersebut masih dimungkinkan dari segi tata ruang dan luas
lahan yang tersedia, namun apabila tidak dimungkinkan maka dilakukan relokasi ke
tempat lain yang masih berada pada wilayah yang sama sehingga dalam
operasionalnya masih menggunakan satuan organisasi lama.
Berdasar pada kondisi tersebut di atas, Sumatera Utara berada pada skala Prioritas I
dengan persentase over kapasitas mencapai 128%. Kantor Wilayah Sumatera Utara
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia membawahi 37 (tiga puluh tujuh)
UPT (Unit Pelaksana Teknis) meliputi Lapas Kelas I (1 UPT), Kelas II A (8 UPT), Lapas
Kelas II B (7 UPT), Lapas Kelas III (1 UPT), Rutan Kelas I (1 UPT), Rutan Kelas II B (8
UPT), dan Cabang Rutan (11 UPT). Mayoritas dari 37 (tiga puluh tujuh) UPT tersebut
dalam kondisi over kapasitas. Secara rinci persentase over kapasitas pada setiap UPT
yang dibawah naungan Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel -Data Terakhir Jumlah Penghuni per-UPT pada Kanwil Hukum dan HAM Sumatera Utara
Jumlah
Tahana (Tahana Kapas Persenta
No UPT Napi
n n& itas se (%)
Napi)
1 Cabang Rutan Barus - 38 38 115 33
2 Cabang Rutan Gunung Tua - 108 108 60 180
3 Cabang Rutan Kota Pinang - 158 158 93 170
4 Cabang Rutan Kotanopan - 35 35 20 175
5 Cabang Rutan Labuhan Bilik - 59 59 140 42
6 Cabang Rutan Natal - 34 34 20 170
7 Cabang Rutan Pancur Batu - 481 481 145 332
8 Cabang Rutan Pangururan - 77 77 50 154
9 Cabang Rutan Pulau Telo - 0 0 26 0
10 Cabang Rutan Sibuhuan - 62 62 15 413
11 Cabang Rutan Sipirok - 54 54 50 108
12 Lapas Kelas I Medan - 2286 2286 1054 217
13 Lapas Kelas IIA Anak Medan - 633 633 250 253
14 Lapas Kelas IIA Binjai - 1000 1000 274 365
15 Lapas Kelas IIA Labuhan Ruku - 785 785 300 262
16 Lapas Kelas IIA Narkotika - 266 266 420 63
Pematangsiantar
17 Lapas Kelas IIA - 1207 1207 500 241
Pematangsiantar
18 Lapas Kelas IIA Rantauprapat - 1196 1196 375 319
19 Lapas Kelas IIA Sibolga - 589 589 332 117
20 Lapas Kelas IIA Wanita Medan - 566 566 150 377
21 Lapas Kelas IIB Gunung Sitoli - 251 251 200 126
22 Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam - 1374 1374 350 393
23 Lapas Kelas IIB Padang - 603 603 175 345
Sidempuan
Catatan :
Data terakhir menunjukkan hanya ada 6 (enam) UPT yang tidak mengalami over
kapasitas. Untuk lokasi perencanaan, yaitu Lapas Kelas I Medan, dalam kondisi normal
saja telah mengalami over kapasitas sebesar 117%. Kondisi ini diperburuk akibat
adanya kerusuhan pada 11 Juli 2013 yang lalu. Kerusuhan tersebut mengakibatkan
kerusakan pada sarana dan prasarana yang ada.
Kegiatan pembangunan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan teknis (DED – Detail
Engineering Design), kemudian dilanjutkan dalam bentuk pelaksanaan (konstruksi).
Dengan penugasan ini diharapkan konsultan perencana dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai dengan KAK
ini.
3. DASAR HUKUM
4. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya perencanaan teknis secara utuh dan terinci
(Detail Engineering Design) sebagai acuan keseluruhan pelaksanaan pembangunan
secara efisien, efektif, dapat dipertanggungjawabkan, baik secara administrasi maupun
teknis. Terkendalinya proses perencanaan secara berkualitas, tepat waktu, sesuai target
dan dapat diselenggarakan secara tertib serta berpedoman pada standarisasi secara
nasional maupun internasional yang berlaku.
5. LOKASI KEGIATAN
6. DATA DASAR
7. STANDAR TEKNIS
Gedung;
d. SNI-03-3990-1995, tentang Tata Cara Instalasi Penangka Petir untuk Bangunan
Gedung;
e. SNI-03-1727-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung;
f. ANI-03-1736-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung; dan
g. SNI-03-2410-1989, tentang Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi; dan
h. Standarisasi Nasional Indonesia yang lainnya, yang relevan.
8. LINGKUP PEKERJAAN
- Ruang Tunggu
- Ruang Lain-lain
- Sirkulasi (25%)
3. Bangunan Prasarana
Sejumlah tenaga ahli diperlukan dari konsultan yang akan membantu dalam
mempersiapkan perencanaan teknis dan pengadaan dokumen lelang adalah sebagai
berikut:
1. Personil yang Dibutuhkan
Dalam hal pelaksanaan pekerjaan dimaksud di atas, konsultan perencana harus
menjamin ketersediaan tenaga ahli sesuai dengan yang diajukan di dalam
penawaran, meliputi :
a. Tenaga Ahli Profesional (Professional Staff)
1) Ketua Tim (Team Leader)
Seorang sarjana minimum strata-1 (S1) lulusan Teknik Arsitektur/Sipil dari
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang disamakan.
Ketua tim harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) minimum dengan
kualifikasi madya dengan klasifikasi sesuai dengan bidang keahliannya seperti
Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung atau dari asosiasi terkait dan masih
berlaku, juga memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melunasi
kewajiban pajak dibuktikan dengan bukti setoran pajak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman profesional dalam hal
penyusunan rencana teknis bangunan gedung minimal selama 9 (sembilan)
tahun. Bagi yang telah/pernah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang
ke-PU-an yang diselenggarakan LPJK diberi nilai tambah. Sebagai ketua tim, tugas
utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan selesai.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Arsitektur lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan
pekerjaan perencanaan Arsitektur gedung terkait masalah perencanaan
arsitektural dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional
minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli arsitektur tugas
utamanya adalah menyusun suatu sistem perencanaan arsitektural bangunan
gedung yang efisien sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, tenaga ahli arsitektur akan melakukan koordinasi dengan
ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal membuat rencana
arsitektural bangunan gedung.
Tenaga Ahli Mekanikal tugas utamanya adalah menyusun suatu sistem Mekanikal
bangunan gedung yang efisien sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli Mekanikal akan melakukan
koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal
menyusun sistem Mekanikal bangunan gedung yang direncanakan.
2) Surveyor
Sarjana minimum lulusan strata-1 (S-1) jurusan Teknik Sipil/Arsitektur
dengan pengalaman Surveyor bangunan gedung minimal selama 5 (lima)
tahun, lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau disamakan. Sebagai tenaga Surveyor, tugas utamanya adalah
melakukan kegiatan survey untuk mendapatkan data lapangan.
3) Drafter
Sarjana minimum lulusan strata-1 (S-1)/Diploma III (D3) jurusan Teknik
Sipil/STM Bangunan dengan pengalaman Drafter/juru gambar bangunan
gedung minimal selama 5 (lima) tahun, lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau disamakan. Sebagai tenaga
Drafter, tugas utamanya adalah menggambar pekerjaan konstruksi bangunan.
4) Administrasi
Minimum lulusan Diploma III (D3) jurusan Manajemen dengan pengalaman
mengoperasionalkan program-program komputer minimal selama 5 (lima)
tahun, lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah
diakreditasi atau disamakan. Sebagai Tugas utamanya adalah Administrasi.
5) Office Boy
Minimum lulusan SMA/SMK dengan pengalaman selama 1 (satu) tahun,
lulusan SMA/SMK Negeri Maupun Swasta yang telah diakreditasi atau
disamakan. Dalam hal ini tugas utamanya adalah sebagai tenaga Office Boy.
1. Komputer/Laptop/Printer;
2. Mesin Scaner;
3. Alat Dokumentasi (Kamera, Handycam);
4. Alat Penyelidikan Tanah;
5. Alat Pengukuran (Meteran, Theodolite atau Total Station).
12. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh konsultan perencanaan berdasarkan KAK ini adalah lebih
lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi :
13. LAPORAN
d. Gambar Perencanaan
Gambar Perencanaan dicetak sebanyak rangkap 5 (lima)
e. Laporan Pendukung
Disamping laporan dalam bentuk hardcopy, konsultan juga diwajibkan untuk
menyerahkan format digital dari seluruh laporan yang diserahkan. Dibuat dalam
bentuk piringan digital (compact disc/CD) dan diserahkan pada saat penyerahkan
buku laporan akhir sebanyak 1 (satu) keping.
14. PENUTUP
Hal-hal yang belum tertuang, terinci di dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini namun
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk dapat diadakan/dikerjakan dan
disediakan oleh Konsultan Perencana.
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.