Anda di halaman 1dari 20

Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.

Kantor Wilayah Sumatera Utara


Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

KERANGKA ACUAN KERJA


KONSULTAN PERENCANA
PEMBANGUNAN GEDUNG HUNIAN TYPE T1, GEDUNG KANTOR, DAN
PRASARANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANJUNG GUSTA
MEDAN

TAHUN ANGGARAN 2016

Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.


Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
2016

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

KERANGKA ACUAN KERJA


KONSULTAN PERENCANA
PEMBANGUNAN GEDUNG HUNIAN REHABILITASI, BLOK HUNIAN TYPE T1,
GEDUNG PORTIR DAN KUNJUNGAN, DAN PRASARANA
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANJUNG GUSTA MEDAN

TAHUN ANGGARAN 2016


1. LATAR BELAKANG

Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk


melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di
Indonesia. Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan
istilah penjara.Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana
(napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih
tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum
ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangani
pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan disebut Petugas
Pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara. Konsep
pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun
1962, di mana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya
melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan
orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Pada tahun 2005, jumlah
penghuni LP di Indonesia mencapai 97.671 orang, lebih besar dari kapasitas hunian
yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba di Indonesia juga salah
satu penyebab terjadinya over kapasitas pada tingkat hunian LAPAS.

Pada saat ini kondisi lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanannegara


sebagian besar mengalami over kapasitas. Jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan di
Indonesia sudah jauh melebihi kapasitas yang seharusnya. Kondisi over kapasitas akan
menimbulkan terjadinya berbagai kasus tindak pidana yang melibatkan paranarapidana,
seperti kasus perkelahian antarnarapidana serta kasustindak pidana lainnya. Over
kapasitas juga mengakibatkan menurunnya pelayanan dan perawatan, rentan gangguan
keamanan dan ketertiban, melemahnya rentang kendali dan pengawasan.Kondisi over
kapasitas ini sudah berlangsung lama dan hampir terjadi di seluruh lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara diIndonesia terutama yang berada di kota
besar. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan
pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara baru pada wilayah
pemekaran untuk menambah kapasitas hunian. Selain itu juga dilakukan rehabilitasi

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

lembaga pemasyarakatan danrumah tahanan negara lama dengan penambahan ruang


hunian, optimalisasi pemberian asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas,
cuti mengunjungi keluarga, dan cuti bersyarat. Dengan langkah seperti itu diharapkan
kelebihan penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang cukup
besar bisa diatasi.

Pembangunan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang baru,


rehabilitasi, dan rekonstruksi dilakukan sebagai upaya mengatasi kelebihan kapasitas
penghuni lembaga pemasyarakatandan rumah tahanan negara. Pembangunan lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara baik dalam bentuk rehabilitasi maupun
rekonstruksi merupakan salah satu upaya meningkatkan kapasitas hunian dalam rangka
mengatasi over kapasitas, meningkatkan kualitas pelayanan serta menjamin
penyelenggaraan pembinaan dan pengamanan secara lebih baik. Pemenuhan sarana dan
prasarana lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara merupakan keharusan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga pemasyarakatan dan
rumah tahanan negara, sehingga kebijakanpenganggaran harus mempertimbangkan
risiko yang timbul akibat tidak dipenuhinya sarana dan prasarana tersebut. Diperlukan
perencanaan pembangunan yang baik agar masalah over kapasitas lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara dapat diatasi.Oleh karena itu, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu menyusun pola pembangunan lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara untuk menangani masalah over kapasitas
dengan menyusun Peraturan Menteri tentang Rencana Induk Pembangunan Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan Lapas atau Rutan perlu dibuat skala
prioritas pembangunan Lapas dan Rutan pada wilayah yang mengalami over kapasitas
atau wilayah yang dimungkinkan sebagai penyangga over kapasitas. Pembangunan UPT
Pemasyarakatan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok prioritas:

1. Prioritas I yaitu wilayah yang memiliki overkapasitas di atas75%


Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Sumatera Utara 6674 15194 8520 128
2 Kepulauan Riau 1072 1996 924 86
3 Riau 1555 4697 3142 202
4 Jambi 978 2103 1125 115
5 Bengkulu 730 1298 568 78
6 DKI Jakarta 5056 10921 5865 116
7 Jawa Barat 7808 15206 7398 95
8 Kalimantan Timur 1642 3814 2172 132
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

2. Prioritas II yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas 50% sampai dengan 75%
Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Sumatera Selatan 4028 6187 2169 54
2 Nanggroe Aceh 1973 3433 1460 74
Darussalam
3 Kalimantan Selatan 2404 3716 1312 55
4 Kalimantan Barat 1500 2523 1023 68
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011

3. Prioritas III yaitu wilayah yang memiliki over kapasitas kurang dari 50%
Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Lampung 2887 4312 1425 49
2 Sumatera Barat 1951 2448 497 25
3 D.I. Yogyakarta 913 1241 328 36
4 Jawa Timur 10682 15513 4831 45
5 Sulawesi Tengah 1180 1576 396 34
6 Sulawesi Tenggara 1035 1498 463 42
7 Bangka Belitung 860 969 109 12
8 Jawa Tengah 11736 9805 - -
9 Kalimantan Tengah 1912 1711 - -
10 Sulawesi Utara 1630 1539 - -
11 Gorontalo 410 566 156 19
12 Sulawesi Selatan 4661 3717 - -
13 Bali 1432 1712 280 17
14 Nusa Tenggara 2820 2828 8 6
Timur
15 Maluku 1360 772 - -
16 Maluku Utara 1023 554 - -
17 Papua Barat 436 401 - -
18 Papua 1558 1199 - -
19 Nusa Tenggara 1196 1616 420 36
Barat
20 Banten 3163 4542 1379 44
21 Sulawesi Barat 334 400 66 20
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011

Berdasarkan data kapasitas tersebut, wilayah yang menjadi prioritas utama


pembangunan Lapas atau Rutan dalam rangka menambah kapasitas hunian tidak hanya
mempertimbangkan persentase over kapasitas melainkan juga harus

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

mempertimbangkan jumlah kelebihan penghuni Lapas atau Rutan masing-masing


wilayah. Adapun wilayah yang menjadi prioritas utama adalah pertimbangan kelebihan
penghuni di atas 1500 (seribu lima ratus) sebagai penyangga over kapasitas, yaitu:

Over
No. Wilayah Kapasitas Isi Persentase(%)
Kapasitas
1 Sumatera Utara 6674 15194 8520 128
2 Riau 1555 4697 3142 202
3 DKI Jakarta 5056 10921 5865 116
4 Jawa Barat 7808 15206 7398 95
5 Kalimantan Timur 1642 3814 2172 132
6 Sumatera Selatan 4028 6187 2169 54
7 Jawa Timur 10682 15513 4831 45
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH-07.OT.01.03 Tahun 2011

Pelaksanaan rencana pembangunan UPT Pemasyarakatan harus berdasarkan


kebutuhan dan skala prioritas yang berkesinambungan. Upaya yang dilakukan dalam
penambahan kapasitas harus sesuai dengan anggaran yang tersedia sehingga diperlukan
strategi dalam menentukan rencana pembangunan yang meliputi:

1. Pembangunan Baru
Pembangunan baru dilakukan pada wilayah yang mengalami over kapasitas lebih
dari 75% (tujuh puluh lima persen) dengan ambang kelebihan kapasitas melebihi
1500 (seribu lima ratus) orang.

2. Pembangunan Kembali
Pembangunan kembali atau rekonstruksi dilakukan sebagaiupaya penataan kembali
UPT Pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas 50 % (lima puluh persen)
sampai dengan 75 % (tujuh puluh lima persen). Pembangunan kembali dilakukan
apabila pada lokasi tersebut masih dimungkinkan dari segi tata ruang dan luas
lahan yang tersedia, namun apabila tidak dimungkinkan maka dilakukan relokasi ke
tempat lain yang masih berada pada wilayah yang sama sehingga dalam
operasionalnya masih menggunakan satuan organisasi lama.

3. Pembangunan Baru pada Daerah Pemekaran Wilayah


Pembangunan UPT Pemasyarakatan baru yang dilaksanakan pada daerah
pemekaran wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan instansi penegak hukum di
wilayah tersebut.

4. Rehabilitasi atau Renovasi


Rehabilitasi atau renovasi dilakukan pada UPT Pemasyarakatan yang masih
dimungkinkan untuk ditambah kapasitasnya dengan tingkat over kapasitas sampai
dengan 50% (lima puluh persen).

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

Berdasar pada kondisi tersebut di atas, Sumatera Utara berada pada skala Prioritas I
dengan persentase over kapasitas mencapai 128%. Kantor Wilayah Sumatera Utara
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia membawahi 37 (tiga puluh tujuh)
UPT (Unit Pelaksana Teknis) meliputi Lapas Kelas I (1 UPT), Kelas II A (8 UPT), Lapas
Kelas II B (7 UPT), Lapas Kelas III (1 UPT), Rutan Kelas I (1 UPT), Rutan Kelas II B (8
UPT), dan Cabang Rutan (11 UPT). Mayoritas dari 37 (tiga puluh tujuh) UPT tersebut
dalam kondisi over kapasitas. Secara rinci persentase over kapasitas pada setiap UPT
yang dibawah naungan Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel -Data Terakhir Jumlah Penghuni per-UPT pada Kanwil Hukum dan HAM Sumatera Utara

Jumlah
Tahana (Tahana Kapas Persenta
No UPT Napi
n n& itas se (%)
Napi)
1 Cabang Rutan Barus - 38 38 115 33
2 Cabang Rutan Gunung Tua - 108 108 60 180
3 Cabang Rutan Kota Pinang - 158 158 93 170
4 Cabang Rutan Kotanopan - 35 35 20 175
5 Cabang Rutan Labuhan Bilik - 59 59 140 42
6 Cabang Rutan Natal - 34 34 20 170
7 Cabang Rutan Pancur Batu - 481 481 145 332
8 Cabang Rutan Pangururan - 77 77 50 154
9 Cabang Rutan Pulau Telo - 0 0 26 0
10 Cabang Rutan Sibuhuan - 62 62 15 413
11 Cabang Rutan Sipirok - 54 54 50 108
12 Lapas Kelas I Medan - 2286 2286 1054 217
13 Lapas Kelas IIA Anak Medan - 633 633 250 253
14 Lapas Kelas IIA Binjai - 1000 1000 274 365
15 Lapas Kelas IIA Labuhan Ruku - 785 785 300 262
16 Lapas Kelas IIA Narkotika - 266 266 420 63
Pematangsiantar
17 Lapas Kelas IIA - 1207 1207 500 241
Pematangsiantar
18 Lapas Kelas IIA Rantauprapat - 1196 1196 375 319
19 Lapas Kelas IIA Sibolga - 589 589 332 117
20 Lapas Kelas IIA Wanita Medan - 566 566 150 377
21 Lapas Kelas IIB Gunung Sitoli - 251 251 200 126
22 Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam - 1374 1374 350 393
23 Lapas Kelas IIB Padang - 603 603 175 345
Sidempuan

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

24 Lapas Kelas IIB Panyabungan - 364 364 300 121


25 Lapas Kelas IIB - 579 579 350 165
Siborongborong
26 Lapas Kelas IIB Tanjung Balai - 1091 1091 198 551
Asahan
27 Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi - 1080 1080 310 348
Deli
28 Lapas Kelas III Narkotika - 217 217 126 172
Langkat
29 Rutan Kelas I Medan - 3309 3309 700 473
30 Rutan Kelas IIB Balige - 186 186 100 186
31 Rutan Kelas IIB Humbang - 22 22 150 15
Hasundutan
32 Rutan Kelas IIB Kabanjahe - 401 401 193 208
33 Rutan Kelas IIB Labuhan Deli - 926 926 500 185
34 Rutan Kelas IIB Pangkalan - 279 279 200 140
Brandan
35 Rutan Kelas IIB Sidingkalang - 182 182 250 73
36 Rutan Kelas IIB Tanjung Pura - 420 420 145 190
37 Rutan Kelas IIB Tarutung - 200 200 150 133
Total - 17990 8786
Sumber : smslap.ditjenpas.go.id

Catatan :

1. Teks merah : Jumlah Penghuni melebehi kapasitas


2. Update pada 30 Juni 2014

Data terakhir menunjukkan hanya ada 6 (enam) UPT yang tidak mengalami over
kapasitas. Untuk lokasi perencanaan, yaitu Lapas Kelas I Medan, dalam kondisi normal
saja telah mengalami over kapasitas sebesar 117%. Kondisi ini diperburuk akibat
adanya kerusuhan pada 11 Juli 2013 yang lalu. Kerusuhan tersebut mengakibatkan
kerusakan pada sarana dan prasarana yang ada.

2. TUJUAN DAN SASARAN

Kegiatan pembangunan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan teknis (DED – Detail
Engineering Design), kemudian dilanjutkan dalam bentuk pelaksanaan (konstruksi).
Dengan penugasan ini diharapkan konsultan perencana dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai dengan KAK
ini.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

Sedangkan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah :


- Menyusun suatu dokumen perencanaan teknis sesuai dengan kriteria perencanaan
teknis bangunan gedung yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 tentang Standar Pelaksanaan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara dan Peraturan-peraturan lain yang terkait seperti Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan perencanaan
teknis bangunan gedung;
- Menyusun suatu dokumen lelang khususnya Daftar Kuantitas Pekerjaan Konstruksi
(BOQ), Syarat-syarat Teknis Pelaksanaan Konstruksi, Gambar-gambar Perencanaan
(Technical Drawing), dan dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan dalam proses
seleksi calon penyedia jasa pelaksanaan konstruksi;
- Memberikan konsultansi kepada Pengguna Jasa (Direksi Pekerjaan) dan
mendampingin Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada saat tahap pelaksanaan seleksi
calon penyedia jasa pelaksana konstruksi;
- Melakukan koordinasi dengan instansi teknis terkait (Dinas Penataan Ruang dan
Permukiman Provinsi Sumatera Utara) dalam hal penyusunan dokumen-dokumen
teknis.

3. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan (Lembaga Negara


RI Nomor 3194)
2. PeraturanPresiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
3. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Permasyarakatan (Lembaga Negara No.68, Tambahan
Lembaran Negara No.3845)
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Permasyarakatan.
6. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

4. SASARAN

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya perencanaan teknis secara utuh dan terinci
(Detail Engineering Design) sebagai acuan keseluruhan pelaksanaan pembangunan
secara efisien, efektif, dapat dipertanggungjawabkan, baik secara administrasi maupun
teknis. Terkendalinya proses perencanaan secara berkualitas, tepat waktu, sesuai target
dan dapat diselenggarakan secara tertib serta berpedoman pada standarisasi secara
nasional maupun internasional yang berlaku.

5. LOKASI KEGIATAN

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Jalan Pemasyarakatan No. 27 Tanjung Gusta


Medan.

6. DATA DASAR

Data dasar adalah data yang memberikan syarat-syarat khusus/spesifik berkaitan


dengan bangunan gedung yang direncanakan, baik dari segi fungsi bangunan, segi teknis
lainnya, antara lain:
a. Lokasi Proyek : Jalan Pemasyarakatan No. 27 Tanjung Gusta Medan
b. Item pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan;
1. Gedung Portir dan Kunjungan;
2. Gedung Blok Hunian T1;
3. Bangunan Prasarana :
- Pagar transparan;
- Tembok pagar antar bangunan;
- Pengerasan jalan lingkungan.
c. Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Sarana dan Prasarana Kantor Lembaga
Pemasyarakatan Tanjung Gusta Tahun Anggaran 2016 ini harus menjadi gedung
dengan kriteria khusus sebagai berikut:
 Dapat berfungsi secara optimal;
 Tingkat keamanan Lembaga Pemasyarakatan yang tinggi;
 Memenuhi standarisasi pembangunan konstruksi;
 Biaya operasinal dan pemeliharaan rendah.

7. STANDAR TEKNIS

Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung, antara lain:

a. SNI-03-1726-2002, tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Bangunan Gedung;
b. SNI-03-2847-1992, tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung;
c. SNI-03-1726-2002, tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

Gedung;
d. SNI-03-3990-1995, tentang Tata Cara Instalasi Penangka Petir untuk Bangunan
Gedung;
e. SNI-03-1727-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung;
f. ANI-03-1736-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung; dan
g. SNI-03-2410-1989, tentang Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi; dan
h. Standarisasi Nasional Indonesia yang lainnya, yang relevan.

8. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana dengan


berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan
Gedung Negara yaitu Permen PU No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007, yang
meliputi tugas-tugas perencanaan bangunan gedung Negara, terdiri dari:
1. Persiapan dan Penyusunan Konsep Perencanaan, seperti:
a. Pengumpulan data dan informasi lapangan (termasuk melakukan
survey, penyelidikan tanah dan pengukuran topografi);
b. Membuat interpretasi secara garis besar terhadap KAK;
c. Membuat program kerja perencanaan;
d. Membuat sketsa gagasan, konsep dan skematik perencanaan; dan
e. Melakukan konsultansi dengan Pemerintah Kota Medan antara lain
mengenai peraturan daerah dan/atau proses perizinan bangunan.
2. Menyusun Pra-Rencana, seperti:
a. Membuat Rencana Tapak, Block Plan, dan Site Plan(Site Engineering);
b. Membuat pra-rencana arsitektur bangunan termasuk program dan
konsep ruang dengan kebutuhan ruangan dan fasilitas umum sebagai
berikut:
1. Gedung Portir dan Kunjungan
- Ruang Gerbang Portir (Gate)
- Ruang Jaga
- Ruang Penyimpanan Senjata Api dan Alat Perlengkapan
- Keamanan dan Munisi cadangan
- Ruang Tunggu
- Ruang Pemeriksaan
- Ruang Penitipan Barang
- Ruang kunjungan umum
- Ruang kunjungan khusus
- Ruang kunjungan penasehat hukum
- Ruang Petugas

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

- Ruang Tunggu
- Ruang Lain-lain
- Sirkulasi (25%)

2. Gedung Blok Hunian T1


- Kamar Hunian
- Ruang Lain-lain
- Sirkulasi (25%)

3. Bangunan Prasarana

c. Membuat pra-rencana, penghijauan dan perhitungan kebutuhan parkir;


1. Laporan atas penyelidikan tanah secara usulan-usulan pra
rancangan sesuai data penyelidikan tanah tersebut;
2. Analisa, perhitungan, gambar dan laporan yang mendukung pra-
rancangan sesuai hasil Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
ada.

d. Membuat gambar pra-rencana struktur, termasuk:


1. Perhitungan dan gambar pra-rencana sistem utilitas (mekanikal dan
elektrikal) bangunan, meliputi:
- Sistem kelistrikan;
- Sistem penerangan;
- Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran;
- Sistem penyediaan air bersih;
- Sistem drainase dan pembuangan air kotor;
- Sistem pembuangan limbah cair maupun padat;
- Sistem keamanan bangunan;
- Sistem transportasi vertikal, bila diperlukan, dan lain-lain.
2. Membuat perkiraan biaya;
3. Membuat laporan pra-rencana;
4. Menyiapkan kelengkapan permohonan IMB, sesuai dengan
ketentuan yang diperlukan oleh Lapas Klas I Medan.
3. Penyusunan pengembangan rencana, antara lain:
a. Rencana arsitektural;
b. Rencana struktural berserta perhitungannya;
c. Rencana mekanikal dan elektrikal, seperti instalasi air bersih, air
kotor/penanganan limbah pada dan cair (sanitasi), drainase, tata
udara, transportasi vertikal, penanggulangan bahaya kebakaran,
kelistrikan, penerangan, komunikasi, tata suara, penghantar petir,
security, fire alarm, dan lain-lain;
d. Rancangan bidang lansekap dan sarana luar bangunan;

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

e. Garis besar spesifikasi teknis (outline specification) untuk semua


bidang;
f. Perkiraan biaya pembangunan yang lebih detail dengan sudah
memperhitungkan eskalasi tahun berikutnya (preliminary cost
estimate).
4. Penyusunan rencana detail berupa uraian yang lebih terinci, memuat:
a. Membuat gambar Detail Engineering Design (DED) berupa detail
arsitektural, structural bangunan dan detail utilitas bangunan
(mekanikal dan elektrikal), interior dan lansekap yang sesuai dengan
gambar pengembangan rencana yang telah disetujui;
b. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
c. Membuat rencana anggaran biaya pekerjaan konstruki (Engineering
Estimate), yang didalamnya sudah mencakup biaya-biaya lain yang
diperlukan sesuai perundangan yang berlaku seperti biaya perjanjian,
asuransi, dan lain-lain;
d. Membuat miniatur bangunan/maket (bila diperlukan); dan
e. Membuat laporan akhir perencanaan.
5. Persiapan dan pelaksanaan pelelangan umum untuk pekerjaan konstruksi
fisik, seperti membantu panitia dalam:
a. Membantu Panitia Pengadaan dalam menyusun dokumen lelang;
b. Membantu Panitia Pengadaan menyusun program dan pelaksanaan
pelelangan;
c. Memberikan penjelasan teknis pekerjaan pada saat rapat penjelasan
pekerjaan (aanwijzing), dan membantu evaluasi penawaran;
d. Menyusun Berita Acara Hasil Penjelasan Pekerjan; dan
e. Melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi pelelangan
ulang.
6. Pengawasan Berkala
a. Melakukan penyesuaian gambar-gambar dan spesifikasi teknis (RKS)
bila ada perubahan di lapangan;
b. Membantu Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan
Kontraktor/Pemborong dalam memberikan penjelasan/solusi
penyelesaian terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa
pelaksanaan konstruksi;
c. Memberikan saran-saran, pertimbangan, rekomendasi tentang
bahan/material yang digunakan.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

9. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 45 (empat puluh lima) hari kalender.

10. TENAGA AHLI

Sejumlah tenaga ahli diperlukan dari konsultan yang akan membantu dalam
mempersiapkan perencanaan teknis dan pengadaan dokumen lelang adalah sebagai
berikut:
1. Personil yang Dibutuhkan
Dalam hal pelaksanaan pekerjaan dimaksud di atas, konsultan perencana harus
menjamin ketersediaan tenaga ahli sesuai dengan yang diajukan di dalam
penawaran, meliputi :
a. Tenaga Ahli Profesional (Professional Staff)
1) Ketua Tim (Team Leader)
Seorang sarjana minimum strata-1 (S1) lulusan Teknik Arsitektur/Sipil dari
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang disamakan.
Ketua tim harus memiliki sertifikat keahlian (SKA) minimum dengan
kualifikasi madya dengan klasifikasi sesuai dengan bidang keahliannya seperti
Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung atau dari asosiasi terkait dan masih
berlaku, juga memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melunasi
kewajiban pajak dibuktikan dengan bukti setoran pajak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman profesional dalam hal
penyusunan rencana teknis bangunan gedung minimal selama 9 (sembilan)
tahun. Bagi yang telah/pernah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang
ke-PU-an yang diselenggarakan LPJK diberi nilai tambah. Sebagai ketua tim, tugas
utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan selesai.

2) Tenaga Ahli Struktur


Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku seperti Teknik Bangunan
Gedung, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Sipil
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
perencanaan teknis bangunan gedung terkait masalah konstruksinya dan lebih

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional minimal selama 7


(tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi
bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli sipil tugas utamanya adalah menyusun
suatu sistem konstruksi bangunan gedung yang efisien sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga ahli sipil akan
melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam
hal menyusun sistem struktur dan konstruksi bangunan gedung yang
direncanakan.
3) Tenaga Ahli Arsitektur
Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Madya.

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Arsitektur lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan
pekerjaan perencanaan Arsitektur gedung terkait masalah perencanaan
arsitektural dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional
minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli arsitektur tugas
utamanya adalah menyusun suatu sistem perencanaan arsitektural bangunan
gedung yang efisien sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, tenaga ahli arsitektur akan melakukan koordinasi dengan
ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal membuat rencana
arsitektural bangunan gedung.

4) Tenaga Ahli Geoteknik


Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Sipil
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
perencanaan penyelidikan kuat tekan tanah dan lebih diutamakan/disukai
memiliki pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.
Tenaga Ahli Geoteknik tugas utamanya adalah menyusun suatu sistem
perencanaan dan penelitian Tanah baik kuat tekan tanah yang sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli
Geoteknik akan melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya
terutama dalam hal menyusun sistem struktur dan konstruksi bangunan gedung
yang direncanakan.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

5) Tenaga Ahli Lingkungan


Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Lingkungan lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan
pekerjaan perencanaan teknis bangunan gedung terkait masalah Lingkungannya
dan lebih diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional minimal
selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga Ahli Lingkungan tugas utamanya
adalah menyusun suatu sistem olah Lingkungan yang baik dan sehat dan efisien
sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan
tugasnya, tenaga Ahli Lingkungan akan melakukan koordinasi dengan ketua tim
dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal yang berkaitan dengan tugasnya.

6) Tenaga Ahli Elektro


Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Elektro lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
perencanaan teknis bangunan Eletrikal Bangunan Gedung dan lebih
diutamakan/disukai memiliki pengalaman profesional minimal selama 7
(tujuh) tahun, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi
bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga Ahli Eletro tugas utamanya adalah menyusun
suatu sistem eletrikal bangunan gedung yang efisien sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli Elektro akan
melakukan koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam
hal menyusun sistem elektrikal gedung yang direncanakan.

7) Tenaga Ahli Mekanikal


Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik
Mesin lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
perencanaan Mekanikal bangunan gedung dan lebih diutamakan/disukai memiliki
pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun, diutamakan yang
telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

Tenaga Ahli Mekanikal tugas utamanya adalah menyusun suatu sistem Mekanikal
bangunan gedung yang efisien sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga Ahli Mekanikal akan melakukan
koordinasi dengan ketua tim dan tenaga ahli lainnya terutama dalam hal
menyusun sistem Mekanikal bangunan gedung yang direncanakan.

8) Tenaga Ahli Kuantitas dan Biaya


Mempunyai sertifikasi keahlian (SKA) sesuai dengan bidang keahliannya dari
asosiasi profesi yang terkait dan masih berlaku, minimum kualifikasi Madya.
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Sipil
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
hitungn perencanaan Anggaran Biaya bangunan dan lebih diutamakan/disukai
memiliki pengalaman profesional minimal selama 7 (tujuh) tahun,
diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-
an dari LPJK. Tenaga Ahli Kuantitas dan Biaya tugas utamanya adalah menyusun
Rencana Anggaran Biaya terhadap bangunan/gedung yangg akan dibangun sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya,
tenaga Kuantitas dan Biaya akan melakukan koordinasi dengan ketua tim dan
tenaga ahli lainnya terutama dalam hal menyusun Rencana Anggaran Biaya dari
Bangunan yang direncanakan.

b. Tenaga Pendukung(Sub Professional Staff)


1) Asisten Tenaga Ahli
Sarjana minimum lulusan strata-1 (S-1) jurusan Teknik Sipil, Arsitektur,
Elektro, Mekanikal dan Lingkungan. Dengan pengalaman minimal selama 5
(lima) tahun dan bersertifikat minimal Ahli Muda, lulusan Perguruan Tinggi
Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau disamakan.
Tugas utamanya adalah membantu Tenaga Ahli sesuai dengan bidang dan
jabatannya. Asisten yang dipersyaratkan adalah Asisten Ahli Struktur, Asisten, Ahli
Arsitektur, Asisten Ahli Geoteknik, , Asisten Ahli Lingkungan, Asisten Ahli Elektro,
Asisten Ahli Mekanikal, Asisten Ahli Kuantitas dan Biaya. Setiap Tenaga Ahli
memiliki 1 orang asisten.

2) Surveyor
Sarjana minimum lulusan strata-1 (S-1) jurusan Teknik Sipil/Arsitektur
dengan pengalaman Surveyor bangunan gedung minimal selama 5 (lima)
tahun, lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau disamakan. Sebagai tenaga Surveyor, tugas utamanya adalah
melakukan kegiatan survey untuk mendapatkan data lapangan.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

3) Drafter
Sarjana minimum lulusan strata-1 (S-1)/Diploma III (D3) jurusan Teknik
Sipil/STM Bangunan dengan pengalaman Drafter/juru gambar bangunan
gedung minimal selama 5 (lima) tahun, lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau disamakan. Sebagai tenaga
Drafter, tugas utamanya adalah menggambar pekerjaan konstruksi bangunan.

4) Administrasi
Minimum lulusan Diploma III (D3) jurusan Manajemen dengan pengalaman
mengoperasionalkan program-program komputer minimal selama 5 (lima)
tahun, lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah
diakreditasi atau disamakan. Sebagai Tugas utamanya adalah Administrasi.

5) Office Boy
Minimum lulusan SMA/SMK dengan pengalaman selama 1 (satu) tahun,
lulusan SMA/SMK Negeri Maupun Swasta yang telah diakreditasi atau
disamakan. Dalam hal ini tugas utamanya adalah sebagai tenaga Office Boy.

11. PERALATAN KERJA

Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas/peralatan/perlengkapan untuk


melaksanakan pekerjaan Jasa Konsultansi ini, yaitu:

1. Komputer/Laptop/Printer;
2. Mesin Scaner;
3. Alat Dokumentasi (Kamera, Handycam);
4. Alat Penyelidikan Tanah;
5. Alat Pengukuran (Meteran, Theodolite atau Total Station).

12. KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan oleh konsultan perencanaan berdasarkan KAK ini adalah lebih
lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi :

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

a. Gambar Perencanaan Teknis (Technical Drawing), yaitu berupa hasil perencanaan


baik perencanaan sistem arsitektural, struktur dan konstruksi, makenikal
dan/atau elektrikal yang dituangkan dalam bentuk grafis (gambar-gambar) yang
dilengkapi dengan segala keterangan-keterangan teknis baik dimensi maupun
penggunaan bahan. Gambar-gambar ini dikerjakan dengan menggunakan bantuan
program perangkat lunak (software) penggambaran teknis seperti program
computer aided design, dengan mengikuti keidah-kaidah penggambaran teknis
yang berlaku. Skala penggambaran harus jelas dan dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis. Seluruh gambar dicetak di atas kertas dalam format A3 (60 x 84 cm)
dengan menggunakan tinta hitam dilengkapi dengan kepala gambar (kop gambar)
disetiap lembarnya yang sekurang-kurangnya memuat informasi berupa judul
proyek, judul pekerjaan, nama dan tanda tangan para pihak yang terlibat, judul
gambar, skala penggambaran, dan nomor serta jumlah lembar. Keseluruhan
gambar dijilid rapi dan dibuatkan daftar isi urutan setiap lembaran gambar.
b. Album Gambar
c. Keseluruhan gambar hasil perencanaan teknis digandakan sebanyak 5 (lima) set.
Dijilid rapi dengan menggunakan sampul dari bahan kertas tebal dengan urutan
gambar yang disesuaikan.
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB)/Engineer Estimate (EE)
Merupakan estimasi pembiayaan pelaksanaan konstruksi meliputi estimasi biaya
pelaksanaan arsitektural, struktur dan konstruksi, mekanikal (plumbing), instalasi
listrik (pencahayaan), landscap, dan lain sebagainya sebagai hasil dari
perencanaan teknis yang terpadu. Disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan atau Peraturan-
Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat dan/atau
instansi terkait. Acuan harga satuan material dan upah adalah harga pasar di
Sumatera Utara/Medan atau sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kotamadya Medan dan standar resmi harga tertinggi pembangunan gedung negara
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kotamadya Medan untuk Tahun Anggaran
2016. Rencana Anggaran Biaya ini dilengkapi dengan analisa perhitungan volume
setiap item pekerjaan (backup data). Disusun dalam format A4 (21 x 29.7 cm) dan
diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap.

e. Laporan Kemajuan Pekerjaan


Seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan dihimpun dalam bentuk laporan yang
dilengkapi dengan data-data pendukung dan hasil pekerjaan. Laporan terdiri atas
3 (tiga) tahap yaitu laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

Masing-masing laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap disusun dalam


format A4 (21 x 29.7 cm).
f. Dokumen Lelang
Meliputi Spesifikasi Teknis, Daftar Kuantitas dan Harga, serta Gambar-gambar.
Disusun dalam format F4 (21.5 x 33 cm) kecuali untuk gambar-gambar dalam
format A3 (29.7 x 42 cm) dan diserahkan sebanyak 3 (tiga) rangkap.
g. Data Digital
Keseluruhan hasil perencanaan termasuk data-data hasil survey disusun kedalam
format digital dan dirangkum dalam keeping cakram (compact disc) dan
diserahkan sebanyak 3 (tiga) keping cakram.

13. LAPORAN

Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen/Kuasa


Pengguna Anggaran berupa :
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini dibuat setelah selesai persiapan umum, peninjauan lapangan dan
mobilisasi peralatan serta personil. Dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang memuat
rencana dan cara pelaksanaan pekerjaan, bahan dan peralatan yang diperlukan,
daftar personil, jadwal kegiatan dan peta lokasi kegiatan. Laporan pendahuluan
akan didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
sebagai pedoman dasar pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
b. Laporan Antara (Draft Laporan Akhir)
Laporan ini dibuat setelah selesai kegiatan survey lapangan, laporan ini memuat
Peta Lay out, Ringkasan hasil survey, pemutakhiran data dan gambar skema.
Laporan Antara akan didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan guna dipakai sebagai pedoman dasar untuk penyusunan laporan akhir
dan diserahkan sebnayak 5 (lima) rangkap.
c. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan kesimpulan dari seluruh kegiatan sampai pada produk
akhir. Dicetak di atas kertas HVS putih ukuran A4, dijilid rapid an diserahkan
sebanyak 5 (lima) rangkap.

d. Gambar Perencanaan
Gambar Perencanaan dicetak sebanyak rangkap 5 (lima)

KERANGKA ACUAN KERJA


Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia R.I.
Kantor Wilayah Sumatera Utara
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan No. 27, T. Gusta Medan

e. Laporan Pendukung
Disamping laporan dalam bentuk hardcopy, konsultan juga diwajibkan untuk
menyerahkan format digital dari seluruh laporan yang diserahkan. Dibuat dalam
bentuk piringan digital (compact disc/CD) dan diserahkan pada saat penyerahkan
buku laporan akhir sebanyak 1 (satu) keping.

14. PENUTUP

Hal-hal yang belum tertuang, terinci di dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini namun
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk dapat diadakan/dikerjakan dan
disediakan oleh Konsultan Perencana.
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

KERANGKA ACUAN KERJA

Anda mungkin juga menyukai