Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasangan mandul (infertil) adalah pasangan yang telah kawin dan hidup
harmonis serta telah berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terjadi
kehamilan. Menurut statistik kehamilan terjadi sekitar 80% pada tahun pertama,
75% pada tahun kedua, 50-60% pada tahun ketiga, pada tahun keempat turun
menjadi 40-50% sedangkan pada taun kelima lebih kecil, antara 25-30%.1
Word Healt organization (WHO) secara global memperkirakan adanya
kasus infertil pada 8%-10% pasangan, jika dari gambaran global populasi maka
sekitar 50-80 juta pasangan (1 dari 7 pasangan) atau sekitar 2 juta pasang infertil
baru setiap tahun dan jumlah ini terus meningkat. Berdasarkan National Survey of
Family Growth (NSFG) di Amerika Serikat, persentasi wanita infertil pada tahun
1982, hingga tahun 1995 terus mengalami meningkatan dari 8.4% menjadi 10.2%
(6.2 juta). Kejadian ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 7.7
juta pada tahun 2025.2
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 kejadian infertil di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Prevalensi pasangan infertil di
Indonesia tahun 2013 adalah 15-25% dari seluruh pasangan yang ada. Banyaknya
pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang
pernah kawin, tetapi tidak pernah mempunyai anak. Berdasarkan sensus
penduduk terdapat 30 juta di antaranya adalah pasangan usia subur (selanjutnya
disebut PUS). Sekitar 10-15% atau 3-4,5 juta (PUS) memiliki problem kesuburan,
dan dari 10 sampai 15% itu terdapat 7 sampai 9% yang mengalami infertilitas
primer.3
Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak wanita, pria maupun keduanya
akan tetapi yang ada, sebagian besar penyebab berasal dari faktor wanita.
Penelitian yang di lakukan oleh Oktarina et al., tahun 2014 menyebutkan bahwa
kondisi yang menyebabkan infertilitas dari faktor wanita sebear 65%, pria 20%,
kondisi lain-lain dan tidak diketahuai 15%. Kejadian infertilitas dalam suatu
lingkungan masyarakat atau dalam suatu lingkungan masyarakat atau dalam
kehidupn sosial budaya masih mengandung bias gender yang kuat dimana wanita

1
merupakan pihak yang paling sering disalahkan pada pasangan suami istri yang
tidak mempunyai keturunan secara biologis. 4
B. Tujuan
1. Umum
Setelah mengikuti praktik komunitas diharapkan mahasiswa mampu
mengidentifikasi, merencanakan, memprioritaskan, mengimplimentasikan,
mengevaluasi dan memonitoring manajemen pelayanan kebidanan komunitas
dengan tehnik penggerakan dan pemberdayaan masyarakat serta pendekatan
edukatif pada individu, keluarga, kelompok khususnya ataupun pada
komunitas tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya Indonesia sehat.
2. Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dengan pendekatan Manajemen
Kebidanan.
b. Mampu menetukan interpretasi data sesuai dengan hasil pengkajian yang
dilakukan.
c. Mampu menentukan diagnose potensial atau masalah potensial kebidanan
yang bisa terjadi.
d. Mampu melakukan tindakan antisipasi segera jika ada diagnose petensial.
e. Mampu membuat perencanaan yang di butuhkan sesuai dengan masalah.
f. Mampu melakukan tindakan atau pelaksanaan sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan sebelumnya.
g. Mampu melakukan evaluasi dengan tindakan yang sudah dilakukan.
C. Manfaat
1. Aplikatif
a. Bagi Penulis
Sebagai salah satu tugas untuk menyelesaikan pendidikan Megister
Terapan Kebidanan STIkes Guna Bangsa Yogyakarta dan menambah
wawasan pengetahuan dalam menerapkan ilmu yang sudah didapatkan
selama perkuliahan, terutama mengenai masalah Infertilitas.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahaan bacaan di Perpustakaan.
c. Bagi Keluarga Binaan

2
Menambah pengetahuan bagi keluarga yang dibina untuk meningkatkan
kesehatan setiap anggota keluarga, terutama mengenai masalah Infertilitas.
d. Bagi profesi
Dengan adanya laporan ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai teori tentang Infertilitas.
2. Teoritis
Dengan adanya hasil studi dari kasus ini dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaan Infertilitas dan bisa menjadi referensi yang diperlukan mengenai
Infertilitas dan semoga mendapat ilmu baru tentang infertilitas.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Yang Terkait


1. Definisi
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah
melakukan hubungan seksual aktif secara teratur tanpa menggunakan alat
kontrasepsi apapun (alami maupun modern) selama minimal 1 tahun.5
Pasangan mandul (infertil) adalah pasangan yang telah kawin dan hidup
harmonis serta telah berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terhadi
kehamilan. Menurut statistik kehamilan terjadi sekitar 80% pada tahun
pertama, 75% pada tahun kedua, 50-60% pada tahun ketiga, pada tahun
keempat turun menjadi 40-50% sedangkan pada taun kelima lebih kecil,
antara 25-30%.1
2. Macam- Macam Infertilitas
a. Infertilitas primer, jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
b. Infertilitas sekunder, jika istri pernah hamil akan tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.5
3. Penyebab Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita dan kedua-duanya
(pasangan). Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami
oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini
biasanya disebabkan oleh ketidak sesuain antigen dan antibodi pasangan.
a. Faktor Wanita
1) Endometriosis
Endometriosis adalah istilah untuk menyebutkan kelainan jaringan
endometrium yang tumbuh di luar rahim. Jaringan abnormal tersebut
biasanya terdapat pada ligamen yang menahan uterus, ovarium, tuba
fallopi dan rongga panggul, usus, dan berbagai tempat lain.
Sebagaimana jaringan endometrium normal, jaringan ini mengalami

4
siklus yang menjadi respon terhadap perubahan hormonal sesuai siklus
menstruasi perempuan.
2) Sumbatan Saluran Telur
Infertilitas dapat di kaitkan dengan gangguan pada organ reproduksi
wanita, termasuk infeksi penyakit menular seksual tertentu, cystitis
dan sebagainya. Akibat kondisi yang di sebut endometriosis
menyebabkan peradangan dan terjadinya jaringan parut, yang selaian
mempengaruhi indung telur juga mneyumbat salura telur. Biasanya
gangguan tersebut sering tidak langsung menunjukkan gejalanya,
sehingga terabaikan.
3) Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan kejiwaan dimana seseorang
(umumnya remaja putri dan wanita muda) enggan makan karena
alasan yang tidak masuk akal, yaitu takut gemuk. Akibatnya terjadi
penyusutan berat badan yang membahayakan, gangguan hormonal dan
berhenti haid pada masa subur (amenore), bahkan dapat pula terjadi
kematian.
4) Kegagalan Implantasi Embrio
Tumor (kista, kanker) ata jaringan fibrosa (fibroid, polip), dan paparan
radiasi dosis tinggi dapat menghalangai terjadinya implantasi
(penanaman) sel telur yang telah dibuahi di dinding rahim.
(marmi)
b. Faktor Pria
1) Azoospermia (tidak terdapat spermatozoa)
Mungkin akibat spermatogenesis yang abnormal (perkembangan testis
yang abnormal, kriptokismus atau terlambat turun, orkitis akibat
parotitis atau keruskan ductus spermatikus oleh infeksi, terutama
gonorea.
2) Oligosperma
Berkaitan dengan defisiensi spermatogenesis, temperatur dalam
skrotum meningkat (iklim yang panas, pakaian ketat, varikolel).

5
3) Impotensi
Mungkin bersifat psikologik, hormonal, berkaitan dengan ejakulasi
prematur, ejakulasi retrograd atau impotensi erektil.
4) Sumbatan pada saluran vas deferens
Sperma terhalang pengiriannya dari testis ke seminal vesikel untuk
diolah lebih lanjut menjadi cairan semen, sehingga semen yang di
hasilkan tidak mengandung sperma sama sekali, atau dalam jumlah
yang cukup.
5) Kegagalan menghasilkan sperma yang berkualitas
Penyebab terjadiya sperma yang buruk adalah:
- Cacat bawaan sejak lahir
- Kegagalan testis untuk turun ke scrotum sebelum pubertas
- Beberapa penyakit masa kanak-kanak dan penyakit lainnya, seperti
penyakit gondong (mumps) yang terjadi pada usia dewasa
- Pemaparan bahaya seperti sinar-X, radioaktivitas, beberapa zat
kimia dan zat beracun, dan gas karbonmonoksida dari asap rokok
dan knalpot mesin
- Beberapa gangguan genital, seperti jaringan parut (varikolel) yang
dapat menyumbat saluran sperm, dan infeksi tuberkulosa pada
prostat
- Kondisi panas disekitar testis (biji kemluan), misalnya karena
pakaian yang terlalu ketat, obesitas, atau kondisi pekerjaan
- Faktor fasilitas umum yang kurang tidak baik, misalnya kesehatan
yang buruk, nutrisi yang tidak mencukupi, tidak berolahraga,
merokok, dan minum alkohol yang berlebihan.
- Stres emosional
- Tidak melakukan hubungan seksual (abstinensi) dalam waktu yang
terlalu lama, dapat menimbulkan sperma yang abnormal.
6) Usia
Berdasarkan penelitian yang ada maka jumlah dan kualitas sel
spermatozoa akan menurun ketika pria berusia diats 50 tahun.

6
Perbedaan masing-masing individu sangat erat hubungannya dengan
faktor genetik.
7) Hormon
Adanya ganggauan fungsi hormonal yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis seperti hipogonatodropin atau hiperprolaktin dapat
menyebabkan infertilitas pada pria.
8) Penyakit autoimun
Adanya antibodi terhadap spermatozoa dapat menurunkan kualitas sel
spermatozoa.
9) Faktor genetik
Adanya kelainan kromosom atau kerusakan genetik dapat
menyebabkan infertilitas pada pria.
10) Penyakit metabolik seperti diabetes melitus dapat menyebabkan
infertilitas pria.
11) Keganasan atau kanker juga dapat menjadi penyebab infertilitas pria.
c. Faktor pola hidup
Ada beberapa gaya hidup yang memperngaruhi kesuburan yaitu usia saat
menikah, berat badan, olahraga, stress, merokok, penggunaan obat-obatan,
komsumsi alkohol dan kafein, paparan lingkungan dan pekerjaan.
1) Usia menikah
Usia dapat memberikan peran besar dalam menetukan kesuburan,
program hamil sebelum usia 30 tahun untuk wanita dan sebelum 35
tahun untuk pria memberikan peluang keberhasil untuk hamil.
2) Nurtisi, berat badan dan olahraga
Nutrisi, berat badan dan olahraga yang tepat dapat mempengaruhi
kesuburan. Memilih nutrisi yang tepat seperti suplemen atau kelompok
makanan, sebelum dan selama upaya untuk kehamilan penting untuk
meningkatkan kesuburan bagi pria dan wanita. Pria dan wanita yang
kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan juga berisiko
negatif, termasuk perubahan kadar hormon yang sangat mempengaruhi
kesuburan. Penelitan terbaru menunjukkan bahwa berat badan berperan
penting dalam kesuburan. Pengendalian serta mempertahankan berat

7
badan ideal dapat memberikan cara bagi pasangan untuk meningkatkan
kesuburan. Olahraga yang cukup dapat meningkatkan kesuburan, tetapi
bagi pria atau wanita yang kurus berolahraga yang berlebihan dapat
menurunkan kesuburan. Untuk pangan yang sedang program hamil
sebaikanya olahraga yang seimbang untuk keberhasilan kehamilan.6
3) Merokok
Merokok dapat memberikan efek negatif pada pria. Rokok dapat
mempengaruhi kualitas sperma, ini dapat dikaitkan dengan gangguan
semen dan fungsi spermatozoa, merokok juga dapat menurunkan fungsi
sperma dan mengurangi kesuburan. Pada pasangan yang menginginkan
kehamilan sangat di sarankan untuk pengehentian merokok. Pelayanan
kesehatan harus memfasilitasi berhenti merokok dengan pendidikan,
pemantauan, dan dukungan.7
4) Stres
Hubungan antara stres dan ketidak suburan membentuk lingkaran setan
yang saling berkaitan. Pasang yang mengetahui bahwa dirinya
mengalami infertil cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Perasaan
bersalah dapat meningkatkan stres ini meperburuk masalah. Dukungan
sosial sangat penting untuk pengendalian diri, kepercayan diri, dan
kualitas hidup pasangan. Pemicu sters terhadap ketidan suburan lebih
kuat bagi wanita dari pada pria. Oleh karena itu infertilitas dianggap
mempengaruhi kesejahteraan sosial bagi wanita. Bagi kebanyakan
wanita menjadi ibu adalahperan paling penting dalam hidup mereka,
menjadi ibu dianggap kompenen mendasar dari identitas mereka.8
5) Pekerjaan
Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan
berbahaya bgi kesuburan seorang perempuan maupun laki-laki.
Setidaknya terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia ang berhubungan
dengan pekerjaan yang telah teridentifikasi. Bahan yang telah
teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan diantaranya panas,
radiasi sinar-X, logan dan pestisida.

8
4. Pemeriksaan Pasangan Infertilitas.
Adapun syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagi berikut:
a. Istri berusia antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih
dini apabila:
1) Pernah mengalami keguguran berulang.
2) Diketahui mengidap kelianan endokrin.
3) Pernah mengalami peradangan panggul dan rongga perut.
4) Pernah mengelami bedah ginekologi.
b. Istri berusia 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang kedokter.
c. Istri pasangan infertil berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak pada perkawinan ini.
d. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
istri dan anaknya5.
Beberapa pemeriksaan pada masalah-masalah infertil adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan mikroskopik
b. Uji ketidak cocokan imunologik
c. Uji pasca senggama
d. Uji In Vitro
e. Biopsi Endometrium
f. Histerosalpingografi
g. Histeroskopi
h. Pemeriksaan hormonal
i. Laparoskopi Diagnostik.
5. Diagnosis Infertil Pada Wanita
a. Anamnesis
Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab
infertilitas. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas yang
harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia pasien, riwayat
kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya

9
dan sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan waktu koitus. Perlu
juga diketahui pola hidup dari pasien mengenai alkohol, merokok dan
stres. Hal ini semua mempengaruhi terjadinya infertilitas.9
b. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi vital sign yang terdiri dari
tekanan, nadi, pernafasan, suhu tubuh ditambah menghitung indeks massa
tubuh. Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mencari penyebab dari
gangguan endokrin seperti jerawat, hirsutisme, kebotakan, acanthosis
nigrican, gangguan lapang pandang, gondok dan adanya ciri penyakit
tiroid.10
6. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penanganan infertilitas didasarkan atas 2 hal yaitu
mengatasi faktor penyebab dan meningkatkan peluang untuk hamil.
Penanganan infertilitas harus ditunjukkan pada pihak pria (suami) dan wanita
(istri). Melalui pemeriksaan yang benar dan lengkap, diharapkan dapat
diketahui penyebab infertilitas pada pasangan tersebut. Dengan demikian,
dapat ditentukan pengobatan atau tindakan yang tepat untuk memperbaiki
keadaan kesuburan, baik pada suami maupun pada istri sehingga diharapkan
terjadinya kehamilan. 11
7. Peran Bidan Komunitas terhadap infertilitas
a. Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang
tepat.
b. Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung usia
subur, makanan yang tepat untuk meningkatkan kesuburan.
c. Bidan dapat memberikan konseling dan penyuluhan tentang endometriosis
yang dapat mengkibatkan kemandulan, dan apa saja yang menjadi
penyebab dan gejalanya.
d. Mendeteksi secara dini akan dapat memperkecil jumlah komplikasi yang
mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan reproduski harus
dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan.5

10
B. Konsep Keluarga
Keluarga memegang peran penting dalam kehidupan karena melalui keluarga
kita mengalami pertumbuhan dan perkembangan menjadi seorang individu. Peran
dan fungsi keluarga sangat memengaruhi keadaan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.12
Beberapa defenisi tentang keluarga:
1. Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama)
dan adanya hubungan psikologi (ikatan emosional).
2. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dan saling ketergantungan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah:
1. Unit terkecil masyarakat.
2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
4. Hidup dalam satu rumah tangga.
5. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.Mempunyai ikatan
emosional
C. Manajemen Kebidanan
Metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi yang sederhana
akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam
asuhan kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan
metode dokumntasi yang lain seperti yang telah dijelaskan diatas.

11
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data
dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini
akan menjelaskan bahwa klien adalah penderita tuna wicara. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3. Analysis
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akurat
mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang
tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.13

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT ASUHAN PADA KELUARGA


I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga : Tn. W
2. Usia : 38 tahun
3. Pendidikan : SLTA
4. Pekerjaan : Swasta (Buruh)
5. Alamat : Dusun Kaliadem RT 01, RW 01
6. Daftar Anggota Keluarga :

Status
No Nama L/P Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Keshatan
1. Ny. K P 33 th istri SMP IRT sehat
Belum pernah hamil

Genogram

Keterangan :

: perempuan

: laki-laki
: yang diwawancarai
: tinggal bersama
: serumah
7. Tipe keluarga

13
Keluarga Tn. W adalah keluarga dengan tipe keluarga Inti yang dimana
terdiri dari ayah dan ibu.
8. Kewarganegaraan/ suku bangsa
Keluarga Tn. W adalah suku Jawa kebiasaan keluarga apabila sakit berobat
ke puskesmas, rumah sakit ataupun membeli obat ke apotik sendiri apabila
ada yang sakit
9. Agama
Keluarga menganut agama Islam
10. Status sosial ekonomi
Ny. K mengatakan penghasilan suaminya sebagai buruh lumayan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi ke luar kota.
Biasanya hanya menonton televisi sambil bercerita.
II. RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
12. Keadaan keluarga saat ini
Komunikasi suami dan istri tidak ada masalah dan berhubungan dalam
keluarga baik
13. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam 1 tahun terakhir tidak ada anggota keluarga yang sakit.
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Riwayat orang tua tidak mempunyai kebiasaan kawin cerai dan dikeluarga
tidak ada pemabuk atau berjudi.
III.KEADAAN LINGKUNGAN
15. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga Ny. K adalah rumah pribadi dengan tipe
36. Rumah terbuat dari semen serta lantai ubin dalam keadaan bersih.
Peralatan rumah tangga tertata rapi, ventilasi dan pencahayaan rumah agak
gelap, keluarga memiliki jamban sendiri dengan keadaan bersih, sumber air
berasal dari PDAM untuk air minum dan listrik untuk pencahayaan.
Kondisi air tidak berbau dan tidak berasa dan mempunyai tempat

14
pemanmpungan sampah sementara dan sampah diambil setiap 3 hari sekali
olah petugas untuk dibawa ketempat pembuangan akhir.
16. Karakteristikk tetangga dan komunitas RW
RT 1 RW 1 berpenduduk yang berada di kisaran Dusun Kaliadem sebagai
besar penduduk berpenghasilan sebagai buruh dan ternak.
17. Morbilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. W Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. W tidak aktif dalam kegiatan di wilayahnya dikarenakan
bekerja dari sampai malam. Sedangkan Ny. K mengatakan aktif dalam
mengikuti kegiatan keagamaan.
18. Sistem pendukung keluarga
Tn. W tinggal di rumah bersama Ibu, Ayah (mertua), dan Istri
IV. STRUKTUR KELUARGA
19. Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam kegiatan Tn.W
apabila ada masalah didikusikan bersama istrinya dan terkadang meminta
nasehat keluarganya. Dalam keluarga semua anggota keluarga bebas
menyatakan pendapat dan untuk mengambil keputusan adalah kepala
keluarga.
20. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn. W saling menghargai satu sama lain dan saling membantu,
serta saling mendukung. Tn. W mampu untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehari-hari ataupun apabila sedang sakit dibantu oleh kerabat dan
apabila ada masalah Tn. W saling berdiskusi dengan istrinya.
21. Struktur peran keluarga
- Tn. W adalah kepala keluarga dan bekerja sebagai buruh , bekerja dari
pagi sampai malam untuk mencari nafkah.
- Ny. K bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan berdagang.
- Dalam melaksanakan peran masing-masing tidak ada masalah.
22. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn.W menerapkan aturan-aturan sesuai dengan norma dan
Agama.

15
V. FUNGSI KELUARGA
23. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn. W saling menyayangi satu sama lain, apabila
ada yang menderita sakit mereka saling membantu.
24. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. W menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain.
25. Fungsi perawatan kesehatan
Ny. W mengatakan keluarganya sering batuk-batuk akibat debu yang
berterbangan disekitar rumah mereka dan untuk mengatasi masalahnya
biasanya hanya dengan istirahat dan minum obat yang dibeli sendiri atau
apabila sudah tidak sanggup baru ke pelayanan kesehatan.
26. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. W termasuk Pasangan Usia Subur yang belum mampu
berproduksi dengan baik.
27. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. W termasuk keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan
keluarganya sehari-hari.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
28. Stressor yang dimiliki
Ny. W mengatakan kadang-kadang keluarganyanya batuk-batuk dan
berharap supaya cepat sembuh
29. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama istri.
30. Strategi koping yang digunakan
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu didiskusikan dalam keluarga
dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
31. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga
mengatasi masalahnya.

16
VII. PEMERIKSAAN FISIK
32. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Nutrisi
Keluarga mengkonsumsi makanan 3x sehari, menu makanan nasi,
sayuran, lauk-pauk seperti ikan, tahu tempe dan telur. Minuman yang
dikonsumsi air putih, cara pengolahan makanan dipotong baru dicuci,
porsi makanan setiap anggota keluarga sudah memenuhi kebutuhan.
b. Eliminasi
Dalam keluarga tidak ada keluhan dalam BAB dan BAK
c. Istirahat dan tidur
Dalam keluarga tidak ada keluhan dalam istirahat tidur
d. Aktivitas sehari-hari
Tn. W bekerja sebagai tukang dan Ny. K sebagai Ibu Rumah Tangga.
e. Merokok
Dalam keluarga ada yang merokok, yaitu suami.
33. Pemeriksaan fisik khusus
Pemeriksaan Tn. W Ny. K
Tanda-tanda TD : 120/70 mmHg TD : 110/70 mmHg
vital N : 86/menit N : 80/menit
RR : 20x/menit RR : 20x/menit
S : 36.8 °C S : 36.7 °C
Kepala Rambut hitam, tebal, Rambut hitam, tebal, bersih
bersih dan tidak ada dan tidak ada benjolan
benjolan
Mata Tidak anemis Tidak anemis
Hidung Tidak ada secret Tidak ada secret
Mulut Mukosa lembab Mukosa lembab
Leher Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan, tidak ada
tidak ada pembesaran pembesaran limfe
limfe
Dada Bunyi jantung normal Bunyi jantung normal
Abdomen Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Tangan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Kaki Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Keadaan Baik Baik
Umum

VIII. HARAPAN KELUARGA

17
Keluarga Tn. W berharap mendapat solusi dalam setiap masalah yang
dialami keluarga dan selalu diberi kesehatan, serta keluarganya senantiasa utuh.

ANALISIS DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif : Kurangnya Ibu tidak
- Ny. K mengatakan umurnya 33 pengetahuan tentang mengetahui tentang
tahun Infertilitas dan cara Infertiltas
- Ny.K mengatakan sudah mengatasinya.
menikah 2,5 tahun belum hamil.
- Ny. S mengatakan ingin segera
mempunyai anak.
Data Objektif:
- Kesadaran compos mentis
- Keadaan umum baik
- BB : 40 kg
- TB : 150 cm
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 80 kali/menit
- Respirasi : 22 kali/ menit

DIAGNOSA KEBIDANAN DAN SKORING

DIAGNOSA KEBIDANAN

18
Kurangnya pengetahuan tentang infertilitas dan Gizi seimbang.
SKORING PRIORITAS MASALAH
1. Kurangnya pengetahuan tentang infertilitas
No. Kriteria Skala Bobot Skoring
1. Sifat masalah: 3/3 3 3
Kurang/tidak sehat
2 kemungkinan masalah dapat 1/2 1 1
diubah:
sebagian
3 Potensial masalah untuk 3/3 2 2
dicegah:
Cukup
4 Menonjolnya masalah: 1/2 1 1
Ada masalah, tapi tidak
harus segera di tangani
Total 7

2. Kurangnya penegtahuan tentang Gizi seimbang

No. Kriteria Skala Bobot Skoring


1. Sifat masalah: 3/3 3 3
Kurang/tidak sehat
2 kemungkinan masalah dapat 1/2 1 1
diubah:
sebagian
3 Potensial masalah untuk 3/3 2 2
dicegah:
Cukup
4 Menonjolnya masalah: 1/2 1 1
Ada masalah, tapi tidak
harus segera di tangani
Total 7
Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas
permasalahan pada keluaraga adalah bidan perlu memberikan penyuluhan tentang
infertilitas dan gizi seimbang.

19
ASUHAN KEBIDANAN GANNGUAN REPRODUKSI PADA KELUARGA
Tn.W DENGAN INFERTILITAS PRIMER

Hari / Tanggal : 25- April- 2018


Pengkaji : Musdalipa
1 Identitas
Nama : Ny. K / Tn. W
Umur : 33 thn / 38 thn
Agama : Islam / Islam
Suku : Jawa / Jawa
Pendidikan : SMP / SMP
Pekerjaan : Buruh / Pedagan
Alamat : Dusun Kaliaden, RT.1, RW.1

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah menikah 2,5 tahun , tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi, melakukan hubungan seksual dengan suami secara teratur, tetapi
belum bisa hamil. Ibu sudah melakukan pemeriksaan 1 kali pada dokter.
OBJEKTIF
1. Tidak terdapat tanda-tanda kehamilan.
2. Keadaan umum : baik
3. Kesadaran : Composmentis
4. TB : 150 cm
5. BB : 40 kg
6. Pemeriksaan TTV
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Pernafasan : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,70C

20
ASSESMENT
Ny.K usia 33 tahun dengan infertilitas primer.
PLANNING
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan klien.
2. Menjelaskan tentang penyebab infertilitas, bahwa infertilitas tidak hanya
disebabkan oleh faktor wanita melainkan faktor pria dn hubungan seksual
juga mempengaruhi terjadinya infertil.
3. Menjelaskan pada pasien cara berhubungan seksual yang benar.
4. Menganjurkan pasien untuk sering melakukan hubungan seksual
setidaknya 3 kali dalam seminggu.
5. Mengajurkan pasien untuk melakukan hubungan seksual disaat masa
subur.
6. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga pola hidup sehat dengan istrahat
yang cukup dan mengkomsumsi makanan seimbang, menghindari
makanan yang mengandung bahan kimia.
7. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk mengurangi kerja berat.
8. Menganjurkan pada suami untuk berhenti merokok.
9. Menganjur pada ibu dan suami, sama2 memeriksakan diri pda dokter.
10. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk selalu berdoa dan berusaha.

21
ASUHAN KEBIDANAN GANNGUAN REPRODUKSI PADA KELUARGA
Tn.W DENGAN INFERTILITAS PRIMER

Hari / Tanggal : 25- April- 2018


Pengkaji : Musdalipa
2 Identitas
Nama : Ny. K / Tn. W
Umur : 33 thn / 38 thn
Agama : Islam / Islam
Suku : Jawa / Jawa
Pendidikan : SMP / SMP
Pekerjaan : Buruh / Pedagan
Alamat : Dusun Kaliaden, RT.1, RW.1

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah memahami tentang defenisi infertilitas, penyebab dan
pengobatannya. Namun ibu belum memahami bagaimana gizi seimbang untuk
meningkatkan fertilitas (kesuburan)
OBJEKTIF
7. Tidak terdapat tanda-tanda kehamilan.
8. Keadaan umum : baik
9. Kesadaran : Composmentis
10. TB : 150 cm
11. BB : 40 kg
12. Pemeriksaan TTV
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Pernafasan : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,70C

22
ASSESMENT
Ny.K usia 33 tahun dengan infertilitas primer dan kurang pemahaman tentang
gizi seimbang untuk meningkatkan fertlititas.
PLANNING
11. Melakukan pendekatan terapeutik dengan klien.
12. Menjelaskan tentang gizi seimbang.
13. Menjelaskan pada ibu tentang zat gizi yang dapat meningkatkan fertilitas.
14. Menjelaskan pada ibu tentang zat gizi yang dapat mempengaruhi fertilitas.
15. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga pola hidup sehat dengan istrahat
yang cukup dan mengkomsumsi makanan seimbang, menghindari
makanan yang mengandung bahan kimia.
16. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk mengurangi kerja berat.
17. Menganjurkan pada suami untuk berhenti merokok.
18. Menganjur pada ibu dan suami, sama2 memeriksakan diri pda dokter.
19. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk selalu berdoa dan berusaha.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah


melakukan hubungan seksual aktif secara teratur tanpa menggunakan alat
kontrasepsi apapun (alami maupun modern) selama minimal 1 tahun. Infertilitas
ada dua macam yaitu fertilitas primer, jika istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
Sedangkan Infertilitas sekunder, jika istri pernah hamil akan tetapi kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.5
Setelah melakukan pengkajian, Ny.K mengatakan bahwa mereka telah
menikah selama 2,5 tahun, tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi,
melakukan hubungan seksual dengan suami secara teratur, tetapi belum bisa
hamil dan Ibu sudah melakukan pemeriksaan 1 kali pada dokter dengan hasil
bahwa tidak ada masalah pada alat reproduki ibu. Berdasarkan data subjektif
didapatkan di simpulkan hasil bahwa Ny.K umur 33 tahun mengalami infertilitas
primer.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas, tidak hanya
disebabkan oleh faktor wanita, tetapi faktor pria dan faktor pola hidup pun dapat
menyebabkan infertilitas. Penyebab infertilitas oleh wanita seperti :
Endometriosis, Sumbatan Saluran Telur, Anoreksia Nervosa, dan Kegagalan
Implantasi Embrio. Penyebab infertilitas oleh faktor Pria seperti: Azoospermia
(tidak terdapat spermatozoa), Oligosperma, Impotensi, Sumbatan pada saluran vas
deferens, Kegagalan menghasilkan sperma yang berkualitas, Hormon, Penyakit
autoimun, Penyakit metabolik seperti diabetes melitus dapat menyebabkan
infertilitas pria. Sedangkan Faktor pola hidup yang dapat menyebabkan terjadinya
infertilitas adalah Usia menikah, Nurtisi , berat badan, olahraga, Merokok, Stres
dan Pekerjaan

24
Pada kasus ini, kondisi yang menjadi faktor resiko terjadinya infertilitas
adalah : Berat badan dan merokok
Berdasarkan data objektif yang telah dilakukan didapatkan hasil Ny.K
memiliki TB:150 cm, BB:40 Kg dengan Indeks Massa Tubuh 17,7 ( Berat Badan
Kurang). Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan
dan praktis untuk mengukur status gizi seseorang. Meskipun standarnya berbeda
setiap individu satu dengan lainnya sehingga dalam melakukan penilaian indeks
massa tubuh perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu, jenis kelamin,
maupun etnik tertentu. Indek Massa Tubuh adalah salah satu gambaran untuk
mengukur status gizi seseorang dalam hal ini adalah wanita sedangkan fertilitas
atau kesuburan wanita itu sendiri juga erat kaitannya dengan status gizi.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan reproduksi karena
kurangnya asupan gizi yang baik dan seimbang serta pola hidup yang tidak sehat
baik istri maupun suami sehingga perkembangan dan kualitas reproduksi
menurun  seperti pada pria Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel
testis), misal: aspermia (tdk ada sperma), hypospermia (volume semen < 1,5 ml),
necrospermia (sperma mati) Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio
precox (ejakulasi dini: penyemburan mani keluar  segera  pada permulaan
senggama, penutupan ductus deferens, hypospadia (kelainan pertumbuhan alat
kelamin luar laki-laki), phymosis (ujung prefusium yaitu  kulit ujung luar penis
mengalami penyempitan) dan pada wanita  kerusakan pada tuba ,kelainan
hormone, dan tumor rahim.
Pada wanita yang anoreksia kadar hormon steroid mengalami perubahan
yaitu meningkatnya kadar tostesteron serum dan penurunan ekskresi 17-keto-
steroid dalam urin, diantaranya androsteron dan epiandrosteron. Dampaknya
terjadi perubahan siklus ovulasi. Bila anoreksia tidak terlalu berat dapat diberikan
hormon GRH (gonadothropin relating hormone), karena hormon tersebut dapat
mengembalikan siklus haid ke arah normal.
Asupan zat gizi seimbang akan menentukan kesehatan organ reproduksi
seseorang dan yang penting dilakukan untuk meningkatkan kesuburan adalah
mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang dengan beraneka ragam

25
makanan, tidak kurang dan tidak lebih agar body Indeks Massa Tubuh normal,
sedangkan fertilitas pada masa prakonsepsi dapat ditingkatkan dengan memilih
makanan khusus pendukung fertilitas.
Risiko tinggi infertilitas sudah ditemukan baik pada wanita yang
kegemukan maupun sangat kurus. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Ika Indarwati dalam penelitiannya yang berjudul “Analysis of Factors Influencing
Female Infertility”bahwa berat badan memiliki peranan dalam infertilitas,
Variabel Indeks Massa tubuh menunjukkan bahwa wanita dengan Indeks Massa
Tubuh yang tidak normal (≤ 18.5 hingga ≥ 22.9) memiliki kemungkinan 3.33 kali
lebih besar untuk mengalami infertilitas. Hasil analisis menunjukkan ada
hubungan antara body mass index dengan infertilitas wanita dan secara statistik
signifikan (OR=3.33; CI 95%=1.42 hingga 7.77; p=0.004).2
Faktor resiko lain yang menjadi penyebab Infertilitas pada keluarga Tn.W
adalah merokok, berdasarkan hasil dari wawancara di dapatkan Tn.W termasuk
dalam perokok yang aktif. Setiap hari Tn.W bisa menghabiskan 1 bungkus rokok
per hari.
Merokok dapat memberikan efek negatif pada pria. Rokok dapat
mempengaruhi kualitas sperma, ini dapat dikaitkan dengan gangguan semen dan
fungsi spermatozoa, merokok juga dapat menurunkan fungsi sperma dan
mengurangi kesuburan. Pada pasangan yang menginginkan kehamilan sangat di
sarankan untuk pengehentian merokok. Asap rokok sangat banyak mengandung
campuran racun yang kompleks, beberapa dari racun tersebut adalah radikal
bebas. Asap rokok dapat diuraikan menjadi gas dan partikulat, tiap bentuk
tersebut mempunyai zat kimia yang berbeda. Secara umum rokok ada 3 jenis
yaitu rokok cerutu, kretek dan rokok mild. Rokok tipe Mild dipresentasikan
mempunyai kandungan tar dan nikotin yang paling rendah dibanding rokok kretek
dan cerutu. Rokok Class mild memiliki sekitar 14 mg tar dan 1 mg nikotin.14
Bahaya yang ditimbulkan akibat rokok dapat menyerang siapa saja,
apakah perokok aktif maupun perokok pasif. Dalam taraf yang ringan rokok
berdampak negatif pada sistem pernafasan dan secara spesifik dampak lanjutnya
adalah munculnya penyakit paru, jantung, hipotensi, kanker, lever, impotensi dan

26
termasuk diantaranya penyakit-penyakit yang secara langsung berakibat dengan
kebiasaan mengisap rokok, seperti gangguan pada sistem reproduksi serta
penyakit lainnya yang bisa mengancam jiwa si perokok. Rokok juga dapat
mempengaruhi spermatogenesis yang terjadi di tubulus seminiferus dan
mempengaruhi kadar hormon tetosteron.
Salah satu kandungan bahan kimia rokok adalah nikotin. Nikotin
merupakan alkaloid toksid yang terdapat dalam tembakau. Sebatang rokok
umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin masuk ke dalam otak dengan cepat
dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan
keseluruh sel-sel otak, kemudian menurun secara cepat, beredar keseluruh
bahagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir.
Nikotin dalam asap rokok dapat menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan
katekolamin yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga mekanisme
umpan balik antara hipotalamus, hipofise anterior dan testis menjadi terganggu.
Akibatnya sintesis hormon testosteron terganggu dan spermatogenesis juga
terganggu.15
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Avi Harlev dkk dalam
penelitiannya yang berjudul “Smoking and Male Infertility: An Evidence-Based
Review” bahwa secara prospektif dari 2.105 peserta, di antaranya 839 orang
(39,9%) adalah perokok dan 1.266 orang (60,1%) adalah bukan perokok.
Konsentrasi sperma, motilitas, dan morfologi secara signifikan terpengaruh pada
perokok. Namun vitalitas sperma, volume ejakulasi, dan konsentrasi motilitas
progresif sedikit tetapi tidak berkurang secara signifikan di kalangan perokok.7

Adapun dalam hal ini saya memberikan intervensi berupa Konseling.


Konseling dalam kebidanan merupakan proses pemberian informasi yang lebih
objektif dan lengkap yang dilakukan secara sistematik berdasarkan panduan
keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan, penguasaan
pengetahuan klinik, yang bertujuan membantu klien mengenali kondisinya,
masalah yang dihadapi klien dan membantunya untuk menentukan solusi dan
jalan keluar dalam upaya mengatasi masalah - masalahnya.

27
Tujuan Konseling dalam Praktik Kebidanan adalah Membantu klien
memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat, membantu pemenuhan kebutuhan klien, meliputi
menghilangkan perasaan yang menekan/mengganggu dan mencapai kesehatan
mental yang positif, dan Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi
positif dan yang merugikan klien menjadi menguntungkan klien.16

Infertil bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak akan


menimbulkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Infertilitas
juga dianggap sebagai suatu hal yang memalukan di masyarakat, dimana seorang
pria diharapakan dapat meneruskan keturunan sebagai ciri kesejahteraan.
Konseling akan membantu pasangan suami istri untuk mengidentifkasi masalah,
mencari solusi atau alternatif yang tepat dan menyadarkan akan adanya potensi
dalam diri untuk dapat mengatasi berbagai masalahnya. Untuk itu diperlukan
suatu penanganan infertilitas yang komprehensif dari tenanga kesehatan meliputi
pasangan suami istri, keluarga dan ligkungan diantaranya melalui kegitan
konseling infertilitas.

Pada kasus ini dilakukan asuhan komprehensif berupa upaya promitif,


preventif dan kuratif. Upaya promotif yang dilakukan berupa meningkatkan
pengetahuan tentang Infertilitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang
pengertian Infertil dan penyebab infertil. Mejelaskan bahwa ada kemungkinan
pasangan tidak infertil, belum hamilnya bisa disebabkan oleh ketidak sesuaian
waktu koitus dengan masa subur istri. Oleh karena itu, klien diberi penjelasan
tentang masa subur istri, sehingga mereka dapat menyesuaikan jadwal koitus
dengan masa subur istri. Adapun upaya preventif berupa upaya promosi kesehatan
untuk mencegah terjadinya penyakit. Upaya preventif yang di lakukan adalah
dengan menyarankan agar mengkomsumsi makanan bergizi seimbang dan
menganjurkan kepada Tn.W untuk berhenti merokok, untuk mencegah berbagai
penyakit yang disebabkan oleh rokok khususnya masalah infertilitas. Upaya
Kuratif yang dilakukan adalah dengan Menganjurkan pada pasangan untuk
bersama-sama melakukan pemeriksaan kepada dokter spesialis sehingga pasangan

28
infertil mendapat penanganan yang tepat. Mendeteksi secara dini akan dapat
memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan
gangguan reproduski harus dilakukan secara komprhehensif guna pencegahan
terhadap keganasan.

Dukungan keluarga juga sangat penting untuk pasangan yang mengalami


infertilitas karena tidak jarang membuat para pasangan menjadi tidak percaya diri,
malu, bahkan depresi, baik terhadap pasangan sendiri, keluarga inti, maupun di
lingkungan teman- teman. Namun dalam kasus ini dukungan dari pasangan
(suami) kurang yaitu suami tidak mau melakukan pemeriksan diri ke dokter.
Sikap saling mendukung satu sama lainnya sangat penting untuk diterapkan agar
tidak menjadi beban pikiran yang bisa menyebabkan stress dan memperburuk
kondisi infertilitas. Bentuk dukungan yang bisa dilakukan sebagai contoh adalah
mencari informasi seputar infertilitas, bersama- sama berkonsultasi dengan dokter
yang dipercaya. Adanya sikap saling mendukung selain dapat meringankan beban
pikiran sekaligus juga dapat mempererat hubungan antar suami istri. Bentuk
dukungan tidak hanya sebatas berasal dari pasangan saja, akan tetapi dukungan
dari keluarga juga hal yang sangat penting. Sebaiknya anggota keluarga juga
harus mampu menjaga komunikasi yang baik dan positif terhadap anak atau
saudara mereka yang mengalami infertilitas. Para orangtua juga disarankan untuk
tidak mendesak atau menyinggung seputar kehamilan kepada sang anak, karena
hal tersebut dapat membuat beban pikiran sang anak menjadi bertambah dan bisa
membuat stress. Tidak menjadikannya sebagai beban pikiran, selalu berpikir
positif, mau jujur dan terbuka pada pasangan dan keluarga, serta tetap menjaga
pola hidup sehat dapat membantu mengurangi masalah.

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas primer berarti pasangan suami istri yang belum memiliki anak
setelah menikah lebih dari 1 tahun, berhubungan seksual secara teratur tanpa
menggukan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Kehamilan terjadi sekitar 80%
pada tahun pertama, 75% pada tahun kedua,50-60% pada tahun ketiga, pada tahun
keempat turun menjadi 40-50% sedangkan pada taun kelima lebih kecil, antara
25-30%.
Setelah dilakukan pengkajian dapat disimpulkan bahwa Ny.K dalam
keadaan baik, mengeluh ingin punya anak dari pernikahannya selama 2,5 tahun.
Pada kasus Ny.K didapatkan diangnosa kebidanan yaitu kurangnya pengetahuan
tentang pencegahan dan pengobatan Infertilitas. Pada kasus ini tidak terdapat
diagnosa atau masalah potensial yaitu depresi.
Dari kasus Ny.K telah di buat rencana asuhan kebidanan yaitu
memberikan KIE tentang pencegahan dan pengobatan Infertilitas. Pada tanggal
30 April 2018 jam 10.00 WIB, sudah dilaksanakan pemberian asuhan KIE
tentang pencegahan dan pengobatan Infertilitas serta gizi seimbang untuk
meningkatkan fertilitas.
Setelah Ny.K diberikan KIE tentang pencegahan dan pengobatan
Infertilitas, klien telah mengetahui dan mengerti tentang apa yang sudah
dijelaskan. Ini dapat dibuktikan dengan memberikan pertanyaan tentang materi
yang sudah diberikan dan klien dapat menjelaskannya. Itu berarti konseling yang
diberikan efektif dan dapat menambah pengetahuan klien.
B. Saran
1. Bagi pasangan suami istri
Bagi pasangan suami istri yang sedang mengalami Infertilitas sebaiknya
bersama-sama memeriksakan diri kedokter, tidak hanya istri, karena infertilitas
tidak hanya disebabkan oleh wanita, tetapi juga bisa di sebabkan oleh pria.
Menjalankan pola hidup sehat seperti makan yang bergizi, olahraga teratur,

30
menghindari stress, istrahat yang cukup, tidak merokok, menghindari alkohol
guna mengurangi resiko terjadinya Infertilitas.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan menigkatkan konseling dan pendekatan pada
klien untuk mengetahui segala permasalahan yang terjadi. Serta menjalin
hubungan yang baik dengan klien dan keluarga serta dengan sesama petugas
lainnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Ida Ayu C. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :


EGC.
2. Ika Indrawati, Uki retno, Yulia Lanti. 2017. Analysis of Factor Female
Infertility. Surakarta: journal of Maternal and Child Health
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2013.
4. Oktariana A, Abadi A, Bachsin R. 2014. Faktro-faktor yang
Mempengaruhi Infertilitas pada wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi
Reproduksi. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
5. Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
6. Rakesh S, Kelly R, Jennifer M, and Ashok A. 2013 Lifestyle factor and
Reproductive healt: taking control of your fertility. Reproductive Biology
and Endocrinology:11.66
7. Avi H, Ashok A, Sezgin O, Amit S, Stefan S. Smoking and Male
Infertility: An Evidence-Based Review. Word J Mens Health 2015
33(3):143-160
8. Budi W, Upik A, Sylvia D, Hilma P. Distribution OF Stress Level Among
Infertility Patiens. Middle East fertility society 22(2017)145-148.
9. Djuantono T, Hartanto B, Wiryawan P. Step By Step Penanganan
Endokrinologi Reproduksi dan fertilitas Dalam Praktik sehari-hari.
Jakarta: Sagung Seto.2012: 33-61
10. Hanifa W. 2011. Ilmu kandungan edisi ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Aizid R. 2012. Mengatasi infertilitas (kemandulan) sejak dini, yogyakarta:
FlassBooks.
12. Wahyu Widagdo. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
13. Sih Rini H, Triwik S M. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.
14. Putra Y. Pengaruh Rokok Terhadap Jumlah Sel Spermatozoa Mencit
Jantan ( Mus Musculus , Strain Jepang ). J Saintek. 2014;6(1):30-42.
15. Anita N. 2014. Perubahan Sebaran Stadia Epitel Seminiferus, Penurunan
Jumlah Sel-Sel Spermatogenik dan Kadar Hormon Testosteron Total
Mencit (Mus musculus L) Galur DDY Yang Diberi Asap Rokok Kretek.
Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universita Indonesia.
16. Pieter H Z. 2012. Pengantar Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta : Kencana

32
33

Anda mungkin juga menyukai