Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden

Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif,

sosial dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak

maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak usia dini. Berbagai

penelitian menyebutkan bahwa pada masa ini seluruh aspek perkembangan

kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan

spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Berdasarkan hasil studi

longitudinal Bloom menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun kepasitas kecerdasan

sudah mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan usia 13 tahun mencapai

92%.

Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak

usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan

dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat

dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk

perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang

dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

Pendidikan anak merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

yang menitikberatkan peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan


2

fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,daya cipta,

kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta

beragama), bahasa dan komunokasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap

perkembangan yang dilalui oleh anak.

Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa kanak-kanak merupakan masa

peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Diyakini oleh sebagian besar pakar, bahwa masa kanak-kanak yang bahagia

merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa datang dan sebaliknya. Untuk itu, agar

pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi

dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.

Seraca teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat

belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan anak akan

merasa nyaman dan aman secara psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu

diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak

belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anakanaknya, anak

belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingintahunya memotivasi untuk

belajar sambil bermain serta terdapat variasi individu dalam perkembangan dan

belajar.

Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak

berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir

untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur

pertumbuhan kecerdasan. Pandangan aliran tingkah laku (Behaviorisme)

berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi


3

yang semakin bertambah. Sedangkan aliran ‘interactionist’ atau

‘depelopmentalis’, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari interaksi anak

dengan lingkungan anak. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan

kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang

dihadapi.

Selain perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosi semakin

dipahami sebagai sebuah krisis dalam perkembangan anak. Hal ini disebabkan

karena anak terbentuk melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar. Dari

masa perkembangan awal, bayi menun-jukkan rasa aman dalam keluarganya

apabila kebutuhannya terpenuhi oleh ling-kungan. Bayi akan mengeksplorasi

melalui sentuhan, rasa, dll. Dari mengeksplorasi itulah bayi akan belajar.

Sebaliknya, apabila bayi merasa tidak aman dalam lingkungan keluarga, bayi akan

mengha-biskan energinya untuk mengatur dirinya sehingga bayi tidak memiliki

kesempatan untuk mengeksplorasi. Ketika bayi tidak dapat kesempatan untuk

bereksplorasi, bayi tidak memiliki kesempatan untuk belajar.

Proses belajar pada masa inilah yang mempengaruhi perkembangan pada ta-

hapan selanjutnya. Masa perkembangan bayi hingga memasuki sekolah dasar

menjadi “fondasi” belajar yang kuat bagi anak untuk mengembang-kan

kemampuan sosial emosinya menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapi

tahapan perkembangan selanjutnya yang lebih rumit. Pada tahap krisis inilah men-

jadi waktu yang tepat dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan

sosial emosi.

Berdasarkan uraian diatas maka proses adaptasi perkembangan anak-anak

disebut juga sebagai tahap perkembangan kritis atau usia emas (golden age). Pada
4

tahap ini sebagian besar jaringan sel-sel otak berfungsi sebagai pengendali setiap

aktivitas dan kualitas manusia. Dua tahun pertama kehidupan manusia sangat

penting bagi perkembangan anak. Anak mulai mengembangkan kemampuan

motorik indrawi, visual dan auditori yang distimulasi melalui lingkungan

sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam makalah ini:

1. Menjelaskan tentang perkembangan masa kanan-kanan

2. Menjelaskan tentang perkembangan emosi masa kanak-kanak

3. Mejelaskan tentang perkembangan kognitif masa kanak-kanak.

C. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan dimasa kanak-kanak

2. Untuk mengetahui perkembangan emosi masa kanak-kanak

3. Untuk mengetahui perkembangan kognitif masa kanak-kanak

Anda mungkin juga menyukai