Anda di halaman 1dari 6

Kebijakan fiskal dalam ekonomi syariah

kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarah
kepada ekonomi negara melalui pengeluaran dan pendapatan(berupa pajak) dan juga
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah juga merupakan kebijkan dalam bidang
perpajakan(penerimaan) dan pengeluarannya.kebijakan ini juga merupakan wahana utama
bagi peran pemerintah dalam bidang ekonomi.

A.konsep dasar kebijakan fiskal


1. Pengertian kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal merupakan merupakan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah dengan cara meningkatkan atau menurunkan pendapatan atau anggaran
negara. Pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan besaran anggaran atau
pendapatan yang dikeluarkan pada program tertentu. 

Kebijakan ini dibuat dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya


perekonomian dan menjaga keseimbangan ekonomi dalam negara. Pembuatan
kebijakan ini tidak lain didasarkan pada teori John Maynard Keynes mengenai
fungsi kebijakan fiskal. 

Dalam teori ini Keynes meyakini bahwa peningkatan atau penurunan


pendapatan dan pengeluaran dapat mempengaruhi perekonomian negara. Kebijakan
ini bisa meningkatkan inflasi, aliran kas, dan mengatasi pengangguran dalam suatu
negara.

Melalui kebijakan ini pengeluaran agregat dapat ditingkatkan yang bisa


berdampak pada pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Selain
itu permintaan agregat mengenai jumlah produksi barang dan jasa pada tingkat
harga tertentu juga menjadi tolak ukur keberhasilan negara.

2. Tujuan Kebijakan Fiskal


Tujuan utama dari dilakukannya kebijakan ini adalah untuk stabilitas
perekonomian atau stabilitas harga. Untuk ulasan lebih lanjut mengenai tujuan dari
diberlakukannya kebijakan ini bisa di simak berikut ini.
 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu negara menjadi tujuan dari
diberlakukannya kebijakan fiskal (fiscal policy). Saat perekonomian meningkat
maka perkembangan bisnis semakin nyata dan masyarakat akan memperoleh
pendapatan yang tinggi pula. Pendapatan masyarakat yang tinggi menjadi tolak
ukur kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.

Upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui fiscal


policy adalah dengan mengurangi pajak. Dengan begitu masyarakat bisa lebih
banyak membelanjakan pendapatannya yang sejatinya mampu meningkatkan
investasi dan pendapatan bisnis. Saat pengeluaran pemerintah lebih tinggi maka
pertumbuhan ekonomi akan terpacu untuk terus meningkat.

 Mencegah Pengangguran
Pencegahan terhadap terjadinya pengangguran merupakan tujuan utama dari
diberlakukannya kebijakan ini. Kegagalan dalam mencapai kesempatan kerja penuh
atau pengangguran akan menyebabkan tidak tercapainya tingkat pendapatan
nasional yang tinggi. 

 Stabilitas Harga
Tujuan lain dari penerapan fiscal policy adalah mempertahankan harga umum
pada tingkat yang layak. Jika harga umum turun secara tajam maka akan
mendorong timbulnya pengangguran karena sektor usaha kehilangan kesempatan
untuk memperoleh keuntungan.

Kondisi ini membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja yang


berakibat timbulnya pengangguran yang sangat banyak. Sebaliknya, jika harga-
harga umum yang naik tajam dan terus meningkat maka memberikan dampak yang
baik bagi perekonomian.

b. Jenis Kebijakan Fiskal


1. Ekspansif
Kebijakan jenis ini biasa diterapkan saat negara mengalami resesi atau
deflasi yang cukup serius untuk merangsang kembali pertumbuhan ekonomi.
Melalui kebijakan ini, pemerintah akan melakukan penurunan pajak atau
membelanjakan uang dalam jumlah besar atau bisa keduanya.

Tujuan dilakukannya kebijakan ini adalah untuk membuat konsumen


memegang lebih banyak uang. Saat masyarakat memegang uang lebih banyak,
mereka akan membelanjakannya lebih banyak pula yang berguna untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi.

2. Kontraksional
Berbanding terbalik dengan jenis kebijakan sebelumnya, kebijakan
konstruksional dilakukan untuk menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Aneh
memang jika kebijakan ini di terapkan karena laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi bisa menguntungkan negara.

Namun hal ini tidak berlaku bagi negara yang mengalami tingkat inflasi
yang tinggi. Ternyata bukan hanya deflasi yang merugikan, namun inflasi yang
terlalu tinggi juga dapat memberi dampak buruk bagi negara. Kebijakan
kontraksioner dilakukan dengan memotong pengeluaran negara dan meningkatkan
pajak.

c. Komponen di Dalam Kebijakan Fiskal


1. Kebijakan Perpajakan
Kebijakan perpajakan merupakan salah satu kebijakan yang diberlakukan
dalam penentuan fiscal policy. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan
pemerintah yang terbesar baik dari pajak langsung maupun pajak tidak langsung.
Penetapan kebijakan ini bertujuan menjaga pajak progresif melalui keputusan
pemberlakuan pajak.

2. Kebijakan Pengeluaran
Kebijakan yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran modal dalam
negara diatur dalam kebijakan pengeluaran. Pengeluaran modal dilakukan untuk
berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya serta membayar
kewajiban negara beserta bunga internal maupun eksternalnya.

3. Kebijakan Investasi dan Disinvestasi


Agar pertumbuhan ekonomi berada dalam keseimbangan maka optimalisasi
investasi harus ditingkatkan. Pada beberapa tahun belakangan ini, arus modal
internasional semakin meningkat dan memberikan dampak yang cukup besar.
Melalui Arus Modal Internasional ekonomi domestic dapat diintegrasikan secara
baik dengan ekonomi global.

4. Pengelolaan Utang atau Surplus


Apabila pendapatan yang diterima oleh pemerintah lebih besar daripada
anggaran yang dihabiskan maka negara tersebut mengalami surplus. Namun jika
terjadi kondisi sebaliknya maka negara tersebut mengalami defisit atau kerugian.
Pembiayaan terhadap defisit atau kerugian dilakukan dengan melakukan pinjaman
dari pihak asing atau dengan mencetak uang.

B.Bentuk kebijkan fiskal


Berdasarkan teori

Kebijakan fiskal terbagi menjadi 3:

 Kebijakan fiskal fungsional. Kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan


dalam pertimbangan pengeluaran dan penerimaan anggaran pemerintah yang
ditentukan dengan melihat akibat tidak langsung terhadap pendapatan
nasional terutama untuk meningkatkan kesempatan kerja.
 Kebijakan fiskal yang disengaja.Kebijakan fiskal yang disengaja adalah
kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah ekonomi dengan cara
memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui perubahan
perpajakan ataupun perubahan pengeluaran pemerintah. 3 bentuk kebijakan
fiskal yang disengaja adalah; (1) membuat perubahan pada pengeluaran
pemerintah, (2) membuat perubahan pada sistem pemungutan pajak, dan (3)
membuat perubahan secara serentak baik dalam pengelolaan pemerintah
ataupun sistem pemungutan pajaknya.
 Kebijakan fiskal yang tidak disengaja. Kebijakan fiskal yang tidak
disengaja adalah kebijakan dalam mengendalikan kecepatan siklus bisnis agar
tidak terlalu fluktuatif. Jenis kebijakan fiskal tak disengaja adalah proposal,
pajak progresif, kebijakan harga minimum, dan asuransi pengangguran.

Berdasarkan jumlah penerimaan dan pengeluaran

Berikut adalah jenis kebijakan fiskal berdasarkan jumlah penerimaan dan


pengeluaran:

 Kebijakan fiskal seimbang. Kebijakan fiskal seimbang adalah kebijakan


yang membuat penerimaan dan pengeluaran menjadi seimbang atau sama
jumlahnya. Dampak positif dari kebijakan ini adalah negara jadi tidak usah
meminjam sejumlah dana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun
dampak negatifnya adalah kondisi perekonomian negara bisa terpuruk jika
ekonomi negara sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
 Kebijakan fiskal surplus. Dalam kebijakan fiskal surplus, jumlah
pendapatan harus lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran. Kebijakan
ini merupakan cara untuk menghindari inflasi.
 Kebijakan fiskal defisit. Kebijakan fiskal defisit merupakan kebijakan yang
berlawanan dengan kebijakan surplus. Kebijakan fiskal defisit mampu
mengatasi kelesuan dan depresi pertumbuhan perekonomian, yang merupakan
kelebihan dari kebijakan ini. Sedangkan kekurangannya adalah negara selalu
dalam keadaan defisit.
 Kebijakan fiskal dinamis. Kebijakan fiskal dinamis menyediakan
pendapatan yang bisa digunakan oleh pemerintah dalam pemenuhan
kebutuhannya yang terus bertambah seiring berjalannya waktu.

C.Efektivitas kebijakan fiskal


Efektivitas Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Pengangguran Hasil
analisis Pearson correlation menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan belanja
pemerintah daerah berpengaruh negatif namun tidak nyata terhadap ratarata
penggangguran yaitu -0,031 pada periode tahun 2006-2011. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan belanja pemerintah daerah belum sepenuhnya dapat
menurunkan angka pengangguran kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.
menunjukkan bahwa pada periode tahun 2006-20011 terdapat lima kabupaten yang
berada pada kuadran II kodisi terbaik dalam arti bahwa persentase kenaikan
pengeluaran pemerintah berbanding terbalik dengan persentase angka
pengangguran yaitu; Kabupaten Tona Toraja, Luwu Utara, Enrekang, Jeneponto
dan Soppeng. Juga terdapat Lima kabupten yang berada pada kuadran III yaitu;
Kabupaten Bulukumba, Wajo, Bone, Bantaeng, dan Pirang. Kuadran III dengan
kondisi dimana di daerah angka pengangguran yang cukup rendah, sementara
pertumbuhan pengeluaran Penganguran Pengeluaran Pemerintah Daerah 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 22,5 20,0 17,5 15,0 12,5 10,0 7,5 5,0 8,887 10,74 Palopo Pare-Pare
Makassar Lutim Lutra Tator Luwu Enrekang Pinrang Sidrap Wajo Soppeng Bone
Barru Pangkep Maros Sinjai Gowa Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba
Selayar pemerintah daerah relatif kecil dibanding dengan daerah lainnya. Pada
kuadran IV terdiri atas 8 kabupaten yaitu; Kabupaten Luwu, Sinjai, Selayar,
Takalar, Sidenreng Rappang, Maros, Gowa, dan Luwu Timur. Daerah yang berada
pada kuadran ini menunjukkan bahwa angka pengangguran yang ada cukup tinggi
dan pertumbuhan pengeluran pemerintah relatif kecil, dalam kondisi seperti
dibutuhkan peran pihak swasta dan penambahan pengeluran pemerintah dalam
upaya untuk menyerap lapangan kerja. Kondisi terburuk pada kuadran I terdiri atas
5 kabupaten dan kota yaitu; Kota Makassar, Palopo, dan Pare-pare, serta Kabupaten
Pangkajene Kepulauan dan Barru. Pada kuadran I ini pertumbuhan pengeluran
pemerintah cukup tinggi dibanding daerah lainnya namun angka pengangguran
tetap tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan pengeluaran
pemerintah di daerah tersebut tidak dapat menurunkan angka pengangguran yang
ada di daerahnya. Kota Makassar, Palopo, dan Pare-pare memiliki tingkat
pengangguran yang cukup tinggi dibanding dengan daerah lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa angkatan kerja yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan
cenderung mencari pekerjaan di kota. Mengingat ketiga daerah itu adalah
merupakan daerah kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara
Kabupaten Pangkep dan Barru adalah dua kabupaten yang berlokasi sangat dekat
dengan Kota Makassar. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak sedikit penduduk
yang mengadu nasib mencari pekerjaan di kota, sehingga pengangguran di kota
cukup tinggi. Efektivitas Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Kemiskinan
Hasil analisis Pearson correlation menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan
belanja pemerintah daerah berpengaruh negatif dengan rata-rata angka kemiskinan
yaitu -0,010 pada periode tahun 2006- 2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kenaikan belanja pemerintah daerah belum sepenuhnya dapat menurunkan angka
kemiskinan kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya pola
hubungan antara persentase rata-rata pertumbuhan belanja pemerintah daerah tahun
2006-2011 terhadap persentase rata-rata penurunan angka kemiskinan .

D.Kebijakan Fiskal dalam Islam


Kebijakan Fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan fiskal terwujud dalam APBN (Anggaran Penerimaan dan
Belanja Negara).

Instrumen Kebijakan Fiskal


1) Pajak, adalah pungutan wajib yang dibayar oleh rakyat untuk negara dan
akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.
Seperti: bea cukai, PBB, PPN, PPh, PPnBM, dan lain-lain.

2) APBN (Anggaran Pendaptan dan Belanja Negara), adalah rencana


keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh DPR.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
pemerintah dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran.

3)   Subsidi, adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu


busnus atau sektor ekonomi.
Sebenarnya kebijakan fiskal sejak lama dikenal dalam teori ekonomi Islam,
yaitu sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian
dikembangkan oleh para ulama’.

Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan


stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung
dalam aturan Islam, yaitu Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan
terwujudnya persamaan dan demokrasi yang tinggi sesuai dengan QS. 59: 7,
ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi
masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan dan menyebarkan
ajaran Islam.

Kebijakan Fiskal dalam Islam ada beberapa instrument berikut:


1)    Jizyah, adalah pajak perlindungan yang diberikan kepada penduduk
non-Muslim pada suatu negara dibawah pengaturan Islam.
2)     Ghanimah, adalah harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu
wilayah yang didahului dengan peperangan.
3)   Fa’I,  yakni harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu wilayah
tanpa melalui peperangan artinya penduduk kabur, tidak mengadakan
perlawanan, atau terjadinya kesepakatan damai.
4)   Zakat,  adalah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang yang
beragama islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
(mustahiq zakat).
5)     Ushr, merupakan pajak yang harus dibayar oleh para pedagang muslim
maupun non-muslim atau dikenal dengan bea cukai.
6)    Kharaj, merupakan pajak yang dibebankan kepada tanah-tanah yang
ditaklukkan ole kaum muslim yang dibiarkan tetap dimiliki sebelumnya
guna untuk produktivitaskan tanah tersebut (hasil pertanian).
7)    Nawaib,  merupakan pajak yang dibebankan kepada orang kaya muslim
dikarenakan negara kekurangan dana akibat perang yang panjang dan
menghabiskan kas negara.
8)      Amwal Fahla, berasal dari harta kaum muslim yang meninggal tanpa
ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang
meninggalkan negrinya

Anda mungkin juga menyukai