Pembentukan Batubara KLS 3 Egb
Pembentukan Batubara KLS 3 Egb
Kelas:3Egb
Batu bara
dapat disimpulkan bahwa batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari
sisa tumbuhan purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut
telah mengalami berbagai perubahan bentuk/komposisi sebagai akibat dari dari adanya proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama waktu pengendapannya. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam katagori bahan bakar fosil. Batubara merupakan salah satu sumber energi fosil
alternatif yang cadangannya cukup besar di dunia. Bagi Indonesia, yang sumber energi minyak
buminya sudah semakin menipis, pengusahaan penggalian batubara sudah merupakan suatu
keniscayaan. Hampir setiap pulau besar di Indonesia memiliki cadangan batubara, walau dalam
kuantitas dan kualitas yang berbeda
2.Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat,
segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification
.
1. Posisi Geotektonik
Merupakan suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi gaya-gaya tektonik lempeng.
Posisi ini mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan batubara
maupun kecepatan penurunannya.
2. Morfologi (Topografi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
6. Tumbuhan Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu,
merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai typebatubara.
8. Sejarah sesudah pengendapan Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada
posisi geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara.
Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan
gambut.
D M a c e r a l Batubara
Peat ditandai dengan kondisi fisik berwarna kecoklatan dan struktur berpori, memiliki kadar air
75%, nilai kalori sangat rendah, kandungan sulfur sangat tinggi, dan kandungan abu sangat
tinggi. Nilai kalori peat adalah 1.700-3.000 kcal/kg.
2. Lignite
Lignite adalah batubara yang sangat lunak ditandai dengan kodisi fisik berwara hitam dan sangat
rapuh, mengandung air 35% - 75% dari beratnya, memiliki kandungan karbon terendah 25% -
35%, dengnan nilai kalor/panas yang dihasilkan berkisaran antara 4.000 – 8.300 BTU per pon
kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur tinggi. Nilai kalori lignite adalah 1.500-4.500
kcal/kg. 3.
3. Sub-Bitminous/Bitumen Menengah
Sub-Bituminous memiliki ciri-ciri tertentu yaitu warna yanag kehitam-hitaman dan sudah
mengandung lilin. Struktur sudah terkompaksi, mengandung 35% - 45% karbon (C)
menghasilkan panas antara 8.300 – 13.000 BTU per ton, dan mengandung banyak air. Meskipun
nilai panasnya rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih dari
pada jenis lainnya, yang membuat disukai untuk dipakai karena hasil pembakaran yang lebih
bersih.
4. Bituminous
Bituminous ditandai dengan warna hitam mengkilat, struktur kurang kompak, mengandung 68%
- 86% unsur karbon (C), dengan kandungan air 8% - 10% dari beratnya, nilai kalor/panas yang
dihasilkan antara 10.500 – 15.500 BTU per pon, kandungai abu sedikit, dan kandungan sulfur
sedikit. Nilai kalori bituminous adalah 7.000-8.000 kcal/kg.
5.Anthracite
Anthracite ditandai dengan warna hitam sangat mengkilat (luster ), struktur kompak dengan kuat,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C), nilai kalor/panas yang dihasilkan hampir
15.000 BTU per pon, dengan kandungan air kurang dari 8%, kandungan abu sangat sedikit, dan
kandungan sulfur sangat sedikit. Nilai kalori anthacitelebih besar atau sama dengan 8.300
kcal/kg.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous memiliki
tingkat kelembaban ( Moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya
juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang
sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar
Dalam penentuan jenis tingkatan batubara menurut klasifikasi ASTM ini didasarkan atas
persentase karbon padat dan nilai kalori (dalam btu/lb), yang dihitung berdasarkan basis
Dry Mineral Matter Free (dmmf)
Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang akhirnya dikenal dengan
Klasifikasi menurut ASTM (America Society for Testing and Material ).
Untuk menentukan
rank batubara diperlukan data Fixed Carbon (dmmf), Volatile Matter (dmmf) dan nilai kalor
dalam Btu/lb dengan basis mmmf (moist, mmf).
Analisa Kualitas Batubara
Parameter Kualitas Batubara
4. Ash Content
, satuan persen) Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran,
keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
Analisa P r o x i m a t e
Analisa ProximateBatubara digunakan untuk mengetahui karakteristik dan kualitas batubara
dalam kaitannya dengan penggunaan batubara tersebut, yaitu untuk mengetahui jumlah relatif
air lembab ( Moisture Content ), zat terbang ( Volatile Matter ), abu ( Ash Content ), dankarbon
tertambat ( Fixed Carbon) yang terkandung didalam batubara. Analisa
Proximate
ini merupakan pengujian yang paling mendasar dalam penentuan kualitas batubara.
Kandungan Air (M o i s t u r e C o n t e n t )Dalam batubara, Moisture Content
paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang
dapat mengalir dengan cepat dari dalam sample batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai
senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian Moisture merupakan komponen zat mineral yang
tidak terikat pada batubara. Dalam ilmu perbatuan, dikenal istilah Moisture dan air. Moisture
didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai suhu 104-110
(Menurut ASTM D3173). Sementara itu, air dalam batubara ialah air yang terikat secara kimia
pada lempung. Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa-pipa kapiler, dalam keadaan
alami pori-pori ini dipenuhi oleh air