Anda di halaman 1dari 16

HUKUM OHM

KELOMPOK 8
NAMA KELOMPOK :
1. BARRATUN NISA HASRA NIM 0704193123
2. MHD RAFLI ZAINI SRG NIM 0704193124
3. SYAFIRA ARDIZA NIM 0704193125
Georg Simon Ohm
(1787 ± 1850)
SEJARAH HUKUM OHM
Dasar hubungan diantara arus listrik, hambatan, dan daya listrik atau voltase
ditemukan pada tahun 1826 dan dipublikasi pada tahun 1827 oleh George Simon
Ohm (1789 – 1854). Lahir dalam keluarga sederhana di Bavaria, ohm belajar
matematika dan fisika dibawah bimbingan ayahnya, dan setelah banyak
mendapatkan pelatihan sekolah, ia mengajar di sekolah menengah dan kolese,
setelah itu ia melakukan beberapa percobaan demi kemajuan dirinya sendiri di
laboratorium Jesuit college og cologne, tempat ia mengajar.
Ohm menyatakan bahwa kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar
berbanding lurus dengan tegangan diantara kutub-kutub penghantar.
PENGERTIAN
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik
yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus
dengan tegangan yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda
penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai
resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya.Walaupun pernyataan ini
tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, tetapi istilah
"hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
RUMUS HUKUM OHM
V=IxR

I=V/R

R=V/I

Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam
Rangkaian Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik,
Memperkecil Tegangan dan juga dapat memperoleh Nilai Hambatan
(Resistansi) yang kita inginkan.
Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan
unit yang dipakai adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita
menggunakan unit lainnya seperti milivolt, kilovolt, miliampere,
megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan konversi ke
unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan
perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.
RANGKAIAN LISTRIK

Rangkaian adalah lintasan listrik yang dilalui dari sumber daya dan
kembali lagi. Semua bagian dari rangkaian sederhana harus
menghantarkan listrik dan dan terhubung satu sama lain. Ada dua
jenis rangkaian,: seri dan paralel. Senter adalah contoh rangkaian
seri; semua komponen terhubung satu sama lain. Rangkaian paralel
memiliki baterai aatu komponen lain yang terhubung saling
menyilang. Pada rangkaian listrik, tegangan, resistansi, atau arus
yang lewat dapat dihitung dengan rumus hukum Ohm.
Komponen dalam rangkaian listrik masing-masing digambarkan
dengan simbol khusus dan berbeda satu sama-lain. Ini dimaksudkan
agar komponen dan koneksi dapat digambarkan dengan jelas. Pada
diagram komponen sederhana dibawah ini, dapat dilhat berbagai
simbol yang dipakai pada komponen listrik. Gambar diagram
rangkaian dibuat untuk memudahkan dan menyederhanakan
komponen listrik sesungguhnya
Makin besar resistansi atau hambatan dalam rangkaian, makin kecil
arus yang mengalir.
Makin besar resistansi atau hambatan dalam rangkaian, makin kecil
arus yang mengalir. Begitu pula sebaliknya, jika sumber daya yang
diberikan terlalu besar, maka beban juga harus mampu menerima
daya yang besar. Jika beban menerima daya diatas kemampuannya,
maka dapat terjadi kerusakan komponen pada alat tersebut
(overload). Jika arus yang mengalir pada rangkaian terlalu besar
untuk dapat diterima beban, maka dipakai satu komponen listrik
yang bernama resistor. Resistor merupakan salah satu komponen
listrik yang menyebabkan tegangan listrik turun.
CONTOH SOAL PENERAPAN HUKUM OHM
1. Menghitung arus listrik (I) dengan rumus I = V/R
Setting power supply untuk menghasilkan output tegangan 10V, selanjutnya atur nilai
potensiometer ke 10 ohm. Berapakah nilai arus listrik (I)?
Dik :
V = 10
R = 10
Dit : I?
Jawab :
I = V/R
I = 10/10
I = 1 ampere
2. Menghitung tegangan (V) dengan rumus V = I x R
Atur nilai resistansi hambatan (R) potensiometer ke 500 ohm. Setelah itu atur
power supply hingga mendapatkan arus listrik (I) 10 mA. Berapakah tegangannya
(V)?
Dik :
I = 10 mA = 0.01 ampere
R = 500 ohm
Dit : V?
Jawab :
V=IxR
V = 0.01 x 500
V = 5 volt
3. Menghitung Resistansi / Hambatan (R)
Jika di nilai Tegangan di Voltmeter (V) yaitu 12V dan nilai Arus Listrik
(I) di Amperemeter adalah 0.5A. Berapakah nilai Resistansi dalam
Potensiometer ?
Masukan nilai Tegangan 12V dan Arus Listrik 0.5A kedalam Rumus
Ohm seperti dibawah ini :
R=V/I
R = 12 /0.5
R = 24 Ohm
nilai Resistansinya adalah 24 Ohm
4. Sebuah Resistor 0,5 KOhm dihubungkan dengan sebuah Baterai. Jika arus yang
mengalis pada resistor tersebut adalah 6 mA. Berapa besar tegangan baterai
tersebut?
Diketahui :
R = 0,5 KOhm = 500 Ohm
I = 6 mA = 0,006 A
Ditanya : Besar Tegangan Baterai (V) = ...?
Gunakan Hukum Ohm
V = IR = (0,006 A) . (500 Ohm)
V = 3 Volt
Jadi, tegangan baterai tersebut adalah 3 Volt.
5. Diketahui 3 buah Resistor R1 = 4 KOhm, R2 = 100 Ohm dan R3 = 50 Ohm. Jika ketiga
resistor terhubung secara seri terhadap tegangan 12 Volt. Tentukan besarnya arus?
Diketahui:
R1 = 4 Kohm = 4000 Ohm
R2 = 100 Ohm
R3 = 50 Ohm
Vs = 12 Volt
Ditanya : Arus Rangkaian ?
Jawab :
Serikan ketiga Resistor
Rs = R1 + R2 + R3
Rs = 4000 + 100 + 50
Rs = 4150 Ohm
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai