Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Double Pipe Heat Exchanger dan Shell and Tube Heat Exchanger
Kelompok/Kelas : V/ 3C
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era modern saat ini energi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang
berpengaruh penting dalam kehidupan manusia. Dimana hampir seluruh aktifitas manusia
berhubungan dengan energi. Seiring dengan berjalannya waktu kebutuhan akan energi
semakin lama semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga energi yang dibutuhkan,
maka butuhnya suatu usaha untuk melakukan efesiensi pada energi tersebut. Salah satu
cara meningkatkan efesiensi dengan mengambil energi dari sumber yang berbeda untuk
digunakan. Energi yang dapat digunakan tersebut adalah energi panas. Sumber energi
panas yang tersedia tercermin pada propertis fisika seperti massa aliran, temperatur,
viskositas, panas spesifik, densitas, dan konduktivitas termal. Maka dibutuhkan sebuah
alat untuk mengambil sumber panas tersebut yaitu dengan menggunakan heat exchanger.
HE (heat exchanger) adalah suatu alat digunakan dalam proses perpindahan panas
fluida dengan fluida yang lain tanpa terjadi perpindahan massa didalamnya dan dapat
dipergunakan sebagai pemanas maupun pendingin. HE pada lapangan memiliki tipe yang
beragam. HE yang sering digunakan ialah HE dengan tipe shell-and-tube dengan
segmental baffle. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah
tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida di dalam tube bundle
berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara
aliran fluida di dalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan
bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya operasional harian
dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru, maka permukaan logam dari
pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama
maka terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal
tipisnya lapisan kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan
mengurangi koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk
suatu alat penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir
alat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan
panas mencapai harga minimum
Memahami fungsi alat penukar kalor jenis Double Pipe dan jenis Shell & Tube
Memahami mekanisme operasi alat penukar kalor jenis Double Pipe dan jenis
Shell & Tube
Mengetahui komponen-komponen utama alat penukar kalor jenis jenis Double
Pipe dan jenis Shell & Tube
Mengetahui cara menghitung total heat transfer coefficient alat penukar kalor
jenis Double Pipe dan jenis Shell & Tube yang ada di laboratorium Pilot Plant.
BAB II
LANDASAN TEORI
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati dua bidang
batas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang terbuat dari berbagai jenis
logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa konsentris, yaitu: annullus/shell (pipa
yang berada di luar) dan tube (pipa yang berada di dalam).
A. Pararel Flow
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua fluida
memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang besar
akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
B. Counter Flow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE masuk
dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya mendekati
suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif dari
paralel flow. Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel flow,
dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:
dQ=U ( T−t ) a ital dL} {¿ (1)
dQ=WCdT =wcdt
(2)
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai
untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tube and
shell heat exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam
tube dan menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
Suatu sillinder yang dilengkapi dengan inlet dan outlet nozzle sebagai tempat keluar
masuknya fluida. Ada 2 jenis tube dalam shell, yaitu finned tube (tube yang mempunyai
sirip (fin) pada bagian luar tube) dan bare tube (tube dengan permukaan yang rata)
B. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut tube
bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah tube sheet.
Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tube side dengan
shell side.
C. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube, menahan vibrasi yang
disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran turbulen sehingga perpindahan panas
lebih sempurna. Jenis baffle yaitu battle melintang (segmental, dish and doughnut) dan
baffle memanjang.
D. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar
dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan
lainnya tetap.
2.4 Jenis-Jenis Heat Exchanger
A. Berdasarkan Fungsinya
1) Heat exchanger
Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas yang
membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang membutuhkan
pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang berbentuk gas
dan lainnya berbentuk cairan.
2) Condenser
Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair
sebagian atau seluruhnya dengan pemindahan panas.
3) Cooler – Chiller
Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida yang
berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap
menjadi cair. Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor
biasanya dipasang pada top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa
digunakan ketika temperatur rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut
‘chiller’.
4) Reboiler
Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom (bottom)
distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media pemanas
yang digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui media
pemanas atau dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah furnace atau
fire tube
5) Heater – Superheater
Heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik
bahan baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai
pemanas. Superheater memanaskan gas dibawah temperatur jenuh.
B. Berdasarkan Konstruksinya
1) Tubular Exchanger
- Double-pipe Heat exchanger
Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa lainnya
yang berdiameter lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu mengalir di dalam
pipa kecil sedangkan fluida yang lain mengalir di bagian luarnya. Pada bagian luar
pipa kecil biasanya dipasang fin atau sirip memanjang, hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan permukaan perpindahan panas yang lebih luas. Double pipe ini dapat
digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan fluida hasil proses yang
membutuhkan area perpindahan panas yang kecil (biasanya hanya mencapai 50
m2).
Double-pipe Heat exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan
atau mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian
yang ditimbulkan jika memakai Heat exchanger ini adalah kesulitan untuk
memindahkan panas dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi,
double pipe Heat exchanger ini juga memiliki keuntungan yaitu Heat exchanger ini
dapat dipasang dengan berbagai macam fitting (ukuran).
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung
(indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida
sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah
(fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang
lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor
demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan
vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang
proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Kelebihan Double-pipe Heat exchanger:
Dapat digunakan untuk fluida yang memiliki tekanan tinggi.
Mudah dibersihkan pada bagian fitting
Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa
Dapat dipasang secara seri ataupun parallel
Dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD
sesuai dengan keperluan
Mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya
Kalkulasi design mudah dibuat dan akurat
Kekurangan Double-pipe Heat exchanger:
Relatif mahal
Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2)
Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.
konstan (nilai U dapat dilihat pada tabel pada lampiran). U sendiri merupakan koefisien heat
transfer overall. Aturan untuk nilai U adalah sebagai berikut :
1. Fluida dengan konduktivitas termal rendah seperti tar, minyak atau gas, biasanya
menghasilkan h yang rendah. Ketika fluida tersebut melewati heat exchanger, U akan
cenderung untuk turun
2. Kondensasi dan Pemanasan merupakan proses perpindahan kalor yang efektif. Proses
ini dapat meningkatkan nilai U.
3. Untuk U yang tinggi, tahanan dalam exchanger pasti rendah
4. Untuk fluida dengan konduktivitas yang tinggi , mempunyai nilai U dan h yang
tinggi.
Untuk U pada suhu yang hampir konstan, variasi temperatur dari aliran fluida dapat
dihitung secara overall heat transfer dalam bentuk perbedaan temperatur rata-rata dari aliran
dua fluida, yang dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Q=UA ΔT mean (3)
Yang menjadi masalah kali ini adalah bagaimana membuat persamaan tersebut menjadi
benar. Kita harus dapat menghitung nilai dari ΔT yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena
terlihat pada grafik mengenai kecenderungan perubahan temperatur fluida akan lebih cepat
sejalan dengan posisinya (grafik bisa dilihat dari lampiran). Selain itu pada counterflow dan
pararel flow, perhitungan tersebut bisa berbeda. Oleh karena itu perlu dicari suatu persamaan
yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan menurunkan rumus awal sebagai berikut :
dQ=U (dA ) ΔT=−(mc p )h dT h =(mc p )c dT c (4)
Keterangan : h untuk aliran panas dan c untuk aliran dingin
Setelah itu kita menyamakan persamaan antara persamaan untuk counterflow dan
persamaan untuk pararel flow dan didapat :
ΔT a −ΔT b
Q=UA
( ln( ΔT a / ΔT b ) (5)
Dimana ΔTa adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin awal
dan ΔTb adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin akhir. Δt mean
yang dimaksud dalam persamaan tersebut adalah LMTD, yaitu :
ΔT a − ΔT b
ΔT mean =LMTD=
( ln ( ΔT a / ΔT b ) (6)
Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Kita harus menggunakan
faktor koreksi F yang dapat dilihat dalam grafik pada lampiran. Sehingga rumusnya menjadi :
Q=UAF ( LMTD ) (7)
(8)
D. Fouling Resistance
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan bersih
sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada suatu saat fluida yang
terus menerus mengalir dalam pipa akan membentuk seperti sebuah lapisan yang akan
mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang disebut dengan fouling resistance. Untuk
menghitung fouling resistance dapat digunakan rumus berikut ini :
1 1
Rd ≡ −
U D UC
Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
1
U=
1 r i ln( r 0 /r p ) r j ln(r p /r i ) r i
+ + + + Rd
hi k insulator k pipe r 0 h0 (9)
Untuk U<<10000 W/m2 °C fouling mungkin tidak begitu penting, karena hanya
menghasilkan resistan yang kecil. Namun pada water to water heat exchanger dimana nilai U
disekitar 2000 maka fouling factor akan menjadi penting. Pada finned tube heat exchanger
dimana gas panas mengalir di dalam tube dan gas yang dingin mengalir melewatinya, nilai U
mungkin sekitar 200, fouling factor akan menjadi signifikan.
(14)
Δtm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference (LMTD).
Untuk shell and tube heat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi dengan faktor yang
dicari dari grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya adalah dengan
menggunakan parameter R dan S.
(15-16)
Nilai LMTD dihitung dengan persamaan sbb:
Bila UD konstan
Untuk aliran searah (co-current)
Atau
(18-19)
Dan harga Δ tm =FT.LMTD
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT dan BAHAN
-
- Seperangkat alat heat exchanger Shell and Tube & Double Pipe
- Fluida (air)
- Steam
3.2 PROSEDUR KERJA
- Proses pertukaran panas pada STHE
Mengalirkan steam
Mengatur laju alir steam hingga suhu air panas tidak lebih dari 600C
Mengalirkan fluida dingin dengan variasi laju alir dingin 4 LPM, 6 LPM, dan 8
LPM
Mengulangi langkah 1-6 pada laju alir fluida dingin tetap 4 LPM degan variasi
laju alir fluida panas
- Pengoperasian pada alat STHE
Membuka V8 dan V6
Membuka valve V13 yang merupakan aliran masukan steam sehingga steam
mengalir menuju heater
A. DATA SPESIFIKASI
1. DATA SPESIFIKASI ALAT
a. Spesifikasi Alat STHE
B. DATA KALIBRASI
Ember kondensa
air total
ke t
1 7.06 13.7 6.64
2 4.84 9.82 4.98
3 5.84 12.16 6.32
4 5.36 10.14 4.78
5 5.8 12.32 6.52
6 6.84 10.76 3.92
7 9.1 12.48 3.38
Total 44.84 81.38 36.54
b. Counter Current
Ember Kondesa
Air Total
ke t
1 4.88 9.12 4.24
2 6.62 4.78 -1.84
3 4.78 9.1 4.32
4 5.9 7.04 1.14
Total 22.18 30.04 7.86
Kondens
Ember air total at
1 4.5 14.94 10.44
C. DATA PRAKTIKUM
3 lpm, 1/4
Laju Alir Dingin t Th Tc Th Tc
b. Laju Alir Panas (lpm)
(Lpm) (menit) i i o o
3.15 6.81 0 62 20 52 26
3.15 6.81 3 62 20 50 26
3.15 6.81 6 66 20 57 28
3.15 6.81 9 60 20 50 26
Run 2
9 lpm, 1/4
Laju Alir Dingin t Th Tc Th Tc
Laju Alir Panas (lpm)
(Lpm) (menit) i i o o
9.09 6.81 0 60 20 50 26
9.09 6.81 3 69 22 52 26
9.09 6.81 6 46 22 38 24
9.09 6.81 9 76 22 58 28
c. Run 3
15 lpm, 1/4
Laju Alir Dingin Laju Alir Panas t Th Tc Th Tc
(Lpm) (lpm) (menit) i i o o
17.34 6.81 0 76 22 58 28
17.34 6.81 3 92 22 48 26
17.34 6.81 6 88 22 50 25
17.34 6.81 9 80 22 44 24
d. Run 4
3 lpm, 1/2
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
3.15 13.02 0 44 22 43 24
3.15 13.02 3 42 22 42 24
3.15 13.02 6 43 21 43 24
3.15 13.02 9 40 22 40 24
e. Run 5
9 lpm, ½
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
9.09 13.02 0 40 22 40 24
9.09 13.02 3 40 22 38 24
9.09 13.02 6 40 22 38 24
9.09 13.02 9 42 22 40 24
f. Run 6
15 lpm, 1/2
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
17.34 13.02 0 42 22 40 24
17.34 13.02 3 44 21 40 22
17.34 13.02 6 24 22 27 22
17.34 13.02 9 24 22 24 22
g. Run 7
3 lpm, 1
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
3.15 22.89 0 22 22 22 22
3.15 22.89 3 24 22 25 22
3.15 22.89 6 34 22 30 22
3.15 22.89 9 36 22 38 22
h. Run 8
9 lpm, 1
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
9.09 22.89 0 36 22 38 22
9.09 22.89 3 36 22 36 24
9.09 22.89 6 34 22 34 24
9.09 22.89 9 34 22 34 23
i. Run 9
15 lpm, 1
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t Th Tc Th Tc
i i o o
17.34 22.89 0 34 22 34 23
17.34 22.89 3 32 22 32 22
17.34 22.89 6 32 22 30 22
17.34 22.89 9 30 22 32 23
3 lpm, ¼
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
3.15 6.81 0 27 24 27 24
3.15 6.81 3 45 26 36 22
3.15 6.81 6 52 23 43 27
3.15 6.81 9 55 22 45 27
b. Run2
9 lpm, ¼
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
9.09 6.81 0 55 22 45 27
9.09 6.81 3 55 26 44 25
9.09 6.81 6 57 23 42 26
9.09 6.81 9 57 23 43 26
c. Run3
15 lpm, ¼
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
17.34 6.81 0 57 23 43 26
17.34 6.81 3 56 23 41 25
17.34 6.81 6 59 24 42 25
17.34 6.81 9 58 23 42 25
d. Run4
3 lpm, ½
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm)
t i i o o
3.15 13.02 0 38 23 30 23
3.15 13.02 3 38 23 32 24
3.15 13.02 6 38 23 32 24
3.15 13.02 9 37 23 32 24
e. Run5
9 lpm, ½
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm)
t i i o o
9.09 13.02 0 37 23 32 24
9.09 13.02 3 37 23 30 23
9.09 13.02 6 37 23 30 23
9.09 13.02 9 37 23 30 23
f. Run6
3 lpm, 1
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm)
t i i o o
3.15 22.89 0 58 23 42 25
3.15 22.89 3 50 23 42 27
3.15 22.89 6 49 23 41 27
3.15 22.89 9 47 23 40 27
g. Run 7
9 lpm, 1
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
9.09 22.89 0 47 23 40 27
9.09 22.89 3 45 23 36 24
9.09 22.89 6 45 23 36 24
9.09 22.89 9 43 23 35 24
h. Run 8
15 lpm, 1
Th Tc Th Tc
Laju Alir Dingin (Lpm) Laju Alir Panas (lpm) t
i i o o
17.34 22.89 0 43 23 35 24
17.34 22.89 3 40 23 32 23
17.34 22.89 6 39 23 31 23
17.34 22.89 9 38 23 30 23
b. Run 2
c. Run 3
d. Run 4
Iffatul Aziza
171411081
Pada modul ini dilakukan praktikum mengenai perpindahan panas menggunakan Heat
Exchanger dengan type shell and tube dan double pipe. Prinsip kerja dari kedua alat ini adalah
untuk memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda dimana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Fluida yang digunakan adalah air, dengan
tipe pemanasan tidak langsung. Dimana fluida panas terlebih dahulu menggunakan steam untuk
memanaskannya dalam pre-heater. Perhitungan perpindahan panas pada praktikum kali ini
dilakukan dngan 2 metode analisis yaitu dengan metode LMTD dan metode NTU dengan hasil
sebagai berikut:
A. STHE
Pada praktikum ini digunakan jenis 1-2 heat exchanger yang artinya alat penukar
panas ini memiliki 1 arah aliran pada shell, dan 2 arah aliran pada tube. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas shell and
tube dipasang sekat (buffle).
Pada STHE, kalibrasi laju alir air dingin dan air panas pada rotameter masing-
masing sebesar 3, 6 dan 9 L/min dan didapatkan laju alir air dingin sebenarnya adalah
5,52; 9,21 dan 10,98 L/min, sedangkan laju alir air panas sebenarnya adalah 4,23; 6,78
dan 9,15 L/min. Pada praktikum kali ini dilakukan 4 kali run dengan variasi laju alir air
dingin atau air panas berubah.
a. Pengaruh laju alir terhadap koefisien perpindahan panas (U)
Berdasarkan hasil perhitungaan, nilai koefisien perpindahan panas (U) pada
variasi laju alir panas tetap dan dingin berubah mengalami peningkatan. Sedangkan
pada variasi laju alir panas berubah dan dingin tetap cenderung mengalami fluktuatif.
Hal ini dikarenakan STHE seharusnya digunakan untuk fluida yang memiliki
perbedaan temperatur yang tinggi antara fluida panas dan fluida dingin.
Sedangkan pada koefisien perpindahan panas (U) berhubungan dengan laju alir fluida.Dimana
semakin besar laju alir fluida maka akan semakin besar pula koefisien perpindahan panasnya
(U). Hal ini dikarenakan besarnya aliran akan menambahkan beban panas terhadap Heat
exchanger.
Nilai koefisien perpindahan panas (U) terbesar pada tipe Shell and Tube yaitu 52864 W/m2.K
pada laju alir air pendingin sebesar 9,21 L/min. Sedangkan Nilai koefisien perpindahan panas
(U) terbesar pada tipe Double Pipe yaitu 433396,5 W/m2.K pada laju alir air pendingin sebesar
17,3L/min. Dari kedua nya Koefisien perpindahan panas tebesar yaitu pada Double Pipe. Hal ini
sesuai dengan teoritis perpindahan panas akan lebih optimal jika aliran yang digunakan adalah
aliran counter current
KESIMPULAN
1. Pada tipe shell and tube efisiensi perpindahan panas terbesar yaitu pada laju alir laju alir
air panas 9,15 L/min dan laju alir air dingin 5,52 L/min. Sedangkan pada tipe double pipe
efisiensi perpindahan panas terbesar yaitu pada laju alir panas 6,81 L/min dengan laju alir
dingin 9,09 L/min sebesar 99,492 %.
2. Nilai koefisien perpindahan panas (U) terbesar pada tipe shell and tube yaitu 67427,74
W/m2.K pada laju alir air dingin 9,12 L/min dan laju alir panas 6,78 L/min. Sedangkan
pada double pipe nilai koefisien perpindahan panas terbesar yaitu 433396,5 W/m2.K pada
laju alir air panas 6,81 L/min dan laju alir air dingin 17,34 L/min.
DAFTAR PUSTAKA
Bizzy, I. Setiadi, R. 2013. Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube Dengan
Programheat Transfer Research INC.( HTRI ). Palembang: Universitas Sriwijaya
Geankoplis, Christie J. 1978. Transport Procss and Unit Operations 3 rd ed. London: Prentice-
Hall International Inc
Incopera, Frank P and de Witt. 1990. Fundamentals of Heat Mass Transfer. Michigan
University-Wiley.
Mc Cabe. W L Smith. JC, Harriot P. Unit operation of Chemical Engineering 6 th ed. Mc Graw-
Hill. New York. 1985. Chapter 11, 12, 15
Veriyawan, Rifnaldi dkk.2014. Optimasi Desain Heat Exchanger Shell-And- Tube
Menggunakan Metode Particle Swarm Optimization. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh November
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Laju Laju Suhu fluida Suhu fluida Qpanas Qdingin Panas η (%)
alir air alir air panas (K) dingin (K) rata-
panas dingin (kJ/s) (kJ/s) rata
Thi Tho Tci Tco
(m3/s) (m3/s) (kJ/s)
0,0068 0,00315 335 325,25 293 300,5 5,3 1,4625 3,404 27,75
0,0068 0,00909 335,75 322,5 294,5 299 6,89 2,925 4,908 43,75
0,0068 0,0173 357 323 295 299 17,71 4,63 11,175 32,75
RUN 4, 5 DAN 6
METODE NTU
a. Perhitungan ∆ T 1 dan ∆T 2
b. Perhitungan ∆ Tlmtd
Laju Alir
Laju Alir Panas
Dingin dT1 - dT2 (C) ln (dT1/dT2) dTlmtd (C)
(m3/min)
(m3/min)
0,00434 0,0032 -2,5 -0,130053128 19,22291323
0,00434 0,0091 -3,5 -0,209720531 16,6888763
0,00434 0,0173 -1,5 -0,136575535 10,98293336
Laju Alir
Laju Alir Panas
Dingin Ch (kW/K) Cc (kW/K) C
(m3/min)
(m3/min)
0,00434 0,0032 0,301680263 0,22243706 0,737327189
0,00434 0,0091 0,301680263 0,63255539 0,476923077
0,00434 0,0173 0,301671699 1,202803698 0,250807093
d. Perhitungan kecepatan perpindahan panas max
Q max (kW) = Cc(Thi-Tci)
e. Perhitungan Q actual
Qac= Cc(Tco-Tci)=Ch(Thi-Tho)
Laju Laju
Cp c Cp h
ṁc ṁh Alir Alir dTlmtd Q panas Q dingin
(kJ/kg.K (kJ/kg.K η (%)
(kg/min) (kg/min) Dingin Panas (C) (kJ/min) (kJ/min)
) )
(m3/min) (m3/min)
4,184 4,184 3,189824 4,326 0,00434 0,0032 19,222 347,95 256,553 73,732
4,184 4,184 9,071062 4,321 0,00434 0,0091 16,68 302,082 633,398 209,677
17,24861
4,184 4,183 4,32 0,00434 0,0173 10,982 198,794 792,618 398,712
9
i. Perhitungan nilai U
Qrata rata
U=
TxA
Panjang Panjang
As (m2) Pipa Dalam Pipa Luar
(m) (m)
0,00091482
0,000333 0,00241182
8
0,00415933 0,00157767
0,000575
3 8
0,00286680 0,00108740
0,000396
3 8
METODE LMTD
a. Perhitungan △T1 dan△T2
b. Perhitungan △𝑇𝑙mtd
d. Perhitungan △Tm
Q = m.Cp. △T
Cp c
Cp h ṁc ṁh Q panas Q dingin
(kJ/kg.K dT dingin dT panas
(kJ/kg.K) (kg/min) (kg/min) (kJ/min) (kJ/min)
)
4,184 4,184 3,189824 4,3261988 2,25 0,25 4,497739123 30,02900314
4,184 4,184 9,071062 4,3261988 2 1,5 27,01503447 75,90664682
4,184 4,183 17,248619 4,3271102 0,75 0,75 13,53696646 54,12616642
f. Perhitungan efisiensi
Q dingin
η (%) =
Q panas
Q panas Q dingin
η (%)
(kJ/min) (kJ/min)
667,6466179
4,497739123 30,02900314
280,9792706
27,01503447 75,90664682
399,8397026
13,53696646 54,12616642
a. Mencari nilai U
Qrata rata
U=
TxA
Q rata2
A (m2) U
(kJ/min)
17,26337113 1.413 0,635571244
51,46084064 1.413 2,182265661
33,83156644 1.413 2,180025613
Run 7 8 9
Metode NTU
b. Perhitungan △𝑇𝑙mtd
△Tlmtd = [ln
Laju Alir Laju Alir Panas
△T1 - △T2 (◦C) ln (△T1/△T2) (△T1/△T2)] / △T1 -
Dingin (m3/min) (m3/min)
△T2
0.00315 0.02289 -1.25 -0.169899037 7.357310692
0.00909 0.02289 -0.75 -0.05942342 12.62128625
0.01734 0.02289 0.5 0.048790164 10.24796716
c. Menghitung kecepatan kapasitas panas (C)
Cc = ṁc (kg/min) x Cp c (kJ/kg.C)
Ch = ṁh (kg/min) x Cp h (kJ/kg.C)
Cc
C=
Ch
e. Mencari Q actual
Qac= Cc(Tco-Tci)=Ch(Thi-Tho)
Laju Alir Laju Alir
Th Tc Q aktual
Dingin Panas Tho Tco Cc (kW/K) Ch (kW/K)
i i (kW)
(m3/min) (m3/min)
0.00315 0.02289 29 21 28.75 22 219.00102 1589.431242 219
23.2
0.00909 0.02289 35 22 35.5 631.9046456 1587.835428 789.88
5
0.01734 0.02289 32 22 32 22.5 1205.548472 1588.761 602.774
Qactual
Effectiveness (Ɛ) =
Q max
Q= mx Cpx △TLmtd
Q dingin
η (%) =
Q panas
Laju Laju
Cp c Cp h ṁh Alir Alir
ṁc dTlmt Q panas Q dingin
(kJ/kg.C (kJ/kg.C (kg/min Dingin Panas η (%)
(kg/min) d (C) (kJ/min) (kJ/min)
) ) ) (m3/min (m3/min
) )
96675.51 13.77
4,184 4,183 3.140 22.79 0.00315 0.02289 7.3573 701636.36
2 9
1202431.5 478526.9 39.79
4,184 4,183 9.061 22.775 0.00909 0.02289 12.621
2 6 7
741265.2
4,184 4,183 17.28 22.788 0.01734 0.02289 10.248 976894.23 75.88
6
ln[1−Ɛ (1+c )]
NTU =
1+ c
(m3/min) (m3/min)
0.00315 0.02289 7.257 0.01722 0.253
0.00909 0.02289 2.512 0.03827 0.346
0.01734 0.02289 1.317 0.03794 0.345
i. Mencari nilai U
Qrata rata
U=
TxA
(m3/min) (m3/min)
0.00315 0.02289 280487.3 0.253 219.00102 0.000198
0.00909 0.02289 344281 0.346 631.9046456 0.000636
0.01734 0.02289 433396.5 0.345 1205.548472 0.000962
c. Perhitungan △𝑇𝑙mtd
△Tlmtd = [ln
Laju Alir Laju Alir Panas
△T1 - △T2 (◦C) ln (△T1/△T2) (△T1/△T2)] / △T1 -
Dingin (m3/min) (m3/min)
△T2
0.00315 0.02289 -1.25 -0.169899037 7.3573
0.00909 0.02289 -0.75 -0.05942342 12.621
0.01734 0.02289 0.5 0.048790164 10.248
e. Perhitungan △Tm
f. Perhitungan Q
Q = m.Cp. △T
Cp c
Cp h ṁc ṁh Q panas Q dingin
(kJ/kg.C dT dingin dT panas
(kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min) (kJ/min) (kJ/min)
)
4,184 4,183 3.14055 22.79844 1 0.25 1430488.118 788403.672
4,184 4,183 9.06173 22.77555 1.25 0.5 2858103.77 985395.8583
4,184 4,183 17.28798 22.7888262 0.5 0.5 2859769.8 394201.836
g. Mencari efesiensi
Q dingin
η (%) =
Q panas
Q panas Q dingin
η (%)
(kJ/min) (kJ/min)
23841.469 13140.0612 55.114
47635.063 47392.84842 99.492
95325.66 36166.45416 37.94
h. Mencari nilai U
Qrata rata
U=
TxA
Q rata2
A (m2) U
(kJ/min)
1778.66278
18490.76492 1.413 8
2664.25266
47513.95562 1.413 6
4540.35515
65746.05708 1.413 7
B. COUNTER CURRENT
Run 1 2 3 4
Metode NTU
Laju
Laju Alir △T2 =
Alir △T1 = Thi △T1 - △T2
Dingin Thi Tci Tho Tco Tho - Tci
Panas - Tco (◦C) (◦C)
(m3/min) (◦C)
3
(m /min)
0,00315 0,00681 44,75 23,75 37,75 25 19,75 14 5,75
0,00909 0,00681 56 23,5 43,5 26 30 20 10
0,01734 0,00681 57,5 23,25 42 25,25 32,25 18,75 13,5
b. Perhitungan △𝑇𝑙mtd
△Tlmtd = [ln
Laju Alir Laju Alir Panas
△T1 - △T2 (◦C) ln (△T1/△T2) (△T1/△T2)] / △T1 -
Dingin (m3/min) (m3/min)
△T2
0,00315 0,00681 5,75 0,344096 16,71045
0,00909 0,00681 10 0,405465 24,66303
0,01734 0,00681 13,5 0,542324 24,89286
Cc = ṁc (kg/min) x Cp c (kJ/kg.C)
Ch = ṁh (kg/min) x Cp h (kJ/kg.C)
Cc
C=
Ch
e. Mencari Q actual
Qac= Cc(Tco-Tci)=Ch(Thi-Tho)
Qactual
Effectiveness (Ɛ) =
Q max
Q= mx Cpx △TLmtd
Q dingin
η (%) =
Q panas
Laju Laju
Cp c Cp h ṁc ṁh Alir Alir dTlmtd Q panas Q dingin
η (%)
(kJ/kg.C) (kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min) Dingin Panas (C) (kJ/min) (kJ/min)
(Lps) (lps)
0,0031 0,0068
4,183
4,183 0,28802 0,112898 5 1 16,71045 473,4947 219,4456 46,34595
0,0090 0,0068
4,184
4,183 0,28802 0,110999 9 1 24,66303 687,2389 934,4929 135,9779
0,0173 0,0068
4,183
4,183 0,28802 0,112679 4 1 24,89286 703,9739 1799,436 255,6112
ln[1−Ɛ (1+c )]
NTU =
1+ c
(m3/min) (m3/min)
0,00315 0,00681 0,46346 0,05952381 0,09984
0,00909 0,00681 1,359779 0,076923077 0,24473
0,01734 0,00681 2,556112 0,058394161 0,29376
i. Mencari nilai U
Qrata rata
U=
TxA
(m3/min) (m3/min)
0,00315 0,00681 214,3865 0,09984 0,218871 0,0001
0,00909 0,00681 339,9556 0,24473 0,631507 0,00045
0,01734 0,00681 519,9325 0,29376 1,204788 0,00068
Panjang
Panjang Pipa
As (m2) Pipa Luar
Dalam (m)
(m)
0,0001 0,0000737737 0,00028
0,00045 0,000329052 0,00125
0,00068 0,000492692 0,00187
METODE LMTD
a. Perhitungan △T1 dan△T2
b. Perhitungan △𝑇𝑙mtd
△Tlmtd = [ln
Laju Alir Laju Alir Panas
△T1 - △T2 (◦C) ln (△T1/△T2) (△T1/△T2)] / △T1 -
Dingin (m3/min) (m3/min)
△T2
0,00315 0,00681 5,75 0,344096 16,71045
0,00909 0,00681 10 0,405465 24,66303
0,01734 0,00681 13,5 0,542324 24,89286
d. Perhitungan △Tm
Laju Alir Laju Alir △Tlmtd = [ln (△T1/△T2)] / FT dTm (∆Tm = △Tlmtd.
Dingin Panas
3 3
△T1 - △T2 FT (oC)
(m /min) (m /min)
0,00315 0,00681 16,71045 16,71045
1
0,00909 0,00681 24,66303 24,66303
1
0,01734 0,00681 24,89286 24,89286
1
e. Perhitungan Q
Q = m.Cp. △T
Cp c
Cp h ṁc ṁh Q panas Q dingin
(kJ/kg.C dT dingin dT panas
(kJ/kg.C) (kg/min) (kg/min) (kJ/min) (kJ/min)
)
4,183 4,183 0,28802 0,112898 1,25 7 2600,519 1451,36
4,183 4,184 0,28802 0,110999 2,5 12,5 6393,433 4283,521
4,183 4,183 0,28802 0,112679 2 15,5 6865,864 3459,124
f. Mencari efesiensi
Q dingin
η (%) =
Q panas
Q panas Q dingin
η (%)
(kJ/min) (kJ/min)
2600,519 1451,36 55,8104
6393,433 4283,521 66,99876
6865,864 3459,124 50,38148
g. Mencari nilai U
Qrata rata
U=
TxA
Q rata2
A (m2) U
(kJ/min)
b. Perhitungan ∆ Tlmtd
Laju Alir Laju Alir dT1 - dT2 (K) ln (dT1/dT2) dTlmtd (K)
Panas Dingin
(m3/min) (m3/min)
0,01302 0,00909 -6,75 -0,6581 10,2575
0,02289 0,00315 -13,25 -0,6410 20,6721
0,02289 0,00909 -10 -0,6061 16,4980
0,02289 0,01734 -8,25 -0,6642 12,4217
e. Perhitungan Q actual
Qac= Cc(Tco-Tci)=Ch(Thi-Tho)
309,7
0,02289 0,00909 318 296 5 297,75 3,63 x 10-8 9,18 x 10-8 6,35 x 10-8
0,02289 0,01734 313 296 305 296,25 6,92 x 10-8 9,16 x 10-8 1,73 x 10-8
1,74 x 10-6 4,1835 1,74 x 10-6 2,30 x 10-5 0,01734 0,02289 12,4217 0,00120 0,00090 75,58
i. Perhitungan nilai U
Qrata rata
U=
TxA
Laju Alir Laju Alir Q rata2 A (m2) dTlmtd (K) U
Dingin Panas (kJ/min)
(m3/min) (m3/min)
METODE NTU
b. Perhitungan △𝑇𝑙mtd
Laju Alir Laju Alir △T1 - △T2 (K) ln (△T1/△T2) △Tlmtd = (△T1 - △T2)/
Dingin Panas (m3/min) [ln (△T1/△T2)]
(m3/min)
0,00909 0,01302 -6,75 -0,6581 10,2575
0,00315 0,02289 -13,25 -0,6410 20,6721
0,00909 0,02289 -10 -0,6061 16,4980
0,01734 0,02289 -8,25 -0,6642 12,4217
d. Perhitungan △Tm
Laju Alir Laju Alir △Tlmtd = (△T1 - △T2) /[ln FT dTm (∆Tm =
Dingin Panas (△T1/△T2)] / △Tlmtd. FT (oC)
(m3/min) (m3/min)
0,00909 0,01302 10,2575 1 0,0975
0,00315 0,02289 20,6721 1 0,0484
0,00909 0,02289 16,4980 1 0,0606
0,01734 0,02289 12,4217 1 0,0805
e. Perhitungan Q
Q = m.Cp. △T
Cp c Cp h ṁc ṁh dT dingin dT Q panas Q dingin
(kJ/kg.K (kJ/kg.K (kg/min) (kg/min) panas (kJ/min) (kJ/min)
) )
4,1844 4,1805 9,0701 12,9399 0,25 6,5 5,8604 9,4881
4,1838 4,1761 3,1412 22,6436 3,5 9,75 15,3662 45,9970
4,1841 4,1780 9,0675 22,6884 1,75 8,25 13,0338 66,3939
4,1844 4,1797 17,3020 22,7300 0,25 8 12,6673 18,0994
f. Perhitungan efisiensi
Q dingin
η (%) =
Q panas
Q panas Q dingin η (%)
(kJ/min) (kJ/min)
Laju Alir Laju Alir Berat Laju Laju Alir Laju Alir
Berat Laju
Air Air Ember Alir air Air Air Panas
Wakt Alir air
Pemanas Pendingin kosong Panas + Pendingin Aktual
u (S) Pendingin +
(liter/menit (liter/menit (kg) ember (kg/s) Aktual (liter/menit)
ember (kg/s)
) ) (liter/menit)
3 3 20 0,60 1,84 1,41 5,52 4,23
6 6 20 0,60 3,07 2,26 9,21 6,78
9 9 20 0,60 3,66 3,05 10,0 9,15
4.1.3 Koefisien Pindah Panas (U) Pada Variasi Laju Alir Panas Dan Dingin
Laju Alir Panas Tetap, Laju Alir Air Dingin Berubah