Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG

Di Tujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:

Kriswanda

AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON

Jl. Buntet Pesantren Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon

Telp/Fax: (0231) 635747/636985

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas limpahan rahmat-
Nyapenyusunan dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 tentang Asuhan
keperawatan Flu Burung. Makalah ini merupakan keharusan untuk diselesaikan oleh mahasiswa
Akper Buntet Pesantren Cirebon

Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memantapkan pembelajaran
teori yang sudah dipelajari sebelumnya di kampus.Dalam proses pembuatan makalah ini tak
lupa saya mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah banyak memberikan
dorongan semangat dari awal hingga akhir penyusunan makalah ini dan segala hormat kami
ucapkan banyak terimakasih kepada ibu dan bapak Dosen di kampus sehingga kami dapat
menerapkan ilmu yang bapak dan ibu berikan kepada kami.

Ucapan terimakasih ini juga saya ucapkan kepada selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 Ibu Ns.Yanti Susanti M.Kep

Saya Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan segala
kekurangannya. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman dan
pembaca sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang makalah ini.

Cirebon, November 2020

Kriswanda

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4

A. PENGERTIAN..............................................................................................................4
B. ETIOLOGI.....................................................................................................................4
C. PATOFISIOLOGI.........................................................................................................5
D. KLASIFIKASI...............................................................................................................7
E. TANDA DAN GEJALA...............................................................................................7
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................................8
G. PENATALAKSANAAN...............................................................................................8
H. KOMPLIKASI...............................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................10

A. PENGKAJIAN...............................................................................................................10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................................14
C. RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL.............................................................15
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................................19

A. KESIMPULAN..............................................................................................................19
B. SARAN..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari


orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan
lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah
20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-
anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak
bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.   Dalam hal ini kedua
proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita
meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya
dengan pengaruh yang ditimbulkan.  
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan
rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk
Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di
air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan
air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun
terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan,
penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD

1
mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya
mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan
18.835 kasus.  Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di
DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar
202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per
100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus.
Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661
kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit
DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan
cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang
sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu
untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman
yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif
perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol
kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.


b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.

2
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
i) Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)

2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat,
2006)

3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)

4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi

Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti

4
berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak
mandi, tempayan vas bunga.

C. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus
masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam
pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau
terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan
factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan
plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup
mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-
paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi
pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja
hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena
hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut
menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali,

5
dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi
abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen
atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan
derajat I,II,III, dan IV.

DHF/DBD

viremia

Demam Sakit kepala mual Nyeri otot petekhie Pembesaran


kelenjargetah
bening

trombositopenia Pembesaran limfa Hepato megali hiperemia


(splenomegali)

Vaskulitis Reaksi
imunologis

Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)

Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %), Hipoproteinemia,
Hiponatremia dan Efusi
serosa.

hipovolume Peningkatan reabsorbsi air dan Na


syok oleh ginjal dan penurunan eksresi
Na urine serta peningkatan
osmolalitas
Hipoksia
jaringan
6
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
D.

E. Klasifikasi

Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan


lain.

3. Derajat III :

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

4. Derajat IV :

Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.

F. Manifestasiklinis

Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari


2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

7
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
G. Pemeriksaan diagnostik

(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura

H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)


1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan

Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam.
Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit.
Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan
dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan
dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus
menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.

8
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan
biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka
dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg
BB.

Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem
infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak
mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan
secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan

Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah.
Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan
oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu
diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl
0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian
natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam
waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar
hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi
kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-
15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk
menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang
berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan
dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah
dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata,
dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang diperlukan

9
yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit
atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

I. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut


( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati

Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan


kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)

Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok


hipovolemik.
3. Efusi Pleura

Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

A. Pengkajian
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma Medika
pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga hari yang lalu,
perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang air besar sudah dua kali,
konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien teraba panas , kulit kemerahan,
mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
dengan hasil suhu 37,8°C, nadi 146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan
30x/menit. Telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000,
Hb: 12,3 gr/dl, Ht : 41% volume.

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Gangguan peningkatan
volume cairan permeabilitas
a. Ibu klien mengatakan
kurang dari kapiler,muntah
anaknya minum kurang
kebutuhan tubuh dan demam.
lebih 150 cc/24 jam
b. Ibu klien mengatakan
anaknya BAK 5x/hari
c. Ibu klien mengatakan
anaknya BAB sudah 2 kali
dengan konsistensi encer
berwarna kuning kecoklatan
d. Ibu klien mengatakan perut
anaknya kembung
e. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah 6 kali per
hari dengan konsistensi

11
muntahan sesuai dengan
makanan
f. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas

DO :

g. Mukosa bibir klien kering


h. Turgor kulit klien sedang
i. Konjungtiva klien anemis
j. Mata klien tampak cekung
k. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg setelah
sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari

Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari

12
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Gangguan Anoreksia
pemenuhan
a. Ibu klien mengatakan
kubutuhan nutrisi
anaknya tidak nafsu makan
kurang dari
b. Ibu klien mengatakan
kebutuhan tubuh
anaknya rewel
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan ¼ porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :

a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Resiko proses penyakit
anaknya panas semenjak 3 peningkatan suhu (virus dalam
tubuh

13
hari yang lalu (hipertermia) darah/viremia).
b. Ibu klien mengatakan
anaknya panas naik turun
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel

DO :

a. Klien teraba panas


b. Kulit klien tampak
kemerahan
c. Suhu 37,8°C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler,muntah dan demam.

2. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
penyakit (virus dalam darah/viremia).

C. Intervensi Keperawatan

14
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi


Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak muntah –
muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam

Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien


b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak
elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun

Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut


c. Observasi dan catat intake dan output cairan

Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance


cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh

Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien


e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum albumin

Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah


f. Monitor dan catat berat badan

Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian cairan


yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal

Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh supaya


lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan

Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.

15
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungandengan anoreksia.
Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.

Tidak ada mual dan muntah.

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat
masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.

16
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.

Kolaborasi :

i. Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.


Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake
nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.

3. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit


(viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi

Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).

Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji saat timbulnya demam


Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau
lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

17
yang banyak.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan
penguapan dan penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi :

f. Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.


Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu
tubuhnya.

18
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni
dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan
atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan
lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan
kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi
syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :


1. Untuk perawat anak

Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap


sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan
di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang

19
mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan
suatu program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakitnya.

2. Untuk klien dan keluarga

Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam
berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan
air, mengubur barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan
sekitarnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dhf. Edisi 3, EGC : Jakarta

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anakdhf. Jakarta : salemba medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan dhf anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

21

Anda mungkin juga menyukai