Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

HIPERTENSI

1.    Definisi

  Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,
2003 ).
  Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
  Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau
bila pasien memakai obat antihipertensi.
  Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
  Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
  Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

2. Anatomi
a.       Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1)      Atas                 : pembuluh darah besar
2)      Bawah             : diafragma
3)      Setiap sisi        : paru
4)      Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b.     Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.
Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya
tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-
kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3
lapisan yaitu :
1)      Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari
jaringan endotel.
2)      Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan termasuk
otot polos
3)      Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur 
yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)

c.      Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat.
d.      Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
e.       Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan
kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
f.       Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson,
John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk
ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1.      Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg
2.      Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg
3.      Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1.      Diastolik
a.       < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b.      85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
c.       90 -104                        : Hipertensi ringan
d.      105 – 114                    : Hipertensi sedang
e.       >115                            : Hipertensi berat

2.      Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a.       < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b.      140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c.       > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,
jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a.         Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi
parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b.        Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a.       Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.
b.      Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c.       Stress Lingkungan.
d.      Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a.         Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi
Na, obesitas, merokok dan stress.
b.        Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
a.         Elastisitas dinding aorta menurun
b.        Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.         Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d.        Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1)      Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2)      Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3)      Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4)      Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5)      Kebiasaan hidup
6)      Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7)      Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8)      Kegemukan atau makan berlebihan
9)      Stress
10)  Merokok
11)  Minum alcohol
12)  Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

b.      Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


1)      Ginjal
2)      Glomerulonefritis
3)      Pielonefritis
4)      Nekrosis tubular akut
5)      Tumor
6)      Vascular
7)      Aterosklerosis
8)      Hiperplasia
9)      Trombosis
10)  Aneurisma
11)  Emboli kolestrol
12)  Vaskulitis
13)  Kelainan endokrin
14)  DM
15)  Hipertiroidisme
16)  Hipotiroidisme
17)  Saraf
18)  Stroke
19)  Ensepalitis
20)  SGB
21)  Obat – obatan
22)  Kontrasepsi oral
23)  Kortikosteroid

5. Faktor Resiko
  Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
  Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
  Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
  Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti merokok,
kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
  Factor emosional dan tingkat stress
  Gaya hidup yang monoton
  Sensitive terhadap angiotensin
  Kegemukan
  Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
7. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a.         Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b.         Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :


a.       Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b.      Sakit kepala
c.       Pusing / migraine
d.      Rasa berat ditengkuk
e.       Penyempitan pembuluh darah
f.       Sukar tidur
g.      Lemah dan lelah
h.      Nokturia
i.        Azotemia
j.        Sulit bernafas saat beraktivitas
8. Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1)      Pemeriksaan yang segera seperti :
  Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
  Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
  Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
  Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
  Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
  Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
  Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
  Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
  Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
  Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
  Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
  EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
  Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk
menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2)      Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
  IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter.
  CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
  IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
  Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
  (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
9. Komplikasi
Efek pada organ :
a.       Otak
  Pemekaran pembuluh darah
  Perdarahan
  Kematian sel otak : stroke
b.      Ginjal
  Malam banyak kencing
  Kerusakan sel ginjal
  Gagal ginjal
c. Jantung
  Membesar
  Sesak nafas (dyspnoe)
  Cepat lelah
  Gagal jantung

10. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1.         Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.         Diet
b.        Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
  Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
  Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c.         Penurunan berat badan
d.        Penurunan asupan etanol
e.         Menghentikan merokok
f.         Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
i.        Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1)   Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2)      Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

2.         Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,
atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a.         Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b.        Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1)        Dosis obat pertama dinaikkan
2)        Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3)        Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c.         Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1)        Obat ke-2 diganti
2)        Ditambah obat ke-3 jenis lain
d.        Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1)        Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2)        Re-evaluasi dan konsultasi
3)        Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai
berikut :
a.         Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b.        Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c.         Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d.        Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar
apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e.         Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur
tekanan darahnya di rumah
f.         Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
g.        Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
h.        Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
i.          Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j.          Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k.        Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l.          Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

11. Cara Pencegahan


1.         Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a.         Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b.        Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c.         Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d.        Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
2.         Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
a.         Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-
tindakan seperti pada pencegahan primer.
b.        Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
c.         Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d.        Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
  Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
  Batasi pemakaian garam.
  Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam
keluarga.
  Tidak merokok.
  Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
  Hindari minum kopi yang berlebihan.
  Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
  Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.

Bagi yang sudah sakit


  Berobat secara teratur.
  Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.
  Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada
obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan,
kunci utamanya adalah :
1.      Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
2.      Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
3.      Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
  
           12.  Diit Hipertensi
a.         Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1)        konsumsi lemak dibatasi
2)        konsumsi Cholesterol dibatasi
3)        konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4)        Makanan yang boleh dikonsumsi
b.         Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1)        Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2)        Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling
banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3)        Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4)        Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5)        Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge,
labu siam, oyong, wortel.
6)        Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
7)        Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.
8)        Minuman
Thea  encer, coklat encer, juice buah.

c.         Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi


1)        Makanan yang banyak mengandung garam
o    Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
o    Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.
o    Keju, margarine dan mentega.
2)        Makanan yang banyak mengandung kolesterol
       Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3)        Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o    Lemak hewan     :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
 Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4)        Makanan yang banyak menimbulkan gas
       Kool, sawi, lobak, dll.

d.      Bagaimana Mengatur Diit


1)        Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti
gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2)        Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali
makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3)        Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4)        Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5)        Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6)        Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,
permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7)        Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

e.         Obat Tradisional Untuk Hipertensi


Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional
untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada
masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang
tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:
1)       Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan
tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang
sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas
sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu
menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur
menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya
lebih banyak.
2)       Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras
deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.    
3)   Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari.
Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika
tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena
banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4)       Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah
belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih,
diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
5)       Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air
rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum
sore hari.
6)        Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7)       Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8)       Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
            13.     Pengkajian Keperawatan
a.         Aktivitas / istirahat
Gejala :
   Kelemahan
   Letih
   Napas pendek
   Gaya hidup monoton

Tanda :
   Frekuensi jantung meningkat
   Perubahan irama jantung
   Takipnea
b.         Sirkulasi
Gejala :     Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
   Kenaikan TD
   Nadi : denyutan jelas
   Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
   Bunyi jantung : murmur
   Distensi vena jugularis
   Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian kapiler mungkin lambat
c.         Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
   Letupan suasana hati
   Gelisah
   Penyempitan kontinue perhatian
   Tangisan yang meledak
   otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
   Peningkatan pola bicara
d.        Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat penyakit ginjal )
e.         Makanan / Cairan
Gejala :
   Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
   Mual
   Muntah
   Riwayat penggunaan diuretik
  Tanda :
   BB normal atau obesitas
   Edema
   Kongesti vena
   Peningkatan JVP
   glikosuria
f.          Neurosensori
  Gejala :
   Keluhan pusing / pening, sakit kepala
   Episode kebas
   Kelemahan pada satu sisi tubuh
   Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
   Episode epistaksis
Tanda :
   Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
   Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
   Perubahan retinal optik

g.         Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
   nyeri hilang timbul pada tungkai
   sakit kepala oksipital berat
   nyeri abdomen

h.         Pernapasan
Gejala :
   Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
   Takipnea
   Ortopnea
   Dispnea nocturnal proksimal
   Batuk dengan atau tanpa sputum
   Riwayat merokok
Tanda :
   Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
   Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
   Sianosis
i.           Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien

j.           Pembelajaran / Penyuluhan


Gejala       :
   Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
serebrovaskuler, ginjal
   Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
   Penggunaan obat / alkohol
  
      4.     Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a.         Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b.        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
c.         Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d.        Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
e.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ,
editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

1. A.    Pengkajian
2. a.      Identitas klien

Nama                                       : Ny. U

Umur                                       : 60 tahun

Jenis kelamin                           : perempuan

Agama                                     : islam

Pekerjaan                                 : ibu rumah tangga

Alamat                                                : Desa “P” kecamatan “C” – Tasikmalaya

No. medrek                             : 055347

Ruangan                                  : cempaka

Dx. Medis                               : hipertensi

Tanggal masuk                        : 08 April 2011 jam 12.00 WIB

Tanggal pengkajian                 : 08 April 2011 jam 14.00 WIB

1. b.      Identitas penanggung jawab

Nama                                       : Tn. E

Umur                                       : 40 tahun

Jenis kelamin                           : laki-laki

Agama                                     : Islam

Alamat                                                : desa pakemitan kidul kec. Ciawi Tasikmalaya

Hubungan dengan klien          : anak


 

1. c.       Keluhan utama

Pusing / sakit kepala

1. d.      Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa saat
kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian
sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin.
Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD
YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00
WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala
yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.

1. e.       Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia klien
55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur
tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya
170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.

1. f.       Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan di
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan
lain-lain.

1. g.      Aspek psikologis

keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.

1. h.      Aspek social

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama di
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,
1. i.        Aspek spiritual

Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.

1. B.     Pemeriksaan fisik


2. a.      Pemeriksaan umum

–          Keadaan umum     : lemah

–          Kesadaran             : compos mentis

Nilai GCS                         : 15

Respon membuka              : 4

Respon motorik                 : 6

Repon verbal                     : 5

–          TD                         : 180/100 mmHg

–          R                           : 25x/menit

–          N                           : 85x/menit

–          S                            : 36oC

1. b.      System pengindraan

1)      Sistem penglihatan

Inspeksi       : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan
cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.

Palpasi         : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

 
2)      System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3)      System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan
tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.

4)      System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5)      System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6)      System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal, jumlah
gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa bibir
kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.

7)      System pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor
pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8)      System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis,
tidak ada bunyi tambahan.

9)      System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra
pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

 
10)  System persarafan

N1 (olfaktorius)                 : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

N2 (optikus)                       : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan,

N3 (okulomotorius)            : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena
cahaya)

N4 (trakelis)                       : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.

N5 (trigeminus)                  : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup


secara simetris

N6 (abdusen)                     : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.

N7 (fasialis)                        : klien dapat menggerakan muka.

N8 (cochlealis)                   : pendengaran baik.

N9 (glosopharingeus)         : ada reflek menelan.

N10 (vagus)                        : kemampuan menelan baik.

N11 (accesorius)                 : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.

N12 (hipoglosus)                : pergerakan lidah normal.

11)  System musculoskeletal

Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.

 
1. C.    Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
No. Sebelum Masuk RS Di RS
Living)
1. Nutrisi 3x/hari Kalori

1. Makan Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, Diet rendah garam


tempe, dll) 1.500 kall/hari
–          Frekuensi
Tidak Ada
–          Jenis
6-7 gls/hari
–          Porsi/Jumlah
± 1.500 – 1.750 ml/hari
–          Makanan
pantangan

1. Minum

–          Frekuensi

–          Jumlah
2. Eliminasi 1-2 x/hari 1 x/hari

1. BAB Lembek Lembek


1
–          Frekuensi /2 -1 cc/kg berat badan/jam Tidak tentu

–          Konsistensi ± 900 – 1.000 ml/hari ± 900 – 1.000


ml/hari
1. BAK Jernih
Jernih
–          Frekuensi Tidak
Ya
–          Jumlah urine
output

–          Warna

–          Terpasang kateter


3. Istirahat Tidur 21.00 – 05.00 WIB 21.00 – 05.00 WIB

–          Waktu Tidur  : 12.00 – 13.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB


Malam
± 8 jam ± 8 jam
Siang ± 1 jam ± 2 jam

–          Lama Tidur    : Tidak Tidak


Malam

Siang

–          Masalah tidur


4. Personal Hygiene 2x sehari 2x sehari

1. Mandi Ya Ya

–          Frekuensi Sendiri Sendiri

–          Penggunaan 2x sehari Tidak


Sabun
Ya Tidak
–          Cara
Sendiri –
1. Oral Hygiene
2x Seminggu Belum cuci rambut
–          Frekuensi
Ya –
–          Penggunaan pasta
gigi Sendiri –

–          Cara melakukan Tidak tentu Tidak tentu

1. Pemeliharaan sendiri –
Rambut

–          Frekuensi

–          Penggunaan
shampoo

–          Cara melakukan

1. Pemeliharaan
Kuku

–          Frekuensi

–          Cara melakukan


5. Aktivitas Klien mengatakan mulai Klien melakukan
beraktivitas pada jam 05.30 – aktivitasnya
16.30 WIB sebagai Petani Sendiri

1. D.    Pemeriksaan penunjang


2. a.      Laboratorium 08-04-2011

Hb                   = 11,5 gr/dl                 (13,5 – 18 gr/dl)

L                      = 5.900/mm3                (4.500 – 10.000/mm3)

T                      = 155.000/mm3               (150.000 – 400.000/mm3)

Ht                    = 30 %                         (40 – 48 %)

GD puasa        = 105 mg/dl                 (75 – 105 mg/dl)

Kalium                        = 4,05                          (3,5 – 5,1 mmol/l)

Natrium           = 146                           (135 – 148 mmol/l)

1. b.      Terapi 08-04-2011

Clorotiazid                  2×1

Ctm                             3×1

Antasida doen             3×1

Pct                               3×1

B1                               3×1

 
1. E.     Analisa data

No. Data fokus Etiologi masalah


1. DS: Medulla Peningkatan TD

–          Keluarga klien Saraf simpatis


mengatakan klien
mempunyai riwayat Ganglia simpatis
hipertensi
Tekanan darah
DO:
Kontriksi
–          TD klien
meningkat Peningkatan tekanan darah
2. DS: Saraf  simpatis Sakit kepala

–          Keluarga klien Ach


mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat Saraf pasca ganglion
hebat
Aorepinefrine
DO:
Konriksi
–          Klien meringis
sampai menangis Sakit kepala
menahan sakit kepala
yang dirasakan

–          TD: 170/100


mmHg

–          ADL klien sedikit


terhambat

 
3. DS: Peningkatan tekanan vaskular Gangguan pola
serebral istirahat
–          Keluarga klien
mengatakan klien tidak Saraf  simpatis
tidur semalaman dan
terus merasakan sakit Tidak mampu mengatasi nyeri
kepala nya.
Gangguan pola istirahat
insomnia
DO:

–          TD: 170/100


mmHg

–          Mata klien


tampak cekung
4. DS: Tidak ada makanan masuk ke Nyeri
lambung abdomenalis
–          Keluarga klien
mengatakan klien merasa Tidak ada proses pencernaan
sakit perut karena klien
tidak makan apapun dan Peningakatan asam lambung
hanya minum saja sejak
sakit kepala dirasakan. Peningkatan peristaltik usus

DO: Nyeri abdomenalis

–          Peristaltik usus


12x/menit

–          Terpasang infus

F.     Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. G.    Perencanaan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Peningakatan Setelah 1. Pantau TD klien  
TD dilakukan
berhubunagn tindakan    
dengan keperawatan
penurunan selama 1×24    
curah jantung jam TD
klien dapat
kembali
DS: normal    

–              1. Adanya pucat,


Keluarga klien dingin, kulit
mengatakan Tupan:   lembab, dan
klien masa pengisian
mempunyai Berpartisipa   kapiler lambat
riwayat si dalam mungkin
hipertensi aktivitas   berkaitan
yang dengan
DO: menurunkan   vasokontriksi
TD/beban atau
TD klien kerja   mencerminkan
meningkat jantung deskompensasi
  / penurunan
  CO.
 
Tupen:  
1. Amati warna kulit, kelembaban
–          , suhu, dan masa pengisian.  
Keluarga
klien    
mengatakan
sakit kepala    
yang
dirasakna    
klien
berkurang    

   

   

   

  1. Membantu
untuk
  menurunkan
rangsangan
  simpatis;
meningkatkan
  relaksasi.

   
   

   

1. Berikan lingkungan tenang,  


nyaman, kurangi aktivitas/
keributan lingkungan. Batasi  
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.  

   

1. Pertahankan pembatasan 1. Menurunkan


aktivitas, spt. Istirahat di stresss dan
tempat tidur/kursi; jadwal ketegangan
periode istirahat tanpa yang
gangguan; bantu klien mempengaruhi
melakukan aktivitas perawatan tekanan darah
diri sesuai  kebutuhan. dan perjalanan
penyakit
  hipertensi

1. Lakukan tindakan- tindakan  


yang nyaman seperti pijatan
punggung dan leher,  
meninggikan kepla tempat tidur
 
 
 
 
 
1. Kolaborasi dalam pemberian
tiazid, mis. Klorotiazid (diuril);  
hidroklorotiazi(esidrix/hidroDI
URIL)  
2. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang  
lebih lengkap tentang
keterlibatan/ bidang masalah  
vascular
1. Mengurangi
ketidaknyaman
an dan dapat
menurunkan
rangsangan
simpatis.

1. Tiazid mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunkan
TD pada pasien
dengan fungsi
ginjal relative
normal.

2. Nyeri/ sakit Setelah 1. Mempertahankan tirah baring  


kepala dilakukan selama fase akut
berhubungan tindakan  
dengan keperawatan  
peningkatan selama 1×24 1. Tindakan yang
vascular jam dengan 1. Berikan tindakan menurunkan
serebral criteria: nonfarmakologis untuk tekanan
menghilangkan sakit kepala, vascular
DS:   mis. Kompres dingin pada dahi serebral dan
pijat punggung bdan leher, yang
–          Tupan: redupkan lampu kamar, teknik memperlambat/
Keluarga klien relaksasi, dan aktivitas di memblok
mengatakan Klen dapat waktu senggang respon simpatis
klien merasa kembali efektif dalam
sakit kepala beraktifitas   menghilangkan
yang sangat dengan  sakit kepala
hebat normal 1. Kolaborasi dalam pemberian dan
analgesic komplikasinya.
2. Meminimalkan
DO:   stimulasi/meningakatkan  
relaksasi
–          Klien Tupen:  
meringis
sampai –           
menangis Keluarga
menahan sakit klien  
kepala yang mengatakan
dirasakan sakit kepala  
yang
–          TD: dirasakan  
170/100 mmHg klien
berkurang.  
–          ADL
klien sedikit 1. Menurunkan/
terhambat mengontrol
nyeri dan
  menurunkan
rangsang
system saraf
simpatis

3. Insomnia Setelah 1. Batasi jumlah pengunjung dan  


berhubungan dilakukan lamanya tinggal
dengan tindakan  
ketidakmampua keperawatan  
n mengatasi selam 1×24  
nyeri jam, dengan 1. Kolaborasi dalam pemberian
criteria: antihistamin 1. Vasodilatasi
DS: pada system
    saraf simpatis
–         
Keluarga klien Tupan: 1. Membacakan aya suci al-quran  
mengatakan sebelum waktu tidur
klien tidak tidur Tidak 2. Agar klien dapat istirahat  
semalaman dan mengalami
terus merasakan lagi 1. Memberikan
sakit kepala gangguan ketenangan
nya. pola aktifitas batin pada
klien dan
DO:   memperkuat
keimanan klien
–          TD: Tupen: sebagai umat
170/100 mmHg islam.
–         
Mata klien Keluarga
tampak cekung klien
mengatakan
klien tidak
terbangun
lagi pada
malam hari.
4. Nyeri Setelah klien 1. Kolaborasi dalam Pemberian  
abdomenalis diberikan antasida dan antimual
berhubungan tindakan 1. Merangsang
dengan tidak keperawatan   peristaltic usus
terpenuhinya selama 1×24 sehingga
kebutuhan jam, dengan 1. Memberikan ko,pres hangat di gerakan
nutrisi. criteria: nagian perut klien peristaltiknya
kembali normal
DS:    
 
–          Tupan:  
Keluarga klien 1. Memenuhi
mengatakan Nutrisi 1. Berikan makanan sesuai kebutuhan
klien merasa terpenuhu dengan diet yang disarankan nutrisi klien
sakit perut sehingga 2. Menirmalkan kadar asam
karena klien metabolism lambung sehingga dapat
tidak makan tubuh mengurangi kembung dan mual
apapun dan kembali
hanya minum normal
saja sejak sakit
kepala  
dirasakan.
Tupen:
DO:
–         
–          Keluarga
Peristaltik usus klien
12x/menit mengatakan
klien sudah
Terpasang mau makan
infuse kembali
sesuai diet
yang
disarankan

1. H.    Implementasi
No. Hari/tgl/jam Dx Implementasi Paraf
1. Senin, I T = mengakaji TTV,  

08-04-2011 TD:170/100 mmHg

07.30 WIB R = klien kooperatif


T = mengamati warna kulit (sedikit  
pucat),           kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36oC)

R = klien kooperatif
08.00 WIB III T = memberikan kompres hangat di perut  
klien

R = klien mau dikompres


T = memberikan antasida dan antimual ½  
jam sebelum makan

R = klien mau minum obat


08.30 WIB   T = menyajikan dan memberikan makana  
rendah garam

R = klien mau makan


08.45 WIB I T = memberikan obat oral klorotiazid 2×1  

R = klien mau minum obat


II T = memberikan obat oral pct 3×1  

R = klien mau minum obat


IV T = memberikan obat oral Ctm 3×1  

R = klien mau minum obat


11.30 WIB I T = meninggikan kepala tempat tidur dan  
menganjurkan klien untuk ROM
 
R = klien kooperatif dan mau melakukan
apa yang disuruh  

 
I T = melakukan pijitan di punggung dan  
leher klien

R = klien mau dipijit dan merasa nyaman


sampai tertidur
12.00 WIB III T = menyajikan dan membari makanan  
rendah garam dan menyajikan obat sesuai
resep

R = klien kooperatif
13.00 WIB I T = mengaji TTV klien  

TD: 150/95 mmHg

R = klien kooperatif
16.00 WIB I T =  menyarankan pada klien untuk  
membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal

R = klien kooperatif
18.30 WIB I T = mengkaji TTV klien  

TD: 140/90 mmHg

R = klien kooperatif
  20.00 WIB IV T = menganjurkan keluarga untuk  
membacakan ayat suci al-qur’an kepada
klien

R = keluarga kooperatif
2. Selasa, I T = mengkaji TTV klien  

09-04-2011 TD: 140/80 mmHg

07.30 WIB R = klien kooperatif


III T = menyaajikan dan memberikan  
makanan rendah garam dan menyiapkan
obat sesuai resep

R = klien kooperatif
10.00 WIB I T = memberikan penyuluhan kepada klien  
dan keluarga sebelum pulang

R + klien dan keluarga kooperatif

I.       Evaluasi
No. Hari/tgl/jam Dx Catatan perkembangan Paraf
1. Selasa, I S : keluarga klien mengatakan  TD klien  
sudah normal
09-04-2011 O : TD: 140/90 mmHg
A : masalah teratasi
10.30 WIB P:–
I:–
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
II S : keluarga klien mengatakan klien tidak  
mengeluj sakit kepala lagi

O : TD: 140/90 mmHg

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


III S : keluarga klien mengatakan kliem tidak  
lagi susah tidur

O : TD: 140/90 mmHg

Mata klien tidak cekumg.

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


IV S :keluarga klien mengatakan klien tidak
mengeluh sakit perut lagi

O : perut tidak kembung

Peristaltic usus 8x/menit]

A : masalah teratasi

P:–
I:–

E : terapi cukup berhasil dan K lien pulang.

Anda mungkin juga menyukai