Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG KECUKUPAN OKSIGEN

DISUSUN OLEH

“KELOMPOK 5”

 LAILA NUR HASANAH


 LIDYA AYU SAFITRI
 MUHAMMAD RIFKI ARIFANDI
 MUHAMMAD YOPI ANDIKA
 MONICA WISMARDHIANI
 MUTIA AMBAR WULAN
 TIA ANGGRAINI
 VIANA MERTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MITRA LAMPUNG – BANDAR LAMPUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini, yang
alhamdulillah selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Kecukupan Oksigen”

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
penulisan karya ilmiah yang baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih tidak jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................
1.3 Manfaat dan tujuan ....................................................................................................
1.4 Metode ......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASANi................................................................................................
2.1 Hipoksia......................................................................................................................
2.2Hipokapnia...................................................................................................................
2.3 Hiperkapnia.................................................................................................................
2.4 Hipoventilasi...............................................................................................................
2.5 Hiperventilasi..............................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang


Tujuan akhir pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi oksigen,
karbondioksida dan ion hidrogen dalam cairan tubuh. Kelebihan karbondioksida atau ion
hidrogen mempengaruhi pernapasan terutama efek perangsangan pusat pernapasannya
sendiri, yang menyebabkan peningkatan sinyal inspirasi dan ekspirasi yang kuat ke otot-otot
pernapasan. Akibat peningkatan ventilasi pelepasan karbondioksida dari darah meningkat, ini
juga mengeluarkan ion hidrogen dari darah karena pengurangan karbondioksida juga
mengurangi asam karbonat darah.
PO2 darah yang rendah pada keadaan normal tidak akan meningkatkan ventilasi alveolus
secara bermakna sampai tekanan oksigen alveolus turun hampir separuh dari normal. Sebab
dari berkurangnya efek perubahan tekanan oksigen pada pengaturan pernapasan berlawanan
dengan yang disebabkan oleh mekanisme yang mengatur karbondioksida dan ion hidrogen.
Peningkatan ventilasi yang benar-benar terjadi bila PO2 turun mengeluarkan karbondioksida
dari darah dan oleh karena itu mengurangi tekanan PCO2, pada waktu yang sama konsentrasi
ion hidrogen juga menurun. Berbagai keadaan yang menurunkan transpor oksigen dari paru
ke jaringan termasuk anemia, dimana jumlah total hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen berkurang, keracunan karbondioksida, sehingga sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak mampu mengangkut oksigen, dan penurunan aliran darah ke
jaringan dapat di sebabkan oleh penurunan curah jantung atau iskemi lokal jaringan.
Perubahan tegangan oksigen dan karbondioksida serta perubahan konsentrasi intraeritrosit
dari komponen fosfat organik, terutama asam 2,3 bifosfat (2,3-BPG) menyebabkan
pergeseran kurva disosiasi oksigen. Bila hasil hipoksia sebagai akibat gagal pernapasan,
PaCO2 biasanya meningakat, dan kurva disosiasi oksigen bergeser ke kanan. Dalam kondisi
ini, persentase saturasi hemoglobin dalam darah arteri pada kadar penurunan tegangan
okmsigen alveolar (PaO2) yang diberikan. Akibat dari hipoksia, terjadinya perubahan pada
sistem syaraf pusat. Hipoksia akaut akan menyebabkan gangguan judgement, inkoordinasi
motorik dan gambaran klinis yang mempunyai gambaran pada alkoholisme akut. Kalau
keadaan hipoksia berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan
daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja. Begitu hipoksia
bertambah parah pusat batang otak akan terkena, dan kematian biasanya disebabkan oleh
gagal pernapasan. Bila penurunan PaO2 disertai hiperventilasi dan penurunan PaCO2,
resistensi serebro-vasculer meningkat, aliran darah serebral meningkat dan hipoksia
bertambah.

1.2     Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan hipoksia?
b. Apa yang dimaksud dengan hipokapnia?
c. Apa yang dimaksud dengan hiperkapnia?
d. Apa yang dimaksud dengan hipoventilasi?
e. Ap yang dimaksud dengan hiperventilasi?

1.3       Manfaat dan Tujuan


Pembuaatan paper ini brtujuan agar mahasiswa memahami tentang hipoksia, hipokapnia,
hiperkapnia, hipoventilasi dan hiperventilasi. Sehingga nantinya dapat memberikan
penjelasan kepada yang belum mengetahuinya dan bisa mengatasi bila terjadi gangguan
tersebut.

1.4       Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kepustakaan. Sumber data
yang digunakan bersumber dari buku dan media kepustakaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     HIPOKSIA
Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat
fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memedai. Hipoksia yaitu kondisi simtoma
kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian.
Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila
sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal
kembali. Hipoksia mengacu pada insufisiensi O2  di tingkat sel.

    Etiologi
Hipoksia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan akibatnya sel-
sel tidak cukup memperoleh oksigen sehingga metabolisme sel akan terganggu. Hipoksia
dapat disebabkan karena:
(1)ksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena kekurangan
oksigen dalam atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot),
(2) penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau compliance
paru menurun. Rasio ventilasi –perfusi tidak sama (termasuk peningkatan ruang rugi
fisiologik dan shunt fisiologik). Berkurangnya membran difusi respirasi,
(3)  shunt vena ke arteri (shunt dari “kanan ke kiri’ pada jaringan),
(4) transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memedai (inadekuat). Hal ini terjadi pada
anemia, penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral, pembuluh
darah jantung), edem jaringan,
(5) pemakaian oksigen yang tidak memedai pada jaringan, misal pada keracunan enzim sel,
kekurangan enzim sel karena defisiensi vitamin B.
Gagal pernapasan dapat akut dapat didefinisikan sebagai kurangnya PO2 dari 50
mmHg dengan atau tanpa PCO2 lebih dari 50 mmHg. Hipoksia dapat disebabkan oleh gagal
kardiovaskuler misalnya syok, hemoglobin abnormal, penyakit jantung, hipoventilasi
alveolar, lesi pirau, masalah difusi, abnormalitas ventilasi-perfusi, pengaruh kimia misal
karbonmonoksida, ketinggian, faktor jaringan lokal misal peningkatan kebutuhan
metabolisme, dimana hipoksia dapat menimbulkan efek-efek pada metabolisme jaringan yang
selanjutnya menyebabkan asidosis jaringan dan mengakibatkan efek-efek pada tanda vital
dan efek pada tingkat kesadaran. Gagal napas selalu disertai hipoksia. Beberapa kasus umum
gagal pernapasan adalah:
(1) syaraf pusat, segala sesuatu yang menimbulkan depresi pada pusat napas akan
menimbulkan gangguan napas misalnya obat-obatan(anestesia, narkotik, tranquiliser),trauma
kepala, radang otak, strok, neoplasma.
(2) syaraf tepi:
a. Jalan napas, sumbatan jalan napas akan menganggu ventilasi dan oksigenasi, tetapi setelah
sumbatan jalan napas bebas masih tetap ada gangguan ventilasi maka harus di cari penyebab
yang lain.
b. Paru, kelainan di paru seperti radang, aspirasi, atelektasis, edem, contusio, dapat
menyebabkan gangguan napas.
c. Rongga pleura, normalnya rongga pleura kosong dan bertekanan negatif, tetapi biula
sesuatu yang menyebabkan tekanan menjadi positif seperti udara (pneumothorak), cairan
(fluidothorak), darah (hemothorak) maka paru dapat terdesak dan timbul gangguan napas.
d. Dinding dada, patah tulang iga yang multipel apalagi segmental akan menyebabkan nyeri
waktu inspirasi dan terjadinya flail chest sehingga terjadi hipoventilasi sampai atelektasis
paru, scleroderma, kyphoscoliosis.
e. Otot napas, otot inspirasi utama adalah diafragma dan interkostal eksternus. Bila ada
kelumpuhan otot-otot tersebut misal karena sisa obat pelumpuh otot, myastenia gravis, akan
menyebabkan gangguan napas. Tekanan intra abdominal yang tinggi akan menghambat gerak
diafragma.
f. Syaraf, kelumpuhan atau menurunnya fungsi syaraf yang mengnervasi otot interkostal dan
diafragma akan menurunkan kemampuan inspirasi sehingga terjadi hipoventilasi. Misalnya:
Blok subarachnoid yang terlalu tinggi, cedera tulang leher, Guillain Barre Syndrome,
Poliomyelitis.
(3) Percabangan neuromuscular misalnaya otot yang relaksasi, keracunan organophospat.
(4) Post operasi misal bedah thorak, bedah abdomen.
Dalam anestesi, gagal pernapasan/sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh tindakan
operasi itu sendiri misalnya karena obat pelumpuh otot, karena muntahan,/lendir, suatu
penyakit,(koma, stroke, radang otak), trauma/kecelakaan (trauma maksilofasial, trauma
kepala, keracunan).
    Macam Hipoksia
Hipoksia di bagi dalam 4 tipe :
(1) Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik),
Dimana ditandai oleh rendahnya PO2 darah arteri disertai dengan kurangnya saturasi Hb. Hal
ini disebabkan oleh :
a). Malfungsi pernafasan yang melibatkan gangguan pertukaran gas,        ditandai oleh PO2
alveolus normal, tetapi PO2 arteri berkurang, atau
b). Berada diketinggian atau dilingkungan tersekap dengan PO2  atmosfer yang berkurang,
sehingga PO2  alveolus dan arteri juga berkurang
(2) Hipoksia anemik,
Dimana PO2 darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut
oksigen berkurang, dan mengacu pada penurunan kapasitas darah mengangkut O2. Hal ini
dapat ditimbulkan oleh :
a). Penurunan sel darah merah dalam sirkulasi,
b). Jumlah Hb yang tidak adekuat di dalam sel darah merah, atau
c). Keracunan CO.
Pada semua kasus hipoksia anemik, PO2  arteri normal, tetapi kandungan O2 darah arteri lebih
rendah dari normal karena berkurangnya Hb yang tersedia.
(3) Hipoksia  sirkulasi
Muncul jika darah beroksigen yang sampai ke jaringan sangat sedikit (kurang). Hipoksia
sirkulasi dapat terbatas pada daerah tertentu akibat spasme atau sumbatan vaskuler lokal. Di
pihak lain, tubuh secara keseluruhan dapat mengalami hipoksia sirkulasi akibat gagal jantung
kongestif atau syok sirkulasi. PO2  dan kandungan O2  arteri biasanya normal, tetapi darah
beroksigen yang mencapai sel terlalu sedikit.
(4) Hipoksia histotoksik
Dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan adalah adekuat tetapi oleh karene
kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak dapat memakai oksigen yang disediakan.
Penyaluran O2 ke jaringan normal, tetapi sel-sel tidak mampu menggunakan O2  yang tersedia
untuk mereka.
Contoh klasik adalah keracunan sianida. Sianida menghambat enzim-enzim sel yang
penting untuk respirasi internal.
    Gejala hipoksia

Gejala-gejala hipoksia umum tergantung pada tingkat keparahan dan percepatan onset.
Dalam kasus penyakit ketinggian, dimana hipoksia mengembangkan secara bertahap, gejala-
gejala termasuk sakit kepala, kelelahan, sesak napas, perasaan euforia dan mual.
Pada hipoksia berat, atau hipoksia onset yang sangat cepat, perubahan tingkat kesadaran,
kejang, koma, priapisme, dan kematian terjadi. Parah hipoksia menginduksi perubahan warna
biru pada kulit, yang disebut sianosis.
Karena hemoglobin merah gelap bila tidak terikat untuk oksigen (deoxyhemoglobin),
yang bertentangan dengan warna merah kaya yang telah ketika terikat oksigen
(oksihemoglobin), jika dilihat melalui kulit ini memiliki kecenderungan meningkat untuk
memantulkan cahaya biru kembali ke mata. Dalam kasus di mana oksigen dipindahkan oleh
molekul lain, seperti karbon monoksida, kulit mungkin muncul 'ceri merah' bukan cyanotic.

    Isyarat Hypoxia


Keluhan yang ditimbulkan hypoxia pada setiap orang tidak sama. Tapi ada isyarat yang
bisa dibaca sebagai pertanda gejala tubuh mulai kekurangan O2 :
 Sulit konsentrasi
 Mudah lelah, letih dan tidak bersemangat
 Daya tahan tubuh rendah
 Sering terserang nyeri dan pegal linu
 Rambut rontok
 Kegemukan
 Merasa kembung setelah makan
 Infeksi jamur
 Sinusitis
 Diare atau sembelit
 Tekanan darah tidak stabil
    Pengobatan hipoksia
Untuk mengatasi pengaruh dari penyakit ketinggian tinggi, tubuh harus kembali pO2
arteri menuju normal. Aklimatisasi, cara-cara yang menyesuaikan tubuh untuk ketinggian
yang lebih tinggi, hanya sebagian pO2 mengembalikan ke tingkat standar. Hiperventilasi,
respon tubuh yang paling umum untuk kondisi ketinggian tinggi, meningkatkan alveolar pO2
dengan meningkatkan kedalaman dan tingkat pernapasan. Namun, sementara pO2 tidak
membaik dengan hiperventilasi, tidak kembali normal. Studi penambang dan astronom yang
bekerja di 3000 meter dan di atas menunjukkan peningkatan alveolar pO2 dengan
aklimatisasi penuh, namun tingkat pO2 tetap sama dengan atau bahkan di bawah ambang
batas untuk terapi oksigen terus-menerus untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Selain itu, ada komplikasi terlibat dengan aklimatisasi. Polycythemia, di mana tubuh
akan meningkatkan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, mengental darah, meningkatkan
bahaya bahwa jantung tidak dapat memompa itu.
Dalam kondisi ketinggian tinggi, pengayaan oksigen hanya dapat menangkal efek
hipoksia. Dengan meningkatkan konsentrasi oksigen di udara, efek dari tekanan udara rendah
yang balas dan tingkat pO2 arteri dipulihkan terhadap kapasitas normal. Sejumlah kecil
oksigen mengurangi ketinggian setara di kamar iklim yang dikontrol. Pada 4000 m,
menaikkan tingkat oksigen konsentrasi dengan 5 persen melalui konsentrator oksigen dan
sistem ventilasi yang ada memberikan setara ketinggian 3000 m, yang jauh lebih lumayan
untuk meningkatnya jumlah rendah pendarat yang bekerja di dataran tinggi. Dalam sebuah
penelitian para astronom yang bekerja di Chili pada 5050 m, oksigen konsentrator
meningkatkan tingkat konsentrasi oksigen oleh hampir 30 persen (yaitu, dari 21 persen
menjadi 27 persen). Hal ini mengakibatkan produktivitas pekerja meningkat, kelelahan
kurang, dan tidur ditingkatkan.
Konsentrator Oksigen secara unik cocok untuk tujuan ini. Mereka membutuhkan sedikit
perawatan dan listrik, menyediakan sumber oksigen yang konstan, dan menghilangkan
mahal, dan sering berbahaya, tugas mengangkut tabung oksigen ke daerah-daerah terpencil.
Kantor dan perumahan sudah memiliki kamar iklim-dikendalikan, di mana suhu dan
kelembaban disimpan pada tingkat yang konstan. Oksigen dapat ditambahkan ke sistem ini
dengan mudah dan relatif murah.
2.2     HIPOKAPNIA
CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. PCO2  arteri di bawah normal, ditimbulkan oleh
hiperventilasi. Pada hipokapnia menyebabkan jumlah H+  yang dihasilkan melalui
pembentukan asam karbonat berkurang. Keadaan alkalotik (kurang asam dibandingkan
normal ) yang terjadi disebut alkalosis respiratorik

2.3     HIPERKAPNIA
Hiperkapnia yaitu kelebihan CO2 dalam darah arteri. Hal ini disebabkan oleh
hipoventilasi
Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan hiperkapnia adalah:
Drive respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump, beban kerja yang sedemikian
besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan penyakit intrinsik paru dengan
ketidakseimbangan V/Q yang berat. Keadaan hiperkapnia hampir selalu  merupakan indikasi
adanya insufisiensi atau gagal nafas.
PaCO2 = k X VCO2 / VA
Meningkatnya VCO2 dapat disebabkan oleh febris, kejang, agitasi atau faktor lainnya.
Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan meningkatnya VA secara cepat. Hiperkapnia
terjadi hanya apabila VA meningkatnya sedikit.
Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH otak yang akut
meningkatkandrive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas bufer di otak meningkat,
dan akhirnya terjadi penumpulan terhadap rangsangan turunnya pH di otak dengan
akibatnyadrive tersebut akan menurun. Efek hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi
daripada yang kronis, yaitu berupa gangguan sensorium dan gangguan personalia yang
ringan, nyeri kepala, sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Asidemia yang terjadi bila hebat
(pH< 7,3) menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru, dilatasi vaskuler sistemik,
kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia, hipotensi dan kepekaan jantung meningkat
sehingga dapat terjadi aritmia yang mengancam nyawa.
2.4 HIPOVENTILASI
Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan kebutuhan metabolik,
sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis respiratorik. Hipoventilasi merupakan
penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis
respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA,
pertama dapat disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation (VE) yang
sering disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena meningkatnya dead space
(VD). Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.

Dead space (VD). Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi
perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan
gas yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead
space yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia.

Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia).
Hiperkapnia menyebabkan peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan
peningkatan pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis
respiratorik.
Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila pertukaran gas
intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan menurunnya PAO2.

Penyebab Gagal Nafas.


Gagal nafas (yang menyebabkan hipoksemia dan atau hiperkapnia), dapat juga
disebabkan karena obstruksi saluran nafas, disfungsi parenkim paru dan ventilatory pump
failure. Supaya pernafasan menjadi efektif, perlu tekanan intrapleura yang negatif, dan
keadaan ini dihasilkan oleh kerja otot nafas dengan iga. Kegagalan ventilatory pump dapat
disebabkan oleh disfungsi pusat nafas, disfungsi otot nafas atau kelainan struktur dinding
dada. Anatomi saluran nafas dan parenkim parunya mungkin normal. Kifosis dan flail chest
adalah contoh kelainan perubahan struktur dinding dada yang menyebabkan kontraksi otot
nafas dan pembuatan tekanan pleura menjadi inefisien.
Hipoventilasi juga dapat terjadi apabila otot inspirasi diafragma dan iga dinding toraks
berkontraksi secara asinkron (pada paralisis diafragma, kuadriplegia, stroke akut). Sebagai
penyebab utama disfungsi pump pernafasan adalah kekuatan otot yang menurun. Ketahanan
serabut otot ditentukan oleh keseimbangan antara suplai nutrisi dengan kebutuhannya. Otot
pernafasan yang kekurangan nutrisi bekerjanya menjadi inefisien dan lelah.
Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai
akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.

2.5  HIPERVENTILASI
Hiperventilasi (hyperventilation) adalah keadaan napas yang berlebihan akibat kecemasan
yang mungkin disertai dengan histeria atu serangan panik dan peningkatan ventilasi paru
melebihi kebutuhan metabolik, menyebabkan penurunan PCO2 dan alkalosis respiratorik.
Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih besar dari CO2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga akan terjadi penurunan kadar CO2 dalam darah.
Hiperventilasi dapat dipicu oleh keadaan cemas, demam dan keracunan aspirin.
Hiperventilasi menyebabkan hipokapnia (PCO2 arteri di bawah normal karena PCO2
dipengaruhi oleh jumlah CO2 yang larut dalam darah). Pada hipokapnia jumlah H+ yang
dihasilkan melalu pembentukan asam karbonat berkurang. Keadaan ini sering disebut dengan
alkalosis respiratorik.
CO2 + H20 ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
     Penyebab dan mekanisme
Biasanya disebabkan oleh tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut yang
berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah.

Napas yang berlebihan menyebabkan perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level
pH menjadi alkalis . Jika cemas berkurang dan napas kembali normal, maka hiperventilasi
akan mereda.

     Cara mengenali


Tanda pasti

   Terlihat bernapas cepat dengan tarikan napas yang dalam

Mungkin ada

   Kecemasan

   Sakit kepala

   Prilaku mencari perhatian (misal berteriak-teriak)


   Kram pada tangan dan kaki

   Tangan terasa kaku, kesemutan, bergetar

   Jari-jari tangan menguncup dan lentik, biasanya tidak bisa digerakkan.

     Penanganan
Tujuan penanganan

   Mengurangi tekanan psikis yang di alami penderita

   Mengembalikan pH darah menjadi normal

Langkah Penanganan

bernapas dengan kantong kertas

 Tenangkan korban dengan berbicara dengan lembut


 Dengarkan jika penderita menceritakan masalahnya
 Ajak penderita ke tempat yang lebih sepi, temani maksimal 2 orang saja
 Jika timbul kram atau jari-jari yang menguncup, maka usahakan penderita bernapas
dengan kantong kertas (untuk meningkatkan kadar CO2 sehingga pH darah menjadi
normal)
 Sarankan untuk menemui dokter
BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat
fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memedai. Hipoksia mengacu pada
insufisiensi O2  di tingkat sel.
Pada hipokapnia menyebabkan jumlah H+  yang dihasilkan melalui pembentukan
asam karbonat berkurang. Keadaan alkalotik (kurang asam dibandingkan normal ) yang
terjadi disebut alkalosis respiratorik
Hiperkapnia yaitu kelebihan CO2 dalam darah arteri. Hal ini disebabkan oleh
hipoventilasi. Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia
Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan kebutuhan metabolik,
sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis respiratorik. Hipoventilasi akan
menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun
Hiperventilasi (hyperventilation) adalah keadaan napas yang berlebihan akibat
kecemasan yang mungkin disertai dengan histeria atu serangan panik dan peningkatan
ventilasi paru melebihi kebutuhan metabolik, menyebabkan penurunan PCO2 dan alkalosis
respiratorik. Biasanya disebabkan oleh tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut
yang berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah.
DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia Keperawatan / editor, Chris Brooker ; alih bahasa, Andry Hartono, Brahm U.
Pendit, Dwi Widiarti ; editor edisi bahasa Indonesia, Etsu Tiar. Jakarta : EGC, 2008.
Harrison. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
W .F. Ganong. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC
www.scribd.com/doc/54311055/Tanda-Dan-Gejala-Kecukupan-Oksigen-PRINT

Anda mungkin juga menyukai